Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TAJHIZUL JANAIZ
(MENGURUS JENAZAH)

Hukum
Fardlu Kifayah, yang hanya akan gugur jika telah dilakukan oleh sebagian orang. Yakni sebagian dari orang-orang
Islam mukallaf yang mengetahui adanya kematian.
Cakupan Merawat Jenazah
Memandikan, mengafani, menyalati, memakamkan.
Macam-macam Jenazah
1. Muslim, bayi keguguran melebihi umur 6 bulan, dan syahid akhirat saja. Kewajiban yang harus dilakukan:
memandikan, mengafani, menyalati, dan memakamkan.
2. Syahid dunia akhirat dan syahid dunia saja. Kewajiban yang harus dilakukan: mengafani (dengan
menyempurnakan kain kafan saat pakaian yang dikenakan kurang sempurna) dan memakamkan.
Klasifikasi Syahid
1. Syahid dunia akhirat: orang yang gugur dalam memerangi orang kafir dengan memenuhi 3 kriteria:
a. Gugur di medan perang,
b. Bertujuan memperjuangkan agama Allah,
c. Kematiannya disebabkan peperangan tersebut.
2. Syahid dunia: sama dengan kriteria syahid dunia akhirat, hanya saja dalam berperang tidak bertujuan
memperjuangkan agama Allah.
3. Syahid akhirat: orang yang meninggal karena tha’un, sakit perut, tenggelam, melahirkan, tertimpa bangunan,
terbakar, menahan rasa cinta dan lain-lain yang telah disebutkan dalam hadits.
Bayi Keguguran (as-Siqthu)
Yaitu bayi yang lahir dalam kondisi meninggal. Perincian hukumnya terkait dengan tajhiznya adalah sebagai berikut:
1. Lahir sebelum masa 6 bulan:
a. Tidak tampak cikal bakal wujud manusia seperti tangan, kepala, dan lain-lain. Menurut mayoritas ulama
Syafi’iyyah tidak ada kewajiban tajhiz apapun. Namun sunnah dibungkus dengan kain dan dikubur.
b. Tampak cikal bakal wujud manusia seperti tangan, kepala dan lain-lain:
 Setelah lahir diketahui bahwa ia sempat bernyawa seperti menjerit atau menangis. Hukumnya
disamakan dengan mayat orang dewasa dalam hal kewajiban memandikan, mengafani, menyalati dan
memakamkan.
 Setelah lahir tidak diketahui bahwa ia sempat bernyawa. Hukumnya wajib dimandikan, dikafani dan
dimakamkan. Tidak wajib dishalati.
2. Lahir setelah masa 6 bulan. Menurut al-Khathib asy-Syarbini, ar-Ramli dan para pengikutnya: disamakan dengan
mayat orang dewasa dalam hal kewajiban memandikan, mengafani, menyalati dan memakamkan.
Memandikan Jenazah
Orang yang Memandikan
Orang yang memandikan harus sejenis kecuali masih ada ikatan mahram, suami istri, atau mayit masih anak-anak
yang belum menimbulkan potensi syahwat. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut maka cukup ditayammumi dengan
cara menutupi seluruh tubuh mayit kecuali anggota tayammum dan bagi orang yang menayammumi wajib memakai
alas tangan.
Tata Cara Memandikan
 Niat memandikan:
.‫هذه المّيتة هلل تعالى‬/‫نويُت الُغ سل عن هذا المّيت‬
 Batas minimal: mengguyurkan air ke seluruh badan setelah najis dihilangkan.
 Batas kesempurnaan:
1. Berada di tempat sepi yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang memandikan.
2. Mayit diletakkan di tempat yang agak tinggi.
3. Mayit ditutupi kain minimal sebatas aurat.
4. Menggunakan air dingin kecuali saat musim dingin.
5. Meletakkan air dalam wadah yang besar agak jauh dari orang yang memandikan.
6. Menyemprotkan wewangian di sekitar lokasi pemandian.
7. Mendudukkan mayit dengan posisi agak miring ke belakang.
8. Tangan kanan orang yang memandikan memegang pundak mayit dengan ibu jari menyentuh tengkuk dan
punggung mayit bersandar pada lutut.
