Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

DEWAN SUGLI PANDU HIZBUL WATHAN


PENGHELA DAN PENUNTUN

BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Gerakan Kepanduan HW memberi kesempatan kepada para Pandu HW Penghela
dan Penuntun untuk membina dirinya menjadi kader pemimpin, baik untuk
lingkungan Gerakan Kepanduan HW maupun lingkungan Persyarikatan
Muhammadiyah dan masyarakat pada umumnya
b. Salah satu usaha untuk melaksanakan gagasan tersebut dibentuklah Dewan Sugli
Pandu HW Penghela dan Penuntun di setiap kwartir
c. Untuk pengaturan dan pelaksanaan tugas Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan
Penuntun disusun suatu petunjuk penyelenggaraan
d. Petunjuk penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman
pengelolaan Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Penuntun

2. Dasar
Pedoman penyelenggaraan ini didasarkan pada :
a. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 92/SK-PPNI-B/l.b/1999, tentang
kebangkitan kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dalam Muhammadiyah.
b. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 10/KEP/I.oB/2003
penyempumaan Keputusan PP Muhammadiyah.

3. Ruang lingkup dan rata unit


Pedoman Penyelenggaman ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan Dewan Sugli
Pandu HW Penghela dan Pandu HW HW Penuntun dengan tata unit sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Maksud dan Tujuan
c. Tugas pokok, fungsi, dan tanggungjawab
d. Pengorganisasian
e. Wilayah kerja, masa bakti, dan hubungan kerja
f. Pimpinan
g. Pembagian tugas, fungsi dan mekanisme kerja
h. Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri dan Putera
i. Formatur
j. Penutup

4. Pengertian dan kedudukan


Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun yang selanjutnya disingkat
Dewan Sugli adalah suatu wadah pembinaan dan kepemimpinan Pandu HW Penghela
dan Penuntun di tingkat kwartir, yang beranggotakan Pandu HW Penghela dan Pandu
HW Penuntun Puteri Putera dan bersifat kolegial. Dewan Sugli berkedudakan sebagai
sebagai badan kelengkapan kwartir yang bertugas membantu kwartir dalam
pengelolaan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
5. Maksud
Dewan Sugli dibentuk dengan maksud memberikan kesempatan kepada Pandu HW
Penghela dan Pandu Penuntun untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat kepemimpinan
dalam rangka usaha pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan, dan pengamalan pada Persyarikatan Muhammadiyah,
masyarakat, bangsa dan Negara.
6. Tujuan
Dewan Sugli dibentuk dengan tujuan sebagai wadah untuk pembinaan dan
pengembangan kepemimpinan dan kemampuan Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun dalam mengelola Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sehingga menjadi
kader pemiunpin dan kader pembaharu/ pembangunan untuk masa mendatang.

BAB III
TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB
7. Tugas Pokok
Tugas pokok Dewan Sugli adalah :
a. Melaksanakan Keputusan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun Puteri Putera untuk mengelola Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun, sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan oleh kwartirnya.
b. Menyusun, melaksanakan dan mengelola kegiatan Pandu HW Penghela dan
Pandu HW Penuntun sesuai dengan kebijakan yang diganskan oleh Kwartirnya.
c. Membina Dewan Sugli yang berada di dalam wilayah kerjanya secara koordinatif
dan konsultatif.
d. Memberi saran kepada Kwartir mengenai pembinaan kepemimpinan Pandu HW
Penghela dan Pandu HW Penuntun.
e. Membantu Kwartir dalam melaksanakan tugas-tugas Kwartir.
f. Menyelenggarakan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
Puteri Putera di tingkat Kwartirnya.

8. Fungsi
Dalam melakanakan tugas pokok tersebut di atas Dewan Sugli berftmgsi sebagai:
a. Pelaksana kebijakan Kwartir tentang Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.
b. Perencana dan penyelenggaraan kepemimpinan Pandu HW Penghela dan Pandu
HW Penuntun sesuai dengan keputusan Musyawarah Pandu HW Penghela dan
Pandu HW Penuntun Puten Putera.
c. Pemberi sumbangan pemikiran dan laporan kepada Kwartir tentang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan kegiatan pada
umumnya.
d. Penghubung antara Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah
kerjanya dengan Kwartir yang bersangkutan.
e. Penggerak Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya dalam
melaksanakan kegiatan Kwartir.

9. Tanggungjawab
a. Dewan Sugli sebagai badan yang bersifat kolegial bertanggungjawab atas segala
kebijakannya kepada Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
Puten Putera sesuai dengan tingkat dan wilayah kerjanya.
b. Dewan Sugli sebagai Badan Kelengkapan Kwartir bertanggungjawab atas
pelaksanaan tugas pokoknya kepada Kwartirnya.

BAB IV
PENGORGANISASIAN
10. Struktur Organisasi
a. Di tingkat Pusat dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
Pusat yang disebut Dewan Sugli Pusat disingkat DSP.
b. Di tingkat Wilayah dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun Wilayah yang disebut Dewan Sugli Wilayah disingkat DSW.
c. Di tingkat Daerah dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun Daerah yang disebut Dewan Sugli Daerah disingkat DSD.
d. Di tingkat Cabang dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun Cabang yang disebut Dewan Sugli disingkat DSC.
11. Wewenang
a. Wewenang adalah kewajiban dan hak yang dimiliki oleh Dewan Sugli dalam
melaksanakan tugas pokoknya.
b. Wewenang yang dimiliki tersebut adalah
1) Membuat penjabaran keputusan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu
HW Penuntun, dan melaksanakannya.
2) Mengatur penyusunan, pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan Pandu HW
Penghela dan Pandu HW Penuntun sesuai dengan kebijaksanaan yang
digariskan oleh Kwartirnya.
3) Memberi saran kepada Kwartir dalam mengelola Pandu HW Penghela dan
Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya.
4) Membantu Kwartir dalam penehtian dan pengembangan Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan.
5) Melakukan pembinaan kepemimpinan terhadap Dewan Sugli di wilayah
kerjanya secara koordinatif dan kumulatif dengan memberi bimbingan teknis.
6) Menyelenggarakan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
Puteri Putera.
7) Menyelesaikan tugas pokok selama masa baktinya.

BAB V
WILAYAH KERJA, MASA BAKTI, DAN HUBUNGAN KERJA
12. Wilayah kerja
a. Wilayah kerja adalah wilayah berlakunya kewenangan Dewan Sugli.
b. Wilayah kerja Dewan Sugli sama dengan wilayah kerja Kwartir.

13. Masa bakti


a. Masa Bakti adalah kurun waktu berlangsungnya suatu Kepemimpinan Dewan Sugli.
b. Masa Bakti Dewan Sugli adatah sebagai berikut:
1) Pusat adalah 5 tahun
2) Wilayah adalah 4 tahun
3) Daerah adalah 3 tahun
4) Cabang adalah 2 tahun

14. Hubungan kerja


a. Hubungan kerja adalah interaksi yang dilakukan oleh Dewan Sugli dalam
melaksanakan tugas pokoknya.

b. Hubungan dengan Kwatir


Bentuk hubungan kerja Dewan Sugli dengan Kwartir dalam kedudukannya sebagai
badan Kelengkapan Kwartir adalah garis hubungan koordinasi, konsultasi dan
informasi dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan menilai
pelaksanaan tugas pokoknya.
c. Hubungan antara Dewan Sugli
Bentuk hubungan antar Dewan Sugli adalah:
1) Hubungan antar Dewan Sugli yang berbeda jajaran yang lebih tinggi ke
bawah, berupa garis bimbingan, koordinasi, konsultasi, dan informasi.
Sedangkan dari jajaran lebih bawah ke atas adalah koordinasi, konsultasi dan
pelaporan.
2) Hubungan antara Dewan Sugli yang setingkat adalah garis hubungan
koordinasi, informasi dan kerjasama.
3) Hubungan Dewan Sugli seperti yang dimaksud dalam Pedoman 14.c.2) apabila
melibatkan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun antara wilayah kerja
yang bersangkutan dilakukan dengan sepengetahuan Kwartir yang berkaitan
dengan wilayah kerja tersebut.
d. Hubungan dengan organisasi di luar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
1) Dewan Sugli dapat menyelengarakan hubungan kerjasama dengan organisasi
di luar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dengan sepengetahuan Kwartir.
2) Bentuk kerjasama dan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan kerja
sama tersebut dilakukan dengan sepengetahuan Kwartir.

BAB VI
KEANGGOTAAN
15. Anggota Dewan Sugli
Anggota Dewan Sugli adalah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri
Putera yang mempunyai kewajiban dan hak untuk melaksanakan tugas pokok.

16. Persyaratan
a. Umum
1) Persyaratan Umum merupakan ketentuan pokok yang harus dipenuhi untuk
dapat menjadi anggota Dewan Sugli
2) Persyaratan Umum terdiri dari:
a) Belum menikah
b) Sedikitnya telah menjadi Pandu HW Penghela tingkat Taruna Melati Satu
c) Pada saat memulai masa bakti berusia 17 tahun sampai 23 tahun
3) Usia 17 tahun berarti pada saat dilantik menjadi anggota genap 17 tahun
4) Usia 23 tahun berarti pada saat dilantik menjadi anggota belum genap 23
tahun
b. Khusus
Persyaratan khusus merupakan persyaratan tambahan berdasarkan kebutuhan
yang ditentukan dalam Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
Puten Putera selarna tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lain dalam Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan.
17. Pemilih dan Pengangkatan Anggota
a. Pemilihan Anggota
1) Pemilihan anggota adalah tata care memilih anggota pimpinan Dewan Sugli.
2) Pemilihan anggota pada dasarnya dilakukan oleh Musyawarah Pandu HW
Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya.
3) Pemilihan talon anggota ditakukan peserta Musyawarah Pandu HW Penghela
dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera melalui formatur.
4) Kesempatan, pembagian tugas, fungsi dan kedudukan setiap anggota
ditentukan oleh peserta Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun Puteri Putera melalui formatur.
b. Pengangkatan Anggota
1) Pengangkatan anggota adalah suatu pelimpahan wewenang yang diberikan
kepada anggota Dewan Sugli untuk melaksanakan tugas pokoknya.
2) Pengangkatan anggota dilakukan dengan surat Keputusan Kwartir
3) Tata cara pengangkatan anggota diatur oleh Kwartir.

18. Mutasi Anggota


a. Mutasi anggota adalah perpindahan fungsi dan kedudukan anggota dalam
pelaksanaan tugasnya di Dewan Sugli.
b. Mutasi anggota dapat dilakukan pada seluruh jenis, fungsi dan kedudukan
anggota.
c. Tata cara mutasi disusun oleh Dewan Sugli dengan persetujuan Kwartir.
d. Pelaksanaan mutasi dilakukan dengan Sumt Keputusan Kwartir.

19. Pemberhentian Anggota


a. Pemberhentian anggota adalah tindakan yang menghilangkan kewajiban dan
hak seorang anggota untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai anggota
Dewan Sugli.
b. Pemberhentian anggota dilakukan apabila anggota:
1) Menikah
2) Berhalangan secara tetap sehingga tidak memungkinkan untuk dapat
melaksanakan kewajiban dan haknya sebagai anggota Dewan Sugli. Jenis
hubungan yang dimaksud diatur lebih lanjut oleh Dewan Sugli yang
bersangkutan dengan persetujuan Kwartir.
3) Mengajukan permintaan sendiri
4) Melakukan kegiatan yang melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan Kode Kehormatan Kepanduan Hizbul Wathan.
c. Jenis pemberhentian anggota terdiri dari
1) Pemberhentian dengan hormat
2) Pemberhentian dengan tidak hormat
d. Pemberhentian dengan hormat dilakukan apabila sesuai dengan Pedoman 19.b.1)
dan Pedoman 19.b.2) dan Pedoman 19.b.3)
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dilakukan apabila sesuai dengan Pedoman
19.b.4)
f. Tata cara pemberhentian anggota diatur oleh Dewan Sugli dengan persetujuan
Kwartir.
g. Pemberhentian anggota dilakukan dengan Surat Keputusan Kwartir.

20. Penggantian Anggota


a. Penggantian anggota adalah penggantian Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun, dilakukan apabila ada anggota yang diberhentikan dan keanggotaan.
b. Penggantian anggota dilakukan untuk memberi kesempatan yang lebih banyak
bagi Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penunun untuk mengembangkan
kepemimpinan dan mengembangkan diri di Dewan Sugli.
c. Tata cara pengggantian anggota diatur oleh Dewan Sugli yang bersangkutan
dengan persetujuan Kwartir.
d. Penggantian anggota dilakukan dengan Surat Keputusan Kwartir.

21. Kewajiban dan Hak Anggota


a. Pada prinsipnya sebagai badan yang bersifat kolegial setiap anggota mempunyai
kewajiban dan hak yang sama dalam pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.
b. Dalam pelaksanaan tugasnya anggota dibagi dalam suatu susunan pimpinan.

BAB VII
PIMPINAN
22. Pimpinan
a. Susunan Pimpinan Dewan Sugli adalah sebagai berikut:
1) Seorang ketua merangkap anggota
2) Seorang Wakil Ketua merangkap anggota
3) Dua orang Sekretaris merangkap anggota
4) Seorang Bendahara merangkap anggota
5) Beberapa orang anggota

Dengan catatan :
Apabila Ketua dijabat oleh Pandu HW Penghela/ Pandu HW Penuntun Putera, maka
Wakil Ketua dijabat oleh Pandu HW Penghela/Pandu Penuntun Puteri, dan
sebaliknya.
b. Jumlah anggota Dewan Sugli disesuaikann dengan kebutuhan dan secara
keseluruhan berjumlah ganjil (gasal).
c. Pimpinan Dewan Sugli terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris I, Sekretaris II,
Bendahara, dan beberapa orang anggota.

23. Pimpinan Harian


a. Dalam pelaksanaan tugas administrasi dan kesekretariatan Dewan Sugli dapat
membentuk Pimpinan Harian yang terdiri dari beberap anggota Dewan Sugli.
b. Keanggotaan Pimpinan Harian ditentukan dalam Rapat Pleno Dewan Sugli dan
disesuaikan dengan program kegiatan serta kesempatan yang dimiliki anggota
Dewan Sugli.
c. Jumlah dan susunan Pimpinan Harian diatur berdasarkan kebutuhan.

24. Pembidangan
a. Pembidangan adalah pembagian tugas yang dilakukan sebagai upaya
memperlancar pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.
b. Pembidangan diatur sebagal berikut:
1) Bidang Kehidupan Islami
2) Bidang Teknik Kepanduan
3) Bidang Kegiatan
4) Bidang Pembinaan dan Kepemimpinan
5) Bidang Pengembangan, Penelitian dan Evaluasi

BAB VIII
PEMBAGIAN TUGAS, FUNGSI DAN MEKANISME BIDANG
25. Pembagian Tugas
a. Pembagian tugas merupakan pembagian pekerjaan berdasarkan kedudukan
anggota dalam kepengurusan Dewan Sugli.
b. Pembagian tugas diatur sebagai berikut:
1) Ketua
a) Memimpin dan mengelola Dewan Sugli
b) Bersama dengan seluruh anggota Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan
Pandu HW Penuntun bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pokok
Dewan Sugli.
c) Mewakili Dewan Sugli sebagai Pemuka yang diandalkan di Kwartimya.
2) Wakil Ketua
a) Membantu Ketua dalam melaksanakan tugasnya
b) Mewakili Ketua apabila berhalangan
c) Mewakili Dewan Sugli sebagai Pemuka yang diandalkan di Kwartimya
3) Sekretaris I
a) Melaksanakan mekanisme administrasi khususnya yang berkenaan dengan
hal-hal yang bersifat konsepsional.
b) Mewakili Dewan Sugli apabila Ketua, Wakil Ketua berhalangan.
4) Sekretaris II
a) Melaksanakan mekanisme administrasi khususnya yang berkenaan dengan
kesekretariatan
b) Mewakili Dewan Sugli apabila Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris I
berhalangan.
5) Bendahara
a) Mengelola Keuangan dan harta benda Dewan Sugli
b) Mewakili Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris I apabila yang bersangkutan
berhalangan.
6) Ketua Bidang
Membantu Ketua dan Wakil Ketua Dewan Sugli dalam memimpin anggota
bidangnya untuk pelaksanaan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan
bidang masing-masing.
7) Anggota Bidang
a) Melaksanakan tugas bidang
b) Bersama-sama dengan Ketua Bidang merumuskan kebijaksanaan bidang.

26. Dalam rangka pembinaan Bina Karya Mandiri, anggota Dewan Sugli menjadi anggota
Pimpinan Bina Karya Mandiri Hizbul Wathan di Kwartirnya.
27. Fungsi Bidang
Fungsi Bidang diatur sebagal berikut:
a. Bidang Kehidupan Islami:
1) Penguatan Ideologi
2) Pengamalan Kehidupan Islami
b. Bidang Teknik Kepanduan
1) Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kebijaksanaan
pembinaan Kepemimpinan dan pengembangan Pandu HW Penghela dan
Pandu HW Penuntun secara konsepsional
2) Memberikan pertimbangan dalam pengembangan pelaksanaan suatu
peraturan
c. Bidang Kegiatan
1) Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan yang
merupakan kegiatan opersional dalam upaya meningkatkan mutu kegiatan
operasional Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.
2) Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan operasional
d. Bidang Pembinaan dan Pengembangan
1) Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan yang
merupakan kegiatan berbentuk pembinaan dan pengembangan
kepemimpinan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.
2) Bertanggungjawab atas pendidikan dan latihan Pandu HW Penghela dan
Pandu HW Penuntun.
e. Bidang Penelitian dan Evaluasi
1) Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan peneitian dan
evaluasi dalam rangka mendukung pembinaan dan pengembangan kualitas
Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.
2) Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan penelitian dan evaluasi.

28. Mekanisme Bidang


a. Mekanisme bidang merupakan pola interaksi antar bidang dalam melaksanakan
fungsinya.
b. Mekanisme bidang diatur lebih lanjut oleh Dewan Sugli yang bersangkutan.

BAB IX
MUSYAWARAH PANDU HW PENGHELA
DAN PANDU HW PENUNTUN PUTERI PUTERA
31. Pengertian
a. Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera yang
disebut Musyawarah Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
Puten Putera sebagai wahana permusyawaratan untuk menampung aspirasi Pandu
HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di tingkat Kwartirnya.
b. Hasil musyawarah Dewan Sugli merupakan bahan pelengkap Rencana Kerja
Kwartir yang akan diajukan dalam Musyawarah Kwartir.
c. Musyawarah Dewan Sugli pada hakekatnya merupakan wahana pembinaan guna
memberi kesempatan kepada Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun untuk
membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok
Dewan Sugli.

32. Jenis Musyawarah Dewan Sugli


a. Musyawarah Dewan Sugli Biasa
Musyawarah Dewan Sugli Biasa adalah musyawarah yang diselenggarakan dalam
keadaan terpenuhinya korum dan tepat waktu.
b. Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa adalah
musyawarah yang diselenggarakan dalam keadaan tidak terpenuhinya korum
clan tidak tepat waktunya.
c. Musyawarah Dewan Sugli Istimewa Musyawarah Dewan Sugli Istimewa adalah
musyawarah yang diselenggarakan karena ada hal-hal khusus dan istimewa.
d. 1) Tepat Waktu
Tepat Waktu adalah apabila musyawarah diselenggarakan sesuai dengan
waktunya, yaitu pada saat masa bakti Dewan Sugli akan berakhir.
2) Korum
a) Korum adalah jumlah peserta yang sebenamya hadir dalam musyawarah
sehingga memiliki keabsahan.
b) Korum terpenuhi apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah yang
harus hadir.
c) Lebih dari setengah jumlah yang harus hadir dihitung dengan cara:
(1) Membagi dua jumlah yang harus hadir ditambah satu
(2) Apabila hasil perhitungan tersebut berupa bilangan pecahan maka
diambil bilangan bulat berikutnya.
3) Hal khusus dan Istimewa
a) Hal khusus yang dimaksud adalah musyawarah di antara waktu
pelaksanaan 2 (dua) musyawarah yang berurutan.
b) Hal istimewa yang dimaksud adalah musyawarah dilaksanakan karena
adanya hal-hal yang di luar ketentuan yang berlaku yang tidak
memungkinkan diselenggarakannya Musyawarah Dewan Sugli Biasa
maupun Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa.
4) Musyawarah Dewan Sugli Istimewa dilaksanakan atas usul sedikitnya dua
pertiga jumlah Utusan yang seharusnya hadir.

33. Pelaksanaan Musyawarah Dewan Sugli berdasarkan Keputusan Kwartir

34. Tingkat dan Waktu Pelaksanaan


a. Di tingkat Pusat diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Pusat
selanjutaya disebut Musyawarah Dewan Sugli Pusat yang diselenggarakan setiap 5
(lima) tahun sekali.
b. Di tingkat Wilayah diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Wilayah
selanjutnya disebut Musyawarah Dewan Sugli Wilayah yang diselengarakan setiap
4 (empat) tahun sekali.
c. Di tingkat Daerah diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Daerah
selanjutnya disebut Musyawarah Dewan Sugli Daerah disetenggarkan setiap 3 (tiga)
tahun sekali.
d. Di tingkat Cabang diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Cabang
selanjutnya disebut Musyawarah Dewan Sugli Cabang diselenggarakan setiap 2
(dua) tahun sekali.
e. Musyawarah Dewan Sugli dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum dilangsungkan Musyawarah Kwartir.

35. Penyelanggara
a. Penyelenggara adalah badan yang mempunyai kewajiban dan hak untuk
menyelenggarakan Musyawarah Dewan Sugli.
b. Penyelenggara adalah Dewan Sugli yang bersangkutan
c. Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
persetujuan Kwartir.

36. Peserta
a. Peserta adalah Utusan yang mempunyai kewajiban dan hak untuk mengikuti
Musyawarah Dewan Sugli
b. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Pusat adalah:
1) Anggota Dewan Sugli Pusat
2) Utusan Dewan Sugli Wilayah
c. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Wilayah adalah:
1) Anggota Dewan Sugli Wilayah
2) Utusan Dewan Sugli Daerah
d. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Daerah adalah:
1) Anggota Dewan Sugli Daerah
2) Utusan Dewan Sugli Cabang
e. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Cabang
1) Angota Dewan Sugli Cabang
2) Utusan Dewan Kerabat dan Dewan Kafilah

37. Utusan dan Mandat


a. Utusan
1) Utusan adalah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun yang mendapat
mandat untuk menyampaikan aspirasi Pandu HW Penghela dan Pandu HW
Penuntun yang berada di wilayah kerjanya.
2) Jumlah dan persyaratan lain yang berkenaan dengan Utusan diatur lebih lanjut
oleh Penyelenggara.
b. Mandat
1) Mandat adalah pelimpahan wewenang yang dimiliki oleh peserta agar
utusannya dapat melaksanakan kewajiban dan haknya.
2) Mandat bagi Utusan Dewan Sugli Penyelenggara diperoleh dari Dewan Sugli
Penyelenggara
3) Mandat bagi utusan Dewan Sugli bukan Penyelenggara diperoleh dan Dewan
Sugli yang bersangkutan dengan persetujaun Kwartirnya.
4) Mandat bagi utusan Dewan Kerabat diperoleh dan Dewan Kerabat dengan
persetujaun Pemimpin Pandu HW / Qabilah.

38. Hak Suara, Hak Bicara, dan Hak Pilih


a. Hak Suara adalah hak yang dimiliki peserta/ Utusan untuk diperhitungakn dalam
perhitungan suara bila dilaksanakan pengambilan keputusan.
b. Hak Bicara adalah hak yang dimiliki peserta/ Utusan untuk menyampaikan usul,
saran, dan pendapat.
c. Hak pilih adalah hak yang dimiliki peserta/Utusan untuk dipilih dan memilih.
d. Setiap Utusan mempunyai satu suara.
e. Penyelenggara dapat membuat aturan tambahan berkenaan dengan
peserta/Utusan bila dipandang perlu.

39. Pimpinan Musyawarah Dewan Sugli


a. Pimpinan Musyawarah Dewan Sugli adalah peserta yang mendapatkan fungsi
khusus berupa kewajiban dan hak untuk memimpin jalannya Musyawarah Dewan
Sugli sehingga dapat tercapai tujuan yang diinginkan secara berhasil guna dan
berdaya guna.
b. Pimpinan Musyawarah Dewan Sugli selanjutnya disebut presidum, yang
personahinya dipilih oleh musyawarah.
c. Unsur presidium terdiri atas
1) Satu orang dari unsur Dewan Sugli Penyelenggara yang mendapat mandat dari
Ketua Dewan Sugli Penyelenggara.
2) Dua orang dari dua unsur Utusan yang berlainan yang dipilih oleh peserta
musyawarah.
d. Presidium terdiri atas:
1) Satu orang Ketua Presidium
2) Satu orang Wakil Ketua Presidium
3) Satu orang Sekretafs Presidium
e. Pemilihan Presidium dipimpin oleh Dewan Sugli Penyelenggara
f. Tata cara pemilihan Presidium diatur lebih lanjut dalam Musyawarah Dewan Sugli.
g. Kewajiban dan Hak Presidium
1) Kewajiban Presidum adalah memimpin dan mengatur jalannya Musyawarah
Dewan Sugli sehingga dapat tercapai tujuan musyawarah.
2) Hak Presidium adalah hak yang memberikan kewenangan dan
tanggungjawab bagi presidium untuk memimpin dan megatur jalannya
musyawarah.
h. Tanggungjawab Presidium
Presidium bertanggungjawab untuk melaksanakan kewajibannya dan
menyerahkan hasil musyawarah kepada Kwartir melalui Dewan Sugli.
i. Musyawarah Dewan Sugli dapat membuat tambahan ketentuan mengenai hat-hal
yang berkenaan dengan presidium.

40. Pendamping Musyawarah Dewan Sugli


a. Pendamping Musyawarah Dewan Sugli adalah hal-hal yang harus dilaksanakan
sebagai materi pembahasan dalam suatu Musyawarah Dewan Sugli.
b. Pendamping Musyawarah Dewan Sugli terdiri atas unsur ahli Kwartir yang mendapat
mandat Kwartir.
c. Jumlah dan ketentuan berkenaan dengan Pendamping Musyawarah Dewan Sugli
dibuat oleh Dewan Sugli Penyelenggara.

41. Acara Musyawarah


a. Acara Musyawarah Dewan Sugli adalah hal-hal yang harus dilaksanakan sebagai
materi pembahasan dalam suatu musyawarah.
b. Pada acara Musyawarah Dewan Sugli Biasa atau Musyawarah Dewan Sugli Luar
Biasa sekurang kurangnya harus dicantumkan hal-hal sebagai berikut:
1) Laporan Pertanggungjawaban
a) Pertanggungjawaban atas kebijakanyang dibuat oleh Dewan Sugli dalam
melaksanakan:
(1) Tugas Pokok
(2) Rencana Kerja
b) Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah pertanggungjawaban
pengambilan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang telah dilakukan
Dewan Sugli berkenaan dengan pencapaian tugas pokok dan rencana
kerja.
2) Evaluasi
Evaluasi kegiatan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah
kerjanya selama masa bakti dengan membandingkan antara pengambilan
kebijaksanaan dan pelaksanaan yang dibuat Dewan Sugli selama masa bakti
dengan pencapaian tugas pokok dan rencana kerja.
3) Menyusun Rencana Kerja untuk Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun
di wilayah kerjanya berupa arah, sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam
satu masa bakti.
4) Memilih calon anggota Dewan Sugli masa bakti berikutnya.

42. Pengambilan Keputusan


a. Pengambilan Keputusan adalah proses pemilihan altematif untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Musyawarah Dewan Sugli sehingga
didapat suatu pilihan sebagai putusan akhir.
b. Setiap pengambilan keputusan sedapat-dapatnya di peroleh dengan
musyawarah untuk mufakat.
c. Apabila keputusan tidak dapat tercapai melalui musyawarah, maka keputusan
diperoleh melalui pengambilan suara terbanyak.
d. Keputusan Musyawarah Dewan Sugli Istimewa baru memiliki kekuatan mengikat
apabila telah mendapat persetujuan melalui referendum.
1) Referendum adalah pengambilan keputusan yang dilakukan dengan
pengambilan suara terbanyak langsung dari seluruh jajaran Dewan Sugli.
2) Tata cara pelaksanaan referendium diatur dalam Musyawarah Dewan Sugli
Istimewa tersebut dengan persetujuan Kwartir.
3) Presidium Musyawarah Dewan Sugli Istimewa bertanggungjawab atas
pelaksanaan referendum.

BAB X
FORMATUR
43. Pengertian
a. Formatur adatah peserta yang diberi kewajiban dan hak untuk memilih calon
Anggota Dewan Sugli.
b. Formatur dipilih dalam Musyawarah Dewan Sugli.

44. Tugas dan Masa Tugas


a. Formatur bertugas untuk:
1) Memilih calon anggota Dewan Sugli
2) Menyusun penempatan calon anggota tersebut dalam pembagian tugas dan
fungsinya di Dewan Sugli.
b. Formatur bermasa tugas selama satu bulan sejak Musyawarah Dewan Sugli
berakhir.
c. Formatur bertanggungajwab kepada Musyawarah Dewan Sugli melalui Kwartir.

45. Keanggotaan Formatur


a. Anggota Formatur terdiri atas:
1) Unsur anggota Dewan Sugli Penyelenggara
2) Unsur Peserta Musyawarah Dewan Sugli
b. Jumlah anggota formatur secara keseluruhan gasal dan tidak lebih dan 9 orang
c. Hal-hal yang berkenaan dengan tata cara pemilihan diatur dalam Musyawarah
Dewan Sugli
d. Formatur dapat menyusun hal-hal yang berkenaan dengan cara pelaksanaan
tugasnya dengan persetujuan Kwartir.

46. Pendamping Formatur


a. Penasehat Formatur adalah Ahli Kwartir (yang dapat diandalkan) Kwartir yang
diminta oleh Musyawarah Dewan Sugli dengan mendapat mandat dan Kwartir.
b. Tugas Penasehat Formatur adalah memeenkan saran, usui, dan pendapat kepada
formatur.
c. Penasehat Formatur tidak memiliki hak suara.
d. Penasehat Fromatur bertanggungjawab kepada Kwartir

47. Sidang Paripurna


a. Pengertian
Sidang Paripurna adalah pertemuan yang dilaksanakan untuk membahas
kebijaksanaan yang akan dilakukan oleh Dewan Sugli dalam satu tahun kerja.
b. Sidang Paripurna dilaksanakan di seluruh jajaran Dewan Sugli.
c. Peserta Sidang Paripuma
1) Peserta Sidang Paripurna terdiri atas:
a) Anggota Dewan Sugli Penyelenggara
b) Utusan Dewan Sugli yang berada di wilayah kerja Penyelenggara yang
mendapat mandat dari Kwartirnya.
c) Khusus untuk Sidang Paripurna Cabang:
(1) Peserta
(a) Anggota Dewan Sugli Cabang
(b) Utusan Dewan Kerabat, dan atau
(c) Utusan Dewan Kaum
(2) Mandat
Mandat peserta diperoleh dari Kwartir Cabang dan Pemimpin Pandu
HW yang ada di Qabilah yang berpangkalan di Sekolah.
2) Pendamping Sidang Paripurna
a) Pendamping Sidang Paripurna adalah orang yang memiliki fungsi sebagai
pemberi saran, usul dan pendapat dalam pelaksanaan Sidang Paripurna.
b) Pendamping Sidang Paripurna terdiri atas Ahli Kwartir (orang yang dapat
diandalkan Kwartir) dan atau Staf Kwartir yang mendapat mandat dan
Kwartir.
c) Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan Sidang Paripurna diatur oleh
Dewan Sugli Penyelenggara.

48. Rapat-rapat
a. Pengertian Rapat adalah pertemuan yang diselenggarakan oleh Dewan Sugli
untuk membahas hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas pokok
Dewan Sugli.
b. Jenis Rapat
1) Rapat Pleno
a) Rapat Pleno adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Sugli
untuk merumuskan kebikaksanaan yang akan diambil oleh Dewan Sugli.
b) Rapat Pleno merupakan forum tertinggi di dalam Dewan Sugli untuk
mengambil keputusan.
2) Rapat Pimpinan
Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh pimpinan Dewan Sugli, untuk
mengejawantahkan kebijaksanaan umum yang digariskan dalam rapat pleno.
3) Rapat Bidang
Rapat Bidang adalah rapat yang diselenggararakan oleh anggota bidang
untuk menjabarkan kebijaksanaan umum sesuai dengan bidangnya.
4) Rapat Pimpinan Harian
Rapat Pimpinan Harian adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pimpinan
Harian untuk membahas pelaksanaantugasnya.
5) Rapat Konsultasi
Rapat konsultasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Sugli dalam
melaksanakan tugas pokoknya yang berhubungan dengan Kwartir.
6) Rapat Koordinasi
Rapat koordinasi adalah rapat yang diselenggarakan Dewan Sugli untuk
membahas suatu permasalahan yang melibatkan pihak lain.
c. Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan rapat dapat diatur oleh Dewan
Sugli.

Anda mungkin juga menyukai