Anda di halaman 1dari 20

HAL HAL YANG BERHUBUNGAN

DENGAN JENAZAH
Pendahuluan

Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa,
tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana ia akan menemui ajal, dalam
keadaan baik atau buruk. Bila ajal telah tiba maka maka tidak ada yang bisa
memajukan ataupun mengundurkannya. Setiap Muslim wajib mengingat akan
datangnya kematian, bukan hanya karena kematian itu merupakan perpisahan
dengan keluarga atau orang-orang yang dicintai, melainkan karena kematian
merupakan pertanggung jawaban atas amal yang dikerjakan selama orang
tersebut hidup di dunia. Dalam Al-Quran disebutkan “Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatimu sekalipun kamu berada dalam benteng yang kuat”
(Q.S. An Nisa’ : 78).

Dalam ajaran Islam, kehormatan manusia sebagai khalifah Allah swt dan sebagai
ciptaan termulia, tidak hanya terjadi dan ada ketika masih hidup di dunia saja.
Akan tetapi kemuliaannya sebagai makhluk Allah swt tetap ada walaupun fisik
sudah meninggal. Kesinambungan kemuliannya sebagai makhluk Allah terjadi
karena ruhnya tetap hidup berpindah ke alam lain, yang sering disebut dengan
alam berzakh, alam di antara dunia dan akhirat.
Kepengurusan Jenazah
Apabila ada seseorang meninggal maka diwajibkan bagi sesama muslim untuk
mengurus (men-tajhiz) mayit. Hal tersebut hukumnya fardlu kifayah, yakni apabila
sudah dilaksanakan sebagian muslim, maka tidak wajib bagi muslim lainnya.
Prosesi tajhiz mayit ada empat (4)
1.Memandikan
2.Mengafani
3.Mensholati
4.Menguburkan
Memandikan Mayit :
1.Perlengkapan
Air kembang (Air daun bidara/Air sabun), air kapur wangi (kapur barus), air jernih,
bangku(plang/dipan), beberapa potong kain/pipih, baju kurung (gamis yang agak lebar,
sudah usang dan jarang tenunannya).
2. Tempat Memandikan
Tempat yang beratap (tertutup) serta di beri wewangian dan sepi dari selain orang
yang memandikan, orang yang membantunya dan wali si mayit.
3. Orang yang Memandikan
1.Orang yang amanah (tidak suka memberitakan berita buruk si mayit, tetapi
sebaliknya/memberitakan kebaikannya).
2.Orang yang memandikan wajib satu jenis kelamin dengan mayit kecuali
mahram atau suami-istri.
3.Jika mayit laki-laki, maka yang lebih utama dalam memandikan adalah orang
yang `alim fiqih (dalam bidang memandikan, kemudian orang `alim fiqih yang
lebih tua, kerabat mayit dari waris `ashobah dengan urutan sebagai berikut :
4.Ayah
5.Kakek dan seatasnya
6.Anak laki-laki
7.Cucu dan sebawahnya
8.Sudara laki-laki sekandung
9.Saudara laki-laki seayah
10.Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
11.Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
12.Saudara ayah sekandung
13.Saudara ayah seayah
14.Jika mayit perempuan, maka yang lebih utama dalam memandikan adalah
wanita yang masih mahromnya dari waris `ashobah, kemudian kerabat
wanitanya, kemudian mahrom dari mertua.
Catatan :
Dalam memandikan mayit, di usahakan untuk tidak memandang tubuh mayit
apalagi auratnya, kecuali yang diperlukan.
Cara Memandikan
Memandikan dapat dilakukan dengan menyangga atau memangku mayit atau dengan membaringkanya
di atas bangku (dipan atau sejenisnya).
1.Batas minimal/mencukupi
Mengguyurkan air ke seluruh tubuh mayit (termasuk kemaluan dan lipatan-lipatan badan) setelah
menghilangkan najis dan kotoran-kotoranya terlebih dahulu.
2.Cara yang lebih sempurna
3.a) Tubuh mayit dipakaikan gamis (sebagaimana perlengkapan di atas) atau hanya ditutup dengan
kain.