9. Tangan kiri meremas/mengurut perut mayit secara pelan-pelan agar sisa kotoran dapat keluar sambil terus
menerus menuangkan air.
10. Membersihkan qubul dan dubur mayit dengan tangan kiri yang beralaskan kain.
11. Membersihkan gigi, lubang hidung dan telinga dengan jari telunjuk tangan kiri yang terbungkus kain, selain
kain yang digunakan untuk membersihkan qubul dan dubur.
12. Mewudlukan mayit, niatnya:
.‫لهذه المّيتة هلل تعالى‬/‫نويُت الوضوء المسنون لهذا المّيت‬
13. Meratakan air ke seluruh badan mayit sebanyak 3 basuhan. Basuhan pertama disertai dengan menggunakan
sabun atau sejenisnya, basuhan kedua dengan air jernih, dan basuhan ketiga disertai dengan sedikit kapur
barus atau sejenis wewangian lainnya.
14. Meratakan air ke seluruh badan mayit sebanyak 3 kali basuhan dengan air jernih.
Mengafani Jenazah
Batasan Kain Kafan
 Batasan mencukupi: kain yang menutupi seluruh badan kecuali kepala mayit laki-laki atau wajah perempuan
yang sedang ihram.
 Batasan kesempurnaan:
a. Mayit laki-laki: tiga lembar kain putih yang dapat menutupi seluruh tubuh. Lembar kedua lebih lebar dari
yang pertama dan lembar ketiga lebih lebar dari yang kedua. Ditambah baju kurung dan surban.
b. Mayit perempuan: dua lembar kain putih, selendang, kerudung, dan baju kurung.
Tata Cara Mengafani
1. Masing-masing kain kafan telah ditaburi wewangian.
2. Menyiapkan kapas yang telah ditaburi wewangian secukupnya.
3. Letakkan kapas tersebut di qubul dan dubur dengan diikat perban agar kapas dapat menempel.
4. Kemudian letakkan kapas tersebut di kedua lubang hidung, kedua lubang telinga dan mulut.
5. Kemudian letakkan kapas tersebut di kening, telapak tangan kanan dan kiri, dan kedua lutut dengan diikat. Dan
letakkan pula di sela-sela jari jemari tangan dan kaki.
6. Letakkan mayit dengan posisi tangan disedekapkan.
7. Mayit dibungkus dengan lapisan pertama dimulai dari sisi kiri dilipat ke kanan, kemudian sisi kanan dilipat ke kiri.
Lapisan kedua dan ketiga cara melipatnya sama dengan lapisan pertama. Hal ini dilakukan setelah pemakaian
baju kurung dan surban jika mayit laki-laki, dan selendang pada anggota tubuh di antara pusar dan lutut, baju
kurung pada seluruh badan, dan kerudung yang menutupi kepala, leher dan dada jika mayit perempuan.
8. Kemudian mayit diikat dengan beberapa ikatan pada bagian tertentu, seperti:
 Ujung kain yang berada di atas kepala,
 Di atas pundak,
 Di atas pantat,
 Di atas lutut,
 Di bawah telapak kaki, dengan ikatan yang mudah untuk dibuka saat memakamkan.
Menyalati Jenazah
Syarat-syaratnya
1. Syarat-syarat shalat secara umum.
2. Mayit telah dimandikan atau ditayammumi.
3. Segala sesuatu yang bersentuhan dengan mayit dalam keadaan suci kecuali ketika shalat di atas kuburan.
4. Tidak mendahului mayit yang hadir meskipun di atas kuburan, sebab mayit laksana imam.
5. Orang yang menyalati adalah seorang laki-laki meskipun belum baligh (syarat menggugurkan hukum fardlu
kifayah).
