Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Kewirausahaan 1

Creating Bisnis Overview

Fakultas Program Studi Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Komputer
08 U001700010 Dr. Ir.Robert Edward MM.,MT

Abstrak Kompetensi
Modul ini menjelaskan Mahasiswa dapat memahami
mengenai bagaimana pentingnya Menciptakan Bisnis
Menciptakan bisnis
Pembahasan
A. Pengertian Bisnis
Pengertian Bisnis menurut Owen adalah suatu perusahaan yang berhubungan dengan distribusi
dan produksi barang-barang yang nantinya dijual ke pasar ataupun memberikan harga yang sesuai
pada setiap jasanya. Menurut pendapat Raymond E. Glos dalam bukunya “Business: Its Nature and
Environment: An Introduction” Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang
yang berkecimpung di dalam bidang perindustrian dimana sebuah perusahaan atau organisasi
melakukan perbaikan-perbaikan standar serta kualitas produk mereka.

Menurut Scarborough (2014) entrepreneur, adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis
baru dengan segala risiko dan ketidakpastian untuk tujuan mendapatkan keuntungan dan
pertumbuhan usaha yang teridentifikasi dari kemampuannya mendapatkan peluang yang baik dan
kecakapan dalam memanfaatkan serta mengelola sumberdaya yang dimiliki.

Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda.
Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi bisnis, antara lain:

1. Manufaktur merupakan bisnis yang memproduksi barang yang berasal dari bahan mentah atau
komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contohnya seperti
perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti pipa atau mobil.
2. Bisnis jasa yaitu bisnis yang menghasilkan barang intangible dan mendapatkan keuntungan
dengan cara meminta bayaran atas jasa yang telah diberikan.
3. Pengecer atau distributor merupakan pihak yang berperan sebagai perantara antara produsen
dan konsumen.
4. Usaha pertambangan dan pertanian merupakan perusahaan yang memproduksi barang-barang
mentah seperti tanaman atau mineral.
5. Bisnis keuangan adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan
modal.
6. Informasi bisnis adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari penjualan kembali properti
intelektual.
7. Utilitas adalah sebuah bisnis yang menjalankan layanan publik, seperti listrik dan air yang biasa
didanai oleh pemerintah.
8. Bisnis real estate yaitu bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan menjual, menyewakan dan
pengembangan properti, rumah atau bangunan.
9. Bisnis Transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan
barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi tujuan.
10. Bisnis Online yaitu bisnis yang dilakukan secara online dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi.

B. Bisnis Konvensional
Bisnis Konvensional atau yang lebih sering dikenal dengan bisnis offline adalah kegiatan atau
transaksi jual-beli yang dilakukan secara langsung, bertatap muka antara penjual dengan
pembeli. Kelebihan dalam bisnis konvensional, pembeli langsung dapat melihat produk yang akan
dibeli sehingga pembeli tidak merasa ragu akan produk yang dibeli, pembeli juga dapat memilih

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
produknya sendiri. Umumnya bisnis konvensional memiliki tempat atau kios sendiri sehingga
pembeli dapat mengunjungi kios dan dapat secara langsung bertemu dengan penjual. Memiliki
banyak stok sehingga apabila sewaktu-waktu pembeli ingin membeli produk, mereka tidak perlu
waktu yang lama untuk mendapatkan produk tersebut. Terjamin, karena selain dapat melihat barang
secara langsung, pembeli juga dapat mengetahui penjual secara langsung (face to face), sehingga
tindakan penipuan minim terjadi. Bisnis konvesional melakukan promosi melalui media berupa
spanduk, majalah, iklan koran, brosur, sales dari pintu ke pintu, televisi dan radio. Namun
kekurangan dalam bisnis konvensional, yaitu:

1. Lingkup pemasarannya terbatas, jika ingin memperluas lingkup pemasaran, maka harus
membuka cabang di berbagai daerah.
2. Membutuhkan modal yang cukup besar karena biasanya bisnis konvensional memerlukan
tempat untuk memasarkan produknya.
3. Memerlukan banyak stok, ini juga berpengaruh terhadap modal yang dikeluarkan sehingga
modal menjadi bertambah.
4. Apabila pembeli ingin membeli barang, maka harus pergi ke toko tempat dijualnya barang
tersebut.
5. Persaingan Bisnis seperti halnya semua jenis usaha, persaingan selalu ada dan perlu dihadapi
secara bijaksana. Persaingan bisnis konvensional biasanya berada di sekitar lokasi usaha.