4.b) Mayit diletakkan di atas tempat yang agak tinggi (di atas bangku, dipan dan sejenisnya), dengan
menghadap kiblat kemudian bagian kepala agak ditinggikan supaya air basuhan mudah turun dan tidak
masuk kemulut mayit. Atau dengan cara dipangku oleh tiga atau empat orang , sementara kaki kanan
orang yang memangku bagian kepala diganjal dengan semisal batu dan punggung mayit disandarkan
pada lutut kanan, sementara posisi kaki orang yang memangku bagian tengah (sejajar dengan dubur
mayit) direnggangkan agar kotoran mayit bisa keluar.
5.c) Tangan kanan orang yang memandikan yang paling ujung atau yang mebantunya diletakkan
diantara kedua pundak mayit, sedangkan ibu jari berada di tengkuk, guna menyangga kepala mayit.
Sementara tangan kiri mengusap sambil menekan perut mayit berulang-ulang agar kotorannya bisa
keluar, kemudian dibersihkan.
6.d) Kedua kemaluan mayit dibersihkan dengan menggunakan tangan kiri (jari telunjuk) yang dibungkus
kain (pipih) sebagaimana orang istinja’ (hal ini juga bisa dilakukan dengan posisi setelah mayit
dibaringkan terlentang).
Catatan : Kain yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi tetapi dibuang dan tangan kiri
(telunjuk) orang yang memandikan dibasuh atau dibersihkan.
1.e) Menyiwakinya dengan telunjuk tangan kiri yang dibungkus kain basah dan diupayakan
agar gigi mayit tetap terkatup.
2.f) Membersihkan hidung mayit dengan jari kelingking tangan kiri yang di bungkus kain basah
lainnya.
3.g) Membersihkan kotoran yang berada di bawah kuku dan telinga dengan memakai kayu
yang lentur (semisal cotton bud).
4.h) Mewudlui mayit sebagaimana wudlunya orang yang masih hidup (termasuk
madlmadloh’, istinsyaq dan dan tatslits) lalu mayit diusap dengan kain. Contoh niatnya adalah
:
‫ﻧوﯾت اﻟوﺿوء اﻟﻣﺳﻧون ﻟﮭذا اﻟﻣﯾت \ ﻟﮭذه اﻟﻣﯾﺗﺔ ﺳﻧﺔ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
Saat me-wudlu-i sebaiknya membaca do`a-do`a yang terlaku pada wudlu.
Saat mewudlui, hendaknya kepala mayit tertunduk/miring agar air tidak masuk ke dalam
perut.
Jika mayitnya perempuan, maka bagian-bagian Qubul (vagina) yang tampak ketika duduk juga
harus dibasuh.
Jika mayitnya laki-laki yang belum khitan, maka bagian-bagian yang berada di bawah qulfah
(kunclup) juga harus dibasuh.
Jika terdapat najis yang sulit dihilangkan, semisal najis di bawah kunclup, Maka setelah
dimandikan, mayat langsung dimakamkan tanpa disholati terlebih dahulu. Namun ada yang
berpendapat bahwa bagian anggota tubuh mayat yang tidak terbasuh, bisa diganti dengan
Adapun cara menayamuminya sama dengan tayamum pada umumnya di sertai dengan niat :
‫ﻧوﯾت اﻟﺗﯾﻣم ﻋﻣﺎ ﺗﺣت ﻗﻠﻔﺔ ھذا اﻟﻣﯾت ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
Atau jika mayit tidak bisa dimandikan , semisal bila dimandikan dagingnya rontok, maka
cukup ditayammumi saja. Adapun niatnya sebagai berikut :
‫ ﻋﻠﯾﮭﺎ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬/ ‫ ھذه اﻟﻣﯾﺗﺔ ﻻﺳﺗﺑﺎﺣﺔ اﻟﺻﻼة ﻋﻠﯾﮫ‬/ ‫ﻧوﯾت اﻟﺗﯾﻣم ﻋن ھذا اﻟﻣﯾت‬
i) Membasuh kepala, kemudian jenggot dengan air kembang atau sejenisnya.
j) Menyisir rambut dan jenggot yang lebat secara pelan-pelan dengan sisir yang
renggang, kemudian diluruskan kembali (bila ada yang rontok, maka harus di kuburkan).
k) Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air daun bidara/air sabun,
mulai dari leher sampai telapak kaki.
l) Membasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kiri sebagai mana sisi kanan.
m) Memiringkan tubuh mayit ke arah kiri, lalu membasuh sisi tubuh bagian belakang
sebelah kanan dengan daun bidara/air sabun, mulai tengkuk hingga telapak kaki.
n) Memiringkan tubuh mayit kearah kanan lalu membasuh sisi tubuh bagian belakang
sebelah kiri sebagaimana membasuh bagian kanan (usahakan agar kepala mayit jangan
sampai terjungkal ).
o) Tubuh mayit dilentangkan kembali, kemudian disiram dengan air bersih secara merata
sebagaimana cara di atas mulai ujung rambut hingga ujung kaki.
p) Menyiramkan air yang dicampur sedikit kapur wangi (kapur barus), juga mulai ujung
rambut hingga ujung kaki. Dan sunnah di beri niat. yaitu : ‫ ھذه‬/‫ﻧوﯾت ﻋن أداء اﻟﻐﺳل ﻋن ھذا اﻟﻣﯾت‬
‫اﻟﻣﯾﺗﺔ ﻓرﺿﺎ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
Catatan:

1.Semua cara-cara di atas baru dinamakan satu kali mandian, dan di sunahkan
mengulangi prosesnya secara ganjil (tiga/lima kali).
2.Setelah selesai prosesi memandikan, hendaknya persendian mayit di
lemaskan pelan-pelan dan diusap dengan kain kering/handuk.
3.Bagi orang yang memandikan atau yang membantunya disunahkan memakai
tutup wajah(cadar).
4.Bila setelah selesai memandikan ada kotoran yang keluar, maka cukup
dibersihkan saja, tidak perlu mengulangi prosesi memandikan.
5.Apabila mayit mati dalam keadaan ihrom (belim tahallul awal) maka tidak
boleh mencampur air dengan segala jenis wewangian.
Mengkafani Mayit
Perlengkapan

1.Meja atau sejenisnya, kapas, kapur wangi dan minyak wangi.


2.Untuk mayit laki-laki diperlukan tiga potong kain kafan/mori serta juga bisa di
tambah gamis (baju kurung) dan ‘imamah (surban).
3.Untuk mayit perempuan dan khuntsa (yang statusnya laki-laki atau
perempuannya belum jelas) diperlukan dua potong kain kafan/mori, gamis,
tapih dan kerudung.
4.Beberapa utas tali dari kain.

Kain kafan sebaiknya terbuat dari kapas yang berwarna putih dan pernah
dicuci(bukan yang baru).
Cara Mengkafani

1.Kafan yang paling baik serta paling lebar dibeber dahulu di atas tali pengikat.
2.Setiap lapis kais kafan diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus yang telah
ditumbuk.
3.Mayit diletakkan terlentang di atas lapisan kain kafan dengan bagian kafan yang
berada diatas kepala lebih dibuat lebih panjang daripada yang berada di bawah kaki,
kemudian tubuhnya diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus.
4.Kedua tangan mayit disedekapkan di antara dada dan pusar dengan posisi tangan
kanan menumpang tangan kiri.
5.Di antara kedua pantat mayit diberi kapas yang sudah diperciki minyak wangi dan
ditaburi kapur barus (kapas jangan sampai masuk pada lubang anus).
6.Menutup semua lubang yang ada pada tubuh mayit baik yang asal maupun yang
baru serta ketujuh anggota sujud dengan menggunakan kapas yang sudah diperciki
minyak wangi dan ditaburi kapur barus.
7.Lapisan kafan yang paling atas yang sebelah kiri mayit diselimutkan ke tubuh mayit
sampai menutupi seluruh tubuhnya (terutama bagian kanan).
8.Lapisan kafan yang paling atas sebelah kanan mayit diselimutkan ke tubuh mayit
sampai menutupi seluruh tubuhnya (terutama bagian kiri), begitu juga dengan kafan
lapisan kedua dan ketiga.
9.Setelah selesai kemudian diikat di bagian bawah kaki, perut dan atas kepala agar kafan
tidak terlepas(udar jw.) saat jenazah diusung.
10.Keterangan di atas adalah cara mengkafani mayit laki-laki.