Rukun-rukunnya
1. Niat di hati saat takbiratul ihram:
‫مأموما هلل تعالى‬/‫هذه المّيتة فرض الكفاية إماما‬/‫أصّلي على هذا المّية‬
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul Ihram
4. Membaca surah al-Fatihah
5. Takbir kedua
6. Membaca shalawat pada Nabi Muhammad Saw.:
.‫ وعلى آل سّيدنا محّمد‬،‫اللهّم صّل على سّيدنا محّمد‬
7. Takbir ketiga
8. Mendoakan mayit:
‫ واعف عنها‬،‫ وعافها‬،‫ وارحمها‬،‫اللهّم اغفر لها‬/‫ واعف عنه‬،‫ وعافه‬،‫ وارحمه‬،‫اللهّم اغفر له‬
9. Takbir keempat
10. Membaca doa:
‫ واغفر لنا ولها‬،‫ وال تفتنا بعدها‬،‫اللهّم ال تحرمنا أجرها‬/‫ واغفر لنا وله‬،‫ وال تفتنا بعده‬،‫اللهّم ال تحرمنا أجره‬
11. Salam
Mengubur Jenazah
Jenis Liang Kubur
1. Liang kubur sederhana: yakni liang kubur yang mencukupi untuk dapat menahan bau busuk mayit dan
menjaganya dari binatang buas.
2. Liang kubur sempurna: yakni liang kubur yang kedalamannya setinggi postur tubuh manusia ditambah satu hasta
(±60 cm) dan untuk panjang dan lebarnya seyogianya seukuran tubuh mayit ditambah tempat yang sekiranya
cukup digunakan untuk orang yang meletakkan mayit dalam liang kubur. Liang kubur tersebut meliputi:
 Liang landak: yaitu liang kubur yang bagian bawah sisi arah kiblat digali sekira cukup untuk mayit. Hal ini
lebih utama diperuntukkan bagi tanah yang keras.
 Liang cempuri: yaitu liang kubur yang bagian bawah sisi tengah digali seperti menggali sungai. Hal ini lebih
utama diperuntukkan bagi tanah yang gembur.
Prosesi Pemakaman
1) Keranda diletakkan di arah posisi peletakan kaki mayit (untuk Indonesia pada arah selatan kubur).
2) Jenazah dikeluarkan dari keranda dimulai dari kepalanya.
3) Kemudian kaki mayit diturunkan terlebih dahulu.
4) Jenazah diletakkan secara pelan-pelan dengan posisi dada wajib menghadap arah kiblat serta sunnah
meletakkan kepala di arah utara (untuk wilayah Indonesia). Dan bagi yang meletakkan sunnah untuk membaca
doa:
.‫وعلى مّلة رسول هللا صلى هللا عليه وسّلم‬،‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
5) Membuka ikatan yang berada di kepala.
6) Membuka wajah dan menempelkan pipi kanan pada tanah.
7) Menyandarkan mayit ke dinding kubur dan menopangnya semisal dengan batu bata agar mayit tidak tengkurap
atau terlentang.
8) Kemudian mayit diadzani dan dibacakan iqamah di dekat telinga kanan tanpa mengeraskan suara.
9) Kemudian di atas mayit ditutup dengan papan atau semisalnya agar mayit tidak terkena timbunan tanah saat
liang kubur diratakan.
10) Meratakan liang kubur dengan tanah.
11) Memasang batu nisan meskipun yang bertuliskan nama, meletakkan kerikil, menyiramkan air (lebih baik
menggunakan air mawar dengan tujuan untuk memuliakan malaikat), memberi minyak wangi dan menabur
bunga di atas makam.
12) Mentalqin mayit dengan bahasa yang dapat dipahami oleh mayit dan ditutup dengan doa.

Anda mungkin juga menyukai