C. Bisnis Waralaba
Warren J. Keegen dalam bukunya Global Marketing Management (Keegen, 1989: 294)
mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan dengan sekurangnya
lima macam cara:

1. Dengan cara ekspor,


2. Melalui pemberian lisensi;
3. Dalam bentuk franchising (waralaba);
4. Pembentukan perusahaan patungan (joint ventures);
5. Total ownership atau pemilikan menyeluruh, yang dapat dilakukan melalui direct
ownership (kepemilikan langsung) ataupun akuisisi.
Franchise atau Waralaba dalam Black's Law Dictionary diartikan sebagai: “A special privilege
granted or sold, such astouse a name or to sell products or services. In its simple terms, a Franchise is
a license from owner of a trademark or trade name permitting another to sell a product or service
under that name or mark. More broadly stated, a Franchise has evolved into an elaborate agreement
under which the Franchise undertakes to conduct a business or sell a product or service in
accordance with methods and procedures prescribed by the Franchisor, and the Franchisor
undertakes to assist the Franchisee thorugh advertising, promotion and other advisory services ”.
Rumusan di atas menunjukkan lebih menekankan pada pemberian hak untuk menjual produk
berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang Franchisor (Pemberi Waralaba),
dengan kewajiban pada pihak Franchise (Penerima Waralaba) untuk mengikuti metode dan tata cara
atau prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemberi Waralaba.

Dalam kaitannya dengan pernberian izin dan kewajiban pemenuhan standar dari Pemberi
Waralaba, Pemberi Waralaba akan memberikan bantuan pemasaran, promosi maupun bantuan
teknis lainnya agar Penerima Waralaba dapat menjalankan usahanya dengan baik. Pemberian
waralaba ini didasarkan pada suatu Franchise Agreement. Kewajiban untuk mempergunakan

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemberi Waralaba oleh Penerima
Waralaba membawa akibat lebih lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang mandiri,
yang tidak mungkin digabungkan dengan kegiatan usaha lainnya (milik Penerima Waralaba). Ini
berarti pemberian waralaba menuntut eksklusivitas, dan bahkan dalam banyak hal mewajibkan
terjadinya non competition clause bagi Penerima Waralaba, bahkan setelah perjanjian pemberian
waralabanya berakhir (Widjaja, 2001: 8-9).

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi karya John Downes dan Jordan Elliot Goodman,
yang memberikan arti bagi Franchise (Hak Kelola) sebagai: Suatu hak khusus yang diberikan kepada
dealer oleh suatu usaha manufaktur atau organisasi jasa waralaba, untuk menjual produk atau jasa
pemilik waralaba disuatu wilayah tertentu, dengan atau tanpa eksklusivitas. Pengaturan seperti itu
kadangkala diresmikan dalam suatu Franchise agreement (perjanjian hak kelola), yang merupakan
kontrak antara pemilik hak kelola dan pemegang hak kelola. Kontrak menggariskan bahwa yang
disebutkan pertama dapat menawarkan konsultasi, bantuan promosional, pembiayaan, dan manfaat
lain dalam pertukaran dengan suatu persentase dari penjualan atau laba. Bisnis dimiliki pemegang
hak kelola yang biasanya harus memenuhi suatu persyaratan investasi tunai awal.

Satu pengertian lain yang mendapat penekanan dari pengertian waralaba menurut John
Downes dan Jordan Elliot Goodman dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi tersebut adalah
bahwa waralaba biasanya juga memenuhi persyaratan investasi awal tunai yang harus disediakan
oleh Penerima Waralaba. Jadi dalam hal ini jelas bahwa waralaba melibatkan suatu kewajiban untuk
menggunakan suatu sistem dan metode yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba termasuk di
dalamnya hak untuk mempergunakan merek dagang. Pengertian waralaba (yang umum) ini
dibedakan dari waralaba nama dagang yang memang mengkhususkan diri pada perizinan
penggunaan nama dagang dalam rangka pemberian izin untuk melakukan penjualan produk Pemberi
Konsepsi Lisensi dan Waralaba dalam suatu batas wilayah tertentu, dalam suatu pasar yang bersifat
non-kompetitif. Makna yang terakhir ini menyatakan bahwa pemberian waralaba nama dagang
seringkali terikat dengan kewajiban untuk memenuhi persyaratan penentuan harga yang telah
ditetapkan dan digariskan oleh Pemberi Waralaba. Eksklusivitas dan penentuan harga yang relatif
seragam ini perlu mendapat perhatian khusus pada negara-negara yang sudah memberikan
pengaturan mengenai anti-trust.

