Anda di halaman 1dari 7

Tajhiiz al janaa’iz (Pengurusan Jenazah)

Pengurusan Jenazah adalah kewajiban bagi seorang muslim/muslimah. Sebagian


muslim harus melibatkan diri untuk mengurusnya, tidak boleh semuanya abai, cuek atau
masa bodoh, meskipun hukumnya fardhu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang saja,
maka hukumnya menjadi fardlu ‘ain.
Maksud dari fardhu kifayah adalah jika sebagian kaum muslimin sudah melaksanakan,
maka kaum muslimin yang lainnya tidak terkena kewajiban/dosa. Sebaliknya, jika tidak ada
satu pun, maka berdosa semuanya, tentu yang terkena dosa adalah kaum muslimin yang
berada tidak jauh dari tempat tinggal jenazah.
1. Memandikan
a. Syarat jenazah dimandikan adalah
1) Beragama Islam
2) Didapati tubuhnya (walaupun hanya sebagian). Hal ini terjadi pada jenazah yang
biasanya mengalami kecelakaan. Jika ada lukanya, bersihkan terlebih dahulu (jika
memungkinkan).
3) Bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Islam).
b. Syarat orang yang memandikan jenazah adalah
1) Muslim, berakal, dan baligh
2) Berniat memandikan jenazah
3) Kepribadiannya jujur dan shaleh
4) Terpercaya, amanah, dan mengetahui hukum memandikan mayat, serta dapat
menjaga aib jenazah.
5) Jenis kelamin sama, jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, urutannya sebagai
berikut:
a) Orang yang diwasiatkan
b) Bapak/kakek/keluarga laki-laki terdekat
c) Istri dan mahram
jika jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, urutannya sebagai berikut:
a) orang yang diwasiatkan
b) ibu/nenek/keluarga perempuan terdekat
c) suami dan mahram
c. Hal-hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:
1) Tempat mandi (bale yang ada bolong-bolongnya)
2) Ember dan gayung/selang
3) air bersih
4) kapas dan cutton bud
5) air kapur barus
6) sidr (bidara)/jeruk purut agar tidak disemuti/dihinggapi serangga
7) kain penutup
8) handuk
9) sabun mandi
10) sampo
11) gunting untuk membuka pakaian jenazah yang susah
12) masker
13) celemek/pelindung badan yang memandikan
14) tong sampah
15) sarung tangan
d. Tata Cara Memandikan Jenazah
1) Jenazah dibaringkan di balai atau tempat lain yang memiliki penyangga dan
berlobang, hindari terkena hujan, sinar matahari dan tertutup (tidak terlihat
kecuali oleh orang yang memandikan dan mahramnya).
2) Diperintahkan menutupi mayit dengan pakaian yang melindungi seluruh tubuhnya
agar auratnya tidak terlihat.
3) Pihak yang memandikan memakai sarung tangan agar tidak menyentuh aurat
secara langsung, air yang digunakan untuk memandikan mayit adalah air suci, dan
disunnahkan mencampurnya dengan sidr (bidara), atau larutan kapur barus.
4) Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah,
khususnya di bagian perut dengan cara menekan bagian bawah perut dan
bersamaan dengan itu angkatlah sedikit bagian kepala dan badan dan kaki,
sehingga kotoran yang ada di dalamnya dapat keluar.
5) Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan
dan kaki serta rambutnya.
6) Melafalkan niat ‫هذه الميتة لله تعالى‬/‫ نويت الغسل لهذا الميت‬.
7) Menyiram air ke seluruh badan secara merata dari kepala sampai ke kaki
(disunatkan tiga kali atau lebih),
8) Menyiramkan air ke seluruh badan dengan mendahulukan anggota badan sebelah
kanan lalu bagian sebelah kiri masing-masing tiga kali.
9) Miringkan jenazah ke kiri, kemudian siram dari bagian belakang.
10) Miringkan jenazah ke kanan, kemudian siram dari bagian belakang.
11) Kemudian siram kembali dan sabunkan seluruh tubuh jenazah.
12) Berikan shampoo di atas rambutnya.
13) Siramkan kembali dengan air bersih.
14) Mewudhukan jenazah, sebagaimana wudhu akan shalat setelah semuanya bersih
dan niatnya ‫هذه الميتة لله تعالى‬/‫نويت الوضوء لهذا الميت‬.
15) Terakhir disirami dengan larutan kapur barus/daun bidara/jeruk purut dan harum-
haruman.
16) Keringkan dengan handuk dan ganti kain yang basah dengan kain yang kering.
2. Mengafani
a. Hal-hal yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah
1) Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
seluruh tubuh jenazah.
2) Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3) Jumlah kain kafan untuk jenazah laki-laki hendaknya 3 (tiga) lapis, sedangkan bagi
jenazah perempuan 5 lapis.
b. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengafani Jenazah
1) Kain kafan diperoleh dengan cara halal, yakni dari harta peninggalan jenazah, ahli
waris, atau diambil dari baitul mal (jika tersedia), atau dibebankan kepada orang Islam
yang mampu.
2) Kain kafan hendaknya bersih, disunnahkan berwarna putih dan sederhana (tidak
terlalu mahal dan tidak terlalu murah)
c. Tata Cara Mengafani Jenazah
1) Jenazah Laki-laki
a) Menaruh 5 tali di tempat yang sudah disediakan.
b) Bentangkan kain kafan sehelai demi helai, yang paling bawah lebih lebar dan luas,
lapisan di atasnya sedikit serong ke kanan jenazah, lapisan yang ketiga agak
menyerong ke kiri jenazah, diberikan wewangian/larutan kapur barus.
c) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
d) Kedua ibu jari diikat, dan tangan jenazah disedekapkan.
e) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, qubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
f) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti tersebut selembar demi lembar dengan
cara yang lembut.
g) Keluarkan kain penutup mayat yang awal.
h) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan 3 (tiga)
atau 5 (lima) ikatan dengan sedikit ke kiri untuk memudahkan ketika dibuka.
i) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutuplah bagian
kepalanya, dan bagian kakinya boleh terbuka, namun tutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika tidak ada kain kafan, kecuali sekadar menutup aurat,
tutuplah dengan apa saja yang ada.

