BISNIS INTERNASIONAL
DOSEN PENGAMPU :
RITA YUANITA TOENDAN, SE, M.Si
DI BUAT OLEH :
NAMA : ANGGI SAPUTRA
NIM : BBA 118 015
MATA KULIAH : BISNIS INTERNASIONAL
KELAS : E
Konsep Waralaba
Jenis waralaba (Franchise)
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
- Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek
sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang
yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti
awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
b. Waralaba jasa
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang berwujud layanan
jasa, misalnya seperti pendidikan, studio photo atau jasa sewa video, dan jasa agen
perjalanan atau travel.
Contoh dari jenis usaha waralaba jasa antara lain adalah seperti bimbingan belajar
hafara dan aliago travel.
c. Waralaba gabungan
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang digabungkan atau dengan
kata lain produk yang ditawarkan adalah barang dan jasa.
Biaya waralaba
Biaya waralaba meliputi:
- Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha
sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI.
- Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional.
Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos
royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15
persen dari nilai.
Sejarah Waralaba di Indonesia
Di Indonesia, sistem
waralaba mulai dikenal pada
tahun 1950-an, yaitu dengan
munculnya dealer kendaraan
bermotor melalui pembelian
lisensi. Perkembangan kedua
dimulai pada tahun 1970-an,
yaitu dengan dimulainya sistem
pembelian lisensi plus,
yaitu franchisee tidak sekedar
menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya[12] . Agar
waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus
dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik
bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara
yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya
di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba
di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42
tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung
kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut[13]:
- Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997
Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba.
- Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008
tentang Penyelenggaraan Waralaba
- Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
- Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
- Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang
waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan
format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari
semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut.
Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji
sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan
sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya
melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk
penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel,
suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi
waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba
Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise
Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The
Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain.
Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan
roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International
Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise License Expo Indonesia
( Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah Franchise Indonesia).
Pelaksanaan Waralaba (Franchising)
- Perlu ada kontrak antara Franchisor dan franchisee.
- Dibuat format kontrak mencakup rencana pemasaran,prosedure aliran
dokumen,pelaksanaan bantuan.dan usaha pengembangan bisnis.
- Kontrak franchising disebut license agreement atau franmchising contract.
Alfamart, Kentucky Fried Chicken, Starbucks adalah contoh dari sistem usaha/bisnis
waralaba atau dalam bahasa inggris disebut dengan Franchise dimana Franchise itu
sendiri berasal dari bahasa latin yakni francorum rex yang artinya “bebas dari ikatan”,
yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usaha.
Bagi yang tertarik dengan usaha waralaba, terdapat tipe-tipe waralaba yang
dapat dijadikan pertimbangan, yaitu,
1. Trade name franchising, dalam type ini anda sebagai franchisee memperoleh
hak untuk memproduksi suatu produk tertentu seperti PT. Great River yang
memiliki hak untuk memproduksi pakaian dalam Triumph dengan lisensi dari
Jerman.
2. Product distribution franchising, pada type ini anda memperoleh hak untuk
mendistribusikan produk di wilayah tertentu .
Pure franchising/ bussiness format, Disini anda akan memperoleh hak
sepenuhnya, mulai dari trademark, penjualan, peralatan, metode operasi, strategi
pemasaran, bantuan manajemen dan teknik, pengendalian kualitas, dan lain-lain.
Contohnya adalah restaurant, fash food, pendidikan, dan konsultan.
Biasanya bagi kita yang akan memulai bisnis waralaba ini akan dikenakan
biaya, sebagai gambaran, untuk menjadi pengusaha waralaba, anda akan dikenakan
biaya waralaba yaitu ;
1. Ongkos awal, meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba
untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos
penggunaan HAKI.
2. Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba
operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari
penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10
persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu
dipertanggungjawabkan.