Non competition merupakan suatu isu yang sangat penting dalam waralaba dalam Peraturan
Pemerintah RI No.16 Tahun 1997 tanggal18 juni 1997 tentang Waralaba dikatakan bahwa:
''Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak
lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa" (pasal
1 angka 1)

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba ialah: Suatu sistem


pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor) yang
memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama,
sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu
meliputi area tertentu. Menurut pengertian yang diberikan oleh Martin Mandelsohn dalam
Franchising: Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee, adalah: "pemberian sebuah lisensi oleh
seseorang (Pemberi Waralaba) kepada pihak lain (penerima waralaba), lisensi tersebut memberi hak

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
kepada Penerima Waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang nama dagang
Pemberi Waralaba, dan untuk menggunakan keseluruhan paket, yang terdiri dari seluruh elemen
yang diperlukan untuk membuat seorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis, dan untuk
menjalankannya dengan bantuan yang terus-menerus atas dasar-dasar yang telah ditentukan
sebelumnya". (Mandelsohn, 1997: 4) Selanjutnya, Martin Mandelsohn menyatakan bahwa format
bisnis waralaba ini terdiri atas:

1. Konsep bisnis yang menyeluruh dari Pemberi Waralaba.


2. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek pengelolaan bisnis, sesuai dengan
konsep Pemberi Waralaba.
3. Proses bantuan dan bimbingan yang terus-menerus dari pihak Pemberi Waralaba. (Mandelsohn,
1997 : 4)
Kontrak yang dibuat oleh pihak franchisor dengan franchisee berlaku sebagai undang-undang
bagi kedua belah pihak. Sejak penandatanganan kontrak antara kedua belah pihak akan
menimbulkan hak dan kewajiban. Kewajiban dari pihak franchisor adalah menyerahkan lisensi
kepada franchisee. Sedangkan yang menjadi hak franchisor adalah sebagai berikut:

1. Logo merek dagang (trade mark), nama dagang (trade name), dan nama baik/repurtasi
(goodwill) yang terkait dengan merek dan atau nama tersebut.
2. Format/pola usaha, yaitu suatu sistem usaha yang terekam dalam bentuk buku pegangan
(manual), yang sebagian isinya dalam rahasia usaha.
3. Dalam kasus tertentu berupa rumus, resep, desain, dan program khusus.
4. Hak cipta atas sebagian dari hal di atas bisa dalam bentuk tertulis dan terlindungi dalam
undang-undang hak cipta.
Ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal minimum yang harus diatur dalam Perjanjian
Waralaba dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Lisensi atau Waralaba: Berbagai Pertimbangan 81 Nomor: 259/MPP/Kep7/1997
tanggal 30 Juli 1997. Dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor: 259/MPP/Kep/1997 tanggal 30 Juli 1997 ini dikatakan bahwa: Perjanjian
waralaba antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba sekurang-kurangnya memuat
klausul mengenai:

a. Nama, alamat, dan tempat kedudukan perusahaan masing-masing pihak; Khusus yang
berhubungan dengan identitas Pemberi Waralaba, ketentuan Pasal 9 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa:
1. Pemberi Waralaba dari luar negeri harus mempunyai bukti legalitas dari instansi
berwenang di negara asalnya dan diketahui aleh Pejabat Perwakilan RI setempat.
2. Pemberi Waralaba dari dalam negeri wajib memiliki SlUP dan atau Izin Usaha dari
Departemen Teknis lainnya.
b. Nama dan jabatan masing-masing pihak yang berwenang menandatangani perjanjian;
Ketentuan ini pada prinsipnya berhubungan dengan kewenangan bertindak para pihak,
yang merupakan persyaratan sahnya suaru perjanjian menurut ketentuan umum yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
c. Nama dan jenis Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha misalnya
sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan
karakteristik khusus yang menjadi abjek waralaba; Dalam ketentuan ini, para pihak akan
memperjelas dan menegaskan kembali jenis waralaba yang diberikan apakah Suatu
Pengantar Praktis waralaba yang diberikan hanya terbatas pada waralaba nama dagang
atau produk, atau meliputi juga format bisnis.

