Anda di halaman 1dari 21

KONSEP

LUQATHAH

Dosen Pengampu : Nursantri Yanti M.E.I


Kelompok 12

Aura Sabbrina
(0506212038)

Sri Indah Ayu Permata


Sari
(0506213181)
01
PENGERTIAN
LUQATHAH
Pengertian Luqathah Dalam Pandangan IslamAl - Luqatah (barang temuan) adalah suatu barang
yang hilang dari pemiliknya lalu ditemukan dan diambil orang lain. Hilangnya sebuah barang dari pemiliknya
tidak mengakibatkan kepemilikannya terhadap barang tersebut juga hilang. Masyarakat bertanggung jawab
untuk merawat menyimpan dan menyampaikan barang tersebut kepada pemiliknya semampu mereka.
Menurut istilah fiqh barang temuan itu sama dengan “luqathah”. Mendengar barang temuan/luqathah
tersebut maka hal ini tertuju kepada bentuk suatu tindakan yang mendapatkan sesuatu milik orang lain
secara tidak sengaja, sedangkan benda tersebut tidak diketahui siapa pemiliknya. Ini berarti bahwa benda
yang ditemukan itu bukanlah kepunyaan penemu, melainkan milik orang lain.Luqathah secara Etimologi
berarti “barang temuan”. Kata barang ini bersifat umum, bukan dikhususkan pada barang tertentu saja. Al-
Luqathah juga berarti sesuatu yang diperoleh setelah diusahakan, atau sesuatu yang dipungut.Luqathah
secara Etimologi berarti “barang temuan”. Kata barang ini bersifat umum, bukan dikhususkan pada barang
tertentu saja. Al - Luqathah juga berarti sesuatu yang diperoleh setelah diusahakan, atau sesuatu yang
dipungut.
Secara Terminologi fiqh, terdapat beberapa definisi luqathah yang dijelaskan oleh beberapaUlama,
di antaranya ialah :
Abu Hanifah
“Harta yang ditemukan seseorang tidak diketahui pemiliknya dan harta tidak termasuk harta yang
boleh dimili (mubah), seperti harta milik kafir harbi (kafir yag memusuhi orangIslam)”.
Ibnu Rusyd
“Sesungguhnya yang dilakukan Luqathah adalah tiap harta orang Muslim yang ditemui karena sia-
sia baik di negeri yang sunyi, baik benda/hewan sama saja, kecuali unta”.
Ibnu Qudaimah
“Barang temuan adalah tiap harta yang terpelihara oleh seseorang pada suatu tempat karena hilang
dan tidak tahu pemiliknya”.
02
HUKUM MEMUNGUT
LUQATHAH
Hukum Memungut Luqathah Dalam Pandangan Hukum IslamMengambil barang
temuan hukumnya sunnah. Ada yang mengatakan wajib dan ada yagmengatakan bahwa
apabila barang tersebut berada di tempat yang dianggap aman oleh penemuannya ketika
ditinggalkannya maka dianjurkan baginya untuk mengambilnya. Akan tetapi, apabila barang
tersebut berada ditempat yang tidak dianggapnya aman ketika ditinggalkannya maka ia wajib
mengambilnya. Dan, apabila dia mengetahui adanya ketamakan dalam dirinya terhadap
barang tersebut maka haram baginya untuk mengambilnya. Perselisihan ini berlaku bagi orang
yang merdeka, baligh, dan berakal, meskipun dia bukan muslim. Sementara orang yang tidak
merdeka, belum baligh, dan tidak berakal tidak dibebani untuk memungut barang temuan.
Terdapat perbedaan pendapat ulama fiqh tentang hukum
memungut barang temuan di jalanan.Pendapat pertama dikemukakan
ulama Malikiyah dan Hanabilah. Menurut mereka, apabila seseorang
menemukan barang di tengah jalan, maka makruh hukumnya
memungut barang itu, karena perbuatan itu boleh menjerumuskannya
untuk memanfaatkan atau memakan barang yang haram. Di samping
itu,apabila orang bersangkutan mengambil barang itu berniat untuk
mengumumkannya dan mengembalikannya kepada pemiliknya apabila
telah diketahui, menurut mereka, mungkin saja ia lalai
mengumumkanya. Oleh sebab itu, memungut barang itu lebih banyak
bahayanya dibanding membiarkannya saja.
Pendapat kedua, dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah. Menurut mereka, jika
seseorang menemukan barang atau harta di suatu tempat sedang pemiliknya tidak diketahui,
barang itu lebih baik dipungut atau diambil, apabila orang yang menemukan khawatir barang
itu akan hilang atau ditemukan oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab. Apabila
kekhawatiran ini tidak ada, maka hukum memungutnya menurut mereka boleh saja.
Hukum pengambilan barang temuan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan
tempat dan kemampuan penemunya. Hukum pengambilan barang temuan antara lain sebagai
berikut :
1. Wajib
mengambil barang temuan bagi penemunya apabila orang tersebut percaya kepada dirinya
bahwa ia mampu mengurus bendabenda temuan itu sebagaimana mestinya dan terdapat
sangkaan berat bila benda-benda itu tidak diambil akan hilang sia-sia atau diambil oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab.
2. Sunnah
mengambil benda-benda temuan bagi penemunya, apabila penemu percaya pada dirinya
bahwa ia akan mampu memelihara bendabenda temuan itu dengan sebagaimana mestinya,
tetapi bila tidak diambilpun barang- barang tersebut tidak dikhawatirkan akan hilang sia-sia
atau tidak akan diambil oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
3. Makruh
Bagi seseorang yang menemukan harta, kemudian masih raguragu apakah dia akan mampu
memelihara benda- benda tersebut atau tidak dan bila tidak diambil benda tersebut tidak
dikhawatirkan akan terbengkalai, maka bagi orang tersebut makruh untuk mengambil benda
benda tersebut.
4. Haram
Bagi orang yang menemukan suatu benda, kemudian dia mengetahui bahwa dirinya sering
terkena penyakit tamak dan yakin betul bahwa dirinya tidak akan mampu memelihara harta
tersebut sebagaimana mestinya, maka dia haram untuk mengambil benda-benda tersebut.
03
MENGUMUMKAN
LUQATHAH
orang yang menemukan barang tersebut wajib mengenal ciri-ciri dan jumlahnya
kemudian mempersaksikan kepada orang yang adil. Perihal tersebut kemudian diumumkan
kepada khalayak ramai selama setahun sekaligus ikut menjaganya. Jika pemiliknya
mengumumkan di berbagai media beserta ciri-cirinya, maka pihak penemu (harus)
mengembalikannya kepada pemiliknya, sekiranya telah diketahui siapa pemiliknya meski
batasan waktu (setahun) telah berlalu.Meski demikian, ada sejumlah ketentuan yang perlu
diperhatikan oleh orang yang menemukan sesuatu yang bukan milik sendiri, maka penemu
untuk sementara wajib memelihara dan menyimpannya sampai batas waktu tertentu atau
sampai pemiliknya datang untuk mengambilnya.
Namun demikian, di antara hak penemu yang harus.
dipertanggungjawabkan sebagai berikut:
➢ Pertama, penemu wajib memberitahukan atau mengumumkan bahwa ada
barang yang ditemukannya. Caranya :
yang pertama adalah mengenali atau mengamati tanda-tanda yang membedakan
dengan barang lain dan mengamati jenis dan ukurannya. Setelah itu, dengan
mengumumkan kemasan (tempat) dan pengikatnya. Dengan hanya memberi tahu
kemasan atau tempatnya saja, orang yang mengaku pemilik dapat dimintai
keterangannya mengenai barangnya yang hilang. Hal ini mungkin untuk menjaga
jatuhnya barang tersebut kepada yang bukan pemiliknya.
➢ Kedua, apabila pemiliknya datang dan ia dapat menyebutkan tanda atau ciri-ciri barang
tersebut dengan pas dan sesuai dengan yang ditemukan, maka penemu harus
menyerahkannya kepada orang tersebut.
➢ Ketiga, jika pemiliknya tidak datang juga, waktu maksimal untuk mengumumkannya
selama satu tahun. Setelah satu tahun tidak ada yang mengaku sebagai pemilik, maka
penemu dapat memanfaatkannya untuk dirinya atau orang lain.Dari sejumlah ketentuan
yang disebutkan di atas, terdapat konsekwensi hukum dimana fuqaha menilai bahwa
sekiranya nanti pemilik yang sebenarnya datang setelah lewat waktu yang telah
diumumkan, namun ia tidak lagi mengenal ciri-ciri barang atau benda yang dicari, maka
barang tersebut tidak boleh diberikan kepadanya.
04

STATUS
LUQATHAH
Luqathah adalah benda yang dinyatakan hilang atau
tercecer dari pemiliknya dan terjadi secara tidak
sengaja, baik karena menyadari kehilangan atau tidak
menyadarinya. Status luqathah merupakan amanah
di tangan sipenemu, maka benda yang dengan
sengaja dibuang oleh pemiliknya karena sudah tidak
lagi ingin memilikinya, tentu saja sudah bukan lagi
disebut luqathah. Ketika pemulung mengais-ngais di
area tempat sampah dan menemukan benda yang
menurutnya masih berguna, hukumnya sudah bukan
lagi luqathah.
05
RUKUN DAN
SYARAT
LUQATHAH
Rukun Luqathah ada dua, yaitu orang yang
mengambil (yang menemukan) dan benda-benda
atau barang-barang yang diambil:

Yang mengambil, harus adil, sekiranya yang


mengambil orang yang tidak adil, hakim berhak
mencabut barang itu dari orang tersebut, dan
memberikannya kepada orang yang adil dan ahli.
Begitu juga kalau yang mengambilnya anak kecil,
hendaknya diurus oleh walinya.

Barang yang didapat, sesuatu yang didapat ada 4


macam :
1. Barang yang dapat disimpan lama, (seperti emas dan perak), hendaknya disimpan di
tempat yang layak dengan keadaaan barang itu, kemudian diberitahukan kepada umum
di tempat- tempat yang ramai dalam masa satu tahun.
2. Barang yang tidak tahan lama untuk disimpan, seperti makanan, barang yang serupa ini
yang mengambil boleh memilih antara mempergunakan barang itu, asal dia sanggup
menggantinya apabila bertemu dengan yang punya barang, atau ia jual, uangnya
hendaknya dia simpan agar kelak dapat diberikannya kepada yang punya.
3. Barang yang dapat tahan lama dengan usaha, seperti susu, dapat disimpan lama
apabila dibuat keju.
4. Sesuatu yang berhajat pada nafkah, yaitu binatang atau manusia, anak kecil
umpamanya.
THANK
YOU
“This is a quote, words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”

—Someone Famous

Anda mungkin juga menyukai