NIM : 20808144077
No. Absen : 32
Jawab:
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.
Suatu produk dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari pasar sasaran yang telah
ditentukan. Bisa dikatakan sebuah bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya produk yang
akan diperdagangkan (baik produk berupa barang/jasa). Maka dari penting untuk
memperhatikan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menilai kelayakan suatu
bisnis dari aspek produk, yang meliputi:
Jawab:
Strategi (mind-share)
1. Segmentasi
berdasar geografis : konsumen yang tinggal di kota karena akses yang mudah untuk
menjangkau café.
berdasar demografis : pasar café Teman Baca adalah remaja, mahasiswa, dan officer
dengan rentang usia 15-30 tahun.
berdasar psikografis : konsumen yang memiliki gaya hidup menengah ke atas dan
membutuhkan tempat untuk bekerja dan belajar seperti mahasiswa.
2. Targetting
Dari segmentasi pasar yang telah dibuat dan melalui proses evaluasi segmen,
kelompok saya memilih segmen pasar meliputi konsumen dengan gaya hidup
menengah ke atas dan konsumen yang membutuhkan ruang/space untuk membaca
atau menegrjakan tugas.
3. Posisioning
Dengan tipe konsumen ditargetkan berupa orang yang membutuhkan space untuk
membaca atau mengerjakan tugas, kelompok saya memposisikan bisnis kami yaitu
Café Teman Baca sebagai café yang menyuguhkan suasana berbeda dan unik,
dengan mengkombinasikan cafe dan perpustakaan (konsep literasi).
Taktik (Market-share)
4. Diferensiasi
Diferensiasi produk adalah pembeda antara produk sejenis, baik dengan kompetitor
maupun dengan produk inti yang kita miliki. Café Teman Baca sendiri memiliki
keunggulan dalam menyediakan ruang bagi mereka yang ingin membaca dan
mengerjakan tugas dengan suasana berbeda. Berbeda yang dimaksud disini adalah
Café Teman baca di desain untuk memberikan konsumen rasa nyaman dengan
konsep ramah baca.
Bayangkan membaca atau mengerjakan tugas sembari diiringi dengan music klasik
tentu terasa nyaman bukan? ditambah dengan desain ruangan bergaya modern serta
fasilitas memadai seperti buku, working space dan tempat duduk nyaman lengkap
dengan mode normal atau lesehan tentu menjadi experience yang tak terlupakan.
Tak perlu khawatir bila rasa lapar atau haus menerpa, café Teman Baca juga
menawarkan menu pilihan yang bisa kalian coba.
5. Marketing mix
Product
Core product dari café Teman Baca adalah café yang menyediakan ruang/space
berkonsep literasi (ramah baca). Suasana yang tenang dan nyaman menemani
konsumen sembari membaca atau mengerjakan tugas dengan alunan music klasik
yang berdengung merdu diseluruh penjuru café.
Place
Café teman baca menggunakan konsep bangunan modern dengan menyediakan
tipe ruangan indoor dan outdoor. Pada bagian indoor terdapat rak buku-buku
bacaan. Sedangkan pada bagian outdoor menyuguhkan pemandangan yang indah
dari persawahan dan lereng Gunung Merapi. Lokasi ini dipilih karena jauh dari
kebisingan kendaraan dengan tetap mempertimbangkan akses jalan yang mudah
agar dapat dijangkau konsumen.
Price
Berkaitan dengan harga, meskipun café Teman Baca tidak memungut biaya untuk
penyediaan tempat, tetapi kami tetap berbisnis cafe yang menjual makanan dan
minuman. Jadi, jika konsumen ingin menikmati suasana cafe, maka mereka perlu
membeli produk makanan atau minuman kami. Harga untuk menu di café Teman
Baca mulai dari 30ribu hingga 50ribu.
Promotion
Untuk mendukung proses pemasaran, café Teman Baca menggunakan media
sosial seperti instagram sebagai media promosi. Pemberian diskon untuk menu
makanan dan minuman pada situasi-situasi tertentu (seperti dalam rangka hari
kemerdekaan) juga dilakukan agar menarik minat konsumen untuk datang ke café
Teman Baca.
6. Selling
Café Teman Baca berupaya mendapatkan konsumen dengan menggunakan soft
selling dimana penjualan mengandalkan persuasi dan penggunaan kata-kata yang
halus, dengan tujuan membuat konsumen yang ditargetkan menjadi lebih penasaran.
Metode ini dilakukan secara online melalui social media dan offline berupa papan
reklame.
Value (heart-share)
7. Brand
“Café Teman Baca”
Provided space you need
8. Service
Café Teman Baca berupaya untuk menyediakan pelayanan pelanggan dengan sebaik
mungkin dan sepenuh hati. Konsumen bisa mendapatkan fasilitas terbaik dari café
Teman Baca seperti ruangan café yang nyaman, nuansa suasana yang tenang, dan
menu café yang beragam.
