18. Menganalisis Kondisi yang dilarang saat Hakim memutuskan perkara: marah, sangat lapar atau haus,
ketentuan Islam sangat susah, sangat gembira, sakit, Manahan buang air, mengantuk.
tentang Hakim Kedudukan Hakim Wanita:
1. Mazhab Maliki, Hanbali dan Syafii TIDAK MEMBOLEHKAN wanita jadi hakim.
2. Abu Hanifah, BOLEH jadi hakim dalam segala urusan kecuali Had dan Qisas.
3. Ibnu Jarir At-Thabari:BOLEH jadi hakim dalam segala perkara
19. Menganalisis
ketentuan Islam
tentang
Perkawinan
20. Menganalisis 1. NIKAH MUT’AH:Nikah kontrak
ketentuan Islam 2. NIKAH SHIGAR:Baku Tukar
tentang 3. NIKAH MUHALLIL:Menghalalkan perempuan yang dinikahi agar dinikahi lagi
Pernikahan oleh mantan suaminya yang telah menalak tiga(talak bain qubra).
yang 4. NIKAH SILANG:Nikah beda agama
diharamkan 5. NIKAH KHADAN:gundik atau piaraan
21. Menganlisis TALAK RAJ’I=Talak yg boleh rujuk oleh mantan suami selama masa iddah atau
ketentuan Islam sblm masa iddah berakhir.Ia termasuk talak 1 atau 2
tentang Talak. TALAK BAIN SUGRA=Talak yang membolehkan mantan suami rujuk dengan
memperbarui nikah. Termasuk Talak seblm berjima, khuluk, talak 1 atau 2 tapi
masa iddahnya habis.
TALAK BAIN KUBRA=Talak di mana Mantan suami boleh rujuk jika mantan
istri pernah menikah dg lelaki lain dan sdh digauli lalu diceraikan oleh suaminya
yang kedua.
22. Menganlisis DITINGGAL MATI SUAMI & TIDAK HAMIL=4 bulan 10 hari
ketentuan Islam DITINGGAL MATI SUAMI & HAMIL=Sampai ia melahirkan
tentang Iddah DITALAK SUAMI SAAT ISTRI HAMIL=Sampai ia melahirkan
DITALAK SUAMI SAAT ISTRI HAID=3 kali quru(suci atau haid)
ISTRI BELUM PERNAH HAID ATAU MENOPHOUSE=3 bulan
BELUM PERNAH DIJIMA=Tidak ada masa iddah
23. Menganalisisket FurudhulMuqadarah dan Kemungkinan-kemungkinan kadar bagiannya
entuan Islam
tentang
Mawaris
24. Menganalisis Ahli waris terdiri dari istri, ibu,dua orang anak perempuan, dan seorang anak laki-laki.
ketentuann Harta peninggalan almarhum sebesar Rp36.000.000, Berapa bagian warisan yang akan
Islam tentang diterima oleh masing-masing ahli waris?
pembagian
waris
25. Menganalisis ORANG YANG BERWASIAT(MUSHI):Baligh, berakal sehat, atas kehendak
ketentuan Islam sendiri/tanpa paksaan
tentang Wasiat ORANG YG MENERIMA WASIAT(MUSA LAHU):harus benar2 ada, tidak menolak,
bukan pembunuh mushi dan bukan ahli waris mushi.
HARTA YANG DIWASIATKAN(MUSHA BIHI): Tidak lebih dari 1/3, dapat berpindah
milik, harus ada saat shigat, dapat memberi manfaat, tdk bertentangan dg syara.
SHIGAT:Dapat dipahami, penerimaan wasiat diucapkan setelah mushi wafat.
26. Menganalisis PEDOMAN AL-QURAN DALAM MENETAPKAN HUKUM:
Al-quran 1. ADAMUL HARAJ(Tidak memberatkan/tidak menyulitkan)
sebagai salah 2. QILLATU AT-TAKLIF(menyedikitkan beban)
satu sumber 3. AT-TADRIJ FI AL-TASYRI (berangsur-angsur dalam menetapkan hukum)
hukum Islam
yang muttafaq.
27. Menganalisis PERAN/FUNGSI SUNNAH SEBAGAI SHI YANG MUTTAFAQ:
kedudukan 1. BAYAN TAFSIR(penjelas atau merinci ayat2 Al-quran yang masih global)
sunnah sebagai 2. BAYAN TASYRI(Menetapkan hukum yang tak ada ketentuannya dalam Al-
salah satu quran)
sumber hokum 3. BAYAN TAKRIR/BAYAN ITSBAT/BAYAN TA’KID(Menguatkan
Islam yang ketentuan yg telah ditetapkan Al-quran)
muttafaq.
28. Dapat 1. MEMPERJELAS ISI AL-QURAN,”Tidak diterima salat seseorang yang
membedakan berhadas sampai ia berwudhu(HR. Bukhari), Hadis ini memperjelas Surat Al-
fungsi sunnah Maidah:6
sebagai salah 2. MENAFSIRKAN ISI AL-QURAN;Hadis tentang hukuman bagi pencuri dari
satu SHI yang pergelangan tangan sebagai penafsiran dari Surat Al-Maidah:38
muttafaq 3. MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM/MEMBUAT HUKUM BARU
yang tak ada dalam Al-quran. Hadis tentang zakat fitrah.
4. MENGGANTI KETENTUAN TERDAHULU(BAYAN NASAKH);”Tak ada
wasiat bagi ahli waris.” Hadis ini menasakh surat Al-Baqarah:180.
29. Menentukan DARI SEGI TERJADINYA:
kedudukan Ijma ljma’ sharîh/qouli/bayani, yaitu para mujtahid menyatakan pendapatnya dengan
sebagai salah jelas dan tegas, baik berupa ucapan atau tulisan
satu SHI yg Ijmâ’ sukûti/iqrâri yaitu semua atau sebagian mujtahid tidak menyatakan
muttafaq pendapat dengan jelas dan tegas, tetapi mereka berdiam diri saja atau tidak
memberikan reaksi.
DARI SEGI KEYAKINAN
ljma’ qath’î, yaitu hukum yang dihasilkan ijmâ’ itu adalah sbg dalil qath’î diyakini
benar terjadinya.
ljma’ zhannî, yaitu hukum yang dihasilkan ijmâ’ itu dzhannî, masih ada
kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah
ditetapkan berbeda dengan hasil ijtihad orang lain atau dengan hasil ijmâ’ yang
dilakukan pada waktu yang lain.
30. Mengidentifikas 1. Ijmâ’ sahabat, yaitu ijmâ ’ yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW;
i IJMA sebahgai 2. Ijmâ’ khulafaurrasyidin, yaitu ijmâ ’ yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar,
salah satu SHI Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan
yang muttafaq pada masa ke-empat orang itu hidup, yaitu pada masa Khalifah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar meninggal dunia ijmâ ’ tersebut tidak dapat dilakukan lagi;
3. Ijmâ’ shaikhani, yaitu ijmâ ’ yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar bin
Khattab;
4. Ijmâ’ ahli Madinah, yaitu ijmâ ’ yang dilakukan oleh ulama-ulama Madinah.
Ijmâ ’ ahli Madinah merupakan salah satu sumber hukum Islam menurut
Madzhab Maliki, tetapi Madzhab Syafi’i tidak mengakuinya sebagai salah satu
sumber hukum Islam;
5. Ijmâ’ ulama Kufah, yaitu ijmâ ’ yang dilakukan oleh ulama-ulama Kufah.
Madzhab Hanafi menjadikan ijmâ ’ ulama Kufah sebagai salah satu sumber okum
Islam.
31. Dapat RUKUN QIYAS:
mengklasifikasi 1. AL-ASHLU
kan Qiyas sbg 2. AL-FAR’U
salah satu SHI 3. HUKM AL-ASHLU
yang muttafaq 4. ILLAT
MACAM-MACAM QIYAS:
1. QIYAS AULAWI: qiyas yang illat pada furu’ lebih kuat daripada illat yang
terdapat pada ashal.
2. QIYAS MUSAWI: qiyas yang setara antara illat pada furu’ dengan illat pada
ashal
3. QIYAS ADNA: qiyas yang illat pada furu’ lebih rendah daripada illat yang
terdapat pada ashal.