2) Jenazah Perempuan
Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari 5 lembar kain, urutannya
sebagai berikut:
a) Lembar 1 serong ke kanan.
b) Lembar 2 serong ke kiri.
c) Lembar 3 sebagai baju kurung
d) Lembar 4 menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar 5 sebagai kerudung kepala.
Adapun tata cara mengafani jenazah perempuan adalah sebagai berikut:
a) Menaruh 5 tali di tempat yang sudah disediakan.
b) Susun kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Lalu, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan di atas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
c) Kedua ibu jari diikat, dan tangan jenazah disedekapkan.
d) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
e) Tutupkan dengan kain kafan sesuai urutan di atas.
f) Keluarkan kain penutup yang awal.
g) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

3. Menyalatkan
a. Pihak yang paling utama menyalatkan jenazah
1) orang yang diwasiatkan oleh si jenazah dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah
2) ulama atau pemimpin terkemuka di tempat tinggal jenazah
3) orang tua si jenazah dan seterusnya ke atas
4) anak-anak si jenazah dan seterusnya ke bawah
5) keluarga terdekat
6) kaum muslim seluruhnya.

b. Syarat Shalat Jenazah


1) Syarat shalat jenazah seperti pelaksanaan shalat biasa, yakni: suci dari hadats besar
dan kecil, suci badan dan tempat dari najis, menutupi aurat dan menghadap kiblat.
2) Jika jenazah laki-laki, posisi imam berdiri sejajar dengan kepalanya. Sebaliknya, jika
jenazah perempuan, posisi berdirinya sejajar dengan perutnya.
3) Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali shalat di atas kubur
atau shalat gaib.

c. Sunah Shalat Jenazah


1) Mengangkat tangan setiap kali takbir.
2) Merendahkan suara bacaan (sirr), seperti bacaan pada Shalat Dzuhur atau Ashar.
3) Membaca ta’awwudz terlebih dahulu.
4) Disunahkan banyak jama’ahnya, minimal 3 shaf (jika tempatnya memungkinkan,
tetapi jika tidak memungkinkan boleh lebih dari 3 shaf, bahkan jika jamaahnya sedikit,
tetap dibuat 3 shaf).

d. Rukun Shalat Jenazah


1) Berniat.
2) Berdiri bagi yang mampu (kecuali bila ada udzurnya).
3) Melakukan 4 kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4) Setelah takbir pertama, membaca Q.S. Al-Fatihah.
5) Setelah takbir kedua, membaca shalawat Nabi Saw.
6) Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah.
7) Setelah takbir keempat, salam.

e. Tata Cara Shalat Jenazah


1) Berniat (di dalam hati) shalat jenazah. Boleh juga dilafalkan bagi yang terbiasa
melakukannya. Adapun lafaznya sebagai berikut:
‫ض الك َفايَة ل ٰلِّه تَـ َعالَى‬
َ ‫ُصلِّي َعلَى َه َذا ( ٰهذه) ال َـميِّتَة أ َْربَ َع تَ ْكب ْيـ َرات فَـ ْر‬
َ‫أ‬
Artinya: Saya berniat shalat jenazah dengan 4 kali takbir fardhu kifayah karena Allah.
Keterangan: Jika jenazah laki-laki, lafaz niatnya (‫)ﻫﺬا‬, sedangkan perempuan menjadi
)‫(ﻫﺬه‬.
2) Takbiratul Ihram (takbir pertama), setelah itu membaca Q.S. al-Fātihah.
3) Lakukan takbir yang kedua, lanjutkan membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
(usahakan membaca shalawat yang lengkap seperti bacaan shalat pada tahiyyat
akhir).
4) Takbir lagi yang ketiga, lalu berdoa kepada jenazah, bacaannya adalah:

ُ ‫ َها َوا ْع‬/ ‫ َها َو َعافه‬/ ُ‫ لَ َها َو ْار َح ْمه‬/ ُ‫اَل ٰلِّ ُه َّم ا ْغف ْر لَه‬
‫ َوَو ِّس ْع‬،‫ َها‬/ ُ‫ َوأَ ْْرْْ نُـ ُُلَه‬،‫ َها‬/ ُ‫ف َع ْنه‬
‫ب‬َ ‫ت الثـ َّْو‬ َ ‫ َها م َن ال‬/ ‫ َونَـ ِّقه‬،‫ َها بال َْماء َوالثَّـلْج َوالْبَـ َرد‬/ ُ‫ َوا ْغسلْه‬،‫ َها‬/ ُ‫َم ْد َخلَه‬
َ ‫ْخطَايَا َْ َما نَـ َق ْي‬
َّ ‫ض م َن‬
‫ َوَزْو ًجا‬،‫ َها‬/ ‫ َواَ ْه ًًل َخ ْيـ ًرا م ْن اَ ْهله‬،‫ َها‬/ ‫ َها َد ًارا َخ ْيـ ًرا م ْن َداره‬/ ُ‫ َوأَبْدلْه‬،‫الدنَس‬ َ َ‫ْاْلَبْـي‬
‫ َها م ْن َع َذاب الْ َق ْبر َو م ْن َع َذاب النَّار‬/ ُ‫ْجنَّةَ َوأَع ْذه‬
َ ‫ َها ال‬/ ُ‫ َها وأَ ْدخلْه‬/ ‫َخ ْيـ ًرا م ْن َزْوجه‬
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju,
dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju
yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia),
keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari
pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa
kubur dan siksa neraka."
5) Lanjutkan takbir yang keempat, yang diiringi dengan doa:
‫ لَ َها‬/ ُ‫ َها َوا ْغف ْر لَنَا َولَه‬/ ُ‫ َها والتَـ ْفتنَّا بَع َده‬/ ُ‫َج َره‬ ٰ
ْ ‫اَللِّ ُه َّم التَحرْمنا أ‬
Artinya: “Ya Allah ampunilah ia, rahmatilah ia, selamatkanlah ia, maafkanlah ia,
muliakanlah ia, lapangkanlah tempatnya, dan jadikan surga sebagai tempat
kembalinya.”

Keterangan: Bacaan doa setelah takbir ketiga dan keempat, ada sedikit perbedaan,
yakni dhamir )‫ه‬/‫ (له‬jika jenazah laki-laki, dan )‫لﻬﺎ‬/‫ (ﻫﺎ‬untuk jenazah perempuan, dan
begitu pula untuk bacaan seterusnya.
6) salam

4. Menguburkan
a. Sunnah menguburkan
1) Menyegerakan mengusung/membawa jenazah ke pemakaman, tanpa harus
tergesa-gesa.
2) Pengiring tidak dibenarkan duduk, sebelum jenazah diletakkan.
3) Disunnahkan menggali kubur secara mendalam agar jasad jenazah terjaga dari
jangkauan binatang buas, atau agar baunya tidak merebak keluar atau seukuran
tinggi badan orang dewasa dan tangannya ketika diangkat atau setara dengan 1,6
m – 2,1 m.
4) Lubang kubur yang dilengkapi liang lahat kalau tanahnya tidak mudah longsor,
atau syaq kalau tanahnya mudah longsor. Syaq adalah liang yang dibuat khusus di
dasar kubur pada bagian tengahnya. Berikut ini bentuk dari keduanya:

5) Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu
diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.

b. Tata cara menguburkan


1) Waktunya
Menguburkan jenazah boleh kapan saja, namun ada 3 waktu yang
sebaiknya dihindari, yakni:
a) Matahari baru saja terbit, tunggu sampai meninggi.
b) Matahari saat berada di tengah-tengah (saat panas terik yang menyengat/saat
waktu dzuhur tiba), sampai condong ke barat.
c) Saat matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam sempurna.

2) Urutan dan tahapannya


a) Jenazah diangkat untuk diletakkan di dalam kubur. Lakukan secara perlahan.
b) Jenazah dimasukkan ke dalam kubur, dimulai dari kepala terlebih dahulu dan
dilakukan lewat arah kaki. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya
dari arah kiblat.
c) Di dalam liang lahat, jenazah diletakkan dalam posisi miring di atas lambung
kanan bagian bawah, dan menghadap kiblat.
d) Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah dengan membuka kain
kafannya. Begitu pula tali-tali pengikat dilepas.
e) Waktu menurunkan jenazah ke liang lahat, hendaknya membaca doa sebagai
berikut:

‫ب ْسم اللَّه َو َعلَى ملَّة َر ُسول اللَّه‬


Artinya: “Dengan (menyebut) nama Allah dan berdasarkan millah (ajaran,
tuntunan) Rasulullah”.
f) Diganjal dengan gumpalan tanah.
g) Di-azan-kan dan di-iqomah-kan.
h) Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahat, dan tali-temali dilepas,
maka rongga liang lahat tersebut ditutup dengan papan kayu/bambu dari
atasnya (agak menyamping).
i) Setelah itu, keluarga terdekat memulai menimbun kubur dengan memasukkan
3 genggaman tanah, yang dilanjutkan penimbunan sampai selesai.
j) Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal, sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya.
k) Kemudian ditaburi dengan bunga sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air yang harum dan wangi.
l) Setelah selesai penguburan diakhiri dengan doa yang isinya, antara lain
memohon: ampunan, rahmat, keselamatan, dan keteguhan (dalam menjawab
beberapa pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir).
‫اللهم ثبتنا بالقول الثابت في الحيوة الدنيا وفي اآلخرة‬

Anda mungkin juga menyukai