9. Process
Proses merupakan upaya pengintegrasian kualitas, biaya dan pengantaran suatu
produk dari perusahaan kepada pelanggannya. Café Teman Baca berusaha sebaik
mungkin dalam menyediakan serta mengintegrasikan core benefit dari café kami
kepada para konsumen. Dengan menyediakan SOP bagi karyawan agar konsumen
yang dating ke café Teman Baca bisa dilayani sebaik mungkin. Sehingga
meninggalkan kesan di hati para konsumen.
3. Jelaskan konsep triple bottom line dan mengapa kelayakan
bisnis harus merujuk pada konsep TBL tersebut?
Konsep triple bottom line dikenalkan pertama kali oleh John Elkington pada tahun 1997
dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Fork, the TBL of Twentieth Century
Business”. Konsep triple-bottom-line mengatakan bahwa perusahaan harus memusatkan
perhatian pada isu-isu sosial dan lingkungan seperti yang mereka lakukan pada isu-isu
keuangan. Konsep TBL mengutamakan gagasan keberlanjutan dengan memasukkan
planet, manusia, dan profit. Hal ini membantu sebuah bisnis memahami bahwa
keberlanjutan jangka panjang dari bisnis itu membutuhkan lebih dari sekedar “profit”.
1) Profit
Aspek profit menekankan pada perusahaan untuk berjalan sesuai dengan tujuan
didirikannya perusahaan yaitu terus berusaha memaksimalkan laba demi
keberlangsungan hidup perusahaan. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk
mencari keuntungan ekonomis yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan
berkembang.
2) Environment/planet
Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan, maka program CSR yang diterapkan oleh
perusahaan mengedepankan pembangunan berkelanjutan. Program CSR pada
aspek lingkungan bisa berupa pembiayaan kegiatan yang berkaitan dengan sumber
daya alam, program kesehatan lingkungan, penghijauan lingkungan hidup,
program perlindungan alam dan lingkungan
3) People
Aspek people lebih ditekankan pada tanggung jawab perusahaan untuk menjaga
sumber daya manusia. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan manusia. Kategori orang mempertimbangkan semua pemangku
kepentingan (tidak hanya pemegang saham) termasuk karyawan, komunitas di
mana organisasi beroperasi, dan individu di seluruh rantai pasokan. Program CSR
yang dilakukan bisa berupa pemenuhan hak para pekerja, memberikan fasilitas
yang memadai, dan lingkungan kerja yang sesuai standar keselamatan.
Mengapa kelayakan bisnis harus merujuk pada konsep TBL? TBL jika diterapkan dalam
suatu perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), mampu mengangkat citra perusahaan, kinerja yang terukur,
mengangkat reputasi kemampuan finansial perusahaan, kualitas produk, dan pelayanan
yang baik. Dengan memerhatikan tiga pilar dalam konsep TBL ini diharapkan bahwa
bisnis mampu menjadi bisnis yang stabil dan mengarah pada bisnis berkelanjutan
(sustainability). Bisnis yang berkelanjutan adalah bisnis yang mampu menciptakan
keuntungan bagi para pemangku kepentingannya sambil melindungi lingkungan dan
meningkatkan kehidupan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Pada akhirnya bisnis
yang berkelanjutan memiliki peluang bagus untuk menjadi lebih sukses tidak hanya
selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tetapi untuk selang waktu yang lama.
Teologi Islam
Al-Qur’an menarasikan bahwa tujuan penciptaan alam adalah untuk pemenuhan
kebutuhan manusia (Qs. al-Jāthiyah [45]:13), sehingga dalam konteks ayat ini manusia
diperintahkan untuk mengelola dan memanfaatkan alam dengan cara yang baik dan
sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah swt. Perkebunan kelapa sawit sendiri
merupakan industri yang sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia. Banyak
tenaga kerja yang terserap dengan adanya industry ini. Namun, bukan rahasia umum
lagi jika pekebunan kelapa sawit membutuhkan lahan untuk ditanami dan lahan itu
didapat dengan menebang hutan lalu ditanami kelapa sawit. Dari situ timbul dampak
bagi lingkungan. Disinilah perusahaan pengelola perkebunan kelapa sawit harus
memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab baik sosial, moral, dan lingkungan.
Aturan pengelolaan dan pemanfaatan alam oleh manusia sebenarnya dibingkai dan
dibatasi dengan perintah untuk tidak berbuat kerusakan, tidak serakah dan menyia-
nyiakannya, tidak mengeksploitasi, tidak boros (berbuat mubazir), (Qs. al-A’rāf [7]:31
dan Qs. al-Isrā [17]:27). Islam melarang pemanfaatan alam yang mengarah pada
eksploitasi dan pengerusakan alam, spesies tumbuh-tumbuhan dan hewan serta
mikroorganisme lainnya.
Teologi Kristiani
Allah adalah satu-satunya subyek dan realitas mutlak yang menjadi sumber satu-
satunya dari alam semesta. Itulah pengakuan iman yang dikemukakan mengenai
penciptaan langit dan bumi. Berdasarkan keyakinan inilah yaitu Allah sebagai pencipta
dan argument teologis tersebut maka sikap dan prilaku manusia terhadap alam
semestinya sesuai dan sejalan dengan sikap dan prilakunya terhadap Allah pencipta
(Borrong, 1991: 180). Menurut teologi ini, pengelola perkebunan kelapa sawit juga
harus bertanggung jawab untuk memelihara bumi. Karena bumi sudah diciptakan oleh
Allah dan manusia wajib bersikap sebagaimana mestinya. Dalam hal ini pihak
pengelola harus memastikan lahan ditanami dengan baik agar hutan yang ditebang tidak
sia-sia, berupaya melakukan penghijauan kembali atas lahan yang sudah ditebang, dan
jugamelakukan perawatan agar lingkungan perkebunan tetap terjaga kualitasnya, baik
tanah, kandungan air, dll.
Teologi Hindu
Pengetahuan yang tercipta dari nilai-nilai ajaran Agama Hindu telah mengajarkan
kepada umatnya bagaimana seharusnya bersikap kepada Tuhan, ajaran tersebut
terangkum Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah tiga hubungan yang sangat
harmonis yang mengakibatkan manusia mencapai keselamatan. Dari adanya
pengetahuan tentang keseimbangan dan keharmonisan yang dapat dilihat dalam tiga
konsep, yaitu Parhyangan (keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan),
Pawongan (keharmonisan hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya) dan
Palemahan (keharmonisan hubungan antara manusia dengan sesama manusia). Dengan
pengalaman yang sama, umat Hindu kemudian melahirkan pula kesadaran yang sama
tentang bagaimana memperlakukan alam yaitu dengan mengamalkan nilai ajaran
Agama Hindu berupa kegiatan penghijauan hutan (Wana Kartika) dan menjalankan
upacara keagamaan yang berhubungan dengan alam, serta menerapkan prinsip etika
lingkungan dalam kehidupan yang berguna untuk menjaga dan melestarikan alam. Hal
ini sangat bisa diterapkan pada perkebunan kelapa sawit. Mengingat dalam teologi ini
mengajarkan tentang konsep pawongan yakni bagaimana manusia hidup harmonis
dengan lingkungan alam.
Teologi Buddha
Ajaran buddha mengenal adanya hukum karma yaitu hukum timbal balik dalam
perbuatan. Praktik ajaran buddha terhadap lingkungan salah satunya yaitu menjaga
alam dengan berupaya mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan dalam diri.
Selalu berbuat baik karena setiap perbuatan kita akan kembali kepada kita. Begitu juga
dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, hendaknya segala aspek baik produksi,
distribusi, operasional dan sebagainya harus dijalankan sebaik mungkin dengan
mempertimbangkan segala factor yang berhubungan dan terdampak. Oleh karena itu
implementasinya bisa dengan menerapkan konsep triple bottom line dalam pelaksanaan
kegiatan perkebunan kelapa sawit.
Teologi Konghucu
Ajaran Khonghucu merupakan ajaran yang menitikberatkan pada pengembangan
hubungan manusia dengan alam semesta untuk menuju masyarakat yang harmonis,
salah satu yang utama ialah tentang etika lingkungan yang mendalam melalui interaksi
inklusif antara hubungan Pencipta (Langit), Bumi dan manusia. Ketiga inilah yang
membentuk tritunggal yang mengatur harmonis dalam tatanan alam semesta. Konsep
hubungan ekologis ini sangat relevan dengan keadaan kita pada zaman sekarang,
dengan perkembangan industri yang semakin meluas di planet Bumi dan pertumbuhan
populasi yang cepat, maka ekosistem sangat membutuhkan etika lingkungan yang baik
dan berkelanjutan. Dalam ajaran Konghucu, dunia dibangun atas dasar moral. Ketika
moral manusia merusak alam dan membuat tatanan alam terganggu bisa berdampak
pada bencana. Oleh karena itu, dalam mengelola perkebunan kelapa sawit, hendaknya
memperhatikan etika-etika moral dan lingkungan yang tidak merugikan, baik untuk
pihak perusahaan maupun masyarakat.
REFERENSI
Ramadhan, Bagus. (2020). “Perbedaan Marketing dan Selling yang Harus Kamu Pahami”.
Dalam https://teknoia.com/perbedaan-marketing-dan-selling-yang-harus-kamu-pahami-
b7935a198e90. Diakses pada tanggal 4 November 2021 pukul 18.55.
https://sustain.wisconsin.edu/sustainability/triple-bottom-line/
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produk-definisi-klasifikasi-dimensi_30.html
https://media.neliti.com/media/publications/296742-kualitas-produk-sebagai-faktor-penting-
d-1fbfb443.pdf