Anda di halaman 1dari 21

Digital Marketing Content, Etika dan Hukum dalam Dunia Cyber

 Pendahuluan
Materi pada bab ini secara garis besar terbagi menjadi 2; (1) Digital Marketing Content –
Konten Pemasaran Digital dan (2) Etika dan Hukum dalam Dunia Cyber. Materi pertama fokus
membahas strategi konten dan cara mengembangkan konten menarik yang sesuai dengan
strategi pemasaran digital perusahaan. Sub-materi yang akan dibahasa antara lain adalah:
1. Pengertian konten dan pemasaran konten
2. Jenis-jenis konten
3. Mengapa menggunakan pemasaran konten?
4. Sumberdaya manusia dan proses pembuatan konten
5. Distribusi konten
6. Nilai konten
7. Konten internasional

Selanjutnya, materi kedua akan membahas mengenai etika dan hukum terkait aktivitas
dunia maya yang perlu dipahami dalam perencanaan dan penggunaan pemasaran konten.
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda diarapkan dapat:
1. Memahami cara membentuk strategi konten yang efektif dan membuat konten yang
menarik bagi pelanggan.
2. Memahami cara mengukur nilai konten dan cara mendistribusikannya secara
efektif.
3. Memahami cara menggunakan berbagai jenis konten dan cara kerja konten dalam
bisnis internasional
4. Memahami etika dan hukum terkait dalam praktik pelaksanaan pemasaran konten
di dunia maya
DIGITAL CONTENT MARKETING

1. Pengertian Content Marketing


Content marketing atau pemasaran konten telah menjadi salah satu topik terpanas dalam
pemasaran digital selama bertahun-tahun hingga sekarang. Hal ini dipicu oleh perubahan
perilaku konsumen dimana pelanggan sekarang ini banyak mengandalkan media digital untuk
mencari jawaban atas masalah mereka, dan pemenuhan kebutuhan mereka. Oleh karenanya,
sangat penting bagi perusahaan untuk dapat ditemukan pada waktu yang tepat. Untuk dapat
hadir dan ditemukan secara efektif pada platform digital menjadi lebih penting bagi perusahaan
karena berbagai alasan seperti; promosi merek, produk, dan publisitas (Schreiner, Fischer and
Riedl, 2019).

Content marketing sendiri merupakan strategi marketing dalam membuat dan


menyebarkan konten yang berharga, relevan, dan juga konsisten untuk menarik perhatian para
audiens yang dituju (Forbes, 2014). Wilson, (2019) mendefinisikan content marketing sebagai
bentuk tertarget dari aktivitas komersial yang dilakukan berulang yang melibatkan pembuatan
dan promosi konten berkualitas tinggi dengan menargetkan audiens yang teridentifikasi,
dengan tujuan untuk membentuk rasa keterkaitan dan menyampaikan nilai perusahaan/ merek/
produk. Content marketing memproduksi dan berbagi konten terkait merek yang relevan dan
bermanfaat kepada pelanggan saat ini atau calon pelanggan di platform digital untuk
mengembangkan keterlibatan merek, interaksi, kepercayaan, dan hubungan yang positif
(Hollebeek and Macky, 2019).

Content marketing menempatkan merek, pakarnya, dan item konten unggulan di depan
audiens yang eleven untuk mengembangkan saluran penjualan online-nya. Menurut Wilson,
(2019), proses tersebut melibatkan 3 hal:
1. Audiens yang mencari bantuan awal, dukungan dan informasi untuk memenuhi
kebutuhan dan mencari penyelesaian masalahnya;
2. Alternatif layanan atau produk yang tersedia;
3. Orang yang ingin membeli (pembeli potensial).

Konten (content) secara langsung dapat diartikan sebagai kandungan, atau muatan.
Dalam konteks komunikasi dan media, konten merupakan pesan atau informasi yang
disajikan melalui sebuah media. Konten dalam lingkup content marketing sendiri adalah
segala sesuatu yang dapat membantu mendorong terjadinya keterlibatan pengguna akhir
produk atau layanan sebuah perusahaan. Menurut Kingsnorth, (2019) konten yang menarik
harus memenuhi beberapa syarat berikut:
1. Credible (Kredibel)
Konten yang kredibel dapat dibangun dengan dukungan fakta atau informasi lain
yang dapat membuat pernyataan didalamnya dapat dipercaya oleh audiens. Sebagai
bagian dari strategi, perusahaan dapat menciptakan kredibilitas dengan
mencantumkan profil penulis/ penyusun sebagai seorang ahli (bisa memunculkan
biografi), dengan memasukkan fakta dan referensi dari sumber terkenal ,atau
dengan memastikan bahwa konten yang dibuat otentik untuk merek-nya dengan
hanya berbicara dalam lingkup atau bidang yang memang relevan dengan keahlian
perusahaan.
2. Shareable (Mudah untuk Dibagikan)
Konten yang hebat hanya dapat dikatakan hebat jika banyak orang yang
mengaksesnya, atau lebih tepatnya jika terdapat persentase signifikan dari target
audiens yang menyimaknya. Untuk mencapai hal tersebut konten harus dibuat
dalam format yang mudah dibagikan atau disebar luaskan. Sebuah konten dapat
dikatakan shareable bilang tidak dibutuhkan banyak usaha bagi pengguna untuk
mengirimkannya ke orang atau forum lain. Sebagai contoh, perusahaan dapat
menyediakan link yang mudah di copy-paste oleh audiensnya atau terdapat tombol
“share” yang mudah ditemukan dan digunakan.
3. Useful or Fun (Berguna atau Menyenangkan)
Konten yang berguna dapat dibentuk dengan pesan yang singkat namun tepat untuk
menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh audiens. Hal ini dapat diciptakan
dengan fokus kepada satu masalah atau kebutuhan yang ingin diselesaikan oleh
produk maupun jasa. Sisi menarik dari konten sendiri dapat dibangun dari berbagai
hal seperti actor, audio, dan kemudahan penggunaan produk yang
didemonstrasikan. Dengan begitu, pelanggan akan menemukan hasil yang mereka
cari sambil juga menikmati prosesnya, menjadikan konten tersebut berguna dan
menyenangkan.
4. Interesting (Menarik)
Ada beberapa persilangan antara prinsip 'berguna/menyenangkan' dan prinsip
menarik pada konten. Menarik merupakan hal yang subjektif, sehingga sebuah
konten yang berguna/ menyenangkan bisa jadi tidak menarik dimata konsumen,
begitupun sebaliknya. Sebuah konten juga dapat terlihat menarik bagi pembuatnya,
tapi tidak untuk audiensnya. Oleh karenanya, untuk membuat konten yang menarik,
perusahan perlu mengetahui hal apa yang kini menjadi trend diantara target
konsumennya dan menginterasikan hal tersebut di dalam kontennya. Konten yang
menarik adalah konten yang meninggalkan kesan dan dapat dengan mudah diingat
oleh audiens-nya.
5. Relevant (Relevan)
Relevansi adalah pilar konten yang paling penting. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, audiens mencari informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Jika
konten kita relevan atau tepat dengan apa yang mereka cari dan butuhkan saat itu,
maka akan dengan mudah bagi audiens untuk tertarik dengan apa yang anda sajikan
dan mencari tahu lebih dalam tentang produk atau perusahaan anda. Oleh
karenanya anda perlu tahu apa yang membuat target audiens anda tergerak dan
memastikan semua konten yang anda hasilkan relevan dengan yang dibutuhkan.
6. Timely (Tepat Waktu)
Tidak semua konten bergantung pada pada waktu rilis tertentu, tetapi ketika konten
dipasang di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, hasilnya akan jauh lebih
efektif dalam mengikat audiens. Untuk mewujudkan hal ini, anda perlu mengetahui
pola perilaku target audiens anda. Seperti pada jam berapa biasanya target audiens
anda banyak mengakses media sosialnya.
7. Different (Berbeda)
Konten yang bagus harus berbeda. Berbeda bukan berarti tidak sesuai trend.
Perusahaan dapat mengadaptasi suatu trend dan menyajikannya dengan berbeda
atau sesuai dengan gaya dan image dari perusahaan itu sendiri. Dengan penyajian
yang berbeda, konten dapat memikat audiens secara lebih efektif.
8. On Brand and Authentic (Sesuai Merek dan Asli)
Salah satu kesalahan besar para pembuat konten adalah mereka terlalu fokus pada
trend dan isi konten namun lupa dengan identitas merek, sehingga hasil kontennya
tidak sesuai dengan apa yang diekpektasikan orang dari citra yang perusahaan
tersebut miliki di pasar. Oleh karenanya perusahaan perlu memperhatikan
prespektif konsumen padanya. Konsumen berharap untuk melihat hubungan antara
konten dan merek. Originalitas dan identitas sangat penting dan konsumen akan
dengan cepat terikat dengan konten jika perusahaan bermain pada area dimana
mereka seharusnya berada.

2. Jenis-jenis Konten
Konten digital dapat dengan mudah menjangkau target audiens baik di dalam maupun di
luar situs web perusahaan dan dalam media apa pun yang mampu menyampaikan pesan. Oleh
karenanya jangkauan konten digital jauh lebih luas daripada konten tertulis traditional
(Kingsnorth, 2019). Ada banyak format konten yang dapat digunakan pemasaran konten,
Wilson, (2019) membagi konten-konten tersebut ke dalam beberapa kelompok berikut:

Tabel 1. Jenis-jenis Konten

No Fungsi Tipe Konten


1. Pembuatan dan pembuatan ulang konten bentuk  Memes (meme);
pendek  Instructor-graphics (instruktur-
grafis);
 Infographics (infografis); dan
 Content snippets (cuplikan
konten).
2. Pembagian wewenang perusahaan dan individu  Staff profiling/‘day in the life of
[…]’ (Profil staf/'hari dalam
kehidupan [...]');
 E-books/white papers/guides
(e-book/ panduan);
 Podcasts;
 Webinars;
 Interviews (wawancara);
 Forecasts/commentary
(perkiraan/komentar); dan
 Opinion pieces/quotes
(potongan opini/kutipan).
3. Informasi dan pendidikan  Faqs (Fakta);
 Jargon busters;
 Definitions (definisi); dan
 Lists (daftar).
4. Keterlibatan komunitas  Lifestyle content (konten gaya
hidup);
 Events, awards (acara,
penghargaan);
 Location content (konten
lokasi);
 Forums (forum); dan
 Live chat (obrolan langsung).
5. User-generated  Quizzes (kuis);
 Surveys/polls (survei/jajak
pendapat);
 Reviews/testimonials/case
studies
(ulasan/testimonial/studi
kasus);
 Photos/videos (foto/video);
dan
 Quotes (kutipan).
6. Alat, pembaruan, dan aplikasi  Comments/feedback loops
(komentar/umpan balik loop);
 Email/newsletters
(email/bulletin);
 Mind maps (peta konsep);
 Calculators (kalkulator);
 Online tools (alat daring); dan
 Apps/offline content
availability (ketersediaan
aplikasi/konten offline).

Selanjutnya, ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis konten; (1) target
audiens, (2) siklus pembelian, (3) berfikir secara jamak (pertimbangkan sudut pandang
audiens), dan (4) media yang akan digunakan (memilih media dengan jangkauan yang luas dan
saluran yang tepat).

3. Latar Belakang dan Tujuan Content Marketing


Banyak faktor yang mendorong popularitas penggunaan content marketing, namun
menurut Kingsnorth, (2019) 2 faktor terbesarnya adalah perubahan perilaku konsumen dan
perkembangan Google.
1. Perubahan Perilaku Konsumen
Perubahan perilaku konsumen terjadi seiring dengan besarnya penggunaan internet
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Meskipun pola proses keputusan pembelian tidak
banyak berubah, namun internet memberikan pengaruh besar dalam proses pencarian
informasi konsumen. Hampir seluruh konsumen kini melakukan riset terlebih dahulu di
internet terkait produk yang ingin mereka sebelum membuat keputusan. Internet
memberikan kemudahan akses dan keluasan informasi bagi konsumen sehingga media
cetak dan media traditional lainnya banyak ditinggalkan. Hal ini disisi lain memberikan
tidak hanya peluang namun tantangan bagi perusahaan untuk dapat muncul disaat yang
tepat dengan konten yang menarik disaat konsumen potensialnya tengah melakukan
pencarian informasi di internet.
Gambar 4. 1. Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Kotler dan Armstrong (2016)

Perubahan perilaku konsumen in pula yang melatarbelakangi munculnya strategi


pemasaran inbound (inbound marketing) dan zero moment of truth (ZMOT), dimana kedua
strategi tersebut sangat bergantung kepada kualitas konten dan penggelolaannya di
platform digital yang dimiliki perusahaan. Strategi inbound marketing berbentuk
pendekatan untuk menarik konsumen melalui konten dan interaksi yang relevan (dengan
kebutuhan/ permasalahan konsumen) dan solutif (tidak interuptif). Strategi ini
memanfaatkan berbagai media digital yang digunakan sehari-hari oleh konsumen, seperti
search engine dan media sosial. Sedangkan ZMOT mengandalkan media digital untuk
memberikan konsumen gambaran pemakaian dan kebermanfaatan produk maupun nilai
yang akan didapatkan konsumen ketika membeli produk tersebut.

2. Perkembangan Google
Google kini telah menjadi search engine nomor 1 yang digunakan oleh masyarakat
didunia. Hal ini membuat ketergantungan masyarakat terkait informasi yang disediakan
olehnya semakin tinggi. Seiring waktu, dengan banyaknya pengguna (baik dari sisi
konsumen maupun penyedia produk dan jasa) Google menempatkan ketergantungan yang
lebih besar pada faktor konten dalam menentukan kredensial situs untuk diberi peringkat
(Kingsnorth, 2019). Peringkat ini yang menentukan urutan tampilan produk/ jasa sebagai
alternatif dalam pencarian kata kunci yang relevan.

Tujuan dari content marketing sama halnya dengan pemasaran tradisional, yakni
meningkatkan jumlah konsumen dan pembalian produk/ jasa. Namun ada beberapa manfaat
ekstra yang dapat meningkatkan nilai bisnis, seperti (Wilson, 2019):
1. Peningkatan kinerja pemasaran pencarian (search marketing), yang pada akhirnya
menghasilkan keuntungan finansial
2. Peningkatan nilai komersial situs web langsung (direct web) (seperti: traffic/ lalu lintas,
CRO/ Customer Relation Officer, perolehan prospek, penjualan, pendapatan)
3. Peningkatan kesadaran merek (brand awareness) dan eksposur (exposure)
4. Memperpendek siklus pembelian
5. Membangun kepercayaan, otoritas, dan keahlian
6. Memimpin pemeliharaan dan retensi pelanggan
7. Pertumbuhan nilai umur pelanggan (consumer lifetime) dan dukungan pembelian
berulang
8. Maksimalisasi upselling dan cross-selling
9. Keuntungan rujukan, loyalitas, dan advokasi pelanggan.

4. Sumberdaya Manusia dan Proses dalam Pembuatan Konten


Konten merupakan hal penting dalam pemasaran pada era digital ini. Permintaan yang
tinggi dari konsumen terkait konten yang sesuai dan kebutuhan untuk mendominasi mesin
pencari menjadi pendorong kuat bagi perusahaan untuk membuat konten yang berkualitas.

Sumberdaya Manusia
Konten bukan merupakan hal yang sulit dipahami, selagi perusahaan mampu mengerti
kebutuhan dan sudut pandang konsumen. Sayangnya, masih banyak perusahaan yang berjuang
dengan konten, dan akhirnya melakukan pemasaran konten yang salah, karena salah
menentukan siapa yang bertanggung jawab dan terlibat dalam pemasaran konten dalam bisnis.
Sistem tradisional pemasaran di sebuah perusahaan bermula dari atas ke bawah,
menempatkan PR, SEO, dan bagian IT pada level yang berbeda. Menurut Kingsnorth, (2019)
sistem tersebut kurang mendukung pemasaran konten untuk berkembang. Pemasaran konten
merupakan sistem pemasaran yang mengintegrasi setiap departemen yang ada di perusahaan,
bukan hanya beberapa karyawan kreatif dan penulis skenario. Untuk dapat membentuk konten
berkualitas perusahan perlu setiap departemen bekerjasama dan melakukan bagiannya denga
baik; ahli strategi dan analis untuk memahami trend pasar, tim branding untuk
memahamipsikologi konsumen, pemasar untuk menciptakan ide, penulis untuk menyusun
naskah/ skenario, search marketers untuk memahami dampak pada SEO, PR untuk
mengidentifikasi peluang media yang tersedia, dan IT untuk memastikan sistem digital tersebut
bekerja sesuai dengan yang dirancang. Tanpa fokus yang jelas dan budaya yang mendorong
kolaborasi, pemasaran konten menjadi jauh lebih sulit.

Proses
Terdapat 4 tahapan utama dalam membuat content marketing(Kingsnorth, 2019); (1)
tujuan dan strategi, (2) analisis target dan grup target, (3) pembuatan ide, dan (4) penciptaan
dan perencanaan.

a. Tujuan dan Strategi


Menurut Kingsnorth, (2019) tujuan dari penggunaan content marketing antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan kesadaran (awareness): meningkatkan visibilitas layanan produk.
2. Mengubah persepsi: mengubah pandangan tentang layanan produk (misalnya
setelah penarikan produk).
3. Mendorong keterlibatan (engagement): meningkatkan interaksi dengan merek
dan situs web.
4. Mendorong transaksi: meningkatkan prospek dan konversi.
5. Meningkatkan retensi: meningkatkan loyalitas dan kepuasan pelanggan.

Namun, secara lebih sederhana tujuan dari content marketing dapat dibedakan menjadi
2; (1) Brand engagement (keterlibatan merek), seperti penegasan/ perubahan citra,
meningkatkan kesetiaan pelanggan, advokat merek, edukasi. (2) Demand generation
(peningkatan permintaan), seperti meningkatan traffic dan penjualan. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat 2 tipe strategi konten yang dapat dipilih:
1. Functional content (konten fungsional): merupak tipe konten yang menjalankan
peran fungsional bagi bisnis, seperti membantu meningkatkan penjualan produk/
layanan. Contoh kontennya adalah deskripsi produk atau testimonial dan ulasan
pengguna. Konten tipe ini sering dianggap kurang atraktif bagi para pembuat
konten pemsaran, namun pada kenyataannya penting untuk merencanakn konten
fungsional dengan baik sehingga mampu memaksimalkan pendorongan keputusan
pembelian. Mudah untuk mengukur efektivitas konten fungsional dengan melihat
grafik jumlah pemesanan. Selain meningkatkan penjualan, konten fungsional juga
efektif dalam meningkatkan grafik pencarian dalam situs untuk meningkatkan
peringkat merek dalam mesin pencarian seperti Google.
2. Engaging content (konten menarik): konten ini biasanya digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada target audiens dengan cara yang menarik agar
dapat meinggalkan “kesan”. Tipe konten ini cocok untuk meningkatkan
keterlibatan konsumen dengan memancing interaksi baik antar konsumen untuk
membicarakan merek dan bahkan menautkan dan menyebarkanya ke jaringan
sosial digital mereka. Selain meningkatkan keterlibatan, konten jenis ini juga
efektif dalam membentuk kesadaran merek, juga meningkatkan traffic dan grafik
pencarian, namun efektivitasnya lebih rumit untuk diukur dan cenderung
membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding konten fungsional untuk
menunjukkan hasil. Konten ini bisa disebarkan baik di dalam jaringan situs resmi
maupun diluar jaringan dengan tetap bertaut pada halaman resmi perusahaan.
b. Analisis Target dan Grup Target
Setelah menetapkan strategi, kemudian perusahaan perlu melakukan analisis untuk
menginformasikan pendekatan konten. Pertimbangan paling penting adalah menentukan
dan memahami target audiens; namun, ada beberapa hal lain yang layak untuk
dipertimbangkan terlebih dahulu (Kingsnorth, 2019), seperti;
1. Brand guidelines (pedoman merek): perusahaan yang besar dengan sistem yang
baik biasa memiliki pedoman merek yang bagus dan dipahami oleh bagian pemasar
dengan baik. Pedoman perlu menjelaskan batasan pemasaran dengan baik sehingga
ide dan konsep yang dihasilkan tidak keluar dari area yang dapat mengakibatkan
identitas merek memudar.
2. Competitor analysis (analisis pesaing): penting untuk mencari informasi
mengenaik aktivitas terkini pesaing perusahaan sebagai tolak ukur untuk
mengetahui tren, target, dan yang paling penting konten apa yang sudah ada
sehingga perusahaan terhindar dari pembuatan konten yang serupa.
3. Customer interviews/ focus groups/ surveys (wawancara pelanggan/ kelompok
fokus/ survei): wawancara perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keinginan dna
preferensi konsumen secara lebih dalam. Namun, selayaknya riset, pemasara tidak
dapat sepenuh merujuk kepada satu sumber informasi saja, tapi juga
membandingkannya dengan data yang terkumpul dari pasar, dan
mendiskusikannya dengan para ahli dan praktisi untuk dapat menentukan
kesimpulan yang tepat.
4. Analytics (Analisis): menggunakan kemampuan analisis perusahaan untuk
memastikan kualitas konten yang telah diproduksi.
5. Keyword analysis (analisis kata kunci): menggunakan Pengoptimal Kata Kunci
Google, atau alat pihak ketiga lainnya, sehingga dapat mencari tahun tentang apa
yang dicari pelanggan.
Target grup
Banyak perusahaan beranggapan bahwa konsumen memilih mereka karena
menyukainya, sehingga apapun yang disajikan akan tetap menarik. Persepsi ini tidak benar
karena konsumen memikirkan kebutuhan dan kepuasan diri yang bisa dipenuhi oleh produk
ataupun layanan dari perusahaan. Karena konten yang dapat memancing konsumen dan
mendorong terbentuknya kesadaran dan kepedulian terhadap merek/ perusahaan adalah
konten yang menawarkan solusi pemenuhan kebutuhan atau penyelesaian masalah
konsumen. Oleh karenanya, sebuah merek/perusahaan memiliki pekerjaan yang krusial
untuk mengkaitkan identitas diri mereka dengan konten yang akan dikomunikasikan.
Kingsnorth, (2019) berpendapat satu-satunya cara untuk menjawab tantangan tersebut
adalah meningkatkan pemahaman mengenai konsumen seperti permasalahan dan
tantangan yang tengah dihadapi dan preferensi cara interaksi yang nyaman dengan merek.
Untuk dapat menganalisis hal tersebut, terdapat 3 pertanyaan kunci yang perlu dijawab:
1. Permasalahan apa yang dihadapi konsumen?
Perlu bagi perusahaan untuk memahami permasalahan yang dihadapi oleh
konsumen baik mengetahui apa yang ingin mereka cari solusinya, ataukah
konsumen ingin mencari hal yang berbeda, bahkan jika mereka hanya ingin
mencari sekedar hiburan untuk diri. Dengan memahami hal tersebut perusahaan
dapat menentukan tempat dan pesan yang akan mereka sampaikan ke konsumen
dalam kontennya. Jika produk atau layanan tidak menyelesaikan masalah atau
menjawab kebutuhan konsumen, maka akan sangat susah bagi perusahaan untuk
membuat konten yang dapat menarik perhatian konsumennya.
2. Dimanakah konsumen Anda aktif secara digital?
Kelompok audiens yang berbeda aktif di tempat yang berbeda secara online.
Peruasahaan perlu memahami hal tersebut agar dapat menentukan media yang tepat
untuk menyebarkan konten dan sekaligus memnentukan bentuk konten yang sesuai
pada media tersebut berdasarkan tren yang sedang naik disana. Sebagai contoh
konsumen anak muda banyak aktif di media sosial “tik tok”, oleh karena bentuk
konten yang dibuat dapat berdua video pendek dengan banyak transisi, gerakan
menari yang simple, dan teks penjelasan yang singkat namun mengundang.
3. Bagaimana cara konsumen Anda berkomunikasi?
Perusahaan perlu memahami gaya berbicara konsumennya seperti penggunaan
bahasa formal/ informal, penggunaan teks panjang atau pendek, bahkan jenis dan
besar volume musik latar pada video. Berbeda grup konsumen, berbeda gaya
komunikasi dan preferensi mereka. Memahami gaya konsumen berkomunikasi
dapat membantu perusahaan menghasilkan konten yang mudah diingat,
meninggalkan kesan, menarik, dan mampu menyampaikan pesan dengan tepat.
c. Pembuatan Ide
Pembuatan ide dapat lebih berkembang ketika didiskusikan di dalam grup. Namun
dikusi sendiri perlu terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan dengan efektif. Salah satu
caranya ada dengan menggunakan metode Brainwriting (Kingsnorth, 2019). Brainwriting
adalah pengembangan dari brainstorming, merupakan teknik mencari ide dalam grup
secara tertulis dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Pastikan semua peserta diberi pengarahan lengkap tentang tujuan sesi dan
penelitian latar belakang terkait.
2. Buat 'pernyataan masalah'.
3. 'Pernyataan masalah' ditulis di atas lembar kerja (dengan tabel di mana judul kolom
adalah Ide 1, Ide 2 dan Ide 3) dibagikan kepada semua peserta.
4. Setiap peserta kemudian diberi waktu lima menit untuk menyelesaikan baris
pertama dengan tiga ide tentang cara menyelesaikan masalah.
5. Lembaran kemudian diteruskan ke kanan dan prosesnya diulang.
6. Proses berakhir setelah enam putaran.
7. Ide-ide yang terkumpul kemudian disaring dengan cepat untuk menghilangkan ide-
ide yang serupa dan kemudian memutuskan ide-ide bersama terbaik untuk
dikembangkan lebih lanjut
d. Penciptaan dan perencanaan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan diputuskan pada tahap ini antara lain:
1. tanggal publikasi
2. lokasi/media
3. penulis
4. desainer
5. audiens/persona target
6. judul
7. sinopsis;
8. aset yang diperlukan;
9. dependensi.
5. Distribusi
Ada 3 jenis media yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menyebarkan kontennya:

Gambar 4. 2. Jenis-jenis Media Distribusi Konten

Sumber: (Kingsnorth, 2019)

a. Owned/ Dimiliki
Merupakan media dan saluran yang control sepenuhnya dipegang oleh perusahaan.
Sebagai contoh; website, akn resmi media sosial, e-mail, whatsapp, dkk. Ada 2 tools (alat)
yang dapat digunakan untuk membantu penggunaan media ini:
1. Buffer: ini membantu bisnis untuk menganalisis kapan audiens target mereka
paling aktif di sosial, untuk menjadwalkan rilis konten baru yang sesuai.
2. Advokat: Advokat membantu mendorong berbagi konten perusahaan secara sosial
oleh karyawan dengan menyediakan alat yang menunjukkan bagaimana “share”
mereka dapat membuat perubahan.
b. Earned/ Didapatkan
Mengacu pada komentar dan percakapan, baik offline maupun online, di media sosial,
dalam berita, atau melalui komunikasi tatap muka, tentang merek atau organisasi. Earned
media merupakan media yang didapatkan dari usaha hubungan masyarakat, media sosial
dan hasilnya termasuk liputan media, sebutan dalam blog, posting atau tweet di media
sosial, ulasan produk, dan dialog terbuka tentang merek Anda dalam komunitas online,
singkatnya earned media adalah mendapat publisitas atau keterpaparan yang diperoleh dari
metode selain iklan berbayar. Contohnya ada kolaborasi konten dengan selebgram/
vlogger/ blogger, relasi media, dan artikel. Pada prinsipnya hubungan yang terjalin antara
kedua belah pihak ada saling menguntungkan.
c. Paid/ Berbayar
Media berbayar merupaka media yang disewa dari pemilik media, untuk
menyampaikan pesan dan menjangkau target audiens. Media ini merupakan bentuk
investasi untuk membayar pengunjung, menjangkau atau konversi melalui pencarian,
jaringan periklanan tampilan atau pemasaran afiliasi. Contohnya adalah iklan di TV, Radio,
Koran, dll.
6. Mengukur Nilai Konten
Ada beberapa metrik pembanding yang bisa digunakan untuk mengukur nilai suatu konten,
akan tetapi perlu diingat bahwa konten dapat memiliki banyak penyamaran dan tujuannya bisa
sangat berbeda, sehingga tidak ada satu pendekatan atau perangkat pengukuran standar.
Berikut adalah daftar metrik umum yang digunakan:

a. Metrik volume dan jangkauan


Metrik ini melihat volume kontak dengan audiens, serta jumlah sasaran yang
didorong oleh kampanye/saluran. Metrik ini dapat dibentuk dengan menggunakan data
terkait:
1. Jangkauan sosial dan pengikut (Naik atau tidak)
2. Tayangan (Seberapa banyak)
3. Liputan media diperoleh (Apa dan berapa banyak)
4. Mention Sosial (Berapa kali disebut)
5. Tautan kembali ke situs Anda
b. Metrik keterlibatan dan konsumsi
Metrik ini melihat kualitas interaksi dan diskusi pelanggan, serta bagaimana konten
kampanye atau saluran media dikonsumsi. Metrik ini dapat dibentuk dengan menggunakan
data terkait beberapa hal berikut:
1. Interaksi konten, seperti:
a. Berapa banyak tampilan halaman / unduhan yang dihasilkan konten?
b. Berapa jumlah penayangan dan berapa rasio penayangan untuk video Anda?
c. Berapa besar rating bounce web anda? (Rating bounce adalah persentase
pengguna yang mengunjungi halaman namun segera pergi)
2. Pemicu sosial, seperti retweet, share, dan post
3. Keterlibatan sosial: Konten dipromosikan secara aktif oleh konsumen dan, lebih dari
sekadar suka atau berbagi, namun ada keterlibatan nyata seperti percakapan dan
feedback. Terkait dengan hal ini, dan ukuran yang lebih spesifik bernama amplifikasi.
Amplifikasi mengukur nilai nyata dari sosial share dengan mempertimbangkan
audiens dari orang yang berbagi konten. Contohnya seperti berapa pengikut yang
dimiliki oleh orang tersebut.
c. Metrik akuisisi dan nilai
Metrik ini melihat data traffic, penjualan dan pendapatan setelah konten
didistribusikan.

7. Konten internasional
Meskipun prosesnya tetap sama, terlepas dari perbedaan karakteristik pasar dan
konsumennya, ada beberapa pertimbangan utama untuk pemasaran konten internasional,
seperti:

1. Apakah personanya berbeda? Segemen dan persona suatu perusahaan mungkin sama
pada dua negara dengan budaya yang mirip, tapi harus perhatikan perbedaan yang ada.
Meskipun sedikit, perbedaan budaya dan nilai dapat membawa dampak yang
signifikan.
2. Apakah platformnya berbeda? Contohnya masyarakat di China tidak dapat mengakses
google, sebaliknya mereka memiliki situs sendiri bernama Baidu.
3. Perbedaan budaya? Hal ini terutama terjadi ketika menggunakan konten humor. Apa
yang dianggap lucu di satu negara mungkin sangat menyinggung di negara lain.
4. Implikasi legal? Misalnya, di China, konten di Baidu dikontrol agar tetap sejalan
dengan hukum negara tersebut. Undang-undang terkait privasi dan kebebasan
berbicara (Freedom of Speech) pun berbeda di setiap negara dan wilayah.
5. Acara musiman? Thanksgiving, Tahun Baru Cina, Ramadhan, Idul Fitri, dll.
6. Pelokalan: terutama ketika anda ingin menerjemahkan konten anda ke dalam bahasa
lokal. Terkadang terdapat istilah-istilah non-formal khusus dalam perbincangan sosial
di masyarakat yang tidak kita kertahui, karenanya lebih baik menyewa penerjemah
lokal untuk membantu merubah konten kita agar lebih membaur ke dalam target
audiens.
7. Seluler: penggunaan jenis seluler dan popularitas sistem operasi juga berbeda di setiap
negara. Ada negara dengan masyarakat yang cenderung menggunakan iPhone
sehingga jika perusahaan ingin menggunakan aplikasi harus tersedia di App-store atau
iPhone user friendly, begitun sebaliknya dengan negera yang mayoritas
masyarakatnya memilih menggunakan android.
Etika dan Hukum dalam Dunia Cyber

