Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian, Kedudukan, dan Tugas Kepengurusan


Kepengurusan dalam jam’iyah Nahdlotul Ulama’ terdiri dari tiga komponen yaitu ;
1. Mustasyar
2. Syuriyah
3. Tanfidziyah

1. Mustasyar
Pengertian Mustasyar adalah penasehat pengurus Nahdlotul Ulama’ yang terdiri dari beberapa
ulama’ sepuh ( kyai khas ) atau tokoh yang telah memberikan pengabdian dan setia ( loyal ) kepada
Nahdlotul Ulama’.
Mustasyar terdapat dalam susunan Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Majlis Wakil
Cabang Nahdlotul Ulama’ ( MWCNU ).

Tugas Mustasyar, tugas utama mustasyar adalah memberi nasihat kepada Pengurus
Nahdlotul Ulama’ menurut tingkatannya baik diminta atau tidak itu mustasyar memiliki tugas
menjaga kemurnian garis – garis perjuangan Nahdlotul Ulama’ ( Khitthah Nahdliyyah ) dan menjaga
keutuhan pengurus serta warga Nahdlotul Ulama’.
Karena itu, jika terjadi perselisihan antara pengurus atau warga Nahdlotul Ulama’ maka
mustasyar dapat memberi nasihat dan pertimbangan – pertimbangan dalam rangka “ Islahu Dzatul
Bain “ ( mendamaikan perselisihan ).
Untuk melaksanakan tugas – tugasnya. Mustasyar dapat menyelenggarakan pertemuan khusus
setiap kali apabila di anggap perlu. Dalam pertemuan tersebut akan dihasilkan beberapa nasehat
kepada pengurus Nahdlotul Ulama’ sesuai dengan tingkatannya.
2. Syuriyah
Pengertian Syuriyah. Syuriyah adalah pemimpin tertinggi di dalam NU. Maksudnya dalam
setiap tingkat kepengurusan mulai dari Pengurus Besar sampai Pengurus Ranting yang menjadi
Pemimpin Tertinggi adalah Syuriyah.

Pengurus syuriyah terdiri dari para ulama’ dan para cendekiawan Nahdlotul Ulama’ yang
memiliki keahlian dalam bidang agama dan atau bidang – bidang kemasyarakatan.

Ditingkat Pengurus Besar, Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais ‘Aam, Wakil Rais
‘Aam, beberapa Rais, beberapa Wakil Rais, Katib, dan beberapa wakil Katib.

Sedangkan ditingkat Pengurus Wilayah sampai Ranting, Pengurus Harian Syuriyah terdiri
dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib, dan beberapa wakil Katib.

Tugas Syuriyah, pengurus Syuriyah memiliki tugas sebagai pembina, pengendali, pengawas
dan penentu kebijaksanaan dalam jam’iyah Nahdlotul Ulama’ sesuai tingkatannya. Dikatakan
demikian, karena Nahdlotul Ulama’ adalah kebangkitan para ulama’ sehingga kepemimpinannya
terpusat pada para ulama’.

Dengan demikian hidup matinya, maju mundurnya Nahdlotul Ulama’ tergantung pada para
ulama’ yang dalam kepengurusan NU disebut “ Syuriyah “. Hal ini menunjukkan bahwa semua
kebijaksanaan, jenis kegiatan dan pelaksanaannya harus sepengetahuan dan mendapat restu dari
Pengurus Syuriyah. Karena itu, dalam setiap kali rapat pengurus Nahdlotul Ulama’ harus dihindari
unsur Pengurus Syuriyah.

Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan oleh Pengurus Syuriyah adalah sebagai berikut ;
1. Menentukan arah kebijaksanaan jam’iyah Nahdlotul Ulama’ dalam melaksanakan usaha dan
tindakan untuk mencapai tujuannya.
2. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan dalam memahami, mengamalkan dan
mengembangkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah, baik aqidah, syariyah
maupun akhlaq / tasawuf.
3. Mengendalikan, mengawasi dan memberikan koreksi / teguran sesuai dengan pertimbangan syari’ah
dan ketentuan organisasi.
4. Dapat membatalkan keputusan atau langkah – langkah Jami’iyah Nahdlotul Ulama’ dan organisasi –
organisasi perangkatnya, apabila dinilai bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.

3. Tanfidziyah
Pengertian Tanfidziyah. Tanfidziyah adalah pelaksana yang berkewajiban memimpin
organisasi. Pengurus tanfidziyah sejak awal berdirinya Nahdlotul Ulama’ terdiri dari warga
Nahdlotul Ulama’ yang memiliki kecakapan berorganisasi dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas – tugas kepengurusan dengan baik.

Di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari ketua umum, beberapa
ketua, sekretaris jendral, beberapa wakil sekretaris jendral, bendahara, dan beberapa wakil
bendahara.

Tugas Tanfidziyah, tugas – tugas pengurus tanfidziyah adalah sebagai berikut ;


1. Memimpin jalannya organisasi sehari – hari sesuai dengan kebijakan yang ditentukan oleh Pengurus
Syuriyah.
2. Melaksanakan program jam’iyah Nahdlotul Ulama’.
3. Membina dan mengawasi kegiatan semua perangkat jam’iyah yang berada di bawahnya.
4. Menyampaikan laporan secara periodik ( berskala ) kepada pengurus Syuriyah tentang pelaksanaan
tugasnya.

Dalam menggerakkan dan melaksanakan tugas – tugas tersebut di atas, Pengurus Tanfidziyah
berwenang membentuk tim kerja tetap atau sementara sesuai kebutuhan. Disamping itu Pengurus
Tanfidziyah berwenang menyusun pembagian tugas di antara pengurus tanfidziyah yang diatur
dalam peraturan Tata Kerja Organisasi.

Agar pelaksanaan program kerja organisasi sesuai dengan kebijakan Pengurus Syuriyah, ketua
Tanfidziyah dapat menghadiri rapat Pengurus Syuriyah sesuai dengan tingkatannya masing –
masing.

B. BENTUK PERMUSYAWARATAN NAHDLOTUL ULAMA’


Dalam organisasi Nahdlotul Ulama’ terdapat dua bentuk permusyawaratan, yaitu
permusyawaratan tingkat nasional dan permusyawaratan tingkat daerah.

I. Permusyawaratan Tingkat Nasional


Permusyawaratan tingkat nasional terdiri atas ;
a. Muktamar
Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi organisasi Nahdlotul Ulama’. Muktamar
diselenggarakan oleh pengurus besar, sekali dalam 5 tahun. Muktamar dihadiri oleh pengurus besar,
pengurus wilayah, dan pengurus cabang.

Yang dibahas dalam muktamar adalah pertanggungjawaban pengurus besar, pemilihan


pengurus baru, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Nahdlotul Ulama’, dan pokok – pokok
program kebijakan Nahdlotul Ulama’.

b. Muktamar Luar Biasa


Muktamar luar biasa diselenggarakan untuk menyelesaikan masalah – masalah nasional atau
masalah – masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam permusyawaratan lain.
c. Konferensi Besar
Konferensi besar merupakan permusyawaratan tertinggi setelah muktamar. Konferensi besar
dihadiri oleh pengurus besar dan pengurus wilayah. Konferensi besar membicarakan pelaksanaan
keputusan – keputusan muktamar dan mengkaji perkembangan organisasi serta perannya di tengah
masyarakat.

d. Musyawarah Nasional Alim Ulama’


Musyawarah nasional alim ulama’ diselenggarakan oleh pengurus besar syuriyah untuk
membicarakan masalah keagaman. Musyawarah alim ulama’ dihadiri oleh para alim ulama’,
pengasuh pondok pesantren, dan tenaga ahli, baik dari dalam maupun dari luar pengurus Nahdlotul
Ulama’.
e. Rapat Koordinasi Nasional
Rapat koordinasi nasional diselenggarakan oleh pengurus besar untuk melaksanakan
koordinasi atas suatu masalah atau kewajiban organisasi yang mendesak. Rapat koordinasi nasional
dihadiri oleh pengurus besar dan pengurus wilayah.

II. Permusyawaratan Tingkat Daerah


Permusyawaratan tingkat daerah terdiri atas ;
a. Konferensi Wilayah
Konferensi wilayah adalah permusyawaratan tinggi untuk tingkat wilayah, dihadiri oleh
pengurus wilayah dan utusan pengurus cabang yang ada di daerahnya. Konferensi wilayah
membicarakan pertanggung jawaban pengurus wilayah, menyusun rencana kerja 5 tahun, memilih
pengurus baru dan membahas massalah – masalah keagaman serta kemasyarakatan.

b. Musyawarah Kerja Wilayah


Musyawarah kerja wilayah diselenggarakan oleh pengurus wilayah. Musyawarah kerja
wilayah membicarakan pelaksanaan keputusan – keputusan konferensi wilayah serta membahas
masalah keagaman dan kemasyarakatan.

c. Konferensi Cabang
Konferensi cabang adalah permusyawaratan tertinggi untuk tingkat cabang. Konferensi cabang
membicarakan pertanggung jawaban pengurus cabang, menyusun rencana kerja 5 tahun, memilih
pengurus cabang dan membahas masalah – masalah keagamaan dan kemasyarakatan.

d. Musyawarah Kerja Cabang


Musyawarah kerja cabang diselenggarakan oleh pengurus cabang. Musyawarah kerja cabang
membicarakan pelaksanaan keputusan – keputusan konferensi cabang serta membahas masalah
keagamaan dan kemasyarakatan.

e. Konferensi Majlis Wakil Cabang


Konferensi majlis wakil cabang adalah permusyawaratan tertinggi untuk tingkat majlis wakil
cabang. Konferensi majlis cabang membicarakan pertanggung jawaban pengurus wakil cabang,
menyusun rencana kerja 5 tahun, memilih pengurus majlis wakil cabang, dan membahas masalah –
masalah keagamaan dan kemasyarakatan.

f. Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang


Musyawarah kerja majelis wakil cabang diselenggarakan oleh pengurus wakil cabang.
Musyawarah kerja majelis wakil cabang membicarakan pelaksanaan keputusan – keputusan
konferensi majlis wakil cabang serta membahas masalah keagamaan dan kemasyarakatan.

g. Musyawarah Anggota
Musyawarah anggota adalah permusyawaratan tertinggi pada tingkat ranting. Musyawarah
anggota membicarakan laporan pertanggung jawaban pengurus ranting, menuyusun dan membahas
masalah – masalah keagamaan dan kemasyarakatan.

C. KEANGGOTAAN NAHDLATUL ULAMA’

Hal lain yang juga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama’ adlah
keanggotaan, syarat, hak, dan kewajibannya. Yang dapat menjadi anggota Nahdlatul Ulama’ adalah ;
Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam yang sudah akil baligh yang menyatakan
keinginannya dan sanggup mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul
Ulama’.

Keanggotaan Nahdlatul Ulama’ dibedakan menjadi ;


1. Anggota biasa atau disebut anggota yaitu setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam,
menganut salah satu madzab empat, sudah akil baligh, menyetujui aqidah, asas, tujuan, usaha –
usaha, serta sanggup melaksanakan semua semua keputusan Nahdlatul Ulama’. Sedangkan anggota
keluarga dari biasa Nahdlatul Ulama’ adalah Anggota Keluarga Besar Nahdlatul Ulama’.
2. Anggota luar biasa yaitu setiap orang yang beragama Islam, sudah akil baligh, menyetujui aqidah,
asas, tujuan, dan usaha – usaha Nahdlatul Ulama’, namun yang bersangkutan berdomisili
( bertempat tinggal ) secara tetap di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( bukan
warga negara Indonesia )
3. Anggota kehormatan yaitu setiap orang yang bukan anggota biasa atau anggota luar biasa yang
dianggap telah berjasa kepada Nahdlatul Ulama’ dan ditetapkan dalam keputusan Pengurus Besar.
Setiap Anggota Nahdlatul Ulama’ mempunyai kewajiban ;
1. Setia, tunduk dan taat kepada peraturan – peraturan dan keputusan – keputusan Nahdlatul Ulama’,
baik yang menyangkut masalah keagamaan maupun kemasyarakatan .
2. Mendukung dan membantu semua langkah dan program Nahdlatul Ulama’ serta bertanggung jawab
atas amanat yang dibebankan kepadanya. Seperti menjadi kepanitiaan atau kontribusi dana, selama
sesuai dengan kemampuan anggota.
3. Memupuk dan memelihara ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah, dan ukhuwah Insaniyah,
serta peraturan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Membayar I’anah syahriyah ( iuran bulanan ) dan I’anah sanawiyah ( iuran tahunan ) sesuai dengan
ketentuan organisasi.

Selain memiliki kewajiban – kewajiban sebagaimana terurai di atas, setiap anggota Nahdlatul
Ulama’ mempunyai hak – hak sebagai berikut ;
1. Hak Anggota Biasa :
a. Menghadiri rapat anggota dan mengemukakan pendapat serta memberikan suara, ketika
diselenggarakan musyawarah anggota, atau rapat lain yang mengundang seluruh anggota. Kehadiran
anggota ini merupakan haknya baik diundang maupun tidak.
b. Memilih dan dipilih menjadi pengurus Nahdlatul Ulama’ atau menduduki jabatan lain bila telah
memenuhi persyaratan.
c. Mengikuti kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama’, utamanya kegiatan –
kegiatan yang merupakan pembinaan terhadap anggota Nahdlatul Ulama’.
d. Memberikan usulan, masukan dan koreksi kepada pengurus dengan cara dan tujuan yang baik, tanpa
didasari rasa senang, tidak senang, atau kepentingan – kepentingan tertentu.
e. Mendapatkan pembelaan, perlindungan, dan pelayanan dari organisasi ketika anggota
membutuhkannya, seperti bila anggota mendapatkan masalah / musibah.
f. Melakukan pembelaan atas keputusan Nahdlatul Ulama’ terhadap dirinya, bila keputusan itu
merugikannya.
2. Hak Anggota Luar Biasa :
a. Mengikuti kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama’ dalam rangka
pembinaan keanggotaan, baik yang diselenggarakan di wilayah tempat tinggalnya maupun di
wilayah lain.
b. Memberikan usulan, masukan dan koreksi kepada pengurus dengan cara dan tujuan yang baik, tanpa
didasari rasa senang, tidak senang, atau kepentingan – kepentingan tertentu.
c. Mendapat pelayanan informasi tentang program dan kegiatan Nahdlatul Ulama’, baik yang
diselenggarakan di Indonesia maupun di wilayah tempat tinggalnya.
d. Melakukan pembelaan atas keputusan Nahdlatul Ulama’ terhadap dirinya, bila keputusan itu
merugikannya.
3. Hak Anggota Kehormatan :
Menghadiri kegiatan – kegiatan Nahdlatul Ulama’ atas undangan pengurus dan dapat
memberikan saran dan pendapatnya. Akan tetapi tidak memilki hak suara atas pendapatnya maupun
hak memilih dan dipilih bila diadakan pemungutan suara.

Ketentuan mengenai keanggotaan sebagaimana terurai di atas berlaku bagi mereka yang
terdata secara organisatoris dan administrtive yang lazim disebut sebagai NU Jamiyyah (NU
structural). Selain itu terdapat warga besar Nahdlatul Ulama’ yang tidak terdata secara organisatotis
– administratif yang lazim disebut sebagai NU Jamaah ( NU Kultural ). Keduanya merupakan
kekuatan ( potensi ) yang sama pentingnya bagi Nahdlatul Ulama’ yang harus dikelola sesuai
kondisinya masing – masing. Anggota NU Jamiyyah dibina untuk dipersiapkan menjadi kader –
kader militant dengan tugas – tugas yang lebih berat, antara lain untuk membimbing kelompok –
kelompok yang terdiri dari NU Jamaah. Denga demikian semuanya berada pada jaringan yang tidak
terputus.

Anda mungkin juga menyukai