11.Adapun cara mengkafani mayit perempuan atau khuntsa, caranya ialah :
• Dipakaikan tapih yang diikat diantara pusar dan dada.
• Dipakaikan gamis.
• Dipakaikan kerudung yang bisa menutup kepala.
• Dikafani dengan dua lapis kafan (caranya seperti halnya mayit laki-laki).
• Diikat pada bagian bawah kaki, perut, atas kepala seperti pada mayit laki-laki dan
ditambah pada bagian dada/payudara (dengan kain yang agak lebar).
1.Tata cara ini adalah tata cara yang lebih sempurna dalam mengkafani mayit laki-laki dan
perempuan serta khuntsa yang tidak sedang dalam keadaan ihrom.
2.Adapun batas minimal mencukupi dalam mengafani mayit laki-laki, perempuan serta
khuntsa yaitu satu lembar kain yang bisa menutupi seluruh badan mayit.
3.Adapun untuk mayit yang ihrom, caranya sama hanya saja tidak boleh menggunakan
wewangian dan tanpa ada ikatan simpul, serta bagi mayit laki-laki tidak boleh menutup
kepalanya, sedangkan mayit perempuan atau khuntsa tidak boleh menutup wajahnya.
Cara Membuat Gamis
Kain kafan dilubangi pada bagian tengahnya (bisa dengan melipat kain ke arah bawah dan
menyamping, lalu dipotong sudutnya) serta bagian depannya (dada) di gunting sedikit.
Catatan :
1.Untuk mayit laki-laki tidak boleh menggunakan sutera.
2.Haram menulis ayat-ayat Al Qur`an atau asma-asma Allah pada kafan dengan memakai
sesuatu yang dapat meninggalkan bekas.
Mensholati Mayit
Dalam mensholati mayit ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
Syarat-syarat mensholati mayit.
Sama dengan syarat-syarat sholat lain, hanya saja ditambah beberapa syarat
yaitu :
1.Mayit yang hendak disholati telah disucikan (dimandikan) serta perkara yang
bersentuhan dengan si mayit juga harus suci.
2.Mayit berada didepan musholli (dalam sholat mayit hadir).
3.Dilakukan di suatu tempat yang tidak ada penghalang antara musholi dengan mayit dan
jika dilakukan di luar masjid, maka jaraknya tidak melebihi 300 dzira` / ±150 m (dalam
sholat mayit hadir)
Kesunahan sebelum melaksakan sholat mayit
1.Sholat mayit dilaksanakan dimasjid.
2.Shof / barisan jama’ah minimal dijadikan 3 (tiga) baris.
3.Posisi kepala mayit laki-laki berada di selatan, sementara posisi imam atau munfarid lurus
kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka posisi kepala mayit berada diutara, sedangkan
posisi imam atau munfarid sejajar dengan pantan mayit.
Tata cara sholat mayit/jenazah
1.Berdiri bagi yang mampu sebagaimana sholat-sholat yang lain.
2.Niat bersamaan takbiratul ihram, lafadznya ialah :
‫أﺻﻠﻰ ﻋﻠﻰ ھذا اﻟﻣﯾت )ھذه اﻟﻣﯾﺗﺔ( أرﺑﻊ ﺗﻛﺑﯾرات ﻓرض ﻛﻔﺎﯾﺔ ﻣﺳﺗﻘﺑل اﻟﻘﺑﻠﺔ ﻣﺄﻣوﻣﺎ )إﻣﺎﻣﺎ( ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
3.Mengangkat tangan hingga sejajar telinga saat takbiratul ihram dan takbir-takbir yang
lain.
4.Meletakkan tangan di antara pusar dan dada.
5.Membaca ta`awudz dan surat al Fatihah dengan pelan (sirri).
6.Jika ma`mum lebih dulu selesai dalam membaca fatihah, sebaiknya ia berdo`a bagi mayit.
7.Takbir yang kedua.
