Merawat jenazah adalah salah satu kewajiban yang harus kita laksanakan terhadap
sesama muslim. Kewajiban ini bersifat fardhu kifayah, yakni kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh sebagian umat islam. Jika tidak ada seorang pun yang merawatnya, maka
kaum muslimin terkena dosanya.
a. Memandikan
b. Mengafani
c. Menyalati
d. Menguburkan
A. Memandikan Jenazah
3. Kepanglah ( gellung) rambut mayit menjadi tiga kepangan, baik mayit perempuan atau
laki-laki yang berambut panjang, agar tidak ada rambut yang jatuh sebelum
dimandikan.
4. Letakkanlah mayit di bangku.
5. Mayit diletakkan di atas alas, seperti pohon pisang atau kaki orang yang akan
memandikan agar gampang menjangkau anggota yang sulit dijangkau.
6. Air yang ingin dipakai untuk memandikan di jauhkan dari lokasi memandikan ke
tempat yang tidak terlalu jauh. Hal ini di maksudkan agar nanti air yang telah di pakai
tidak kena pada air yang masih suci (belum di pakai).
7. Angkatlah kepalanya dengan memberikan alas (jika berkelompok) atau sandarkan
kelutut kanan orang yang memandikan, agar air tidak masuk kedalam tubuh.
/
12. Kemudian siramlah mayit mulai dari kepalanya (rambutnya) dagaunya (jenggotnya jika
ada) kemudian sisirlah keduanya dengan sisir yang besar giginya, lakukanlah dengan
lembut dan hati-hati dan kembalikan lagi rambut dan jenggot yang jatuh jangan di
buangMulailah menyiram dari anggota mayit yang kanan dan anggota wudhu` sesuai
dengan hadits yang berbunyi:
B. Mengafani Jenazah
Pembiayaan
Biaya dalam mengkafani di ambil dari harta peninggalan yang tidak ada sangkut pautnya
dengan hak orang lain seperti barang gadaian dan sebagainya. Kalau harta peninggalan di atas
tidak ada maka yang berkewajiban untuk membiayai adalah orang yang punya kewajiban
memberi nafkah ketika masih hidup, jika orang yang berkewajiban tidak ada, maka bisa
diambil dari baitul-mal, jika baitul-mal tidak ada maka pembiayaan diambil dari harta orang
Islam yang mampu / kaya.
Kadar kain kafan
Boleh dibungkus ( dikafani ) dengan kain yang halal baginya yang dipakai ketika masih
hidup. Perempuan boleh dikafani dengan sutera sedangkan laki-laki tidak. Karena sutera
Dalam hal mengkani,kalau kita mengacu kepada haqqullah ( hak Allah) semata, maka kain
yang dibutuhkan hanya sebatas penutup aurat. Bagi laki-laki hanya sebatas penutup pusar dan
lututnya, sedangkan bagi perempuan baik orang yang merdeka atau budak adalah kain yang
dapat menutupi semua anggota tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Adapun
bagi banci/waria hukum mengkafaninya disamakan dengan perempuan.
Akan tetapi kalau dipandang dari haqqullah dan haqqul adami, maka kain kafan yang
dibutuhkan untuk mengkafani laki-laki secara sempurna adalah tiga lembar kain kafan warna
putih. Sedangkan untuk perempuan dan waria adalah lima lembar kain yang terdiri dari :
1. Dua lembar kain panjang yang cukup untuk membungkus seluruh tubuhnya.
2. Kain sarung ( kain pembalut tubuh dari pusar sampai lututnya )
3. Baju kurung
4. Kerudung (kain penutup kepala dengan bentuk khusus )
Adapun kain kafan untuk anak-anak adalah satu lembar kain kafan yang cukup untuk
membungkus seluruh tubuhnya.Akan tetapi yang lebih utama tetap tiga lembar kain warna
putih.
Cara mengkafani laki-laki.
1. Bentangkan tiga lebar kain kafan yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan dengan cara disusun, kain yang paling lebar diletakkan dipaling bawah.
Kalau ukuran lebar kain sama, geserlah kain yang ditengah kekanan sedikit dan yang
paling atas kekiri sedikit atau sebaliknya. Dan jika sendainya lebar kain kafan tidak
cukup untuk menyelimuti mayit, maka geser lagi hingga bisa menutupi mayit. Dan jika
tetap tidak bisa menutupinya, baik karena mayitnya besar atau yang lain, maka lakukan
penambahan sesuai dengan kebutuhan.