1. Internet dan Etika


Kebebasan dan kemudahan dalam penggunaan internet sekarang ini seringkali membuat
penggunanya tidak awas ketika membuat konten, unggahan, atau meninggalkan komentar. Hal
ini memberikan kesan negative bahwa para penggunaan internet minim akan pemahaman etika
dalam berkomunikasi secara digital. Akibatnya banyak pengaruh negatif terhadap audien
maupun konsumen konten dan interaksi digital yang tidak beretika seperti cyber bullying,
hoax, dan misleading campaign lainnya. Untuk mengatasi hal ini banyak negara yang telah
menetapkan peraturan khusus dalam mengatur kegiatan sosial masyarakatnya dalam dunia
digital, termasuk Indonesia.

Bagi perusahaan/ merek, memahami etika dan hukun terkait kegiatan digital sangat
penting. Salah satu efek yang signifikan adalah untuk menjaga citra positif brand di mata
konsumen/ audiensnya. Di Indonesia departemen terkait yang berwenang mengatur
komunikasi dalam platform digital adalah Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo).
Menurut Kominfo sendiri terdapat 5 nilai etika yang harus dipegang oleh para pengguna
internet di Indonesia yakni; tanggung jawab, empati, otentik, kearifan, dan integritas 1.

Beberapa platform media sosial seperti youtube juga memiliki panduan etika tersendiri
seperti Youtube. Pada panduan etika pengguna miliki youtube ada beberapa peraturan dasar
terkait konten yang harus diikuti seperti2:
a. Tidak boleh menyebarkan konten sexual,
b. Tidak boleh membuat konten yang mengandung Sara atau pelecehan terhadap
agama
c. Tidak boleh menyebarkan konten kekerasan
d. Tidak boleh menyebarkan konten yang dapat mengakibatkan kemarahan dari pihak
tertentu
e. Tidak boleh menyebarkan konten yang bersifat spam

1
Sumber : https://www.kominfo.go.id/content/detail/13024/kemenkominfo-sebut-ada-5-etika-di-dunia-
siber/0/sorotan_media
2
Sumber : https://www.youtube.com/intl/id/howyoutubeworks/policies/community-guidelines/
f. Tidak boleh mengambil konten orang lain tanpa izin

2. Hukum dalam Dunia Cyber


Peraturan dan hukum terkait kegiatan di dunia digital dibuat dengan maksud mencegah
terjadinya tindak kriminal dari penggunaan internet. Di Indonesia pertauran terkait hal tersebut
diatur pada UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Beberapa pasal
yang menyebutkan aturan spesifik untuk para pelaku bisnis antara lain:

Pasal 9 Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik


harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan
dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan.
Pasal 10 Ayat 1 Setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik
dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan
DAFTAR PUSTAKA

Forbes. (2014). https://www.forbes.com/sites/joshsteimle/2014/09/19/what-is-content-


marketing/?sh=2e1e12b910b9

Hollebeek, L. D. and Macky, K. (2019) ‘Digital content marketing’s role in fostering consumer
engagement, trust, and value: Framework, fundamental propositions, and implications’, Journal
of Interactive Marketing. Elsevier, 45, pp. 27–41.

Kingsnorth, S. (2019) Digital marketing strategy: an integrated approach to online marketing.


Kogan Page Publishers.

Schreiner, M., Fischer, T. and Riedl, R. (2019) ‘Impact of content characteristics and emotion on
behavioral engagement in social media: literature review and research agenda’, Electronic
Commerce Research. Springer, pp. 1–17.

Wilson, L. (2019) ‘30-Minute Content Creation Actions’, in 30-Minute Website Marketing.


Emerald Publishing Limited.

Anda mungkin juga menyukai