Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

BISNIS INTERNASIONAL

DOSEN PENGAMPU :
RITA YUANITA TOENDAN, SE, M.Si

DI BUAT OLEH :
NAMA : ANGGI SAPUTRA
NIM : BBA 118 015
MATA KULIAH : BISNIS INTERNASIONAL
KELAS : E

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
2020
WARALABA (FRANCHISE)

 Konsep Waralaba

        Waralaba (Inggris: Franchising;Prancis: Franchise) untuk kejujuran atau


kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan.
Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah
perikatan dimana salah satu
pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau
menggunakan hak dari kekayaan
intelektual (HAKI) atau
pertemuan dari ciri khas usaha
yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan oleh
pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
          Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan
Waralaba ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir,
dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu
atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan
cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area
tertentu.

Definisi Franchasing menurut Hisrich-Peter (1995:513)


Adalah sebagai pelimpahan dari pabrikan atau distributor suatu produk atau jasa yang
diberikan kepada agen-agen lokal atau pengecer dengan membayar sejumlah royalti.

Definisi Franchasing menurut Bygrave (1994:353


Adalah sebuah peluang bisnis dimana pemilik,produsen atau distributor sebagai
franchisor dari barang dan jasa atau merek tertentu memberi hak kepada individu atau
franchising untuk menjadi agen lokal dari barang dan jasa dan sebagai imbalannya
menerima pembayaran atau royalti yang telah ditetapkan.
 Perbedaan Antara Franchisor dan franchisee

Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud


dengan franchisor dan franchisee.
- Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan
hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang
dimilikinya.
- Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

 Sejarah Waralaba (Franchise)

            Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine


Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh
perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan
bermotor dengan
menunjuk
distributor
franchise pada
tahun 1898.
Selanjutnya,
diikuti pula oleh
perusahaan-
perusahaan soft
drink di Amerika
sebagai saluran
distribusi di AS
dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris waralaba dirintis oleh J Lyons melalui
usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60-an.
            Franchise dengan cepat menjadi model yang dominan dalam mendistribusikan
barang dan jasa di Amerika Serikat. Menurut the International Franchise Association,
sekarang ini satu dari dua belas usaha perdagangan di Amerika Serikat adalah
franchise. Franchise menyerap delapan juta tenaga kerja dan mencapai empat puluh
satu persen dari seluruh bisnis eceran di Amerika Serikat (David Hess, 1995: 333).
Franchising kemudian berkembang dengan pesat karena metode pemasaran ini
digunakan oleh berbagai jenis usaha, seperti restoran, bisnis retail, salon rambut,
hotel, dealer mobil, stasiun pompa bensin, dan sebagainya (Robert W. Emerson, 1994:
920).

 Jenis waralaba (Franchise)
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
- Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek
sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang
yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti
awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.

 Waralaba Menurut Kriteria atau Produk yang Ditawarkan


a. Waralaba produk

Produk yang ditawarkan adalah berupa barang misalnya makanan. Contoh dari


jenis usaha waralaba produk antara  lain adalah seperti Mc Donald, KFC, Kebab
Turki, dan lain-lain.

b. Waralaba jasa

Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang berwujud layanan
jasa, misalnya seperti pendidikan, studio photo atau jasa sewa video, dan jasa agen
perjalanan atau travel.

Contoh dari jenis usaha waralaba jasa antara lain adalah seperti bimbingan belajar
hafara dan aliago travel.

c. Waralaba gabungan
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang digabungkan atau dengan
kata lain produk yang ditawarkan adalah barang dan jasa.

 Biaya waralaba
Biaya waralaba meliputi: 
- Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha
sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI.
- Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional.
Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos
royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.

 Tingkat pengembalian
            Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15
persen dari nilai.

 Sejarah Waralaba di Indonesia
          Di Indonesia, sistem
waralaba mulai dikenal pada
tahun 1950-an, yaitu dengan
munculnya dealer kendaraan
bermotor melalui pembelian
lisensi. Perkembangan kedua
dimulai pada tahun 1970-an,
yaitu dengan dimulainya sistem
pembelian lisensi plus,
yaitu franchisee tidak sekedar
menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya[12] . Agar
waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus
dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik
bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara
yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya
di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba
di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42
tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung
kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut[13]:
- Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997
Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba.
- Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008
tentang Penyelenggaraan Waralaba
- Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
- Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
- Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
            Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang
waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan
format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari
semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut.
Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji
sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan
sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya
melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk
penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel,
suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi
waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba
Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise
Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The
Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain.
Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan
roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International
Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise License Expo Indonesia
( Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah Franchise Indonesia).
 Pelaksanaan Waralaba (Franchising)
- Perlu ada kontrak antara Franchisor dan franchisee.
- Dibuat format kontrak mencakup rencana pemasaran,prosedure aliran
dokumen,pelaksanaan bantuan.dan usaha pengembangan bisnis.
- Kontrak franchising disebut license agreement atau franmchising contract.