8.Membaca shalwat nabi SAW, minimalnya ‫ اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم ﺻَ ﱢل ﻋَ ﻠَﻰ ﺳَ ﱢﯾ ِدﻧَﺎ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍد‬dan yang lebih utama ialah
dengan sholawat ibrahim yaitu :
‫اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم ﺻَ ﱢل ﻋَ ﻠَﻰ ﺳَ ﱢﯾ ِدﻧَﺎ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍد وﻋﻠﻰ آل ﺳﯾدﻧﺎ ﻣﺣﻣد ﻛﻣﺎ ﺻﻠﯾت ﻋﻠﻰ ﺳﯾدﻧﺎ إﺑراھﯾم وﻋﻠﻰ آل ﺳﯾدﻧﺎ إﺑراھﯾم وﺑﺎرك ﻋﻠﻰ ﺳﯾدﻧﺎ ﻣﺣﻣد‬
‫وﻋﻠﻰ آل ﺳﯾدﻧﺎ ﻣﺣﻣد ﻛﻣﺎ ﺑﺎرﻛت ﻋﻠﻰ ﺳﯾدﻧﺎ إﺑراھﯾم وﻋﻠﻰ آل ﺳﯾدﻧﺎ إﺑراھﯾم ﻓﻲ اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن إﻧك ﺣﻣﯾد ﻣﺟﯾد‬
9.Takbir yang ketiga.
‫‪ dan yang lebih utama:‬اﻟﻠﮭم اﻏﻔرﻟﮫ ‪10.Berdo`a khusus bagi si mayit, minimalnya‬‬
‫اﻟﻠﮭم اﻏﻔرﻟﮫ وارﺣﻣﮫ‪ ،‬وﻋﺎﻓﮫ واﻋف ﻋﻧﮫ‪ ،‬وأﻛرم ﻧزوﻟﮫ ووﺳﻊ ﻣدﺧﻠﮫ‪ ،‬واﻏﺳﻠﮫ ﺑﺎﻟﻣﺎء واﻟﺛﻠﺞ واﻟﺑرد‪ ،‬وﻧﻘﮫ ﻣن اﻟﺧطﺎﯾﺎ ﻛﻣﺎ‬
‫ﯾﻧﻘﻰ اﻟﺛوب اﻷﺑﯾض ﻣن اﻟدﻧس‪ ،‬وأﺑدﻟﮫ دارا ﺧﯾرا ﻣن داره‪ ،‬وأھﻼ ﺧﯾرا ﻣن أھﻠﮫ‪ ،‬وزوﺟﺎ ﺧﯾرا ﻣن زوﺟﮫ‪ ،‬وأﻋذه ﻣن ﻋذاب‬
‫اﻟﻘﺑر وﻓﺗﻧﺗﮫ‪ ،‬وﻣن ﻋذاب اﻟﻧﺎر‪ .‬اﻟﻠﮭم إﻏﻔر ﻟﺣﯾّﻧﺎ وﻣﯾّﺗﻧﺎ وﺷﺎھدﻧﺎ وﻏﺎﺋﺑﻧﺎ وﺻﻐﯾرﻧﺎ وﻛﺑﯾرﻧﺎ وذﻛرﻧﺎ وأﻧﺛﺎﻧﺎ‪ .‬أﻟﻠﮭم ﻣن أﺣﯾﯾﺗﮫ ﻣﻧّﺎ‬
‫ﻓﺄﺣﯾﮫ ﻋﻠﻰ اﻹﺳﻼم وﻣن ﺗوﻓّﯾﺗﮫ ﻣﻧّﺎ ﻓﺗوﻓّﮫ ﻋﻠﻰ اﻹﯾﻣﺎن‪ .‬اﻟﻠﮭ ّم ﻻ ﺗﺣرﻣﻧﺎ أﺟره ‪ ,‬وﻻ ﺗﺿﻠّﻧﺎ ﺑﻌده‬
‫‪Jika mayitnya belum baligh, maka sebaiknya doanya ditambah :‬‬
‫اﻟﻠﮭم اﺟﻌﻠﮫ ﻓرط ﻷﺑوﯾﮫ وﺳﻠﻔﺎ وذﺧرا وﻋظﺔ واﻋﺗﺑﺎرا وﺷﻔﯾﻌﺎ وﺛﻘّل ﺑﮫ ﻣوازﯾﻧﮭﻣﺎ وأﻓرغ اﻟﺻﺑر ﻋﻠﻰ ﻗﻠوﺑﮭﻣﺎ‪ ،‬وﻻ ﺗﻔﺗﻧﮭﻣﺎ‬
‫‪….‬ﺑﻌده و ﻻﺗﺣرم ھﻣﺎ أﺟره وﻻ ﺗﻔﺗﻧﮭﻣﺎ ﺑﻌده واﻏﻔر ﻟﻧﺎ وﻟﮭﻣﺎ وﻟﺟﻣﯾﻊ اﻟﻣؤﻣﻧﯾن‬
‫‪11.Takbir kempat.‬‬
‫اﻟﻠﮭم ﻻﺗﺣرﻣﻧﺎ أﺟره وﻻ ﺗﻔﺗﻧّﺎ ﺑﻌده وﻏﯾره واﻏﻔر ﻟﻧﺎ وﻟﮫ‪12.Membaca do`a :‬‬
‫‪13.Salam, caranya sama dengan salam pada sholat lain hanya saja ditambah‬‬
‫ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎ ﺗﮫ اﻟﺳّﻼم ‪ menjadi‬وﺑرﻛﺎﺗﮫ‪lafadz‬‬
‫‪Catatan :‬‬
‫‪1.Tidak disunahkan mengeraskan do`a dalam shalat mayit/jenazah.‬‬
‫‪2.Hendaknya imam mengeraskan suaranya saat takbir dan salam.‬‬
‫ﻟﮭﺎ ‪ diganti lafadz‬ﻟﮫ ‪3.Jika mayitnya perempuan tunggal, maka dlomir dalam lafadz‬‬
