Anda di halaman 1dari 13

AKIDAH AKHLAK

1. KONSEP FIKIH DAN IBADAH DALAM ISLAM

SYARIAH FIKIH

Bersumber dari Al-Qur’an Hadis Bersumber dari para ulama dan ahli fiqh,
serta kesimpulan-kesimpulan tetapi tetap merujuk pada Al-Qur’an dan
yang diambil dari keduanya. hadis.

Hukum bersifat Qat’i (pasti). Hukumnya bersifat Zanni (dugaan).

Hukum syariahnya hanya satu Berbagai ragam cara pelaksanaannya.


(universal) tetapi harus ditaati
oleh semua umat islam.

Tidak ada campur tangan Adanya campur tangan (ijtihad) para


manusia (ulama) dalam ulama dalam menetapkan pelaksanaan
menetapkan hukum. hukum.

2. PENGURUSAN JENAZAH DAN HIKMAHNYA

1. Memandikan jenazah
Memandikan artinya jika jenazah laki laki yang memandikan adalah laki”,sebaliknya perempuan
Namun jika ada suami/istri maka mereka wajib memandikan dan kemudian kerabatnya karna
berkaitan dengan aib jenazah
Apabila di sekitar jenazah laki laki hanya ada perepuan maka di tayamumkan dan sebaliknya

Adapun syarat-syarat jenazah yang wajib dimandikan adalah:

a. Jenazahnya beragama Islam.


b. Didapati anggota tubuhnya walaupun sedikit.
c. Matinya bukan mati syahid.

Tata cara memandikan jenazah adalah sebagai berikut:


a. Dimulai dengan menyiram anggota badan sebelah kanan, kemudian mewudhukan lalu
menyiram anggota badan sebelah kiri.
b. Menyiram dari arah kepala sampai kaki hingga membasahi seluruh badannya dengan air
sabun sebanyak tiga sampai tujuh kali agar benar-benar bersih.
c.Pembilasan yang terakhir disunahkan menggunakan air yang dicampur dengan wangi-wangian
(bunga atau kapur barus).

2. Mengkafani jenazah
Mengkafani artinya membungkus atau menutupi jenazah dengan kain yang dapat menutup
seluruh tubuhnya. Kain kafan yang paling baik menurut Nabi ialah berwarna putih.
Jika memang tidak ada kain putih, maka boleh dengan menggunakan kain apa saja asal dapat
menutup seluruh tubuh. cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
a. Kain kafan dihamparkan di atas tikar yang bersih.
b. Letakkan jenazah dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan yang kiri, seperti posisi
bersedekap dalam salat.
c. Bagian tubuh, seperti kemaluan, dubur, mulut, hidung, mata, dan telinga ditutup dengan
kapas.
d. Taburi tubuh jenazah dengan wangi-wangian.
e. Sehelai demi sehelai kain kafan dibungkuskan ke tubuh jenazah dengan mendahulukan
sebelah kiri dari yang kanan.
f. Diikat dengan tali yang terbuat dari potongan kain kafan pada bagian kepala, dada, perut,
lutut dan kaki.

3. Shalat jenazah
Shalat jenazah dimaksudkan sebagai doa atau permohonan dan permintaan ampun dosa atas
diri si mayat.

Tata cara menshalatkan jenazah sebagai berikut:


a. Imam berdiri didekat kepala bagi mayat laki-laki dan berdiri di tengah badannya bagi mayat
perempuan.
b. Makmum membuat saf di belakang imam. Jumlah saf yang paling utama menurut Nabi adalah
tiga baris, apabila memungkinkan.
c.Niat disertai dengan takbir yang pertama, lalu membaca surah Al-Fatihah.
d.Takbir kedua lalu membaca salawat kepada Nabi.
e. Takbir ketiga, lalu berdoa untuk mayat dan keluarganya.
f. Takbir keempat, lalu membaca doa.
g. Salam.

4. Mengubur jenazah
Cara penguburan jenazah adalah sebagai berikut :
a. Jenazah dimasukkan kedalam lubang lahat yang telah disediakan sambil membaca
doa: “Bismillahi Wa’ala Millati Rasuulillah”
b. Semua pengikat/tali dilepaskan sehingga pipi jenazah dapat menyentuh tanah.
c. Jenazah dibaringkan di atas lambung kanannya menghadap kiblat.
d. Menimbun jenazah dengan tanah galian hingga rapat.
e. Mendoakan jenazah.