2. Berilah kain kafan dengan wangi-wangian.
3. Persiapkan tiga atau lima utas kain tali dan letakkan dibawah kain yang paling bawah.
Dan agar tali dibagian dada (diatas tangan dan dibawahnya) tidak mudah bergeser,
potonglah dengan bentuk khusus. (satu utas talli yang dibagi dua, sedangkan ditengan
tetap tidak disobek)
4. Persiapkan kafan yang sudah diberi wangi-wangian kayu cendana untuk diletakkan
1. Bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah di potong sesuai dengan ukuran yang
di butuhkan.kemudian letakkan pula kain sarung di atasnya di bagian bawah (tempat
di mana badan antara pusar dan kedua lutut di rebahkan)
2. Persiapan baju kurung dan kerudung di tempatnya.
3. Sediakan tiga atau lima utas kain tali dan letakkan di bawah kain kafan yang paling
bawahyang telah di bentangkan.
4. Sediakan kapas yang sudah diberi wangi-wangian untuk di letakkan dibagian anggota
badan tertentu
5. Angkatlah jenazah dengan hati-hati, kemudian baringkan di atas kain kafan yang sudah
Jika tali yang tersedia itu ada tiga, maka gunakan untuk mengikat kaki, tangan (dada dan
kepala. Jika tali yang tersedia ada lima maka yang harus di ikat adalah kaki, lutut di bawah
dan di atas tangan dan yang terakhir adalah kepala.
Anjuran dalam mengkafani
2. Jika jenazahnya laki-laki, imam berdiri dekat atau sejajar dengan kepala jenazah.
3. Jika jenazahnya perempuan, imam berdiri dekat atau sejajar dengan perut jenazah.
4. Jika jenazahnya banyak, laki-laki dan perempuan, maka jenazah yang laki-laki yang
didekatkan dengan imam.
5. Membaca niat
Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi
taaalaa.."
"Ya Allah! Ampunilah dia (mayit) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa
hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga),
luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala
kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah
yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik
daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau
suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.
Boleh juga hanya membaca :
"Allahummagh firlahu warhamhu waaafihi wafu anhu.."
Merupakan kesepakatan para fuqaha bahwa bagi janazah muslim baik laki-laki
maupun perempuan,tua ataupun muda, bahkan bayi sekalipun itu masih di sholati, bahkan
menurut ijma ulama, bayi selama diketahui tanda-tanda kehidupannya seperti suara bersin,
erak dan lain sebagainya itu juga masih punya hak untuk dishalati.
Siqith
Siqith adalah anak yang lahir dari perut ibunya sebelum waktunya, dalam hal ini apabila
siqith lahir sebelum umur empat bulan maka tidak wajib di shalati, hal ini tidak terjadi hilaf
antara jumhurul fuqahadan sebaliknya apabila sampai empat bulan atau lebih dan istihlal (ada
suara bersin,bergerak) maka ia wajib di sholati menurut ittifaq (kasepakatan)
Syahid
Syahid adalah seorang yang gugur dalam peperangan melawan orang kafir. Imam
Malik dan Asy-syafiI berpendapat bahwa bagi syuhada yang seperti itu tidak wajib di
mandikan dan di sholati dan apabila luka dan masih ada tanda kehidupan yang sempurna
(hayatul mustaqirah) dan tidak lama kemudian dia meninggal maka wajib di mandikan dan di
sholati.
Meninggal karena Had (qisos atau rajam)
Berdasarkan hadist yang di riwayatkan Al-Bukhori dari jabir orang yang meninggal
karena Had seperti dalam hadist ini meninggal karena rajam maka wajib di sholatkan karena
dia sudah taubat dengan sempurna. Seperti halnya orang yang menjalani hukum rajam karena
berzina, hukum qisos karena membunuh, hukum jilid karena menuduh orang lain telah
melakukan perzinahan. Semuanya tetap wajib disholati dan di mandikan.
HAMLUL MAYIT
1. Pemikul harus berada di bagian depan keranda dan kepalanya berada di antara dua kayu
yang di letakkan di kedua bahunya. Cara ini jika yang memikul hanya dua orang. Di
depan dan di belakang.
2. Jika yang memikul empat orang, maka dua orang ada di bagian depan dan dua orang
yang lain ada di bagian belakang, masing-masing memegang ujung keranda.
3. Di pikul dengan cara mengelilingi keranda sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh
Ibnu Majah, Baihaqi, Abu Daud dari Ibnu Masud beliau berkata:
D. Menguburkan
6. Setelah jenazah ditutup dengan kayu atau sejenisnya, dianjurkan bagi yang hadir
untuk menuangkan tanah kedalam kuburan 3 kali.
7. Menimbun kuburan dengan tinggi sejengkal dan memberi tanda diatasnya dengan
batu atau semisalnya.
8. Setelah penguburan selesai, disunnahkan bagi yang hadir untuk berdiri menghadap
kiblat di sekitar kuburan dan mendoakan bagi jenazah.
Sesi Tanya Jawab
Apakah memandikan jenazah itu ada batasan untuk beberapa orang?