 Produk Yang Dapat Dijadikan Franchising


- Barang/jasa yang telah mempunyai pasaran luas dan citra unggul.
- Formula paten atau desain tertentu
- Nama dagang atau merek dagang.
- Konsultan manajemen keuangan /pengawasan
- Promosi advertising dan pembelian
- Kantor Pusat Pelayanan

 Keuntungan Waralaba (Franchising)


a. Resiko yang ditanggung tidak sebesar memulai usaha baru dari awal.
b. Produk yang ditawarkan telah memasuki pasaran luas dan diterima umum.
c. Memiliki keahlian manajemen .
d. Memberikan pelatihan dibidang akunting,personalia,marketing dan produksi.
e. Kelengkapan modal melingkupi fasilitas perlengkapan,tata letak ,kontrol
persediaan .
f. Pengtahuan tentang pasar bagus ,maka franchising akan  mampu menyusun
perencanaan pasar.
g. Tidak perlu  mengeluarkan biaya lagi untuk memperkenalkan produk.
h. Kualitas produk tetap dijaga.

ARTIKEL TENTANG FRANCHISING/WARALABA

Bisnis Waralaba (Franchising)


Mungkin sudah
tidak asing bagi kita
dengan minimarket
Alfamart, atau restaurant
cepat saji Kentucky Fried
Chicken, atau kedai kopi
Starbucks. Menjadi tidak
asing karena kita dapat
menemukannya tersebar
diseluruh penjuru kota. 

Alfamart, Kentucky Fried Chicken, Starbucks adalah contoh dari sistem usaha/bisnis
waralaba atau dalam bahasa inggris disebut dengan Franchise dimana Franchise itu
sendiri berasal dari bahasa latin yakni francorum rex yang artinya “bebas dari ikatan”,
yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usaha. 

Pengertian Franchising (Pewaralabaan) adalah perikatan dimana salah satu


pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka penyediaan dan atau
penjualan barang atau jasa. Secara sederhana waralaba dapat diartikan dengan
penjualan paket usaha komprehensif dan siap pakai yang mencakup merek dagang,
material dan pengolaan manajemen. 

Franchising (Pewaralabaan) dapat dibagi menjadi 2 element penting yakni : 


1. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas
usaha yang dimilikinya. Franchisor sudah harus siap dengan perlengkapan
operasi bisnis dan kinerja manajemen yang baik, menjamin kelangsungan
usaha dan distribusi bahan baku untuk jangka panjang, serta menyediakan
kelengkapan usaha sampai ke detail yang terkecil. Franchisor juga sudah harus
menyediakan perhitungan keuntungan yang didapat, neraca keuangan yang
mencakup BEP (Break Event Point) dan ROI (Return On Investment). 
2. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi
waralaba.Franchisee hanya menyediakan tempat usaha dan modal sejumlah
tertentu bergantung pada jenis waralaba yang akan dibeli. Namun franchisee
juga mempunyai kewajiban non-finansial yang sangat esensial yakni menjaga
image produk waralaba. Franchisee mempunyai dua kewajiban finansial yakni
membayar franchise fee dan royalti fee. Franchise fee adalah jumlah yang
harus dibayar sebagai imbalan atas pemberian hak intelektual pemberi
waralaba, yang dibayar untuk satu kali (one time fee) di awal pembelian
waralaba. Royalti fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara periodik
yang merupakan persentase dari omzet penjualan. Nilai franchisee fee dan
royalti fee ini sangat bervariatif, bergantung pada jenis waralaba. 
Dari outlet-outlet waralaba yang dapat kita temukan sebenarnya terbagi
menjadi 2 jenis yaitu ; 
1. Waralaba luar negeri/asing adalah waralaba yang berasal dari luar negeri, jenis
waralaba ini lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, brand yang sudah
diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Contohnya :
McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, Bread Talk, Starbucks, Pizza Hut, dll.
2. Waralaba dalam negeri adalah waralaba yang berasal dari dalam negeri, jenis
waralaba ini menjadi salah satu alternatif investasi bagi pengusaha yang tidak
memiliki pengetahuan cukup adalam hal ini piranti awal dan kelanjutan usaha
ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.contoh wara laba local :
Primagama, Alfamart, Martha Tilaar, Roti Buana, Edward Forrer, dll. 

Bagi yang tertarik dengan usaha waralaba, terdapat tipe-tipe waralaba yang
dapat dijadikan pertimbangan, yaitu, 
1. Trade name franchising, dalam type ini anda sebagai franchisee memperoleh
hak untuk memproduksi suatu produk tertentu seperti PT. Great River yang
memiliki hak untuk memproduksi pakaian dalam Triumph dengan lisensi dari
Jerman. 
2. Product distribution franchising, pada type ini anda memperoleh hak untuk
mendistribusikan produk di wilayah tertentu .
Pure franchising/ bussiness format, Disini anda akan memperoleh hak
sepenuhnya, mulai dari trademark, penjualan, peralatan, metode operasi, strategi
pemasaran, bantuan manajemen dan teknik, pengendalian kualitas, dan lain-lain.
Contohnya adalah restaurant, fash food, pendidikan, dan konsultan. 
Biasanya bagi kita yang akan memulai bisnis waralaba ini akan dikenakan
biaya, sebagai gambaran, untuk menjadi pengusaha waralaba, anda akan dikenakan
biaya waralaba yaitu ; 
1. Ongkos awal, meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba
untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos
penggunaan HAKI. 
2. Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba
operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari
penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10
persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu
dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai