PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia peran telah terlihat kompleks, dengan berbagai
macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif.
Kekomplekan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam
dunia peran, bukan hanya persaingan antar tetapi juga antara dengan lembaga
keuangan. Sebuah fenomena nyata yang telah menuntut manajer keuangan
untuk lebih antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam dunia peran.
Beberapa tahun yang lalu, pertumbuhan lembaga keuangan dan muamalat
dengan sistem syariah mulai bermunculan. Lembaga keuangan ini sudah sejak
lama berkembang di negara Arab Saudi, Kuwait, Turki, Iran dan beberapa
negara Timur Tengah lainnya. Perkembangan selanjutnya merebak ke wilayah
negara Eropa, seperti Swiss dan London, serta wilayah Asia, seperti Malaysia
dan Indonesia. Kegiatan operasional dalam bentuk penyaluran kredit, dapat
terhambat jika mobilisasi dana tidak sesuai dengan jumlah permintaan
pendanaan. Berdasarkan fenomena diatas, ingin diungkapkan disini bahwa ada
beberapa hal yang terkait antara mekanisme manajemen Syariah
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dala makalah ini yaitu :
1. Bagaimana akad dalam perbankan syariah?
2. Bagaimana produk bank syariah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Bagaimana akad dalam perbankan syariah
2. Untuk mengetahui Bagaimana produk bank syariah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad
Dalam Al-Quran, ada dua istilah yang berkaitan dengan perjanjian,
yakni al-aqdu dan al-ahdu. Kata al-aqdu terdapat dalam QS. al-Maidah
(5): 1.
(1 : ) .
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad. Hewan
ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah Menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
Kehendaki.
Secara etimologi, akad (al-aqdu) berarti perikatan, perjanjian, dan
pemufakatan (al-ittifaq).1 Dikatakan ikatan karena memiliki maksud
menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah
satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seutas
tali yang satu.2 Sedangkan menurut Wahbah Az-zuhaily, yaitu3
Ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun ikatan
secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi.
Sedangkan al-ahdusecara etimologis berarti
masa,
pesan,
( : ) .
Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah
Mencintai orang-orang yang bertakwa.
Istilah al-aqdu dapat disamakan dengan istilah verbintenis dalam
KUH Perdata, karena istilah akad lebih umum dan mempunyai daya ikat
1 Faturrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan
oleh Mariam Darus Badrulzaman, et al., cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), 247
2 Ghufron A. Masadi, Fiqh Muamalah Kontekstual, cet. 1, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), 75
3 Wahbah Az-zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, juz. IV, (Damsyik: Dar Al-Fikr,
1989), 80
2
Akad
mualaq
adalah
akad
yand
didalam
Akad
mualaq
ialah
akad
yang
didalam
jual kepada anda atau dengan cara-cara lain yang menunjukkan karinah
hazl.
Kecederaan-kecederaan kehendak ialah karena:
a. Ikrah, cacat yang terjadi pada keridlaan
b. Khilabah, ialah bujukan yang mambuat seseorang penjual suatu benda ,
terjadi pada akad.
c. Ghalath, ialah persangkaan yang salah , seperti seseorang membeli sebuah
motor ia menyangka motor tersebut mesinya masih normal yang
sebenarnya motor tersebut telah turun mesin.
Selain akad munjiz, muallaq dan mudhaf macam-macam akad beraneka
ragam tergantung dari sudut pandang tujuannya , mengingat ada perbedaanperbedaan tinjauan, maka akad akan ditinjau dari segi:
1. Ada dan tidaknya qismah pada akad, maka akad terbagi manjadi dua
bagian:
a. Akad musammah , yaitu akad yang telah ditetapkan syara dan telah
ada hukum-hukumnya, seperti jual beli, hibah dan ijarah.
b. Akad ghair musammah, yaitu akad yang belum ditetapkan oleh syara
dan belum ditetapkan hukum-hukumnya.
2. Disyariatkan dan tidaknya akad, ditinjau dari segi ini akad terbagi menjadi
dua bagian :
a. Akad musyaraah ialah akad-akad yang dibenarkan oleh syara seperti
gadai dan jual beli. 8
b. Akad mamnuah ialah akad-akad yang dilarang syara seperti menjual
anak binatang dalam perut induknya.
3. Sah dan batalnya akad , di tinjau dari segi ini terbagi dua:
a. Akad shahibah, yaitu akad-akad yang mencukupi persyaratannya ,
baik syarat yang khusus maupun syarat yang umum.
b. Akad fasihah, yaitu akad-akad yang cacat atau cidera kerana kurang
salah satu syarat-syaratnya baik itu syarat umum maupun syarat
khusus seperti nikah tanpa wali.,
4. Sifat bendanya, ditinjaau dari sifat ini benda akad terbagi dua:
a. Akad ainiyah, yaitu akad yang disyaratkan dengan penyerahan
barang-barang seperti jual beli.
b. Akad ghair ainiyah yaitu akad yang tidak disertai dengan penyerahan
barang-barang, karena tanpa penyerehan baranga-barang pun akad
sudah berhasil seperti akad amanah.
5. Cara melakukanya, dari segi ini akad dibagi menjadi dua bagian :
a. Akad yang harus dilaksanakan dengan udpacara tertentu seperti akad
pernikahan dihadiri oleh dua saksi , wali dan petugas pencatat nikah.
b. Akad ridlaiyah yaitu akad-akad yang dilakukan tanpa upacara
tertentu dan terjadi karena keridhoan dua belah pihak, seperti akad
pada umumnya.
6. Berlaku dan tidaknya akad, dari segi ini dibagi minjadi dua bagian:
a. Akad nafidzah yaitu akad yang bebas atau terlepas penghalangpenghalang akad.
b. Akad mauqufah yaitu akad-akad yang bertalian dengan persetujuanpersetujuan seperti akad fudluli (akad yang berlaku setelah disetujui
pemilik harta).
7. Luzum dan dapat dibatalkanya, dari segi ini akad dapat dibagi empat:
a. Akad lazim yang menjadi hak kedua belah pihak yang tidak dapat
dipindahkan seperti akad kawin, manfaat perkawinan tidak dapat
dipindahkan kepada orang lain , seperti bersetubuh, tapi akad nikah
dapat diakhiri dengan cara yang dibenarkan syara seperti thalak dan
khulu
b. Akad lazim yang menjadi hak kedua belah pihak dan dapat
dipindahkan dan dirusakkan seperti persetujuan jual beli dan akadakad lainnya.
c. Akad lazim yang menjadi hak salah satu pihak , seperti rahn , orang
yang menggadai sesuatu benda punya kebebasan kapan saja ia akan
melepaskan rahn atau menebus kembali barangny
d. Akad lazimah yang menjadi hak dua belah pihak tanpa menunggu
persetujuan salah satu pihak, seperti titipan boleh diminta oleh yang
menitipkan tanpa menunggu persetujuan yang menerima titipan atau
yang menerima titipan boleh mengembalikan barang yang dititipkan
kepeda yang menitipkan tanpa menunggu persetujuan dari yang
menitipkan.
8. Tukar menukar hak, dari segi ini dibagi menjadi tiga bagian :
a. Akad muawadlah yaitu akad yang berlaku atas dasar timbal balik
seperti jual beli.
b. Akad tabarruat , yaitu akad-akad yang berlaku atas dasar pemberian
dan pertololongan, seperti hibah
c. Akad yang tabarruat pada awalnya dan menjadi akad muawadlah pada
akhirnya seperti qiradh dan kafalah.
9. Harus dibayar ganti tidaknya, dari segi ini akad dibagi menjadi tiga bagian:
a. Akad dhaman, yaitu akad yang menjadi tanggung jawab pihak kedua
sesudah benda-benda itu diterima seperti qaradh.
b. Akad amanah, yaitu tanggung jawab kerusakan oleh pemilik benda ,
bukan yang k oleh yang memegang barang , seperti titipan
c. Akad yang dipengaruhi oleh beberapa unsur, salah satu
segi
nasabah
deposan
sebagai
pemilik
modal.
Bank
dapat
DSN
NO:
07/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
Pembiayaan
Mudharabah (Qardh).
d. Prinsip Ijarah
Akad ijarah dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
penghimpunan dana dengan menerbitkan sukuk, yang merupakan
obligasi syariah. Dengan sukuk ini, bank mendapatkan alternatif
sumber dana berjangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat
digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang. Sukuk
ini dapat menggunakan beberapa prinsip yang dibolehkan syariah,
seperti menggunakan prinsip bagi hasil (sukuk mudharabah dan sukuk
musyarakah), menggunakan prinsip jual beli (sukuk murabahah,
salam, istishna), menggunakan prinsip sewa (sukuk ijarah), dan lain
sebagainya.
2. Produk Pembiayaan/ Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori, yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:12
12 MervvynLewis dan Latifa Algaoud,Perbankan Syariah Prinsip, Praktik,
Prospek, (Yakarta : Serambi, 2001). Hal. 19
10
jual
beli
dibedakan
berdasarakan
bentuk
bertindak
sebagai
penjual,
berubah
selama
berlakunya
dilakukan
akad.
dengan
Dalam
cara
segera
setelah
akad,
sedangkan
pembayaran
2) Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Dalam praktik perbankan, ketika
barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara
angsuran. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam penbiayaan
barang yang belum ada, seperti pembelian komoditi dijual
kembali secara tunai atau secara cicilan.
3) Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam
istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna dalam bank
syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur
dan kontruksi. Ketentuan umum Istishna sebagai berikut :
11
12
paten
atau
goodwill),
kepercayaan/reputasi
(credit
pengelola
keuntungan.Bentuk
dengan
ini
suatu
perjanjian
menegaskan
pembagian
kerjasama
dengan
dengan
dua
cara:
perhitungan
dari
mempermudah
pelaksanaan
pembiayaan,
biasanya
13
ini. Besarnya pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang
benar benar timbul.
1) Hiwalah ( Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam
praktik perbankan syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk
melanjutkan suplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas
jasa pemindahan piutang.
a) Rahn (Gadai)
Tujuan
akad
rahn
adalah
memberikan
jaminan
rusak
atau
cacat,
maka
nasabah
harus
bertanggungjawab.
b) Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam
perbankan biasanya dalam empat hal yaitu:
1.
14
perhitungan
bank
akan
memberatkan
si
pengurus
bank.
Pengurus
bank
akan
melakukan
pekerjaan
jasa
tertentu,
seperti
suatu
kewajiban
pembayaran.
Bank
dapat
bahasa
adalah
penambahan,
penukaran,
penghindaran, atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli
15
16
Aktivitas perdagangan valuta asing, harus sesuai dengan normanorma syariah, antara lain harus terbebas dari unsur riba, maisir,
gharar. Karena itu perdagangan valas harus memperhatikan batasan
sebagai berikut :
a.Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya
masing-masing pihak harus menerima/menyerahkan masingmasing mata uang pada saat yang bersamaan.
Motif pertukaran adalah untuk kegiatan bisnis sektor riil,
b.
yaitu transaksi barang dan jasa, buka dalam jual beli rangka
spekulasi.
c.Harus dihindari bersyarat. Misalnya, si A setuju membelinya
kembali pada tanggal tertentu dimasa mendatang.
d.
Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak uang
diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
e.Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau
dengan kata lain, tidak dibenarkan jual beli tanpa hal
kepemilikan.
f. Penukaran harta atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu
benda (barang) yang dilakukan antara kedua pihak dengan
kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
Rukun dan syarat jual beli harus sempurna jika tidak maka
g.
dianggap batal.
h.
Serah-terima dilakukan secara langsung dan tunai.
b. Ijarah
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership / milkiyah) atas barang itu sendiri.
Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,
tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual
beli objek transaksinya barang, pada ijarah objek transaksinya adalah
barang maupun jasa.
Dalam Fatwa DSN No. 6 Tahun 2000 tentang Pembiayaan Ijarah
telah dijelaskan secara rinci tentang Rukun dan Syarat Ijarah,
Ketentuan Obyek Ijarah, dan Kewajiban LKS dan Nasabah dalam
17
dalam kontrak.
c.Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.
d.
Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai
dengan syariah.
e.Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk
jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau
identifikasi fisik.
Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
g.
h.
i. Kelenturan
(flexibility)
dalam
menentukan
sewa
dapat
19
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, 1999.
Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press,
2000.
Muhammad SyafeI Antonio, Bank Islam: Teori dan Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, 2000.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Kasmir,SE.,Bank & Lembaga Keuangan Lainnya; (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002),cetakan keenam.
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu,
April 2015
Penyusun
i
21
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan
.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Akad ...........................................................................................
B. Produk Perbankan Syariah .........................................................
2
8
Kesimpulan..................................................................................
20
B.
20
iii
ii
22
MAKALAH
MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH
Akad Akad Dan Produk Produk Bank Syariah
Di Susun Oleh :
Heni Astuti
Muslimin
Zulmeira Annisa
Dosen :
Idwal, B.MA
23