Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN

WARALABA DAN PEMASARAN LANGSUNG

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pengantar Kewirausahaan

Dosen Pengampu : Dr. Nofrion, M.Pd

Disusun oleh :

Salma Aida Putri

23367050

202311280785

PROGRAM STUDI BISNIS DIGITAL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSTAS NEGERI PADANG


2023

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Franchise, atau lebih dikenal dengan istilah waralaba, merupakan suatu bentuk
kerjasama dalam dunia usaha yang melibatkan dua pihak utama: franchisor dan
franchisee. Franchisor adalah pihak yang memberikan izin atau lisensi kepada
pihak lain, yaitu franchisee, untuk menjalankan bisnis dengan memanfaatkan
nama, merek dagang, dan sistem operasional yang telah dimiliki dan
dikembangkan oleh franchisor.

Konsep ini sangat populer di kalangan pengusaha pemula karena memberikan


keuntungan berupa risiko kegagalan yang lebih rendah dibandingkan dengan
mendirikan usaha baru. Seiring waktu, istilah waralaba atau franchise semakin
akrab di telinga masyarakat, dan banyak perusahaan di Indonesia yang
mengadopsi model bisnis ini, seperti Alfamart, Indomaret, Salon Johnny
Andrean, dan Es Teler 77.

Proses awal waralaba dimulai dari keberhasilan usaha franchisor. Melalui format
bisnis waralaba, franchisor mengalihkan keberhasilan konsepnya, misalnya
restoran siap saji, kepada franchisee. Sebelumnya, franchisor telah
mengembangkan standar sukses, melakukan riset, mengembangkan konsep
promosi, dan membangun reputasi yang baik. Setelah konsep teruji dan dapat
direplikasi di berbagai lokasi, franchisor menawarkan kesempatan waralaba
kepada calon franchisee.

Perjanjian waralaba menjadi landasan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Dalam dokumen ini, termuat persyaratan lokasi usaha,
program pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada
franchisor, dan durasi perjanjian waralaba. Beberapa perusahaan terkemuka
seperti Alfamart dan Indomaret berhasil meraih kesuksesan melalui model
waralaba ini.

Menurut pandangan Dominique Voillement, franchise dapat didefinisikan


sebagai bentuk kerjasama di bidang bisnis di mana franchisor, sebagai pemilik
merek dan know-how, memberikan hak kepada franchisee untuk menjalankan
kegiatan bisnis dengan menggunakan merek dan know-how tersebut. Sementara
itu, Rooseno Harjowidigdo menekankan aspek kebendaan dalam definisi
waralaba, termasuk produk, logo, hak merek, pakaian, dan penampilan karyawan
sebagai benda immaterial hak kekayaan intelektual.

Aspek hak kebendaan, seperti hak untuk berusaha dalam bisnis tertentu,
penggunaan merek dagang, dan kemampuan untuk dialihkan melalui lisensi,
menjadi unsur kunci dalam pemahaman konsep waralaba. Dari perspektif
hukum, segala aspek yang terkait dengan waralaba tunduk pada prinsip-prinsip
dan asas-asas hukum benda, termasuk pengalihan hak melalui perjanjian lisensi.

Dengan demikian, franchise atau waralaba dapat didefinisikan sebagai suatu


bentuk kerjasama di mana franchisor memberi izin kepada franchisee untuk
mendistribusikan barang atau jasa dengan menggunakan merek, logo, dan sistem
operasional yang dimiliki oleh franchisor.

B. Resiko Investasi Waralaba


Investasi dalam usaha waralaba dapat menjadi pilihan menarik bagi individu
dengan modal memadai namun minim pengalaman bisnis. Konsep waralaba
memungkinkan seseorang untuk membuka dan mengembangkan usaha dengan
risiko yang relatif kecil. Dalam sistem waralaba, calon pengusaha tidak perlu
memiliki pengalaman atau keahlian khusus, mengurangi potensi Jatuh Bangun
dalam mengelola bisnis. Selain itu, overhead tinggi dan kompleksitas
manajemen dapat diminimalkan, memberikan kemudahan bagi mereka yang
ingin memiliki usaha sendiri.
Meskipun waralaba menawarkan kemudahan, ada beberapa risiko yang perlu
diperhatikan. Keputusan tergantung pada aturan franchisor, dan pewaralaba
harus tunduk pada sistem yang telah ditetapkan. Kesalahan dalam memilih
franchise dapat merugikan reputasi bisnis di seluruh jaringan, dan pembagian
hasil usaha dengan franchisor juga menjadi kewajiban yang perlu
diperhitungkan. Adanya peraturan pemerintah dan persaingan yang ketat dalam
industri waralaba juga dapat menambah tingkat risiko investasi.