Hikmah
1. Mendorong manusia untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.
2. Mengingatkan kepada manusia akan kematian.
3. Mendorong manusia untuk memperbanyak amal saleh.
4. Mendorong manusia untuk meningkatkan kualitas sbg makhluk sosial.
5. Mendorong manusia untuk senantiasa menutupi aib sesama hamba Allah.
6. Menunjukkan sikap menghargai dan menghormati pengurusan jenazah.
3. KETENTUAN ISLAM TENTANG ZAKAT
Zakat maal
1. Beragama Islam
2. Baligh dan berakal sehat
3. Merdeka
4. Harta telah memenuhi nishabnya , yaitu batasan jumlah wajib mengelurakan zakat
5. Harta milik pribadi sepenuhnya
6. Telah mencapai haulnya, yaitu dimiliki selama satu tahun
7. mengeluarkan zakat sebesar 2,5 persen dari jumlah total harta yang dia miliki
Zakat fitrah
Jenis zakat ini wajib ditunaikan saat bulan Ramadhan hingga sebelum salat id.
 makanan pokok di daerah tertentu, seperti beras. Besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter.
 dapat dibayarkan dalam bentuk uang senilai harga makanan pokok yang dikonsumsi oleh
orang yang berzakat.
4. PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH

HAJI UMRAH
 ihram  ihram
 wukuf  tawaf
 tawaf  sa’i
 sa'i  tahallul
 tahallul  tertib
 tertib

5. KETENTUAN HAJI DAN UMRAH


 Beragama Islam.
 Baligh, dan berakal.
 Merdeka.
 Memiliki kemampuan, adanya bekal dan kendaraan, serta anggaran.
 Ada mahram (khusus bagi wanita)

6. TATA CARA MEMBEDAKAN QURBAN DAN AKIKAH

QURBAN AQIQAH
Aqiqah dilaksanakan untuk anak yang Qurban dilaksanakan dalam rangka
baru lahir sebagai penebus sekaligus mendekatkan diri pada Allah dengan
sebagai wujud rasa syukur. meneladani pengorbanan nabi Ibrahim as.

Aqiqah dilaksanakan paling afdal 7 hari Qurban dilaksanakan setelah shalat Idul
setelah kelahiran si bayi atau pada Adha dan 3 hari setelahnya yakni 11,12, 13
waktu lainnya sebelum si anak baligh. Dzulhijjah.

aqiqah disunnahkan untuk dimasak qurban dibagikan dalam keadaan mentah.


terlebih dahulu sebelum dibagikan.
7. KETENTUAN ISLAM TENTANG IHYAUL MAWAT
tanah dikatakan mati adalah dengan jauh dari keramaian, agar tidak ada dugaan milik mereka.
Untuk mengetahui jarak jauh dari keramaian adalah dengan mengembalikannya kepada ‘uruf.

bukan termasuk mawat adalah tanah haram dan ‘Arafah, maka tanah ini tidak bisa dimiliki
dengan dihidupkan, karena dapat mempersempit manasik.

bahwa untuk sahnya menghidupkan tanah yang mati disyaratkan dua hal:

 Bukan milik seorang muslim. Jika ternyata milik seorang muslim, maka tidak boleh
dihidupkan kecuali dengan izin yang syar’i.
 Orang yang menghidupkan tanah yang mati adalah seorang muslim. Oleh karena itu,
orang kafir tidak boleh menghidupkan tanah yang mati di wilayah Islam.

8. KETENTUAN JUAL BELI


A. penjual dan pembeli sudah dewasa ,berakal dan atas kemauannya sendiri tanpa ada unsur
paksaan.
B. barang yg diperjual belikan harus suci,bermanfaat,milik sendiri,jenisnya halal dan dapat
diserah terimakan.
C. adanya kata sepakat antara penjual dan pembeli.
9. MENGANALISIS KHIYAR
 Khiyar adalah pilihan bebas untuk memutuskan antara meneruskan jual-beli atau
membatalkannya
MACAM MACAM KHIYAR
Khiyar Majelis
 khiyar yang dilakukan ketika antara penjual dan pembeli berada pada satu tempat jual beli dan
melakukan akad.
Khiyar syarat
khiyar yang dilakukan untuk mempertimbangkan proses perniagaan selama beberapa hari, dan
batas waktu mempertimbangkan selama 3 hari 3 malam.
khiyar aibi
khiyar yang terjadi karena ketidaktauan pembeli mengenai kecacatan atau kekurangan barang
setelah akad dan menukar dengan barang baru.
Khiyar tadlis
khiyar yang dilakukan selama 3 hari oleh pembeli diakibatkan penjual menyamarkan barang
dan menambah harganya.
10. KETENTUAN WAKAF
 Diwakafkan untuk selama-lamanya, waktu tidak terbatas(takbid).
 Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan datang.
Misalnya, “Saya wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar dari usaha yang akan
datang”. (tanjiz)
 Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan barang yang diwakafkan bisa
dimilki (mauquf) itu
11. KETENTUAN WASIAT
o orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa
adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya kepada orang lain atau
lembaga.
o Pemilikan terhadap harta benda baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal
dunia.
o Harta yang diwasiatkan tidak melebihi 1/3 dari harta warisan kecuali semua ahli waris
menyetujuainya.

