Jika salah seorang dari saudaramu yang muslim meninggal dunia, maka ucapkanlah :
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.
Ya Allah berilah aku pahala dalam musibahku dan gantikanlah untukku yang lebih dari
padanya".
1. Memandikan Jenazah
a. Persiapan
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan, secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus dan
lain-lain.
2. Mengusahakan tempat untuk memandikan jenazah yang tertutup sehingga hanya
orang yang berkepentingan saja yang ada di situ.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang yang memandikan jenazah itu adalah keluarga yang terdekat
dengan jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya
laki-laki maka yang memandikan harus laki-laki. Demikian juga sebaliknya bila
jenazahnya perempuan maka yang memandikan harus perempuan, kecuali
suami kepada istrinya atau istri kepada suaminya. Dalam hal ini tidak ada qias
seorang anak memandikan orang tuanya yang lain jenis.
b. Cara memandikan jenazah
1. Niat karena Allah
2. Membalut jenazah dengan kain (tidak transparan) untuk menutup aurat lalu
seluruh pakaian yang melekat badannya dilepaskan. Artinya jenazah
dimandikan dalam keadaan tertutup auratnya.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya bila memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku-kukunya dan seluruh tubuhnya dari
seluruh kotoran dan najis.
5. Mulai memandikan dengan membersihkan anggota wudlunya dengan
mendahulukan yang kanan dan menyiramnya hingga rata 3, 5, 7 kali atau sesuai
dengan kebutuhan.
6. Pada waktu memandikan hendaknya dengan hati-hati, lembut dan sopan.
7. Pada bagian akhir siraman hendaklah dicampurkan dengan wangi-wangian,
seperti kapur barus atau daun bidara.
8. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk, dan berilah wangi-wangian. Bagi
jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya bila
memungkinkan.
Catatan :
1. Orang yang gugur, sahid dalam peperangan membela agama Allah, cukup
dimakamkan dengan pakaiannya yang melekat ditubuhnya (tanpa dimandikan,
dikafani dan di sholatkan)
2. Orang yang wafat dalam keadaan berikhrom dirawat seperti biasa tanpa diberi
wewangian.
3. Orang yang sahid selain membela agama seperti melahirkan, tenggelam,
terbakar, dirawat seperti biasa.
4. Jenazah janin yang telah berumur 4 bulan dirawat seperti biasa.
5. Bagi orang yang telah memandikan jenazah disunahkan untuk mandi.
2. Mengkafani Jenazah
a. Perlengkapan dan persiapan a
Perlengkapan yang diperlukan untuk
mengkafani jenazah adalah sebagai
berikut :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya b
diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki-laki
terdiri dari 3 lembar (2a, 1b),
sedangkan kain kafan untuk jenazah c
perempuan terdiri dari 5 lembar. (2a,
1b, 1c, 1d)
a. Dua lembar kain pembungkus luar
b. Kain basahan/sarung
c. Baju kurung
d. Kerudung d
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan
sebagai berikut :
a. Tali 3,5,7 (sesuai kebutuhan), gunanya agar kafan tidak terbuka
1. Ujung kepala
2. Leher
3. Pinggang/ pada lengan tangan
4. Perut
5. Lutut
6. Pergelangan kaki
7. Ujung kaki
b. Kapas secukupnya (tidak harus ada)
c. Kapur barus atau pewangi secukupnya
4. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya, di atas tali-tali yang telah
disediakan.
5. Untuk jenazah perempuan aturlah mukena, baju dan kain basahan sesuai dengan
letaknya.
b. Melaksanakan untuk mengkafani jenazah.
Setelah semua perlengkapan disiapkan, maka dimulailah mengkafani jenazah
dengan urutan sebagai berikut :
1. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup kain
selubung kain.
2. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
3. Bilamana diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang-lubang yang mengeluarkan
cairan.
4. Bagi jenazah laki-laki, ditutup dengan 3 lapis kain secara rapi dan diikat dengan
simpul disebelah kiri.
5. Bagi jenazah yang berambut panjang (perempuan) hendaklah rambutnya
dikepang bila memungkinkan
6. Bagi jenazah perempuan, kenakan 5 lapis kain, yaitu kerudung untuk kepala,
baju kurung, kain basahan penutup aurat dan 2 lembar kain penutup secara rapi,
serta diikat dengan simpul disebelah kiri
7. Bila diperlukan ruang disekitar jenazah diberi wewangian.
3. Mensholatkan Jenazah.
a. Ketentuan umum :
1. Mensholatkan jenazah merupakan salah satu fardhu kifayah bagi kaum
Muslimin dan Muslimat.
2. Sholat jenazah dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau berjamaah, dilakukan
dengan posisi jenazah didepan orang yang mensholatkan.