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
d. Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta bantuan dan fasilitas yang diberikan kepada
Penerima Waralaba; Secara umum dapat dirumuskan hak-hak dan kewajiban Pemberi
Waralaba maupun Penerima Waralaba sebagai berikut: Kewajiban Pemberi Waralaba
Pemberi Waralaba berkewajiban untuk:
1. Memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan Hak atas Kekayaan
Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan
atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi
objek waralaba, dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut;
2. Memberikan bantuan pada Penerima Waralaba pembinaan, bimbingan dan pelatihan
kepada Penerima Waralaba. Hak Pemberi Waralaba Pemberi Waralaba memiliki hak
untuk: melakukan pengawasan jalannya pelaksanaan waralaba,
3. Memperoleh laporan-Iaporan secara berkala atas jalannya kegiatan usaha Penerima
Waralaba;
4. Melaksanakan inspeksi pada daerah kerja Penerima Waralaba guna memastikan bahwa
waralaba yang diberikan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya;
5. Sampai batas tertentu mewajibkan Penerima Waralaba, dalam hal-hal tertentu, untuk
membeli barang modal Lisensi atau Waralaba: Berbagai Pertimbangan dan atau barang-
barang tertentu lainnya dari Pemberi Waralaba;
6. Mewajibkan Penerima Waralaba untuk menjaga kerahasiaan Hak atas Kekayaan
Intelektual, penemuan arau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan
atau penaraan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi
objek waralaba;
7. Mewajibkan agar Penerima Waralaba tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa,
ataupun yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan persaingan
dengan kegiatan usaha yang mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan
atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau pemasaran atau
cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba;
8. Menerima pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang dianggap layak
olehnya;
9. Meminta dilakukannya pendaftaran atas waralaba yang diberikan kepada Penerima
Waralaba;
10. Atas pengakhiran waralaba, rneminta kepada Penerima Waralaba untuk mengembalikan
seluruh data, informasi maupun keterangan yang diperoleh Penerima Waralaba selama
masa pelaksanaan waralaba;
11. Atas pengakhiran waralaba, melarang Penerima Waralaba untuk memanfaatkan lebih
lanjut seluruh data, informasi maupun keterangan yang diperoleh oleh Penerima
Waralaba selama masa pelaksanaan waralaba;
12. Atas pengakhiran waralaba melarang Penerima Waralaba untuk tetap melakukan
kegiaran yang sejenis, serupa, ataupun yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menimbulkan persaingan dengan mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual,
penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau
penataan atau cara distribusi yang mnerupakan karakteristik khusus yang menjadi objek
waralaba;
13. Pemberian waralaba, kecuali yang bersifat eksklusif, tidak menghapuskan hak Pemberi
Waralaba untuk tetap memanfaatkan, menggunakan atau melaksanakan sendiri Hak
atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen,
cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus
yang menjadi objek waralaba.
Kewajiban Penerima Waralaba

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
1. Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh Pemberi Waralaba kepadanya
guna melaksanakan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha
misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba;
2. Memberikan keleluasaan bagi Pemberi Waralaba untuk melakukan pengawasan
maupun inspeksi berkala maupun secara tiba-tiba, guna memastikan bahwa Penerima
Waralaba telah melaksanakan waralaba yang diberikan dengan baik;
3. Memberikan laporan-laporan baik secara berkala maupun atas permintaan khusus dari
Pemberi Waralaba;
4. Sampai batas tertentu membeli barang modal tertentu ataupun barang-barang
tertentu lainnya dalam rangka pelaksanaan waralaba dari Pemberi Waralaba;
5. Menjaga kerahasiaan atas Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas
usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi
yang merupakan karakteristik khusus Berbagai Pertimbangan menjadi objek waralaba,
baik selama maupun setelah berakhirnya masa pemberian waralaba,
6. Melaporkan segala pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri
khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara
distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba yang
ditemukan dalam praktik;
7. Tidak memanfaatkan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha
misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba selain dengan tujuan
untuk melaksanakan waralaba yang diberikan;
8. Melakukan pendaftaran waralaba;
9. Tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, ataupun yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat menimbulkan persaingan dengan kegiatan usaha yang
mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha
misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba;
10. Melakukan pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang telah disepakati
secara bersama;
11. Atas pengakhiran waralaba, mengembalikan seluruh data, informasi maupun
keterangan yang diperolehnya;
12. Atas pengakhiran waralaba, tidak memanfaatkan lebih lanjut seluruh data, informasi
maupun keterangan yang diperoleh oleh Penerima Waralaba selama masa pelaksanaan
waralaba;
13. Atas pengakhiran waralaba, tidak lagi melakukan kegiatan yang sejenis, serupa,
ataupun yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan persaingan
dengan mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas
usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi
yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba.
Hak Penerima Waralaba

1. Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan Hak atas Kekayaan
Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara
penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus
yang menjadi objek waralaba, yang diperlukan olehnya untuk melaksanakan
waralaba yang diberikan tersebut;
2. Memperoleh bantuan dari Pemberi Waralaba atas segala macam cara pemanfaatan
dan atau penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual penemuanatau ciri khas usaha

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba.

e. Wilayah Pemasaran; Penunjukan wilayah pemasaran usaha waralaba dalam Perjanjian


Waralaba dapat mencakup seluruh atau sebagian wilayah Indonesia, Ini berarti waralaba
dapat bersifat territorial eksklusif untuk seluruh wilayah Indonesia, maupun territorial non
eksklusif yang hanya dibatasi untuk wilayah tertentu dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pasal 19 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan menjelaskan lebih lanjut sifat
eksklusifitas wilayah, dengan menyatakan bahwa.

1. Pemberi Waralaba dilarang menunjuk lebih dari 1 Lisensi atau waralaba: Berbagai
Pertimbangan Penerima Waralaba di lokasi tertentu yang berdekatan, untuk barang
dan atau jasa yang sama dan menggunakan merek yang sama, apabila diketahui
atau patut diketahui bahwa penunjuhan lebih dari satu Penerima Waralaba itu akan
mengakibatkan ketidaklayakan usaha waralaba di lokasi tersebut.
2. Penerima waralaba Utama dilarang menunjuk lebih dari 1 (satu) Penerima Waralaba
Lanjutan di lokasi tertentu yang berdekatan, untuk barang dan atau jasa yang sama
dan menggunakan merek yang sama, apabila diketahui atau patut diketahui bahwa
penunjukan lebih dari satu Penerima Waralaba itu akan mengakibatkan
ketidaklayakan usaha waralaba dilokasi tersebut.
3. Apabila disuatu lokasi yang berdekatan sudah ada usaha waralaba yang dilakukan
oleh Penerima Waralaba Penerima Waralaba Lanjutan, maka di lokasi tersebut
dilarang didirikan usaha yang merupakan cabang dari Pemberi Waralaba yang
bersangkutan dengan merek yang sama kecuali untuk barang dan atau jasa yang
berbeda Pemberian waralaba senantiasa diikuti dengan pemberian bantuan
manajemen dan fasilitas dalam satu perjanjian dengan pembayaran royalti yang
sudah ditentukan besarnya. Dalam pernberian lisensi, perjanjian pemberian lisensi
dapat dipisahkan dari perjanjian pemberian bantuan teknis atau manajemen, yang
masing-masing dapat melahirkan suatu hak royalti yang independen bagi Pemberi
Lisensi.
4. Pembayaran imbalan dalam perjanjian waralaba hanya dapat dilakukan dalam
bentuk direct compensation, yang besarnya digantungkan pada persyaratan dan
atau penjualan barang dan atau jasa. Ini berarti dalam pemberian waralaba tidak
dimungkinkannya pemberian imbalan yang tidak didasarkan atau dikaitkan dengan
persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Dalam pemberian lisensi,
pembatasan tersebut tidaklah berlaku. Artinya Pemberi Lisensi dapat meminta
imbalan dalam bentuk apapun selama dan sepanjang hal tersebut disepakati oleh
Pe- Lisensi atau Waralaba. Berbagai Pertimbangan penerima Lisensi, selama dan
sepanjang tidak memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan
perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat
merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat
kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi
pada umumnya dan yang berkaitan dengan Invensi yang diberi Paten tersebut pada
khususnya.
5. Kewajiban untuk melaksanakan kegiatan waralaba oleh pihak Penerima Waralaba,
sekurang-kurangnya satu tempat usaha. Pada prinsipnya ketentuan ini tidak jauh
berbeda dengan kewajiban pelaksanaan Hak atas Kekayaan Inteletual yang diberikan
perlindungan oleh negara, di Indonesia. Agak sedikit berbeda dari waralaba, dalam

