Disusun oleh :
23367050
202311280785
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Franchise, atau lebih dikenal dengan istilah waralaba, merupakan suatu bentuk
kerjasama dalam dunia usaha yang melibatkan dua pihak utama: franchisor dan
franchisee. Franchisor adalah pihak yang memberikan izin atau lisensi kepada
pihak lain, yaitu franchisee, untuk menjalankan bisnis dengan memanfaatkan
nama, merek dagang, dan sistem operasional yang telah dimiliki dan
dikembangkan oleh franchisor.
Proses awal waralaba dimulai dari keberhasilan usaha franchisor. Melalui format
bisnis waralaba, franchisor mengalihkan keberhasilan konsepnya, misalnya
restoran siap saji, kepada franchisee. Sebelumnya, franchisor telah
mengembangkan standar sukses, melakukan riset, mengembangkan konsep
promosi, dan membangun reputasi yang baik. Setelah konsep teruji dan dapat
direplikasi di berbagai lokasi, franchisor menawarkan kesempatan waralaba
kepada calon franchisee.
Perjanjian waralaba menjadi landasan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Dalam dokumen ini, termuat persyaratan lokasi usaha,
program pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada
franchisor, dan durasi perjanjian waralaba. Beberapa perusahaan terkemuka
seperti Alfamart dan Indomaret berhasil meraih kesuksesan melalui model
waralaba ini.
Aspek hak kebendaan, seperti hak untuk berusaha dalam bisnis tertentu,
penggunaan merek dagang, dan kemampuan untuk dialihkan melalui lisensi,
menjadi unsur kunci dalam pemahaman konsep waralaba. Dari perspektif
hukum, segala aspek yang terkait dengan waralaba tunduk pada prinsip-prinsip
dan asas-asas hukum benda, termasuk pengalihan hak melalui perjanjian lisensi.
Pilihan bidang usaha dalam waralaba juga berpengaruh pada resiko investasi.
Memilih bidang usaha yang tidak sesuai dengan minat dan bakat pribadi dapat
mengakibatkan kurangnya antusiasme dan kreativitas dalam mengelola usaha.
Selain itu, aspek modal juga perlu dipertimbangkan dengan cermat, karena
investasi waralaba biasanya melibatkan pembayaran royalti dan fee kepada
franchisor.
C. Persetujuan Waralaba
Persetujuan waralaba merupakan fondasi hukum yang mengatur hubungan
antara pemberi waralaba dan penerima waralaba, mencakup kewajiban dan hak
keduanya. Sejalan dengan definisi perjanjian yang dikemukakan oleh Van
Dunne, persetujuan ini menciptakan suatu hubungan hukum yang saling
bergantung, di mana kedua belah pihak memiliki tanggung jawab dan prestasi
tertentu. Istilah “waralaba” sendiri berasal dari kata “Wara” yang artinya lebih
dan “Laba” yang berarti untung, menggambarkan esensi dari usaha ini yang
memberikan keuntungan lebih atau istimewa.
Perlindungan hukum bagi kedua belah pihak terletak pada perjanjian waralaba
ini. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, pihak yang lain memiliki hak
untuk menuntut sesuai dengan hukum yang berlaku. Sebagai aspek
perlindungan, perjanjian waralaba memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur
hak dan kewajiban, seperti hak teritorial, persyaratan lokasi, pelatihan, dan
biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh penerima waralaba kepada pemberi
waralaba.
D. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung, atau direct marketing, merupakan strategi yang dilakukan
oleh perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan
calon pelanggan sasaran. Tujuannya adalah untuk menimbulkan tanggapan atau
transaksi penjualan. Meskipun secara tradisional pemasaran langsung belum
dianggap sebagai elemen bauran promosi, namun dalam era Integrated
Marketing Communication (IMC), pemasaran langsung telah menjadi bagian
integral dari program yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan.
Penting untuk dicatat bahwa pemasaran langsung tidak terbatas pada pengiriman
surat atau katalog melalui direct mail. Aktivitas pemasaran langsung mencakup
pengelolaan database, penjualan langsung, telemarketing, dan iklan tanggapan
langsung melalui berbagai saluran komunikasi seperti internet, media cetak, dan
media penyiaran. Banyak perusahaan saat ini sukses mengadopsi model
pemasaran langsung, bahkan ada yang sepenuhnya mengandalkan strategi ini
sebagai satu-satunya saluran distribusi.
Salah satu instrumen penting dalam pemasaran langsung adalah iklan tanggapan
langsung, di mana produk yang dipromosikan melalui media massa mengajak
konsumen untuk langsung membeli produk tersebut. Meskipun pengiriman surat
masih menjadi instrumen utama, televisi dan majalah juga memegang peran
penting dalam mendukung iklan tanggapan langsung. Peningkatan pendapatan
rumah tangga dan perubahan gaya hidup telah menjadi pendorong utama
pertumbuhan pemasaran langsung, didukung oleh kenyamanan berbelanja
melalui katalog, website, dan pemesanan melalui surat, telepon, atau internet.
Instrumen dan teknik pemasaran langsung juga diterapkan oleh perusahaan yang
menggunakan saluran distribusi tradisional atau memiliki tenaga penjualan
sendiri. Pemasaran langsung memainkan peran penting dalam program
komunikasi pemasaran terpadu bagi perusahaan, memerlukan alokasi dana yang
signifikan untuk mengembangkan dan memelihara database pelanggan.
Penggunaan telemarketing, pengiriman surat, brosur, katalog, dan teknik lainnya
menjadi upaya efektif untuk memberikan informasi tentang produk dan jasa
yang ditawarkan kepada konsumen. Dapat disimpulkan, pemasaran langsung
adalah strategi yang memanfaatkan saluran langsung untuk menjangkau dan
mengirimkan barang serta jasa kepada pelanggan tanpa melibatkan perantara
pemesan.
Dengan semua keunggulan dan peluang yang ditawarkan oleh teknik pemasaran
langsung melalui internet, perusahaan harus tetap memperhatikan regulasi dan
etika pemasaran. Peraturan pemerintah perlu diimplementasikan untuk
mengatasi masalah spam dan melindungi kepentingan pengguna internet. Selain
itu, etika dalam penggunaan data konsumen juga menjadi aspek penting agar
keberlanjutan pemasaran langsung melalui internet dapat terjaga.
F. Multilevel Marketing
Multi-Level Marketing (MLM), yang juga dikenal sebagai network marketing
atau pemasaran jaringan, merupakan sistem penjualan produk di mana
perusahaan memanfaatkan pembeli atau pengguna produk sebagai distributor
untuk melakukan penjualan langsung ke konsumen. Harga produk yang
ditawarkan ke konsumen biasanya mencakup harga produksi ditambah komisi
untuk distributor, membantu kelancaran distribusi produk. Dalam konteks ini,
istilah Upline dan downline menjadi kunci, merujuk pada hubungan hierarki
antara anggota yang merekrut (Upline) dan anggota yang direkrut (downline).
Dalam MLM, distributor atau networker memperoleh bonus atau komisi dari
omset penjualan yang berasal dari distribusi produk oleh tim atau downline
mereka. Upline memiliki peran sebagai promotor, yang telah terlebih dahulu
mendapatkan hak keanggotaan dan berwenang mendistribusikan produk
perusahaan. Downline, di sisi lain, adalah anggota baru yang direkrut dan
bersedia ikut dalam mendistribusikan produk.
MLM pertama kali diperkenalkan di Amerika pada 1945 dan sejak itu
pertumbuhannya sangat pesat. Di Amerika saja, lebih dari 13 juta penduduk
terlibat dalam bisnis ini. Federation of Direct Selling Association melaporkan
bahwa rata-rata peningkatan penjualan dalam sistem MLM mencapai 1,1 miliar
US Dollar per tahun. Data menunjukkan bahwa industri MLM memiliki dampak
signifikan, dengan 20% dari 500.000 jutawan di Amerika berasal dari sektor ini.
Secara global, nilai penjualan industri MLM meningkat hampir 100% dari waktu
ke waktu. Pada tahun 1988, nilai penjualan mencapai 33 miliar US Dollar, dan
pada 1992, angkanya melonjak menjadi 63 miliar US Dollar. Diperkirakan pada
tahun 2010, nilai penjualan industri ini mencapai 600 miliar US Dollar.
Fenomena ini juga terjadi di negara-negara Asia, seperti Jepang, Korea,
Indonesia, India, dan terutama Malaysia, yang memiliki lebih dari 1000
perusahaan MLM beroperasi. Setiap satu dari 10 orang kaya di Malaysia
merupakan pengusaha MLM.
Dengan lebih dari 80 juta praktisi di seluruh dunia, MLM telah menjadi bentuk
bisnis yang signifikan dan memiliki dampak besar terutama dalam pemasaran
produk dan pengembangan peluang usaha di tingkat global.
BAB II
KESIMPULAN
Waralaba, atau franchise, sebagai bentuk kerjasama usaha, memberikan peluang bagi
pengusaha pemula dengan risiko kegagalan yang lebih rendah. Dalam model ini,
franchisor memberikan izin kepada franchisee untuk menjalankan bisnis dengan
memanfaatkan merek dan sistem operasional yang telah teruji. Investasi dalam waralaba
menawarkan keuntungan namun juga membawa risiko terkait aturan franchisor,
pembagian hasil, dan persaingan industri.
Pentingnya pemilihan bidang usaha dan analisis risiko yang mendalam sangat
ditekankan untuk sukses dalam menjalankan usaha waralaba. Perjanjian waralaba
menjadi landasan hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima
waralaba, mencakup aspek hak teritorial, persyaratan lokasi, pelatihan, dan biaya.
Dengan lebih dari 80 juta praktisi di seluruh dunia, MLM memiliki dampak besar dalam
pemasaran produk dan pengembangan peluang usaha di tingkat global. Kesimpulannya,
waralaba, pemasaran langsung, dan MLM mewakili bentuk kerjasama usaha dan
strategi pemasaran yang dapat memberikan peluang namun juga menuntut kehati-hatian
dalam pengelolaan dan pemahaman mendalam terhadap aspek-aspek hukum, etika, dan
regulasi.
DAFTAR PUSTAKA