3. Sholat dapat juga dilakukan tanpa hadirnya jenazah yang disebut dengan sholat
ghaib.
4. Jenazah yang boleh disholatkan adalah jenazah orang Islam.
5. Jenazah yang tidak boleh disholatkan adalah jenazah orang kafir (non Muslim).
6. Adapun jenazah orang yang bunuh diri dan orang yang berhutang tanpa ada
penjamin pelunasan hutangnya, maka Rasullah Saw, tidak mensholatkannya,
tetapi beliau membiarkan sahabat mensholatkan.
7. Jenazah yang terpotong-potong, bila ditemukan bagian dada, dan diyakini
sebagai orang Islam tetap dirawat sebagaimana biasa, Bila ditemukan bagian-
bagian tubuh yang lainnya, cukup disiram, dibungkus dan dikuburkan.
8. Jenazah yang sudah dikafani secara sempurna hendaklah segera disholatkan.
9. Bila jenazah lebih dari satu, maka sebaiknya disholatkan sekaligus kecuali bila
tidak memungkinkan.
a. Bila bersamaan antara jenazah laki-laki dan perempuan, maka dapat diatur
dengan jenazah yang terdekat dengan imam adalah jenazah laki-laki,
b. kemudian perempuan dengan digeser ke tengah supaya bagian pinggangnya
sejajar arah kiblat dengan imam.
c. Bila terdapat lebih dari satu jenazah, maka yang ditempatkan terdekat
dengan imam adalah laki-laki yang lebih sholih.
10. Imam sholat jenazah diutamakan seseorang yang ada hubungan kerabat dengan
jenazah.
11. Makmum masbuk dalam shalat jenazah hendaklah menyempurnakan takbir
kekurangannya.
12. Sholat jenazah dapat dilakukan didalam masjid, rumah jenazah, kuburan atau
tempat-tempat lain yang memungkinkan.
13. Dilarang shalat jenazah dalam tiga waktu :
a. Waktu terbit matahari hingga naik.
b. Waktu matahari ditengah-tengah.
c. Waktu hampir terbenam hingga benar-benar terbenam.
b. Ketentuan khusus.
1. Orang yang mensholatkan jenazah harus telah memenuhi syarat sahnya sholat.
2. Berdiri menghadap kiblat dengan jenazah disebelah arah kiblat, jenazah di
depan imam.
3. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan berjamaah.
4. Mengenai ketentuan sejumlah 3 shof, bukanlah suatu keharusan.
5. Imam menempatkan diri pada arah kepala jenazah laki-laki, dan pada arah
tengah badan (pinggang) jenazah perempuan.
6. Shof laki-laki dimuka shof perempuan di belakang.
c. Tata Cara Shalat Jenazah.
Sholat jenazah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengikhlaskan niat karena Allah.
2. Membaca takbir pertama (Allahu Akbar) seraya mengangkat kedua tangan lalu
tangan kanan memegang tangan kiri dan keduanya diletakkan di dada
(bersedekap) dilanjutkan membaca Al Fatihah dan shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw.
3. Membaca takbir kedua (Allahu Akbar) dengan mengangkat kedua tangan ,
kemudian kembali ke posisi bersedekap, diteruskan dengan membaca do'a.
4. Membaca takbir ketiga (Allahu Akbar) dengan mengangkat kedua tangan,
kemudian ke posisi bersedekap, diteruskan dengan berdo'a.
5. Bacalah takbir keempat (Allahu Akbar) dengan mengangkat kedua tangan,
kemudian kembali ke posisi bersedekap, diteruskan dengan salam seraya
memalingkan muka kekanan dan kekiri.
Sholat jenazah dilaksanakan sebagai berikut :
1. Takbir pertama membaca Al Fatihah dilanjutkan shalawat Nabi Muhammad
Saw.
2. Takbir kedua dilanjutkan membaca do’a untuk jenazah
3. Takbir ketiga dilanjutkan membaca do'a untuk jenazah
4. Takbir keempat dilanjutkan salam.
Sholat jenazah dapat juga dilaksanakan sebagai berikut :
1. Takbir pertama dilanjutkan dengan membaca Al Fatihah.
2. Takbir kedua dilanjutkan shalawat Kepada Nabi Muhammad Saw.
3. Takbir ketiga dilanjutkan do'a untuk jenazah
4. Takbir keempat dilanjutkan dengan do'a diakhiri salam.
4. Mengubur jenazah
Dalam penguburan jenazah ada beberapa hal yang diperhatikan:
A. Persiapan.
1. Liang kubur hendaknya dibuat yang dalam, pada tanah yang kuat, sehingga tidak
sampai tercium bau jasadnya, aman dari gangguan hewan pemakan
bangkai/binatang buas dan longsor atau tergusur oleh aliran air.
2. Liang kubur dapat berupa lahad yaitu liang yang dibuat khusus didasar kubur
pada arah kiblat (pinggir) untuk meletakkan jenazah, atau syiq yaitu liang yang
dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya.
3. Seyogyanya dikuburkan dikuburan khusus kaum Muslim yang terdekat, kecuali
dalam keadaan darurat.
4. Jangan menguburkan jenazah pada 3 (tiga) waktu :
a. Ketika terbit matahari hingga naik.
b. Ketika matahari ditengah-tengah.
c. Ketika matahari hampir terbenam hingga betul-betul terbenam.
5. Penutup lubang kubur harus kuat dengan menggunakan kayu,bambu atau batu
sebagai penyangga sehingga tidak mudah longsor ke bawah.
6. Usungan keranda jenazah hendaklah tertutup rapat dan sederhana.
Catatan :
Jenazah diperbolehkan untuk dimasukkan ke dalam peti bila tanahnya berair atau
jenazah dalam keadaan rusak.
Pada prinsipnya satu jenazah dikubur dalam satu liang kubur, tetapi tidak ada
larangan untuk mengubur beberapa jenazah dalam satu liang kubur dengan posisi
berjajar (tidak bersusun).
Memindahkan kuburan diperbolehkan dengan alasan darurat atau demi
kemaslahatan, dengan hati-hati dan memuliakan jenazah.
Autopsi (pembedahan) pada jenazah diperbolehkan atas dasar keperluan
mendesak (kesehatan, penyelidikan, dan lain-lain) hingga terpenuhinya tujuan
pembedahan, kemudian jenazah diperlakukan sebagaimana mestinya, menurut
aturan sunnah.
Penguburan di laut (dari kapal) dilakukan dengan memberi pemberat di bagian
kaki jenazah supaya tenggelam sebagai pengganti penguburan. Sebelumnya
jenazah dirawat seperti biasa.
c. Baca ALLAAHU AKBAR, takbir kedua, dengan mengangkat kedua tangan, lalu
baca do’a:
اغ ِفرْ َل ُه َو ارْ َحمْ ُه َو َعا ِف ِه َو اعْ فُ َعـ ْن ُه ْ اَللّ ُه َّم
َو أ َْك ِر ْم نـ ُ ُز َل ُه َو َو سِّـعْ َم ْـد َخـ َل ُه
ب ْاَأل بـْـ َيضُ م َِن َّ اغسِ ْل ُه ِب َما ٍء َو َث ْلـج َو نــَـ ِّق ِه م َِن ْال َخ َطا يـَا َك َمايـُـ َنـ َّقى
الـث ْـو ُـ ٍ ْ َو
ِ ال َّد َن
ـس
ار ِه َو أ َهْ الً َخـيْرً ا ِمنْ أ َهْ لِ ِه َو ِ َاخـيْرً ا ِمنْ د َ ًَو أ َب ْـد ِْل ُه َد ار
اخـيْرً ا ِمنْ َز ْو ِج ِه َو قِـ ِه فِـ ْتــ َنـ َة ْالــ َقـب ِْر َو َعــ َذاَ ًَز ْوج
• ALLAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WA ’AAFIHI WA’FU ‘ANHU WA
AKRIM NUZULAHU WA WASSI’ MADKHALAHU WAGHSILHU BIMAAIN WA
TSALJIN WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA YUNAQQATS
TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN
MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN
MIN ZAUJIHI WA QIHI FITNATAL QABRI WA’ADZAABAH
• Artinya: Ya Allah berilah ampunan, rahmat, dan ‘afiyat serta maaf kepadanya.
Muliakanlah tempat turunnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia
dengan air dan salju, dan bersihkanlah dari segala kesalahan, sebagaimana
pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Berilah ganti baginya rumah yang lebih
baik dari pada rumahnya, keluarga yang lebih baik dari pada keluarganya, dan
jodoh yang lebih baik dari pada jodohnya, serta jauhkanlah darinya fitnah kubur
dan siksaannya.
d. Baca ALLAAHU AKBAR, takbir ketiga, dengan mengangkat kedua tangan, lalu
baca do’a:
ص ِغي ِْر َن َاو َك ِبي ِْر َنا
َ اِئـبـ َن َاو
ِ اغـ ِفرْ ل َِحــيِّـ َن َاو َمـيِّــتِـ َن َاو َشا ِهدِنــَ َاو َغ ْ اَللّ ُه َّم
لى ْاِإلسْ الَ ِم َ َو َذ َك ِر َن َاو أ ُ ْنــ َثا َنا اَللّ ُه َّم َمنْ أ َحْ ـ َيـيْـ َت ُه ِم َّنـا َفَأحْ ِـي ِه َع
ِ لى ْاِإل ي ْـ َم
ان َ َو َمنْ تـَ َـو َّفـيْـ َت ُه ِم َّنـا َفـ َت َـو َّفـ ُه َع
• ALLAAHUMMAGHFIR LIHAYYINAA WA MAYYITINAA WA SYAAHIDINAA
WA GHAAIBINAA WA SHAGHIIRINAA WA KABIIRINAA WA DZAKARINAA
WA UNTSAANAA ALLAAHUMMA MAN AHYAITAHU MINNAA FA AHYIHI
‘ALAL ISLAAM WA MAN TAWAFFAITAHU MINNAA FA TAWAFFAHU ‘ALAL
IIMAAN
Diskriminasi dan stigma jelek terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih
saja terasa di mana-mana. Bahkan, hingga yang bersangkutan meninggal dunia masih
merasakan stigma buruk. “Kami pernah menemukan ada ODHA yang meninggal dunia.
Mayat yang mestinya dimandikan tidak ada yang mau melakukan karena takut ketularan
HIV/AIDS,” Padahal, memandikan jenazah ODHA tidak akan menular. Pun demikian
hidup serumah dengan orang terinfeksi, berenang, berjabat tangan, makan bersama,
berpelukan bahkan berciuman. Menyikapi peristiwa diatas tentunya perlu diberikan
pemahaman (sosialisasi) yang benar kepada masyarakat umumnya dan para petugas
kesehatan khususnya mengenai tata cara pemandian (pemulasaran) jenazah yang sesuai
dengan standar kesehatan bagi penderita HIV/AIDS, sehingga tidak terjadi lagi kasus
penelantaran jenazah ODHA dimasyarakat.
Secara umum prosedur atau tata cara pemandian jenazah untuk penderita HIV/AIDS
(ODHA) diantaranya adalah dengan penggunaan masker dan sarung tangan, serta larangan
meletakkan jenazah yang dimandikan pada pangkuan anggota keluarganya. Kondisi ini
diakui sangat berbahaya, terlebih bila jenazah yang dimandikan mengidap suatu penyakit
menular seperti HIV/AIDS.
Berikut tata cara pemandian jenazah untuk penderita HIV/AIDS (ODHA)
A. PERSIAPAN SEBELUM MEMANDIKAN JENAZAH
1. PETUGAS
Tak ada luka yang terbuka
Luka kecil/lecet dibalut dengan pembalut anti air
Memakai peralatan pelindung diri (APD): Sarung tangan karet (2 lapis),
Apron/Jubah Plastik, Masker (penutup mulut/hidung), Kaca mata, Topi dan Sepatu
boot
Petugas sebaiknya bejumlah maksimal 4 orang (paling sedikit 1 orang)
2.PERALATAN (WAJIB)
Kapas digulung kecil (se-ibu jari) : 20 biji
Plastik jernih/transparan lembut : 6 x 8 kaki (2 x 3 meter)
Cairan Klorin 0,5%: 4 liter
Ember/baskom : 4 buah
Sarung tangan karet (Glove) : 20 pasang
Apron/Jubah Plastik : 4 helai
Masker (penutup mulut) : 4 helai
Sepatu boot : 4 pasang
Pinset/Penjepit Kapas : 1 pasang
3. TEMPAT
Berdekatan dengan saluran pembuangan air/parit (permukaan tanah)
Jika tak ada parit, galilah lubang serapan dengan ukuran 3×3 kaki atau (1×1 meter)
Tempat pemandian jenazah.
B. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH
Jenazah dicuci dan dimandikan dengan larutan klorin
Bersihkan rongga (mulut, telinga, hidung, dubur, kemaluan)/ luka jenazah boleh
dibersihkan dan disumbat dengan kapas yang direndam dengan larutan klorin
(gunakan alat penjepit/pinset)
Jenazah dimandikan mengikuti hukum agama (syariat)
Sekiranya perlu dibersihkan kembali rongga (mulut, telinga, hidung, dubur,
kemaluan)/ luka jenazah boleh dibersihkan dan disumbat dengan kapas yang
direndam dengan larutan klorin (gunakan alat penjepit)
Lap jenazah dengan kain yang bersih dan kering.
Sumbatkan kapas (direndam larutan klorin) pada rongga (mulut, hidung, dubur,
kemaluan) / luka (gunakan alat penjepit)
G. PENGUBURAN JENAZAH
Petugas perlu memakai sarung tangan karet.
Jenazah dikuburkan dengan cara biasa (Buka kafan pada muka)
Kapur klorin tidak perlu ditabur dalam liang kubur.
H. SETELAH PENGUBURAN JENAZAH
Petugas dianjurkan mandi dengan sabun