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
Iisensi, kewajiban tersebut dapat diserahkan lebih lanjut oleh pihak Penerima Lisensi
kepada pihak lain, tanpa adanya keharusan bagi dirinya sendiri untuk melaksanakan
lisensi yang telah diberikan tersebut. Dalam rangka inilah dimungkinkan adanya
pemberian lisensi paksa oleh negara sebagai wujud pelaksanaan pemberian
perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual yang dilindungi oleh negara, tanpa perlu
menghapuskan perjanjian lisensi itu sendiri.
6. Perjanjian pemberian waralaba harus dibuat untuk jangka waktu sekurang-
kurangnya 5 tahun. Ketentuan ini tidak berlaku bagi pemberian lisensi. Pihak
Pemberi Lisensi dapat dan berhak untuk menentukan sendiri jangka waktu
pemberian lisensi, selama dan sepanjang hal tersebut disetujui oleh Penerima
Lisensi dan sesuai dengan peruntukan Hak atas Kekayaan IntelektuaI yang
dilisensikan. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan adanya kemungkinan pemberian
Iisensi paksa dalam hal lisensi yang diberikan tidak optimum bagi pengembangan
Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia.
7. Waralaba melibatkan keikutsertaan Pemerintah, dalam hal ini Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, secara lebih mendalam, termasuk di dalamnya
penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba (STPUW) bagi pelaksanaan
usaha waralaba di Indonesia oleh Penerima Waralaba. Pemberian lisensi meskipun
wajib didaftarkan, sebagai bagian dari pemberian perlindungan oleh negara, tidak
melibatkan penerbitan izin usaha baru bagi Penerima Lisensi.
8. Adanya kewajiban bagi Penerima Waralaba untuk menyampaikan laporan
perkembangan kegiatan waralaba secara periodik kepada Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, sebagai bagian dari monitoring pelaksanaan waralaba di
Indonesia. Dalam pemberian lisensi kewajiban demikian tidak ada.
9. Sebagai bagian dari keterlibatan aktif pemerintah, ketentuan waralaba juga
mengatur mengenai lokasi atau wilayah pelaksanaan waralaba. Pada pemberian
Iisensi, karena pada umumnya diberikan secara eksklusif atas Hak atas Kekayaan
Intelektual yang dilindungi oleh negara, pembagian wilayah bukan dan tidak akan
menjadi masalah, meskipun pengaturan pembagian wilayah ini tidak dilarang
ataupun diatur secara khusus.
10. Perjanjian waralaba wajib untuk dibuat dalam bahasa Indonesia. Perjanjian lisensi
tidak tunduk pada ketentuan ini, dan terhadapnya dapat dipergunakan bahasa yang
dianggap paling menguntungkan bagi para pihak dalam pemberian lisensi.
11. Perjanjian waralaba wajib tunduk dan terhadapnya diberlakukan ketentuan hukum
Indonesia. Ketentuan ini bersifat memaksa (compulsory) agar nantinya perjanjian
waralaba tersebut dapat dilindungi di Indonesia. Ketentuan ini tidak dikenal dalam
pemberian lisensi. Dalam perjanjian lisensi, Lisensi atau Waralaba: Berbagai
Pertimbangan Pemberi Lisensi dan Penerima Lisensi bebas untuk menentukan
pilihan hukum, selama dan sepanjang hal tersebut harus patut dan tidak
menyebabkan terjadinya penyelundupan hukum.
12. Clean break secara khusus diatur dalam ketentuan waralaba. Ketentuan tersebut
secara tegas tidak memungkinkan pelaksanaan waralaba oleh Penerima Waralaba
baru sebelum segala hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba
berdasarkan Perjanjian Waralaba sebelumnya telah diselesaikan. Hal ini jelas
merupakan perlindungan yang sangat baik bagi kedua belah pihak, dari itikad tidak
baik yang mungkin saja ada, disalah satu atau mungkin kedua belah pihak dalam
pemberian waralaba.

Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan pemberi
waralaba dan penerima waralaba.

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
 Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan
hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
 Penerima waralaba (franchisee), adalah badan usaha atau perorangan yang
diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan, atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

D. E-Commerce
"Perdagangan elektronik, yang biasa disebut E-Commerce, adalah perdagangan produk atau
layanan yang menggunakan jaringan komputer, seperti Internet. Electronic commerce mengacu
pada teknologi seperti mobile commerce, transfer dana elektronik, manajemen rantai pasokan,
pemasaran Internet, pemrosesan transaksi online, pertukaran data elektronik (electronic data
interchange/ EDI), sistem manajemen persediaan, dan sistem pengumpulan data otomatis.
Perdagangan elektronik modern biasanya menggunakan World Wide Web (www) untuk setidaknya
satu bagian dari siklus hidup transaksi, walaupun mungkin juga menggunakan teknologi lain seperti
E-Mail.