‫‪ jika‬ﻟﮭم ‪ jika laki-laki banyak memakai lafadz‬ﻟﮭﻣﺎ ‪jika dua orang memakai lafadz‬‬
‫ﻟﮭنّ ‪perempuan jama` memakai lafadz .‬‬
Memakamkan Mayit
Perlengkapan
Alat penggali kubur seperti cangkul, skop dan sejenisnya, keranda mayit, nisan, papan
penutup, dan bantalan dari tanah sebesar batu bata.
Liang kubur :
1.Batas Minimal yaitu : Liang yang bisa mencegah menyebarnya bau mayit, dan bisa
menjaga dari binatang buas.
2.Cara yang lebih sempurna : liang yang ukurannya sepanjang tubuh mayit di tambah dua
jengkal dan lebarnya sekira orang yang memakamkan bisa leluasa (±100 cm), serta
dalamnya tidak kurang dari ±4,5 dzira` (±200 cm).
Dalam penguburan mayit dikenal 2(dua) jenis liang kubur :
Liang Cempuri
Yaitu liang kuburan yang digali bagian tengahnya (seperti menggali parit) untuk
meletakkan mayit yang ukurannya sekira papan penutup tidak tersentuh tubuh mayit ketika
melepuh. Hal ini diperuntukkan bagi tanah yang lunak (gembur).
Liang Lahat, (Luang landak ; jw)
Yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya (arah kiblat) digali sekira cukup untuk
meletakkan mayit
Prosesi Pemberangkatan Jenazah

1.Janazah diusung menggunakan keranda (bandoso ; jw).


2.Ketika akan meletakkan janazah ke dalam keranda, hendaknya mebaca
basmalah.
3.Sebelum diberangkatkan, jenazah dimintakan persaksian kepada khalayak
umum tentang kebaikannya (dengan catatan tanpa adanya dusta dan cerita
atau ucapan yang dibuat-buat)
4.Dido`akan ampunan, rahmat serta ketetapan iman, dan dimintakan
kebebasan hak adamiy, seperti ghibah (ngrasani-jw.) , hutang dan lain-lain
serta pemberitahuann tentang pengalihan hutang-piutang kepada ahli warits.
5.Yang lebih utama janazah diusung oleh lima orang atau lebih sesuai
kebutuhan dengan menggunakan keranda seperti gambar berikut:
6.Posisi kepala mayit berada di depan.
7.Hendaknya mengusungnya dengan cara sekira tidak merendahkan
martabat mayit, serta jalan kaki dan hendaknya yang mengusung adalah
orang laki-laki.