12. MENGANALISIS RIBA

Melebihkan bunga atas uang yang dipinjam jika mengulur janji


Contoh: rentenir

Riba Fadhli
menukarkan barang tertentu dengan barang yang sama namun ada perbedaan pada
timbangannya.

Riba Qordhi
meminjam sesuatu, misal uang, pada orang lain tapi harus memberikan lebih ketika
mengembalikannya.

Riba Yadi
melakukan jual beli dengan akad barang dan timbangan sama, namun sebelum terjadi serah
terima si penjual dan pembeli telah terlebih dahulu berpisah.

Riba Nasi’ah
melakukan akad jual beli namun si pembeli menerima barangnya di kemudian hari

13. MENGANALISIS KETENTUAN DIYAT


Diyat secara syara’ adalah pemberian beberapa uang atau barang yg ditujukan pada keluarga
korban dengan tujuan menghilangkan dendam, mengurangi beban dan sebagai ganti dari
hukuman karena sudah dimaafkan.
A. Diyat Mughallazhah adalah denda yang berat dan harus membayar dengan membayar 100
ekor unta, terdiri dari 30 ekor hiqqah (unta betina berumur 3-4 tahun), 30 ekor jadzaah (unta
betina 4-5 tahun), dan 40 ekor Khilfah (Unta betina yang bunting), di wajibkan kepada:
• Pembunuhan dengan sengaja tetapi dimaafkan oleh pihak keluarga korban.,maka
pembayaran diyat sebagai pengganti qishash
• Pembunuhan Yang seperti disengaja, Diyat atau pembayaran dendanya bisa diangsur 3 tahun
• pembunuhan yg terjadi di tanah haram di bulan haram atau juga pembunuhan yg dilakukan
terhadap muhrim
B. Diyat Mukhofafah adalah diyat ringan membayar berupa 100 ekor unta, terdiri dari 20 ekor
hiqqah, 20 ekor jadzaah, 20 ekor unta labun (unta jantan berumur lebih dari 2 tahun) dan 20
ekor unta makhad (unta betina berumur lebih dari 1 tahun).
Diyat mukhaffafah di wajibkan atas pembunuhan tersalah dibayar oleh keluarga pembunuh dan
diangsur tiga tahun, tiap tahun sepertiganya. Seperti:
• pembunuhan yang tersalah
• pembunuhan yang bukan di tanah haram dan bukan juga di bulan haram serta bukan muhrim
• orang yang dengan sengaja melukai tubuh tapi dimaafkan oleh keluarga korban.

14. KETENTUAN ZINA


 Zina mata (ain), ketika seseorang memandang lawan jenisnya dengan perasaan senang.
 Zina hati (qalbi), ketika memikirkan atau mengkhayalkan lawan jenis dengan perasaan
senang dan bahagia.
 Zina ucapan (lisan), ketika membicarakan lawan jenis yang diikuti dengan perasaan
senang.
 Zina tangan (yadin), ketika dengan sengaja memegang bagian tubuh lawan jenis diikuti
dengan perasaan senang dan bahagia terhadapnya.

 Zina  muhsan,  yakni zina yang dilakukan orang yang telah menikah (memiliki suami atau istri).
 Zina  gairu muhsan,  merupakan zina yang dilakukan oleh mereka yang belum pernah menikah.

15. KETENTUAN MENCURI


 Dimaafkan = kelaparan
 Ta’zir (penjara) = jika mencuri barang dengan nilai kecil seperti mengambil buah
hukuman nya mengembalikan atau penjara
 Potong tangan = mencuri bernilai besar dan berharga serta jumlah melebihi nisabnya

16. KETENTUAN BUGHAT


kata bughat yang berarti mencari, maksiat, melampuai batas, berpaling dari kebenaran, dhalim.

 orang-orang yang menentang imam dengan jalan keluar dari pimpinannya


 menolak kewajiban yang dibebankan kepadanya
 mereka mempunyai alasan , pengikut dan kekuatan serta ada imamnya tersendiri.
17. KETENTUAN HAKIM
1. Beragama Islam. Tidak boleh menyerahkan suatu perkara kepada hakim kafir untuk
dihukumi.
2. Bālig dan berakal sehat. Anak kecil dan orang gila perkataannya tidak bisa dipegang dan tidak
dikenai hukum.
3. Merdeka. Seorang hamba tidak mempunyai kekuasaan pada dirinya, apalagi kekuasaan
kepada orang lain.
4. Adil.Orang fasik atau tidak adil tidak bisa menegakkan keadilan dan kebenaran.
5. Laki-laki
6.Memahami hukum yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
7. Memahami Ijma’ Ulama.
8. Memahami bahasa Arab.
9. Mamahami metode ijtihad.

18. KETENTUAN PERKAWINAN


Adanya sepasang laki laki dan perempuan yang akan melanjutkan dengan hubugan yang
sah dan ada nya wali nikah serta para saksi

19. PERKAWINAN YANG DIHARAMKAN

 Nikah syighar
seorang laki-laki menikahi puteri laki-laki lainnya dan dia pun menikahkannya dengan
puterinya tanpa mahar
 Nikah tahlil
menikahi wanita yang telah ditalak tiga setelah berakhirnya masa ‘iddahnya
kemudian menceraikannya kembali untuk diberikan kepada suaminya yang pertama
 Nikah dalam masa ‘iddah dan menikahi wanita kafir selain kitabiyyah (wanita
Yahudi dan Nasrani)
 Nikah dengan wanita-wanita yang diharamkan karena senasab dan mushaharah
(hubungan kekeluargaan karena ikatan perkawinan).

20. TALAK
Macam macam talak :
 Talak sharih (langsung) = dikatakan dengan terang terangan
Contoh : kamu saya talak
 Talak kinayah(tidak langsung),contoh:pulang kau pada orang tuamu

 Talak raj’i : talak dua namun apabila suami minta rujuk masih bisa

 Talak bain : talak tiga tdiak boleh rujuk kecuali istri nikah dan kemudian cerai

 Talak sunni : talak suami yang istrinya belum di setubuhi dan suci dai haid

 Talak bid’i : talak kepada istrinya yang masih haid atau istri yang dalam keadaan
suci dari haid akan tetapi sudah disetubuhi.
 Talak taklik : talak akibat syarat syarat atau sebab sebab tertentu

21. KETENTUAN MASSA IDDAH


1. Jika talak jatuh pada wanita yang sedang hamil, maka masa iddahnya adalah hingga si
anak lahir.
2. Jika talak jatuh pada wanita yang sudah mengalami menopause, maka masa iddahnya
adalah selama 3 bulan,
3. Jika talah jatuh pada saat seorang wanita mengalami haid, maka masa iddahnya selesai
setelah 3 kali quru’ atau 3 kali masa haid.

22. QIYAS

23. IJMA
 Adanya kesepakatan seluruh mujtahid dari kalangan umat Islam (ulama).
 Suatu kesepakatan yang dilakukan haruslah dinyatakan secara jelas.
 Yang melakukan kesepakatan tersebut adalah mujtahid.
 Kesepakatan tersebut terjadi setelah wafatnya Rasulullah.
 Yang disepakati adalah hukum syara' mengenai suatu masalah/peristiwa hukum
tertentu.
24. ISTISHAN

Istihsan Qiyasi

Istihsan Qiyasi adalah suatu bentuk pengalihan hukum dari ketentuan hukum yang didasarkan
kepada qiyas jali kepada ketentuan hukum yang didasarkan kepada qiyas khafi,karena adanya
alasan yang kuat untuk mengalihkan hukum tesebut. Alasan kuat yang dimaksud adalah
kemaslahatan. Seperti pengangkata khalifah setrlah rosul wafat
Istihsan Istisna'i

Istihsan Istisna'i adalah qiyas dalam bentuk pengecualian dari ketentuan hukum yang berdasarkan
prinsip-prinsip khusus. Istihsan bentuk kedua ini dibagi menjadi lima, yaitu:

1. Istihsan dengan nash. Maknanya adalah pengalihan hukum dari ketentuan yang umum kepada
ketentuan lain dalam bentuk pengecualian, kaerna ada nash yang mengecualikannya, baik nash
tersebut Al-Qur’an atau Sunnah.
2. Istihsan dengan ijma’. Maknanya adalah terjadinya sebuah ijma’—baik yang sharih maupun
sukuti—terhadap sebuah hukum yang menyelisihi qiyas atau kaidah umum.
3. Istihsan dengan kedaruratan. Yaitu ketika seorang mujtahid melihat ada suatu kedaruratan
atau kemaslahatan yang menyebabkan ia meninggalkan qiyas, demi memenuhi hajat yang
darurat itu atau mencegah kemudharatan.
4. Istihsan dengan ‘urf atau konvensi yang umum berlaku. Artinya meninggalkan apa yang
menjadi konsekuensi qiyas menuju hukum lain yang berbeda karena ‘urf yang umum berlaku—
baik ‘urf yang bersifat perkataan maupun perbuatan—.
5. Istihsan dengan maslahah al-mursalah. Yaitu mengecualikan ketentuan hukum yang berlaku
umum berdasarkan kemaslahatan, dengan memberlakukan ketentuan lain yang memenuhi
prinsip kemaslahatan.

25. maslahah dan mursalah


 mashlahat yang tidak ada dalil syara'
datang untuk mengakuinya atau
menolaknya. Maslahat yang selaras
dengan tujuan syariat Islam dan petunjuk
tertentu yang membuktikan tentang
pembuktian atau penolakannya.

a. Al-‘Urf al-Lafzhi. Adalah kebiasaan


masyarakat dalam mempergunakan
lafal/ungkapan tertentu dalam mengungkapkan
sesuatu, sehingga makna ungkapan itulah yang
dipahami dan terlintas dalam pikiran masyarakat. Misalnya ungkapan “daging” yang berarti daging
sapi; padahal kata-kata “daging” mencakup seluruh daging yang ada. Apabila seseorang
mendatangi penjual daging, sedangkan penjual daging itu memiliki bermacam-macam daging, lalu
pembeli mengatakan “ saya beli daging 1 kg” pedagang itu langsung mengambil daging sapi, karena
kebiasaan masyarakat setempat telah mengkhususkan penggunaan kata daging pada daging sapi.

b. Al-‘urf al-‘amali. Adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau
mu’amalah keperdataan. Yang dimaksud “perbuatan biasa” adalah kebiasaan masyrakat dalam
masalah kehidupan mereka yang tidak terkait dengan kepentingan orang lain, seperti kebiasaan
libur kerja pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, kebiasaan masyarakat memakan makanan
khusus atau meminum minuman tertentu dan kebiasaan masyarakat dalam memakai pakain
tertentu dalam acara-acara khusus.
26. URF
Merupakan kebiasaan,  Sesuatu yang tidak asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah
menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau
perkataan

a. Al-‘Urf al-Lafzhi. Adalah kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan


lafal/ungkapan tertentu dalam mengungkapkan sesuatu, sehingga makna ungkapan
itulah yang dipahami dan terlintas dalam pikiran masyarakat.
Misalnya:
ungkapan “daging” yang berarti daging sapi; padahal kata-kata “daging” mencakup
seluruh daging yang ada. Apabila seseorang mendatangi penjual daging, sedangkan
penjual daging itu memiliki bermacam-macam daging, lalu pembeli mengatakan “
saya beli daging 1 kg” pedagang itu langsung mengambil daging sapi, karena
kebiasaan masyarakat setempat telah mengkhususkan penggunaan kata daging
pada daging sapi.

b. Al-‘urf al-‘amali. Adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan


biasa atau mu’amalah keperdataan. Yang dimaksud “perbuatan biasa” adalah
kebiasaan masyrakat dalam masalah kehidupan mereka yang tidak terkait dengan
kepentingan orang lain,
Contoh:
kebiasaan libur kerja pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, kebiasaan
masyarakat memakan makanan khusus atau meminum minuman tertentu dan
kebiasaan masyarakat dalam memakai pakain tertentu dalam acara-acara khusus

27. Syadduz zara’i


 Syadduz zara’I adalah sayd (menutup barang yang rusak)
 Zara”i adalah jalan,sarana dan sebab terjadinya sesuatu

28. Hukum taklifi dan wadhi


29. KAIDAH NAHI DAN AMAR

Anda mungkin juga menyukai