KELAS VI C
MAPEL FIQIH
LUQATAH/BARANG TEMUAN
Agama Islam adalah agama rahmat dan kasih sayang serta melarang kedholiman bagi
siapapun dan terhadap siapapun, dalam segala hal, sampai masalah harta, Rosulullah
bersabda:
اليحل مال امرئ مسلم إال عن طيب نفس منه
“Tidak halal harta seorang muslim (buat orang lain) kecuali dengan kerelaan hatinya.”
Demi menjaga hak milik (harta) manusia, sekalipun harta yang dimiliki seseorang hilang dari
tangannya dan ditemukan oleh orang lain, maka agama Islam mengatur tata cara menyikapi
barang temuan sehingga terwujudlah kehidupan yang aman tentram, dan tidak saling
mendholimi sesama, serta hak-hak manusia tertunaikan, inilah yang dibahas oleh para
Ulama dengan istilah al luqatah.
Pengertian
Barang temuan dalam bahasa Arab disebut Al Luqatah, menurut bahasa artinya adalah
sesuatu yang ditemukan atau didapat. (Al Katib, t.t : 89)
Sedangkan , menurut istilah al luqatah sebagaimana yang dita’rifkan oleh para ulama
adalah sebagai berikut:
b. Al Imam Taqiy al Din Abi Bakr Muhammad al Husaini al luqatah adalah pengambilan
harta yang mulia sebab tersia-siakan untuk dipelihara atau dimilikinya setelah
diumumkan.
c. Idris Ahmad berpendapat bahwa al luqatah ialah sesuatu barang yang ditemukan
karena jatuh dari tangan pemiliknya dan yang menemukan tidak mengetahui pemilik
barang yang ditemukan.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa al luqatah ialah memperoleh suatu
benda yang tidak diketahui pemiliknya dan dapat dimilikinya setelah diumumkan.
B Hukum Pengambilan Barang Temuan
Hukum pengambilan barang temuan tergantung pada kondisi tempat dan kemampuan
penemunya. Hukum pengambilan barang temuan antara lain sebagai berikut:
Wajib, yakni apabila orang yang menemukan barang tersebut yakin bahwa dirinya
mampu menjaga barang tersebut dan terdapat sangkaan berat bila benda-benda itu jika
tidak diambil maka akan hilang sia-sia atau diambil oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab
Sunnah, yakni jika penemu barang percaya pada dirinya bahwa ia akan mampu
menjaga benda yang ditemukannya, bila tidak diambilpun tidak dikhawatirkan akan
hilang sia-sia atau tidak akan diambil oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
. Makruh, apabila penemu barang masih ragu-ragu apakah dia akan mampu memelihara
benda-benda tersebut atau tidak. Dan bilapun barang tersebut tidak diambil tidak
dikhawatirkan terbengkalai.
Haram, yakni apabila orang yang menemukan barang tersebut mengetahui bahwa
dirinya sering terkena penyakit tamak dan yakin bahwa dirinya tidak akan mampu
memelihara harta tersebut sebagaimana mestinya, maka ia haram mengambil barang
tersebut.
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, hukum mengambil barang temuan
tidak semerta-merta wajib atau haram, tapi sesuai kondisinya
C. Rukun al Luqatah
Rukun al Quqatah ada dua yaitu orang yang mengambil/menemukan barang dan benda-benda
yang ditemukan/ yang diambil.
Binatang-binatang yang ditemukan oleh seseorang secara umum dapat dibagi dua, yaitu:
1 Binatang-binatang yang kuat, yakni binatang-binatang yang mampu menjaga dirinya dari
serangan binatang buas, seperti unta, kerbau, dan kuda, baik menjaga diri dalam bentuk
melawan atau lari. Binatang yang mampu menjaga dirinya boleh diambil hanya untuk dijaga
saja, kemudian diserahkan kepada penguasa, maka lepaslah tanggungan pengambil.
2 Binatang-binatang yang tidak dapat menjaga dirinya dari serangan-serangan binatang buas,
baik karena tidak mampu melawan maupun karena tidak dapat menghindari, seperti anak
kambing dan anak sapi. Binatang-binatang ini boleh diambil untuk dimiliki, baik dipelihara,
disembelih, maupun untuk dijual. Jika pemiliknya datang, maka wajib dikembalikan
hewannya atau seharganya. Rasulullah bersabda:
خذها فانها هي لك او الخيك او للذئب
“Ambillah ia, sesungguhnya itu milikmu, atau milik saudaramu atau milik serigala.”
[muttafaqun ‘alaih]
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hewan yang kita temukan namanya tidak luqatah
lagi tetapi dhalalah yaitu hewan yang tersesat.
Ig felyzhy.nz