8.Disunahkan bagi pengiring jenazah untuk jalan kaki dan berada didepan
serta dekat keranda dan baru pulang saat mayit telah selesai dikuburkan.
9.Berjalan dengan cepat, dan tidak bersuara riuh (berteriak-riak).
10.Berdzikir lirih untuk menghindari ghibah.
11.Hindari membawa api atau sejenisnya kecuali untuk penerangan.
12.Bagi orang yang melihat jenazah yang di usung/diberangkatkan
disunahkan memuji kebesaran Allah SWT. dan berdo`a seperti:
‫ﺳﺑﺣﺎن اﻟﺣﻲ اﻟذى ﻻ ﯾﻣوت أو ﺳﺑﺣﺎن اﻟﻣﻠك اﻟﻘدّوس ﷲ أﻛﺑر ﺻدق ﷲ ورﺳوﻟﮫ ھذا ﻣﺎ وﻋدﻧﺎ ﷲ ورﺳوﻟﮫ اﻟﻠﮭ ّم‬
‫زدﻧﺎ اﯾﻣﺎﻧﺎ و ﺗﺳﻠﯾﻣﺎ‬
13.Kesunnahan mengiring jenazah hanya berlaku untuk laki-laki, sedangkan
bagi perempuan hukumnya.
Prosesi pemakaman
1.Setelah sampai di pemakaman, keranda diletakkan di pinggir makam bagian
selatan dengan posisi membujur ke utara.
2.Jenazah dikeluarkan dari keranda diawali dari bagian kepala sambil membaca do`a
:
‫ﺑﺳم ﷲ وﻋﻠﻰ ﻣﻠﺔ رﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠّم اﻟﻠﮭم اﻓﺗﺢ اﺑواب اﻟﺳﻣﺎء ﻟروﺣﮫ وأﻛرم ﻧزﻟﮫ ووﺳّﻊ ﻣدﺧﻠﮫ ووﺳّﻊ ﻟﮫ ﻓﻰ‬
‫ﻗﺑره‬
3.Kemudian diterima orang yang berada di dalam makam dengan membaca do`a :
‫ اﻟﻠﮭم اﺳﻠﻣﮫ إﻟﯾﮫ اﻻﺷﺣﺎء ﻣن وﻟده وأھﻠﮫ وﻗراﺑﺗﮫ واﺧواﻧﮫ وﻓﺎرﻗﮫ‬،‫ﺑﺳم ﷲ وﻋﻠﻲ ﻣﻠﺔ )ﺳﻧﺔ( رﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‬
‫ وﻧزل ﺑك وأﻧت ﺧﯾر ﻣﻧزول ﺑﮫ ان ﻋﺎﻗﺑﺗﮫ ﻓﺑذﻧب‬،‫ﻣن ﻛﺎن ﯾﺣب ﻗرﺑﮫ وﺧرج ﻣن ﺳﻌﺔ اﻟدﻧﯾﺎ واﻟﺣﯾﺎة إﻟﻰ ظﻠﻣﺔ اﻟﻘﺑر وﺿﯾﻘﮫ‬
‫ اﻟﻠﮭم ﺗﻘﺑّل ﺣﺳﻧﺗﮫ واﻏﻔر ﺳﯾﺋﺗﮫ وأﻋده ﻣن ﻋذاب اﻟﻘﺑر‬،‫وان ﻋﻔوت ﻓﺄھل اﻟﻌﻔو اﻧت ﻏﻧﻲ ﻋن ﻋذاﺑﮫ وھو ﻓﻘﯾر إﻟﻲ رﺣﺗﻣك‬
‫ اﻟﻠﮭم واﺧﻠﻔﮫ ﻓﻰ ﺗرﻛﺗﮫ ﻓﻰ اﻟﻐﺎﺑرﯾن وارﻓﻌﮫ ﻓﻰ ﻋﻠّﯾّﯾن وﻋد‬،‫واﺟﻣﻊ ﻟﮫ ﺑرﺣﻣﺗك اﻷﻣن ﻣن ﻋذاﺑك واﻛﻔﮫ ﻛ ّل ھول دون اﻟﺟﻧﺔ‬
‫ﻋﻠﯾﮫ ﺑﻔﺿل رﺣﻣﺗك ﯾﺎ أرﺣم اﻟراﺣﻣﯾن‬..
4.Jenazah di letakkan miring pada sisi tubuh bagian kanan dengan menghadap arah
kiblat
5.Wajah dan kedua kakinya di sandarkan pada dinding makam sehingga seperti
posisi orang yang hampir ruku`
6.Punggungnya di ganjal dengan bantalan dari tanah agar tidak terlentang
7.Semua Ikatan tali bagian luar dilepas terutama bagian kepala mayit agar kafan
dapat di singkap, kemudian kepalanya di bantali dengan tanah agar jenazah tidak
terjungkal, dan pipinya ditempelkan pada tanah.
8.Liang lahat di tutup dengan papan atau sejenisnya
9.Makam ditimbun atau diurug dengan tanah hingga kira-kira setinggi satu
jengkal merata lalu dipasang nisan.
10.Diperbolehkan juga menggunduk, tetapi meratakan tanah lebih baik dari
pada menggunduknya.
11.Nisan sebaiknya dari kayu (jangan dari bahan yang permanen).
12.Bagi pengiring agar menburkan tanah ke makam tiga kali dengan berdo`a :
13.Untuk taburan pertama : ‫ اﻟﻠﮭم ﻟﻘّﻧﮫ ﻋﻧد اﻟﻣﺳﺄﻟﺔ ﺣﺟﺗﮫ‬،‫ﻣﻧﮭﺎ ﺧﻠﻘﻧﺎﻛم‬
14.Untuk taburan kedua : ‫ اﻟﻠﮭم اﻓﺗﺢ اﺑواب اﻟﺳﻣﺎ ء ﻟروﺣﮫ‬،‫وﻓﯾﮭﺎ ﻧﻌﯾدﻛم‬
15.Untuk taburan ketiga : ‫ اﻟﻠﮭم ﺟﺎفّ اﻷرض ﻋن ﺟﻧﺑﯾﮫ‬،‫وﻣﻧﮭﺎ ﻧﺧرﺟﻛم ﺗﺎرة أﺧرى‬
16.Kemudian mentalqin mayit, mendo`akan dan memintakan ampun atas
dosa-dosanya.
Contoh lafadz talqin :
‫ وأنّ اﻟﺟﻧّﺔ‬،‫ﯾﺎ ﻋﺑد ﷲ اﺑن أﻣّﺔ ﷲ أذﻛر ﻣﺎ ﺧرﺟت ﻋﻠﯾﮫ ﻣن دار اﻟدﻧﯾﺎ ﺷﮭﺎدة ان ﻻإﻟﮫ إﻻ ﷲ وأنّ ﻣﺣﻣّدا رﺳول ﷲ‬
،‫ وأﻧّك رﺿﯾت ﺑﺎ رﺑّﺎ‬،‫ وأنّ ﷲ ﯾﺑﻌث ﻣن ﻓﻰ اﻟﻘﺑور‬،‫ وأنّ اﻟﺳﺎﻋﺔ أﺗﯾﺔ ﻻ رﯾب ﻓﯾﮭﺎ‬، ّ‫ وأنّ اﻟﻧﺎر ﺣق‬، ّ‫ﺣق‬
‫ وﺑﺎﻟﻣؤﻣﻧﯾن إﺧواﻧﺎ‬،‫ وﺑﺎﻟﻛﻌﺑﺔ ﻗﺑﻠﺔ‬،‫ وﺑﺎﻟﻘرآن إﻣﺎﻣﺎ‬،‫ وﺑﻣﺣﻣّد ﺻﻠّﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠّم ﻧﺑﯾّﺎ‬،‫وﺑﺎﻹﺳﻼم دﯾﻧﺎ‬
Catatan :
1.Dalam mentalqin bisa langsung menggunakan nama shorih (nama mayit
dan nama ibunya) bila di ketahui.
2.Utamanya bagi Mulaqqin (orang yang mentalqin) adalah duduk di sisi
kepala mayit, sedangkan jama`ah (hadirin) berdiri.
3.Sunnah mengulangi talqin sampai tiga kali.
Haram mencabuti rerumputan yang masih basah di atas kuburan, kecuali
rumput tersebut telah kering.

Anda mungkin juga menyukai