E-Commerce menurut Martin Kütz adalah pertukaran barang dan jasa antara (biasanya)
organisasi independen dan / atau orang-orang yang didukung oleh penggunaan sistem ICT
(Information & Commucation Technology) yang komprehensif dan infrastruktur jaringan yang
standar secara global. Untuk tujuan ini, mitra bisnis harus menggabungkan proses bisnis dan sistem
ICT (Information & Commucation Technology) mereka. Sistem ini harus bekerja sama untuk
sementara dan tanpa hambatan dan harus berbagi, menukar dan memproses data selama
keseluruhan proses bisnis dan lintas batas-batas organisasi yang bekerja sama. Keamanan data dan
privasi data serta kepatuhan terhadap undang-undang dan kebijakan dan prosedur lainnya tentu
saja harus dijamin.

a. E-commerce dengan "5-C-model"


Pendekatan lain untuk menjelaskan, apa itu E-Commerce, berasal dari model 5-C (Zwass
2014). Ini mengidentifikasi E-Commerce oleh domain aktivitas yang denominasi dimulai
dengan huruf "C":
1. Commerce (Perdagangan)
a) Di pasar elektronik ada pencocokan antara pelanggan dan pemasok, penetapan
persyaratan transaksi, dan fasilitasi transaksi pertukaran.
b) Dengan perpindahan yang luas ke sistem perusahaan yang didukung Web
dengan kemampuan yang relatif seragam dibandingkan dengan sistem warisan,
hubungan rantai pasokan universal telah diciptakan
2. Colaboration (Kolaborasi)
a. Web adalah jaringan yang luas, atau jaringan, hubungan antara rms dan
individu.
b. Kolaborasi formal atau lebih sedikit diciptakan atau muncul di Web untuk
mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan pengetahuan
dengan cara yang membatasi batasan
c. ruang, waktu, batas nasional, dan organisasi pembebasan.
3. Communication (Komunikasi)
a. Sebagai media interaktif, Web telah memunculkan beragam produk media.
b. Media universal telah menjadi forum untuk ekspresi diri (seperti di blog) dan
presentasi diri (seperti contoh di Polyvore: www.polyvore.com).

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
c. M-Commerce yang berkembang pesat memungkinkan konektivitas dalam
konteks,
d. dengan produk dan iklan yang sensitif terhadap lokasi.
e. Dalam domain komunikasi, Web juga berfungsi sebagai saluran distribusi produk
digital
4. Connection (Koneksi)
a. Platform pengembangan perangkat lunak yang umum, banyak di antaranya
berada di domain open-source, memungkinkan spektrum yang luas untuk
memanfaatkan manfaat perangkat lunak yang sudah dikembangkan, yang
tentunya lebih sesuai dengan perdagangan dan kolaborasi mereka.
b. Internet, sebagai jaringan jaringan yang mudah bergabung dan di luarnya relatif
mudah untuk mengukir jaringan pribadi virtual, merupakan jaringan
telekomunikasi universal, yang sekarang berkembang luas di domain mobile.
5. Computation (Komputasi)
a. Infrastruktur internet memungkinkan pembagian sumber daya komputasi dan
penyimpanan berskala besar, sehingga mengarah pada penerapan gagasan
komputasi utilitas yang sudah berumur puluhan tahun.

b. Model bisnis yang berkaitan dengan e-commerce


Bisnis berbasis internet, beberapa kegiatan bisnis khas, yang berbasis di Internet. Pelaku E-
Commerce bekerja sama dengan perusahaan tersebut dan menggunakannya sebagai
penyedia layanan khusus.

1. Access provider (Penyedia akses)


a. Penyedia akses memastikan akses (teknis) ke Internet. Kita harus ingat,
seseorang harus membayar penyedia akses sehingga kita bisa mendapatkan
akses ke Internet. Siapa yang membayar? Kita atau orang lain Dibanyak wilayah
di dunia, ini adalah bisnis yang sepenuhnya diprivatisasi, meski terkadang di
arena politik akses ke Internet dinyatakan sebagai hak asasi manusia modern.
Tentunya ada kesamaan dengan jaringan telepon. Namun, itu (biasanya) bekerja
dalam bentuk privatisasi ini.
b. Model bisnis tradisional, yang serupa dengan bisnis penyedia akses, adalah
operator infrastruktur teknis, mis. jaringan telepon, jalan raya mobil, atau kereta
api.
2. Search engine (Mesin pencari)
a. Mesin pencari adalah perangkat lunak yang paling banyak digunakan di Internet.
ey adalah langkah awal untuk banyak aktivitas berbasis internet, tidak hanya
tapi, tentu saja, juga jika seseorang mencari peluang bisnis. Sekali lagi kita harus
bertanya: Siapa yang membayar? Siapa, siapa yang mau menemukan sesuatu
atau seseorang? Atau siapa, siapa yang mau ditemukan?
b. Model bisnis tradisional dan serupa diberikan oleh apa yang disebut "halaman
kuning", di mana rMS terdaftar dan dikelompokkan menurut cabang dan lokasi.
3. Online shop (Toko online)
a. Toko online adalah situs web, tempat Anda dapat membeli produk atau layanan,
misalnya: buku atau perlengkapan.
b. Model bisnis tradisional dan sejenis adalah penjualan surat langsung (tidak ada
fasilitas toko, barang melalui katalog cetak, pemesanan melalui surat atau
panggilan telepon) dan factory outlet (produsen memiliki fasilitas toko sendiri,
tidak menjual produknya melalui pedagang).
4. Content provider (Penyedia konten)