Pilihan bidang usaha dalam waralaba juga berpengaruh pada resiko investasi.
Memilih bidang usaha yang tidak sesuai dengan minat dan bakat pribadi dapat
mengakibatkan kurangnya antusiasme dan kreativitas dalam mengelola usaha.
Selain itu, aspek modal juga perlu dipertimbangkan dengan cermat, karena
investasi waralaba biasanya melibatkan pembayaran royalti dan fee kepada
franchisor.

Dalam menghadapi penawaran waralaba yang beragam, calon pengusaha perlu


melakukan analisis risiko yang menyeluruh. Memahami risiko investasi secara
mendalam akan membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dalam
memilih waralaba yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnisnya.
Kesuksesan dalam menjalankan usaha waralaba tidak hanya tergantung pada
kelebihan sistemnya, tetapi juga pada kemampuan pengusaha untuk mengelola
dan mengurangi risiko investasi yang mungkin timbul.

C. Persetujuan Waralaba
Persetujuan waralaba merupakan fondasi hukum yang mengatur hubungan
antara pemberi waralaba dan penerima waralaba, mencakup kewajiban dan hak
keduanya. Sejalan dengan definisi perjanjian yang dikemukakan oleh Van
Dunne, persetujuan ini menciptakan suatu hubungan hukum yang saling
bergantung, di mana kedua belah pihak memiliki tanggung jawab dan prestasi
tertentu. Istilah “waralaba” sendiri berasal dari kata “Wara” yang artinya lebih
dan “Laba” yang berarti untung, menggambarkan esensi dari usaha ini yang
memberikan keuntungan lebih atau istimewa.

Dalam konteks wirausaha, membeli bisnis yang sudah ada seringkali


diimplementasikan melalui model waralaba. Sebagai contoh, di Indonesia,
istilah “franchise” merujuk pada waralaba. Pemberi waralaba, dalam hal ini,
memberikan hak khusus kepada penerima waralaba untuk menggunakan sistem
bisnisnya yang terbukti berhasil. Perjanjian waralaba, yang diatur oleh Pasal 1
PP waralaba, menyatakan bahwa waralaba adalah hak khusus terhadap sistem
bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan jasa.

Perjanjian waralaba, sebagaimana dikemukakan oleh Suharnoko, pada dasarnya


adalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian barang dan jasa
kepada konsumen. Dalam hal ini, persetujuan waralaba menjadi instrumen yang
mengatur proses pendistribusian ini, dengan pemberi waralaba memberikan hak
kepada penerima waralaba untuk mendistribusikan barang atau jasa dengan
menggunakan merek, logo, dan sistem operasi yang telah terbukti berhasil.

Perlindungan hukum bagi kedua belah pihak terletak pada perjanjian waralaba
ini. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, pihak yang lain memiliki hak
untuk menuntut sesuai dengan hukum yang berlaku. Sebagai aspek
perlindungan, perjanjian waralaba memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur
hak dan kewajiban, seperti hak teritorial, persyaratan lokasi, pelatihan, dan
biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh penerima waralaba kepada pemberi
waralaba.

Dalam Pasal 3 PP waralaba, terdapat kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh


waralaba, termasuk memiliki ciri khas usaha, sudah memberikan keuntungan,
standar pelayanan dan barang yang tinggi, penawaran tertulis, mudah diajarkan
dan diaplikasikan, adanya dukungan berkesinambungan, dan hak kekayaan
intelektual yang telah terdaftar. Hal ini memberikan gambaran bahwa pemberian
waralaba adalah pemberian hak dan kewenangan yang terstruktur dan terdefinisi
dengan baik, menjamin keberlangsungan usaha di lingkup area geografis dan
periode waktu tertentu.
Persetujuan waralaba, secara substansial, adalah suatu bentuk persetujuan yang
kompleks dan rinci, mencakup hak, kewajiban, dan komitmen dari kedua belah
pihak. Keberhasilan dan kelangsungan usaha waralaba sangat bergantung pada
implementasi dan pemahaman yang jelas terhadap perjanjian ini.

D. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung, atau direct marketing, merupakan strategi yang dilakukan
oleh perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan
calon pelanggan sasaran. Tujuannya adalah untuk menimbulkan tanggapan atau
transaksi penjualan. Meskipun secara tradisional pemasaran langsung belum
dianggap sebagai elemen bauran promosi, namun dalam era Integrated
Marketing Communication (IMC), pemasaran langsung telah menjadi bagian
integral dari program yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan.

Penting untuk dicatat bahwa pemasaran langsung tidak terbatas pada pengiriman
surat atau katalog melalui direct mail. Aktivitas pemasaran langsung mencakup
pengelolaan database, penjualan langsung, telemarketing, dan iklan tanggapan
langsung melalui berbagai saluran komunikasi seperti internet, media cetak, dan
media penyiaran. Banyak perusahaan saat ini sukses mengadopsi model
pemasaran langsung, bahkan ada yang sepenuhnya mengandalkan strategi ini
sebagai satu-satunya saluran distribusi.

Salah satu instrumen penting dalam pemasaran langsung adalah iklan tanggapan
langsung, di mana produk yang dipromosikan melalui media massa mengajak
konsumen untuk langsung membeli produk tersebut. Meskipun pengiriman surat
masih menjadi instrumen utama, televisi dan majalah juga memegang peran
penting dalam mendukung iklan tanggapan langsung. Peningkatan pendapatan
rumah tangga dan perubahan gaya hidup telah menjadi pendorong utama
pertumbuhan pemasaran langsung, didukung oleh kenyamanan berbelanja
melalui katalog, website, dan pemesanan melalui surat, telepon, atau internet.

Instrumen dan teknik pemasaran langsung juga diterapkan oleh perusahaan yang
menggunakan saluran distribusi tradisional atau memiliki tenaga penjualan
sendiri. Pemasaran langsung memainkan peran penting dalam program
komunikasi pemasaran terpadu bagi perusahaan, memerlukan alokasi dana yang
signifikan untuk mengembangkan dan memelihara database pelanggan.
Penggunaan telemarketing, pengiriman surat, brosur, katalog, dan teknik lainnya
menjadi upaya efektif untuk memberikan informasi tentang produk dan jasa
yang ditawarkan kepada konsumen. Dapat disimpulkan, pemasaran langsung
adalah strategi yang memanfaatkan saluran langsung untuk menjangkau dan
mengirimkan barang serta jasa kepada pelanggan tanpa melibatkan perantara
pemesan.

E. Teknik Pemasaran Langsung


Internet telah menjadi instrumen utama dalam mendukung kegiatan pemasaran
langsung atau direct marketing. Metode pemasaran langsung konvensional,
seperti pengiriman surat secara langsung atau direct mail, telah diterapkan
dengan sukses pada ranah internet. Pengiriman pesan elektronik, seperti SMS
atau email, menjadi alternatif yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
tradisional yang melibatkan perantara kurir. Hal ini menciptakan peluang baru
untuk pemasaran langsung yang lebih efisien dan terkustomisasi.

Penggunaan direct mail secara elektronik tidak hanya mempermudah proses


pengiriman pesan, tetapi juga memungkinkan personalisasi yang lebih baik.
Internet memungkinkan konsumen untuk memilih jenis informasi yang ingin
mereka terima, seiring dengan perkembangan teknologi personalisasi. Sebagai
contoh, situs web seperti New York Times menawarkan layanan pengiriman
informasi khusus kepada pelanggan mengenai artikel, diskon buku, atau promosi
lainnya. Namun, masalah spam atau pengiriman email yang tidak diinginkan
juga perlu diatasi oleh regulasi pemerintah untuk menjaga kenyamanan
pengguna internet.

Pemasaran berbasis data menjadi strategi yang semakin populer, di mana


perusahaan membangun informasi basis data untuk keperluan pemasaran.
Perusahaan pemasaran basis data menyediakan profil konsumen yang dapat
digunakan oleh pemasar untuk menargetkan segmen konsumen tertentu.
Layanan ini mencakup penyediaan data, kualifikasi calon konsumen, dan
pengiriman pesan melalui email. Terutama dalam industri perbankan, basis data
digunakan untuk menjangkau konsumen potensial pengguna kartu kredit,
memanfaatkan fasilitas e-commerce.

E-commerce menjadi tren yang mendominasi dalam pemasaran langsung


melalui internet. Dengan e-commerce, perusahaan dapat menjual produk secara
langsung kepada konsumen, menciptakan metode penjualan yang efisien dan
langsung. Berbagai produk, seperti barang elektronik, buku, perangkat lunak
komputer, hingga tiket perjalanan, dapat dijual melalui e-commerce.
Amazon.com, sebagai salah satu contoh terkenal, mulai dengan penjualan buku
secara online dan sekarang telah berkembang menjadi platform e-commerce
yang menawarkan berbagai produk. Keberhasilan e-commerce terletak pada
kemampuannya untuk menjangkau konsumen global, berkomunikasi secara
interaktif, dan memberikan akses selama 24/7.

Perusahaan tradisional pun semakin banyak mengadopsi e-commerce sebagai


saluran distribusi alternatif. Mereka menggabungkan sistem penjualan
konvensional dengan penjualan melalui internet untuk meningkatkan kehadiran
merek dan memperluas jangkauan pemasaran. Faktor-faktor seperti merek yang
mapan, pengalaman pemasaran, dan sistem teknologi informasi yang sudah
terpasang menjadi pendorong perusahaan tradisional untuk mengadopsi model
pemasaran langsung melalui internet.

Dengan semua keunggulan dan peluang yang ditawarkan oleh teknik pemasaran
langsung melalui internet, perusahaan harus tetap memperhatikan regulasi dan
etika pemasaran. Peraturan pemerintah perlu diimplementasikan untuk
mengatasi masalah spam dan melindungi kepentingan pengguna internet. Selain
itu, etika dalam penggunaan data konsumen juga menjadi aspek penting agar
keberlanjutan pemasaran langsung melalui internet dapat terjaga.

F. Multilevel Marketing
Multi-Level Marketing (MLM), yang juga dikenal sebagai network marketing
atau pemasaran jaringan, merupakan sistem penjualan produk di mana
perusahaan memanfaatkan pembeli atau pengguna produk sebagai distributor
untuk melakukan penjualan langsung ke konsumen. Harga produk yang
ditawarkan ke konsumen biasanya mencakup harga produksi ditambah komisi
untuk distributor, membantu kelancaran distribusi produk. Dalam konteks ini,
istilah Upline dan downline menjadi kunci, merujuk pada hubungan hierarki
antara anggota yang merekrut (Upline) dan anggota yang direkrut (downline).

Dalam MLM, distributor atau networker memperoleh bonus atau komisi dari
omset penjualan yang berasal dari distribusi produk oleh tim atau downline
mereka. Upline memiliki peran sebagai promotor, yang telah terlebih dahulu
mendapatkan hak keanggotaan dan berwenang mendistribusikan produk
perusahaan. Downline, di sisi lain, adalah anggota baru yang direkrut dan
bersedia ikut dalam mendistribusikan produk.

Berbagai pihak memperoleh keuntungan dari strategi penjualan melalui MLM.


Perusahaan dapat menghemat biaya gaji karyawan, promosi, dan iklan. Tim
pemasaran dan penjualan dapat lebih fokus dan mendetail dalam menjelaskan
produk daripada hanya menayangkan iklan. Di sisi distributor, mereka dapat
menjalankan usaha tanpa terikat waktu kerja, memiliki fleksibilitas waktu, dan
berpotensi mendapatkan penghasilan yang tidak terbatas.

MLM pertama kali diperkenalkan di Amerika pada 1945 dan sejak itu
pertumbuhannya sangat pesat. Di Amerika saja, lebih dari 13 juta penduduk
terlibat dalam bisnis ini. Federation of Direct Selling Association melaporkan
bahwa rata-rata peningkatan penjualan dalam sistem MLM mencapai 1,1 miliar
US Dollar per tahun. Data menunjukkan bahwa industri MLM memiliki dampak
signifikan, dengan 20% dari 500.000 jutawan di Amerika berasal dari sektor ini.

Secara global, nilai penjualan industri MLM meningkat hampir 100% dari waktu
ke waktu. Pada tahun 1988, nilai penjualan mencapai 33 miliar US Dollar, dan
pada 1992, angkanya melonjak menjadi 63 miliar US Dollar. Diperkirakan pada
tahun 2010, nilai penjualan industri ini mencapai 600 miliar US Dollar.
Fenomena ini juga terjadi di negara-negara Asia, seperti Jepang, Korea,
Indonesia, India, dan terutama Malaysia, yang memiliki lebih dari 1000
perusahaan MLM beroperasi. Setiap satu dari 10 orang kaya di Malaysia
merupakan pengusaha MLM.

Dengan lebih dari 80 juta praktisi di seluruh dunia, MLM telah menjadi bentuk
bisnis yang signifikan dan memiliki dampak besar terutama dalam pemasaran
produk dan pengembangan peluang usaha di tingkat global.

BAB II

KESIMPULAN

Waralaba, atau franchise, sebagai bentuk kerjasama usaha, memberikan peluang bagi
pengusaha pemula dengan risiko kegagalan yang lebih rendah. Dalam model ini,
franchisor memberikan izin kepada franchisee untuk menjalankan bisnis dengan
memanfaatkan merek dan sistem operasional yang telah teruji. Investasi dalam waralaba
menawarkan keuntungan namun juga membawa risiko terkait aturan franchisor,
pembagian hasil, dan persaingan industri.

Pentingnya pemilihan bidang usaha dan analisis risiko yang mendalam sangat
ditekankan untuk sukses dalam menjalankan usaha waralaba. Perjanjian waralaba
menjadi landasan hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima
waralaba, mencakup aspek hak teritorial, persyaratan lokasi, pelatihan, dan biaya.

Pemasaran langsung, sebagai strategi komunikasi langsung dengan calon pelanggan,


menjadi integral dalam era Integrated Marketing Communication (IMC). Melibatkan
pengelolaan database, telemarketing, dan iklan langsung melalui berbagai saluran
komunikasi, pemasaran langsung juga memanfaatkan internet sebagai instrumen utama.
Penggunaan teknik pemasaran langsung melalui internet, seperti direct mail elektronik,
iklan berbasis data, dan e-commerce, memberikan efisiensi dan personalisasi pesan.

Namun, perusahaan yang mengadopsi strategi pemasaran langsung melalui internet


perlu memperhatikan regulasi dan etika untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Meskipun
memberikan kemudahan dan fleksibilitas, aspek-etika dan perlindungan konsumen
menjadi kunci dalam membangun reputasi yang kuat.

Dalam konteks bisnis MLM, atau Multi-Level Marketing, distributor memanfaatkan


pembeli atau pengguna produk sebagai distributor untuk penjualan langsung. Konsep
upline dan downline menjadi kunci, di mana distributor memperoleh komisi dari omset
penjualan tim mereka. MLM tumbuh pesat secara global, memberikan keuntungan bagi
perusahaan dan distributor. Meskipun menawarkan fleksibilitas dan potensi penghasilan
tanpa batas, perusahaan dan praktisi MLM harus memperhatikan etika dan regulasi
untuk menjaga reputasi dan keberlanjutan bisnis.

Dengan lebih dari 80 juta praktisi di seluruh dunia, MLM memiliki dampak besar dalam
pemasaran produk dan pengembangan peluang usaha di tingkat global. Kesimpulannya,
waralaba, pemasaran langsung, dan MLM mewakili bentuk kerjasama usaha dan
strategi pemasaran yang dapat memberikan peluang namun juga menuntut kehati-hatian
dalam pengelolaan dan pemahaman mendalam terhadap aspek-aspek hukum, etika, dan
regulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Djalimin, J. (2026). Sudah Lama di MLM, Kenapa Belum Sukses?. Pt


Gramedia Pustaka
Utama.https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/
books/76584/
Dasanti, W. (2019). Waralaba. Penerbit Mutiara Aksara.https://webadmin-
ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/136187/
Aneboa, M. H. (2021). Perjanjian Franchise (Waralaba). Scopindo Media
Pustaka.https://webadminipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/
books/182394/
Morissan, M. A. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Edisi
Pertama). Kencana. https://web-ibilibrary.moco.co.id/book/5f43b35b-8b37-
456a-9929-62acc85463fa/a9705125-e299-4e66-8820-156c2a295839
Prasetyo, B. D., Febriani, N. S., Asmara, W. W., Tamitiadini, D. D., Destrity,
N. A., Avina, D. A. A., Illahi, A. K. (2018). Komunikasi Pemasaran Terpadu:
Pendekatan Tradisional Hingga Era Media Baru. UB Press.https://web-
ibilibrary.moco.co.id/book/81bf8b4b-5da1-4679-af50-80022ee25ec6/
a9705125-e299-4e66-8820-156c2a295839
Firmansyah, M. A. (2020). Komunikasi Pemasaran. CV. Penerbit Qiara
Media. https://doc-pak.undip.ac.id/88/1/Buku%20Manajemen
%20Pemasaran%20BARU.pdf

Anda mungkin juga menyukai