Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN

MATERI TAJHIZUL MAYIT

Oleh:
Moch faizin Muflich

0
TAJHIZUL MAYIT
(Merawat Jenazah)
A. Detik Detik Sakaratul Maut
Beberapa hal yang sunnah dilakukan terhadap orang
yang sakit parah (muhtadhar) adalah sebagai berikut;
1. Mengahadapkannya ke arah kiblat
Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaringkannya
pada lambung sebelah kanan (kepala di utara), jika tidak
mampu; maka dengan membaringkan pada lambung
kirinya (kepala di selatan), dan bila hal ini tidak mampu
maka dengan posisi diterlentangkan (melumah) dan
memberi sejenis bantal di kepalanya agar dia dapat
menghadap kiblat.
2. Mentalqin (mengajari untuk membaca ُ ‫)الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا‬
Penalqinan hendaknya tidak perlu dilakukan berulang-
ulang, kecuali apabila muhtadlar setelah ditalqin
berbicara lagi, sekalipun masalah-masalah yang berkaitan
dengan urusan akhirat, maka talqin sunnah untuk diulangi
lagi. Orang yang melakukan talqin disunahkan bukan ahli
waris, bukan musuhnya atau orang yang hasud/iri
kepadanya, hal ini bertujuan untuk menghindari dugaan
bahwa mereka mengharapkan kematian muhtadlar. Jika
yang ada hanya ahli waris maka hendaknya yang
metalqin adalah ahli waris yang paling sayang
kepadanya.
3. Membacakan surat Yasin dengan keras, dan surat Ar-
Ra’du dengan lirih.
Jika keduanya mungkin di baca, namun jika hanya
mungkin membaca salah satunya, maka dibacakan surat
yasin untuk mengingatkannya pada urusan akhirat. Jika
muhtadlar (orang yang sudah sekarat) sudah tidak
memiliki perasaan, maka yang lebih utama di bacakan
surat Ar-Ra’du, untuk mempermudah keluarnya ruh.

1
4. Memberi minum
Hal tersebut disunnahkan, terutama apabila ada tanda-
tanda bahwa muhtadlar meminta minum, sebab pada
waktu itu syaitan menawarkan minum kepadanya yang
akan ditukar dengan keimanan.
B. Setelah Ruh di Cabut.
Setelah ruh dicabut yang perlu dilakukan pada
jenazah adalah;
1. Memejamkan kedua matannya
2. Mengikat dagunya ke atas kepala
3. Melemaskan seluruh persendian dan jari-jari
diluruskan.
4. Melepaskan pakaiannya. Kemudian menggantikan
dengan kain yang tipis.
5. Meletakkan jasadnya di tempat yang agak tinggi,
semisal di atas dipan.
6. Menghadapkannya ke arah kiblat.
7. Meletakkan sesuatu yang agak berat di atas perutnya,
yang beratnya sekitar 20 dirham (54, 30 gram).
8. Membakar, atau menaburkan sesuatu yang wangi
disekelilingnya.
9. Mengumumkan kematiannya.
10. Membebaskan segala tanggungan hutang, atau lainnya.

C. Tajhizul Mayit (merawat mayit/jenazah).


Hukum tajhiz artinya merawat atau mengurus orang
yang telah meninggal. Dengan demikian, apabila ada orang
Islam meninggal dunia (selain mati syahid, atau bayi
premature) secara fardlu kifayah bagi setiap orang
mukallaf yang mengetahui, atau punya persangkaan kuat
akan kematiannya melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Memandikan
2
Secara umum, jika mayit laki-laki maka orang yang
memandikan adalah laki-laki, jika perempuan maka
yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi suami
memandikan istrinya yang meninggal, begitupula
sebaliknya. Adapun yang lebih utama dalam
memandikan mayit adalah orang yang memandikan
adalah orang yang memiliki keahlian dan memiliki sifat
syafaqah.
Batas minimal memandikan mayit adalah
menghilangkan najis yang ada pada tubuh mayyit.
Kemudian mengguyurkan air secara merata ke seluruh
tubuh mayit. Adapun tata-cara memandikan yang lebih
sempurna adalah sebagai berikut:
a. Jenazah dibawa ke tempat pemandian dan tubuhnya
ditutup dengan kain yang tipis.
b. Mayit dibaringkan dan diletakkan di tempat yang
agak tinggi, seperti di atas dipan atau dipangku oleh
tiga atau empat orang.
c. Punggung jenazah disandarkan pada lutut orang
yang memangku, dan pundaknya disanggah dengan
tangan kanan, serta meletakkan ibu jari pada
tengkuk (jawa:githok) jenazah untuk menyanggah
agar kepala tidak miring.
d. Perut mayit di urut dengan perlahan dan berulang-
ulang agar kotoran yang ada dalam perut mayit
keluar. Kemudian jasad mayit disiram dengan air
yang banyak.
e. Mayit ditidurkan dengan posisi terlentang,
kemudian dimiringkan ke kiri, lalu ke kanan utuk
dibersihkan alat kemaluannya dan daerah
sekitarnya dengan tangan kiri yang dibungkus
sarung tangan. Saat membersihkan atau
menggosok-gosok aurat (seperti anggota badan
antara pusar sampai lutut bagi mayit laki-laki) juga
3
harus menggunakan penghalang, seperti sarung
tangan atau kain. Sebab, aurat itu haram di lihat dan
haram di sentuh secara langsung tanpa ada
penghalang. Kemudian segera mayit disiram
dengan air yang banyak.
f. Membersihkan gigi mayit dan kedua lubang
hidungnya dengan jari telunjuk tangan kiri yang
memakai sarung tangan atau kain yang dibasahi.
Serta membersihkan kotoran yang ada pada kuku,
telinga dan mata.
g. Mewudlukan mayit persis seperti wudlunya orang
yang hidup, baik rukun maupun sunnahnya, niatnya
mewudlukan mayyit adalah
ِ ِّ‫ْت ْال ُوضُوْ َء ْال َم ْسنُوْ نَ لِهَ َذا ْال َمـي‬
‫ت هلل تعالى‬ ُ ‫نَ َوي‬
Diusahakan mulut mayit tidak terbuka agar ait tidak
masuk kedalam.
h. Mengguyur mayit mulai kepala hingga telapak
kaki dengan daun bidara atau air sabun, sampo
dengan cara;
1) Mengguyurkan air ke kepala mayit
2) Mengguyur sebelah kanan bagian depan
anggota tubuh mayit dimulai dari leher sampai
telapak kaki mayit sambil menggosok-
nggosokan dengan perlahan. Kemudian
dilanjutkan ke tubuh mayit bagian kiri.
3) Mayit dimiringkan ke kiri,lalu mengguyurkan
air ke sebelah kanan bagian belakang anggota
tubuh mayit dengan agak memiringkan
posisinya, mulai tengkuk sampai ujung kaki.
Kemudian mayit dimiringkan ke kanan, lalu
mengguyurkan air pada bagian sebelah kiri
mayit, dimulai dari bagian leher sampai kaki.
4) Mengguyurkan air yang murni ke seluruh tubuh
mayit sebanyak 2 kali. Basuhan ini untuk
4
membilas (menghilangkan) sisa-sia daun bidara
atau sabun.
5) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan air
yang dicampur sedikit kapur barus yang tidak
sampai merubah kemutlakkan air disertai niat
memandikan mayit.
6) Setelah prosesi pemandian selesai, jenazah
dikeringkan dengan menggunakan handuk atau
kain.
2. Mengkafani Mayit
Mayit wajib dikafani dengan kain yang
diperbolehkan dipakai sewaktu dia masih hidup. Batas
paling minimal dalam mengkafani mayit jika dikaitkan
dengan haknya Allah adalah menggunakan kain yang
dapat menutup keseluruhan aurat mayit. Sedangkan
untuk batas maksimal (sempurna ) adalah, jika mayit
berjenis kelamin laki-laki maka dengan tiga lembar
pakaian, semua dibuat tiga lapis tidak ada surban dan
pakaian (baju). Praktek ini adalah yang paling utama.
Namun juga boleh menambahkan baju dan surban
untuk mayit laki-laki. Sedangkan pengkafanan untuk
mayit perempuan adalah, dengan menggunakan lima
lapis (2 Lapis kain, kebaya, kerudung, dan baju kurung).
 Tata cara mengkafani mayit
1. Jika 2 atau 3 lembar kain tersebut sama panjang,
lebar dan bagusnya. Maka langsung dapat dipasang
secara berlapis (ditumpuk) 3 dan disamakan anatara
panjang dan lebarnya. Namun, jika kain yang
tersedia tidak sama panjang dan lebarnya, maka
kain yang paling luar adalah kain yang paling lebar,
panjang dan bagus. Setiap lapis kain dari 3 kain
kafan semuanya ditaburi dengan kayu garu, minyak
wangi atau kapur barus yang dihaluskan.

5
2. Mayit diletakkan di atas kain kafan dengan posisi
terlentang dan posisi tangan disedekapkan.
3. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada
anggota-anggota badan mayit yang berlobang,
seperti kedua mata, kedua lubang hidung, kedua
telinga dan mulut. Kapas juga diletakkan di kening
mayit, kedua telapak tangan, diantara kedua
pergelangan tangan, kedua lutut, diantara jari-jari
tangan dan jari-jari kaki, serta anggota tubuh yang
terluka.
4. Setelah itu kain kafan dilipatkan dengan urutan;
5. Melipatkan kain sisi kiri ke sisi kanan, lalu
melipatkan kain sisi kanan menuju kain sisi
kiri.untuk kain lapis kedua dan seterusnya caranya
sama seperti yang tadi. Langkah ini dikerjakan
setelah pemasangan baju kurung dan serban, dan
diusahakan kain pocong atas kepala lebih panjang
dari yang di bawah kaki.
6. Setelah semua kain kafan dilipatkan, kemudian
ujung kain kafan yang ada di kepala dan kaki
disatukan, serta di tarik agak rapat. Setelah itu,
kafan mayit diberi ikat lagi pada bagian atas, tengah
dan kaki dengan ikat simpul (tali wangsul). Posisi
ikatan berada di bagian kiri mayit.
3. Mensalati Mayit
 Syarat-syarat wajib
Syarat-syarat dalam menshalati mayit adalah sama
seperti syarat-syarat yang harus dipenuhinya saat akan
melakukan shalat–shalat yang lain. Sebab, pada
dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat-shalat
selainnya. Adapun untuk mayitnya disyaratkan;
1. Sudah selesai dimandikan, dan suci dari najis baik di
tubuh, kafan ataupun tempatnya.

6
2. Bila shalat jenazah hadlir, maka musholli tidak
boleh mendahului atau berada di depan mayit.
Sebab, posisi antara mayit dan musholli, seperti
halnya makmum dan imam.
 Rukun-rukun shalat jenazah.
Dalam hal rukun perbedaan yang mencolok antara
shalat jenazah dengan shalat yang lain adalah, dalam
shalat jenazah tidak ada rukuk’ dan sujudnya. Adapun
rukun-rukun shalat jenazah adalah sebagai berikut;
a. Takbiratul ihram disertai niat Niat
 Niat untuk mayit laki-laki
‫ َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬/ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة ِإ َما ًما‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬ِ ِّ‫صلِّى َعلَى هَ َذا ْال َمي‬ َ ُ‫ا‬
 Niat untuk mayit perempuan
‫ َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬/ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة ِإ َما ًما‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬ َ ُ‫ا‬
b. Membaca al-fatihah
c. Melakukan takbir kedua
Di dalam takbir kedua ini, orang yang shalat harus
membaca shalawat. Adapun lafaz shalawatnya adalah
sebagai berikut;
َ ‫صـلَّيْتَ َعلَى َسـيِّ ِدنا‬ َ ‫آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َك َمــا‬ِ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
َ ‫آل َسـيِّ ِدنا‬ ِ ‫ـار ْك َعلَى َسـيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ َ‫إ ْب َرا ِهي َم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ إبْـ َرا ِهي َم َوب‬
َ ْ
َ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنا َ إ ْب َرا ِهي َم َو َعلى آ ِل َسيِّ ِدنا إ ْب ـ َرا ِهي َم فِي ال َعــال ِم ْين‬
َ َ
.‫إنَّ َك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬
d. Melakukan takbir yang ketiga. Kemudian membaca
doa:
ُ‫اللهم اغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ واعْفُ َع ْنهُ َوعَافِه ِوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َوا ْغ ِس ْله‬
ِ ‫ج َو ْالبَ َر ِد َونَقِّ ِه ِمنَ ْال َخطَايَــا َكم ـا َ يُنَقَّى الثَّوْ بُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ال ـ َّدن‬
‫َس‬ ِ ‫بِاْل َما ِء َوالثَّ ْل‬
ً ً ‫َأ‬ ً
‫َار ِه َو ْهالً خَ ْيــرا ِم ْن ْهلِ ِه َو َزوْ جـا خَ ْيــرا ِم ْن زَ وْ جِ ِه‬ ‫َأ‬ ِ ‫َوَأ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيــرا ِم ْن د‬
ً
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَتِ ِه َو ِم ْن َع َذا‬ِ ‫َوَأ ْد ِخ ْلهُ الَجنَّةَ َوَأ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا‬
e. Melakukan takbir keempat dan sunah membaca do’a:

 )‫ َوا ْغفِرْ لَنَا َولَهُ (ولها‬ )‫اللهم الَ تَحْ ِر ْمنَا َأجْ َرهُ (ها) َواَل تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ (ها‬
f. Membaca salam.
‫السّالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
7
4. Memakamkan Mayit
Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Liang
kubur harus sudah siap. Begitu pula semua peralatan
pemakaman, seperrti papan, batu nisan dan lain-lain.
Mengubur jenazah di pemakaman lebih utama daripada
di tempat khusus. Saat membawa jenazah ke pemakaman
disunnahkan menaruh posisi kepala di arah depan walaupun
bukan arah kiblat. Pengiring jenazah sebaiknya di depan
dan dekat dengan jenazah, sekira ketika ia menoleh jenazah,
ia dapat melihatnya.
Sedangkan untuk lubang kubur, minimal harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya:
1. Dapat menutup bau busuknya mayit, dan dapat
melindungi mayit dari binatang buas (tidak bisa digali
dan dimakan binatang buas).
2. Berupa galian, tidak cukup jika berupa bangunan di atas
tanah sekalipun bisa melindungi dari binatang buas.
Sedangkan yang paling utama adalah membuat galian
yang luas dan dalam setinggi orang normal berdiri
dengan mengangkat tangannya ke atas atau sekitar 4 ½
dzira’ atau 2,25 M. Galian ini ada 2 macam bentuk:
a. Berbentuk Lahd (landak), yaitu melubangi bagian
bawah dari lubang kubur pada sisi arah kiblat
(bagian barat) setelah menggali sedalam 2,25 M. Ini
lebih utama (afdlal) di lakukan di daerah dengan
struktur tanah yang keras.
b. Berbentuk Syaq (liang cempuri), yaitu membuat
galian di tengah-tengah lubang kubur (seperti galian
sungai). Hal ini lebih utama (afdlal) di lakukan di
daerah yang keadaan tanahnya yang gembur dan
lunak.
 Tata cara penguburan mayit.

8
1. Mayit dibawa memakai keranda dan dipikul oleh
beberapa orang dengan mempertimbangkan
kebutuhan, minimal 2 orang. Diutamakan yang
memikul mayit berjumlah ganjil.
2. Meletakkan jenazah sebelum dimasukkan ke liang
kubur di posisi kaki lobang kubur (Indonesia; sebelah
selatan liang kubur).
3. Jenazah dikeluarkan dari keranda dengan perlahan-
lahan, dimulai dari kepalanya, lalu di angkat dengan
posisi agak miring dan kepala menghadap kiblat.
4. Jenazah diserahkan kepada orang yang telah bersiap-
siap di liang kubur (jawa; nampani), jika mayit
perempuan maka mahramnya mayit, jika mayat laki-
laki maka orang yang paling dekat hubungannya
dengan mayit. Orang yang masuk ke dalam liang
lahat disunnahkan ganjil. Dan utamanya adalah tiga
orang.
5. Mayit dikuburkan tanpa memakai alas atau peti.
Hukum menggunakan ini semua makruh kecuali
dalam keadaan darurat seperti ketika liang kuburnya
berair.
6. Mayit diletakkan berbaring miring dan sisi tubuh
bagian kanan (lempeng kanan) menempel di tanah,
makruh jika menggunakan sisi tubuh bagian kiri.
Adapun menghadapkan ke kiblat hukumnya wajib.
7. Sunnah bagi yang menguburkan mengucapkan :
“ ‫صلَّى هللا عليه وآله َو َسلَّم‬
َ ِ‫"بس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرسُوْ ِل هللا‬
8. Melepas ikatan kain kafan pada kepala mayit dan
membuka kafan yang menutupi pipi mayit lalu
menempelkannya ke tanah.
9. Meletakkan bantalan dari tanah (biasanya berbentuk
bulat) pada bagian belakang tubuh mayit seperti
belakang kepala dan punggung, kemudian menekuk

9
sedikit bagian tubuh mayit ke arah depan supaya
tidak mudah untuk terbalik atau menjadi terlentang.
10. Menutup liang dengan papan sebelum ditutup dengan
tanah dengan menaikkan sedikit urukan tanah
setinggi satu jengkal (25 cm).
11. Setelah proses penguburan selesai, berdiam sebentar
untuk dibacakan talqin serta memperbanyak istighfar
bagi mayit.

10

Anda mungkin juga menyukai