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
a. Penyedia konten konten, barang digital sepenuhnya, mis. informasi, berita,
dokumen, musik Varian spesifik dari penyedia konten adalah broker informasi,
yang merupakan pedagang informasi.
b. Sekali lagi pertanyaan berikut harus diajukan: Siapa yang membayar? Siapa yang
ingin memiliki akses terhadap informasi? Siapa yang mau memberikan
informasi?
c. Model bisnis tradisional di bidang ini adalah penerbit surat kabar, penerbit
majalah, layanan penyiaran radio dan televisi atau perusahaan penerbitan.
c. Keuntungan dan Kerugian

E-Commerce memiliki banyak kelebihan. tentu saja, E-Commerce memiliki beberapa kekurangan
(lihat tabel 1 dan 2).

Keuntungan

Untuk Pelanggan Untuk Provider

 Jam belanja fleksibel (7 ∙ 24h)  Layanan pelanggan yang lebih baik


 Tidak ada antrian menunggu (jika jaring dapat ditawarkan
tersedia dan perangkat lunak yang  Komunikasi yang cepat dengan
dirancang dengan tepat) pelanggan
 Berbelanja di rumah (kita tidak harus  Potensi pelanggan baru melalui
meninggalkan apartemen kita, mengisi visibilitas global
bahan bakar mobil kita atau membeli  Tidak ada perantara (tradisional), siapa
tiket kereta bawah tanah, mencari mengambil margin
tempat parkir, tempat, dll)
 Kebutuhan individu dapat ditutup (jika
kustomisasi ditawarkan)
 Global menawarkan, lebih banyak
kompetisi, tekanan pada harga

Tabel 1: Keuntungan E-Commerce

Kekurangan

Untuk Pelanggan Untuk Provider

 Risiko keamanan:  Biaya logistik lebih tinggi (barang harus


• Pencurian data (misal: mencuri dikirim ke lokasi pelanggan)
akun atau nomor kartu kredit)  Anonimitas pelanggan (bagaimana
• Pencurian identitas (berlaku caranya membuat iklan yang
atas nama kami atau identitas ditargetkan?)
pengguna)
• Penyalahgunaan (misalnya
orang ketiga memesan barang
dengan identitas kita, membuat

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
mereka dikirim dan kita harus
membayarnya)
 Kejahatan:
• Penipuan (mis., pesanan diatur,
faktur harus dibayar, tapi
barang tidak pernah dikirim)
 Status hukum yang tidak pasti (jika ada
yang tidak beres, bisakah kita menuduh
provider?)
Tabel 2: Kekurangan E-Commerce

Daftar Pustaka

• Materi Tim Dosen Kewirausahaan, “Modul Kuliah Kewirausahaan 1”, Pusat


Pengembangan Kewirausahaan, 2019
• Suryana ,2012, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru Mengubah Ide dan Menciptakan
Peluang, Salemba Empat, Jakarta
• Piliang , Yasraf Amir, 2019 , Medan Kreatifitas, Memahami Dunia gagasan, Cantrik
Pustaka, Jogjakarta
• Habibie, Ilham, 2016, Sinergi antara Kewirausahaan dan Teknologi untuk Akselerasi
Kemajuan Bangsa, The habibie Center
• Dewobroto, Wisnu Sakti, 2019, Materi TOT Kewirausahaan 4.0, UMB
• Design Thinking For Innovatioan : Research and Practise , 2016, Springer
Internasional Publising.
• Introduction to E-Commerce: Combining Business and Information Technology 1st
edition © 2016 Martin Kütz & bookboon.com
• Lisensi atau Waralaba: Suatu Panduan Praktis, Gunawan Widjaja, Cetakan kedua,
April 2004, Hak penerbitan pada PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
• Waralaba (Franchise) Di Indonesia, Sri Redjeki Slamet Kantor Advokat Sri Redjeki
Slamet & Partners

Kewirausahaan 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Dr. Ir. Robert Edward MM.,MT. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai