Anda di halaman 1dari 17

ASWAJA

NAMA : ROSY ROSDIANI


NPM : 19112691
KELAS : PAI 3-G

Struktur Organisasi NU dari Pusat sampai daerah mulai jabatan dan fungsinya

A. Bagan Struktur NU
Bagan struktur organisasi NU tergambar pada bagan berikut ini :

B. Tugas Pokok dan Fungsi Struktur


1. PBNU
PBNU adalah singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang
berkedudukan di Jakarta, ibu kota negara.
Fungsi utamanya adalah sabagai wadah perjuangan para ulama dan pengikut-
pengikutnya, dengan tujuan pokok memelihara, melesatrikan, mengembangkan
dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlusunah Wal Jamaah dan
mengantut salah satu empat mazdhab serta mempersatukan langkah para ulama
dan pengikut-pengikutnya dalam
2. PWNU
PWNU adalah singkatan dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama yang
berkedudukan di Provinsi. Contoh : PWNU Jawa Tengah, PWNU Jawa Timur
dan lain sebagainya.
Tugas nya : membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan
organisasi sesuai tingkatnya
3. PCNU
PCNU adalah singkatan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama uang
berkedudukan di Kabupaten atau kota. Contoh : PCNU Grobogan, PCNU
Semarang dan lain sebagainya.
Tugas : mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi
kemaslahatan dan kesejahteraan umat
4. PCINU
PCINU adalah singkatan dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul
Ulama yang berkedudukan di luar negeri. Contoh : PCINU Rusia, PCINU
Australia, PCINU Belanda dan lain sebagainya.
PCINU ini sangat strategis. Ke depan bisa dimanfaatkan untuk bagi NU. Bukan
hanya untuk menyerbarkan paham aswaja atau NU ke luar, tetapi juga kita
gunakan PCINU sebagai second track diplomacy ( diplomasi jalur kedua sebagai
kegiatan diplomasi yang melibatkan para aktor nonpemerintah, mulai dari kelas
masyarakat tinggi hingga kelas akar rumput, terbukti efektif membantu
pemerintah dalam mempromosikan Indonesia di kancah internasional)untuk
kepentingan-kepentingan NU di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial,
budaya, politik, dan lainnya.
5. MWCNU
MWCNU adalah singkatan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama
yang berkedudukan di kecamatan. Contoh : MWCNU Wirosari, MWCNU
Tambakromo, MWCNU Tanggungharjo dan lain sebagainya.
MWC-NU bertugas untuk memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang
menganut faham Ahlussunah wal Jamaah, menurut salah satu madzhab empat
untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi
kesejahteraan umat di tingkat kecamatan, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
6. Pengurus Ranting NU
Pengurus Ranting NU adalah kepengurusan organisasi Nahdlatul Ulama
yang terletak di desa atau kelurahan. Contoh : Ranting NU Desa Kalirejo,
Ranting NU Desa Mojorebo dll.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


 MUSTASYAR
Bertugas memberikan nasehat kepada pengurus baik diminta atau tidak.
 SYURIYAH
Pengurus Syuriyah selaku pimpinan tertinggi sebagai pembina, pengendali,
pengawas dan penentu kebijakan mempunyai tugas dan wewenang:
1. Menentukan arah kebijakan dalam melakukan usaha dan tindakan untuk
mencapai tujuan.
2. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan pemahaman, pengamalan
dan pengembangan ajaran Islam berdasar faham Ahlussunah wal Jamaah.
3. Mengendalikan, mengawasi dan memberikan koreksi sesuai dengan
ketentuan organisasi.
4. Mengevaluasi keputusan Lembaga yang tidak sesuai dengan AD/ART NU
dibatalkan.
Dalam pembagian tugasnya, Pengurus Syuriyah.
Rais : sebagai pemegang kebijakan tertinggi organisasi.
Wakil Rais I : membantu Rais dalam bertugas.
Wakil Rais II : membantu Rais dalam bertugas.
Katib : sebagai koordinator keadministrasian kebijakan yang diputuskan.
Wakil Katib : membantu Katib dalam bertugas.
A’wan : memberi masukan Rais dalam mengambil kebijakan organisasi.
 TANFIDZIYAH
Pengurus Tanfidziyah sebagai pelaksana mempunyai tugas:
1. Memimpin jalannya organisasi sesuai dengan kebijakan yang ditentukan
oleh Pengurus Syuriyah.
2. Melaksanakan program Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
3. Membina dan mengawasi kegiatan yang dilakukan Lembaga atau perangkat
dibawahnya.
4. Menyampaikan laporan secara periodik kepada Pengurus Syuriyah tentang
pelaksanaan tugasnya.

Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi yang berfungsi sebagai


pelaksana kebijakan berkaitan dengan suatu bidang tertentu. Ada 4 lembaga
yang dibentuk:
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), bertugas melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan syiar Islam, kajian Islam, dan melestarikan
tradisi NU.
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama disingkat LPNU, bertugas
melaksanakan kebijaka Nahdlatul Ulama di bidang perekonomian dalam hal
pendanaan untuk kelancaran kegiatan Nahdlatul Ulama Ranting Lengor.
Lembaga ma’arif / pendidikan NU, bertugas membina lembaga-lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal yang berhaluan ahlissunnah wal
jama'ah yang ada di ranting Lengor.
Lembaga Ta'mir Masjid, Nahdlatul Ulama' LTMNU, bertugas menjaga
mengamankan aset -aset Masjid, dan melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama
di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid.
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat
LESBUMI NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengembangan seni dan budaya, yang bernuansa religius, spiritual, dan islami di
Ranting NU Lengor.
Dalam pembagian tugasnya, Pengurus Tanfidziyah:
Ketua, : Sebagai penanggungjawab atas semua kegiatan dan
melakukan koordinasi dengan semua Ketua Lembaga agar
semua aktifitas berjalan dengan lancar dan sukses.
Wakil Ketua, : Membantu tugas Ketua, dan berkoordinasi dengan salah satu
Ketua Lembaga.
Sekretaris, : Sebagai penanggungjawab atas semua proses administrasi,
dokumentasi dan publikasi semua kegiatan organisasi.
Wakil Sekretaris, : Membantu tugas Sekretaris, dan sebagai sekretaris
Bendahara, : Sebagai penanggungjawab atas pengelolaan dan pencatatan
keuangan organisasi, dan membuat laporan tertulis kondisi
keuangan organisasi setiap bulan/setiap tahunnya.
Wakil Bendahara: Membantu tugas Bendahara,
Ketua Lembaga : Sebagai penanggungjawab atas berjalannya fungsi/tugas
lembaga, dan mengkoordinasi semua kegaitan lembaga.
Anggota Lembaga : Membantu Ketua Lembaga dalam menyukseskan semua
kegiatan lembaga.
Semua Anggota Lembaga, Ikut mensukseskan semua kegiatan yang
dilaksanakan ranting NU Lengor.
7. Pengurus Anak Ranting NU
Pengurus Anak Ranting adalah kepengurusan Nahdlatul Ulama yang
berkedudukan di dusun atau pada suatu kelompok (komunitas).
Tugas dan Wewenang Pengurus Anak Ranting NU adalah :
 SYURIYAH
Pengurus Syuriyah selaku pimpinan tertinggi sebagai pembina, pengendali,
pengawas dan penentu kebijakan mempunyai tugas dan wewenang:
1. Menentukan arah kebijakan dalam melakukan usaha dan tindakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan pemahaman, pengamalan
dan pengembangan ajaran Islam berdasar faham Ahlussunah wal Jamaah ala
Nahdlatul Ulama.
3. Mengendalikan, mengawasi dan memberikan koreksi sesuai dengan
ketentuan organisasi.
4. Membatalkan keputusan lembaga .yang dinilai tidak sesuai dengan kebijakan
diatasnya.
Dalam pembagian tugasnya, Pengurus Syuriyah terdiri dari :
Rais : sebagai pemegang kebijakan tertinggi organisasi.
Wakil Rais ; membantu Rais dalam bertugas.
Katib : sebagai administrasitor kebijakan yang diputuskan.
Wakil Katib : membantu Katib dalam bertugas.
 TANFIDZIYAH
Pengurus Tanfidziyah sebagai pelaksana mempunyai tugas:
1. Memimpin jalannya organisasi sesuai dengan kebijakan yang ditentukan
oleh Pengurus Syuriyah.
2. Melaksanakan program Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
3. Membina dan mengawasi kegiatan yang dilakukan Lembaga atau perangkat
dibawahnya.
4. Menyampaikan laporan secara periodik kepada Pengurus Syuriyah tentang
pelaksanaan tugasnya.
Dalam pembagian tugasnya, Pengurus Tanfidziyah terdiri dari :
Ketua; sebagai penanggungjawab atas semua kegiatan dan melakukan
koordinasi dengan semua Ketua Lembaga agar semua aktifitas berjalan dengan
lancar dan sukses.
Wakil Ketua, membantu tugas Ketua dan berkoordinasi dengan Ketua Lembaga.
Sekretaris, sebagai penanggungjawab atas semua proses administrasi,
dokumentasi dan publikasi semua kegiatan organisasi.
Wakil Sekretaris, membantu tugas Sekretaris dan kesekretariatan
Bendahara, sebagai penanggungjawab atas pengelolaan dan pencatatan
keuangan organisasi, dan membuat laporan tertulis kondisi keuangan organisasi
setiap bulan/setiap tahunnya.
Wakil Bendahara, membantu tugas Bendahara
LEMBAGA-LEMBAGA
Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi yang berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
Dalam pembagian tugasnya, Lembaga terdiri dari :
Ketua Lembaga, sebagai penanggungjawab atas berjalannya fungsi/tugas
lembaga, dan mengkoordinasi semua kegaitan lembaga.
Anggota Lembaga, membantu Ketua Lembaga dalam menyukseskan semua
kegiatan lembaga
Anak Ranting Nahdlatul Ulama GPA Raya telah membentuk 8 lembaga yaitu :
1. Lembaga Dakwah NU (LDNU)
Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan syiar Islam, kajian Islam, dan
melestarikan tradisi NU. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan
dakwah agama Islam yang menganut faham ahlussunnah wal jamaah ala
Nahdlatul Ulama
2. Lembaga Perekonomian NU (LPNU)
Merencanakan & melaksanakan kegiatan pengembangan/pemberdayaan
ekonomi warga NU, diantaranya mengadakan usaha kerja mandiri bekerjasama
dengan bidang Industri/Perdagangan dll. Menjalin kerjasama dan pelatihan
dengan dinas lain dalam peningkatan ketrampilan kemandirian usaha warga NU
3. Lembaga Amal, Zakat Infaq & Shodaqoh NU (LAZISNU)
Bertugas menghimpun, mendata, mengelola, dan mentasharufkan
(menyalurkan) zakat, infaq, dan shodaqoh
4. Lembaga Takmir Masjid & Musholla NU (LTMNU)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dan pemberdayaan
masjid & musholla Menjalin hubungan baik dengan seluruh takmir masjid dan
musholla di wilayah GPA Raya Mendata dan mengamankan aset-aset wakaf NU
Masjid, Musholla, dan lain lain dan mengusahakan sertifikat bagi yang belum
sertifikat.
5. Lembaga Bahtsul Masail NU (LBMNU)
Mengumpulkan, mendata dan menyampaikan/mensosialisasikan hasil
keputusan bahtsul masail yang telah ada sebelumnya Menghimpun dan
menyampaikan masa'il-masa'il dari PAR untuk dibawa ke bahtsul masa'il
tingkat atasnya Membahas dan memecahkan masalah-masalah yang
maudlu’iyah (tematik) dan waqi’iyah (aktual) yang memerlukan kepastian
hukum
6. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LPMNU)
Membina lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal
yang berhaluan ahlissunnah wal jama'ah ala Nahdlatul Ulama yang ada di anak
ranting GPA Raya
7.Lembaga Kajian & Pengembangan Sumberdaya Manusia NU
(LAKPESDAMNU)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengkajian dan pengembangan
sumberdaya manusia warga nahdliyin
8.Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan seni dan budaya
Nahdliyin

C. Nama Jabatan, makna namanya dan tugas pokok beserta fungsinya mulai
dari, Rais Akbar, Rais Am, Mustasyar, A'wan, Tanfidziyah, Katib Am dll.
1. RAIS AKBAR
Rais Akbar: Secara bahasa bermakna pemimpin besar, jabatan tertinggi
dalam struktur kepengurusan Syuriyyah NU saat pertama kali didirikan. Jabatan
ini hanya pernah diduduki oleh Hadhratusy Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari.
Sepeninggal Mbah Hasyim, istilah rais akbar diganti dengan rais ‘am yang
berarti ketua umum.
2. Rais am
Rais Am adalah pemimpin tertinggi dewan syuriah. Di bawahnya,
terdapat jajaran rais lainnya. Hingga kini sudah ada 11 ulama yang pernah
menduduki jabatan ini, salah satunya Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang
pernah menjabat pada 2015-2019.
3. Mustasyar
Mustasyar (Arab: ‫ )مستشار‬adalah istilah yang digunakan didalam struktur
kepengurusan Nahdlatul Ulama. Mustasyar memiliki arti orang alim yang
pemikirannya diadobsi, baik didalam hal praktis, bidang ilmu, siyasi (politik),
keputusan dan lain sebagainya.
Mustasyar dalam struktur organisasi NU berarti jajaran dewan penasehat.
Orang yang berada didalam jajaran mustasyar merupakan orang yang memiliki
pengetahuan yang lebih di bidang tertentu dan biasanya juga mencakup orang-
orang yang memiliki keahlian multidisiplin. Penggunaan istilah Mustasyar
didalam NU membuatnya berbeda dengan organisasi-organisasi Islam lainnya.
Tugas Mustasyar, tugas utama mustasyar adalah memberi nasihat kepada
Pengurus Nahdlotul Ulama' menurut tingkatannya baik diminta atau tidak itu
mustasyar memiliki tugas menjaga kemurnian garis-garis perjuangan Nahdlotul
Ulama' ( Khitthah Nahdliyyah ) dan menjaga keutuhan pengurus serta warga
Nahdlotul Ulama
4. A’wan
A’wan adalah sejumlah ulama terpandang yang bertugas membantu Rais
dalaam menjalankan kebijakan yang telah ditentukan di Nahdlatul Ulama.
5. Tanfidziah
Tanfidiyah: Berasal dari kata ‘naffadza’ yang berarti melaksanakan.
Tanfidziah ialah badan pelaksana harian syuriah. Pemimpin tertinggi
Tanfidziyyah tidak menggunakan istilah rais ‘am, melainkan ketua umum.
Tanfidziyyah adalah badan pelaksana harian NU yang menjalankan kebijakan
atau keputusan yang telah ditetapkan oleh pihak syuriah. Dalam konteks
kenegaraan, tanfidziyyah diibaratkan sebagai dewan eksekutifnya.
Tugas :
Berikut ini adalah pembagian dan penjelasan Kedudukan, Tugas dan Wewenang
Pengurus Tanfidziyah NU dari tingkatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU). Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai
pimpinan tertinggi struktur Pengurus Tanfidziyah NU memiliki Wewenang
sebagai berikut:

1. Mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama baik keluar maupun ke dalam


yang menyangkut pelaksanaan kebijakan organisasi.
2. Menjalankan, mengembangkan dan melakukan konsolidasi organisasi.
3. Menggerakkan NU sebagai penjaga, pemelihara dan pengembang paham
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah.
4. Mendayagunakan NU sebagai pilar penyangga ideologi negara Pancasila dan
NKRI.
5. Merumuskan kebijakan internal organisasi berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring program.
6. Bersama Rais ‘Aam mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam hal
melakukan tindakan penerimaan, pengalihan, tukar-menukar, penjaminan,
penyerahan wewenang, penguasaan atau pengelolaan dan penyertaan usaha
atas harta benda bergerak atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai
Nahdlatul Ulama dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan
oleh Muktamar baik di dalam maupun di luar pengadilan.
7. Bersama Rais ‘Aam menandatangi keputusan-keputusan strategis organisasi
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
8. Bersama Rais ‘Aam membatalkan keputusan perangkat organisasi yang
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Nahdlatul Ulama.
9. Bersama Rais ‘Aam, Katib Aam dan Sekretaris Jenderal menandatangani
keputusan-keputusan Pengurus Besar yang bukan domain dari Syuriyah.
10. Mendelegasikan sebagian wewenang kepada Wakil Ketua Umum.
11. Menyampaikan pernyataan/informasi yang menjadi sikap Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama mengenai isu publik yang strategis.
12. Mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi efektivitas dan kemajuan
kepengurusan Lembaga, Badan Khusus dan Badam Otonom serta tim-tim
kerja yang dibentuk sesuaikebutuhan.
13. Mengambil langkah dan tindakan korektif guna mengefektifkan
kepengurusan Lembaga dan Badan Khusus.

6. Katib:
Penulis atau juru catat, berasal dari kata ‘kataba’ (menulis). Dalam NU,
istilah katib hanya diperuntukkan bagi sekretaris syuriah. Sementara itu, dalam
tanfidziah digunakan istilah sekretaris.
D. Pengurus PBNU dari Masa Kemasa
 Muktamar NU ke-1 (Surabaya, 1926) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
H.Hasan Gipo (Ketua Tanfidziyah)
Dalam menerapkan prinsip organisasi, K.H. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab
Qanun Asasi (Prinsip Dasar), ia juga merumuskan kitab Itikad Ahlussunnah Wal
Jamaah. Kedua kitab ini akhirnya menjadi Khittah NU. Khittah NU sendiri
dirujuk sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam bertindak dan berpikir di
kehidupan sosial, keagamaan, maupun politik.
 Muktamar NU ke-2 (Surabaya, 1927) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
H.Hasan Gipo (Ketua Tanfidziyah)
Dalam Muktamar NU ke 2 bulan Robiul Awal 1346 bertepatan dengan bulan
Oktober 1927, di Hotel Muslimin Peneleh Surabaya memiliki cerita tersendiri.
Kongres ini rencanakan diselenggarakan lebih meriah ketimbang Muktamar
pertama Oktober 1926 yang persiapannya serba darurat. Kali ini muktamar
dispersiapkan lebih matang hanya bidang materi, manajemennya tetapi juga
perlu disemarakkan dengan kibaran bendera dan dengan sendirinya bendera
perlu simbol atau lambang.
 Muktamar NU ke-3 (Surabaya, 1928) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
H.Hasan Gipo (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-4 (Semarang, 1929) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
Pada tahun 1929, atau muktamar ke 4, hajatan yang waktu itu diselenggarakan
tahunan itu berlangsung di luar Surabaya. Semarang akhirnya ditunjuk menjadi
kota penyelenggara muktamar NU, yang waktu itu mulai berkembang pesat dan
diperhitungkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kelihaian diplomasi KH
Wahab Hasbullah merayu Van Der Plas, Adviseur voo Inlandsche Zaken
(Menteri UrusanPribumi), agar pelaksanaan muktamar dapat dilaksanakan di
Semarang patut diacungi jempol, mengingat pada waktu yang bersamaan di
Semarang sedang gentingnya pergolakan perlawanan kaum kiri. Sukses
muktamar di Semarang akhirnya menjadi awal ekspansi NU untuk mewartakan
berdirinya jam'iyyah para kyai itu ke seluruh negri dengan mengagendakan
penyelenggaraan muktamar dari kota ke kota
 Muktamar NU ke-5 (Pekalongan, 1930) : KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar)
dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
kota Pekalongan mendapat penghormatan menjadi penyelenggara muktamar.
Pilihan kota Pekalongan sebagai penyelenggara merupakan bentuk
penghormatan atas peran Kakek Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
yakni Habib Hasyim bin Umar bin Toha bin Yahya, yang punya jasa besar atas
berdirinya jam'iyyah terbesar di dunia tersebut.
Penyelenggaraan muktamar ke 5 ini semakin meriah dan terasa istimewa dengan
banyaknya tokoh-tokoh besar terlibat dan menghadiri hajatan organisasi penjaga
aqidah Ahlussunah wal jamaah pimpinan KHM Hasyim Asy’ari ini.
Sebagaimana disebutkan dalam buku Sejarah KHA Wahid Hasyim (Aboebakar
Atjeh,1958 ), tokoh-tokoh penting dan berpengaruh yang hadir dalam muktamar
Ke-5 tersebut antara lain, dua tokoh muda kharismatik, KH. Abdul Wahid
Hasyim dan KH. M. Iljas ( menteri Agama tahun 50an), dan para ulama senior,
seperti Kiai Faqih, Maskumambang Gresik, Kiai Munawiz, Kiai Muhammad
Mudzakir, Kiai Abdulloh alumnus (Al-Azhar) Mesir, Kiai M Said, Kyai
Muhtadi Al-Hafidz, dan KHM Dimyathi Abdulloh Tremas, Pacitan. Kehadiran
KHM Dimyathi Tremas, menjadi daya tarik tersendiri bagi para muktamirin,
khususnya ulama-ulama senior maupun alumni pesantren Tremas yang hadir
dari berbagai daerah.
 Muktamar NU ke-6 (Cirebon, 1931) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-7 (Bandung, 1932) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-8 (Jakarta, 1933) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-9 (Banyuwangi, 1934) : KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar)
dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-10 (Surakarta, 1935) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-11 (Banjarmasin, 1936) : KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar)
dan
KH.Achmad Noor (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-12 (Malang, 1937) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Machfudz Siddiq (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-13 (Banten, 1938) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Machfudz Siddiq (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-14 (Magelang, 1939) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Machfudz Siddiq (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-15 (Surabaya, 1940) :
KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) dan
KH.Machfudz Siddiq (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-16 (Purwokerto, 1946) : KH.M.Hasyim Asy’ari (Rais Akbar)
dan
KH.Nachrowi Tohir (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-17 (Madiun, 1947) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH. Nachrowi Tohir (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-18 (Jakarta, 1948) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Nachrowi Tohir (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-19 (Palembang, 1951) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Abdul Wahid Hasyim (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-20 (Surabaya, 1954) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Muhammad Dahlan (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-21 (Medan, 1956) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Idham Chalid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-22 (Jakarta, 1959) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Idham Chalid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-23 (Surakarta, 1962) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Idham Chalid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-24 (Bandung, 1967) :
KH.Abdul Wahab Hasbullah (Rais Aam) dan
KH.Idham Chalid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-25 (Surabaya, 1971) :
KH.Bisri Syansuri (Rais Aam) dan
KH.Idham Chalid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-26 (Semarang, 1979) :
KH.Bisri Syansuri (Rais Aam) dan
KH.Idham Chalid (Ketua Tanfidziyah).
Tahun 1980, KH.Bisri Syansuri wafat dan digantikan KH.Ali Maksum pada
tahun 1981 dalam Munas Alim Ulama’ NU di Kaliurang.
 Muktamar NU ke-27 (Situbondo, 1984) :
KH.Achmad Siddiq (Rais Aam) dan
KH.Abdurrahman Wahid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-28 (Yogyakarta, 1989) : KH.Achmad Siddiq (Rais Aam),
beliau wafat tahun 1991 kemudian diganti KH.Ali Yafie Tahun 1992,dalam
Munas Alim Ulama’ di Lampung,
Pjs Rais Aam dilanjutkan KH.M.Ilyas Ruchiyat
sampai 1994 dan
KH.Abdurrahman Wahid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-29 (Tasikmalaya, 1994) : KH.M.Ilyas Ruchiyat (Rais Aam)
dan
KH.Abdurrahman Wahid (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-30 (Kediri, 1999) :
KH.MA.Sahal Mahfudh (Rais Aam) dan
KH.A.Hasyim Muzadi (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-31 (Surakarta, 2004) :
KH.MA.Sahal Mahfudh (Rais Aam) dan
KH.A.Hasyim Muzadi (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-32 (Makassar, 2010) :
KH.MA.Sahal Mahfudh (Rais Aam),
Beliau wafat tahun 2014 kemudian diganti oleh KH.A.Musthofa Bisri menjadi
Pejabat Rais Aam 2014-2015 dan
KH.Said Aqil Siroj (Ketua Tanfidziyah)
 Muktamar NU ke-33 (Jombang, 2015) :
KH.Ma’ruf Amin (Rais Aam) dan
KH.Said Aqil Siroj (Ketua Tanfidziyah).
Tahun 2018,KH.Ma’ruf Amin mengundurkan diri dan digantikan KH.Miftachul
Akhyar sebagai Pejabat Rais Aam.
 Muktamar NU ke-34 (Lampung, 2021)
Kita tunggu hasil Muktamar.
Referensi

http://www.abusyuja.com/2019/10/penjelasan-struktur-organisasi-nu--dan-bagan.html?
m=1

https://brainly.co.id/tugas/37880022#:~:text=Fungsi%20utamanya%20adalah
%20sabagai%20wadah,ulama%20dan%20pengikut%2Dpengikutnya%20dalam%20

https://brainly.co.id/tugas/34513286

https://bloktuban.com/2018/07/02/pengurus-mwc-nu-bangilan-dikukuhkan-tiga-tugas-
penting-menanti/?m=1#:~:text=Pengurus%20MWC%2DNU%20Bangilan
%20bertugas,Negara%20Kesatuan%20Republik%20Indonesia%20yang

https://nu-lengor-lamongan.blogspot.com/2016/05/tugas-tanggungjawab.html?m=1

https://arnugpa.blogspot.com/2016/12/tugas-dan-wewenang-pengurus-anak.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mustasyar

https://www.minews.id/cuitan-mi/beda-dari-yang-lain-ini-istilah-dalam-kepengurusan-
nahdlatul-ulama#:~:text=A'wan%20adalah%20sejumlah%20ulama,telah%20ditentukan
%20di%20Nahdlatul%20Ulama.

https://pcnucilacap-com.cdn.ampproject.org/v/s/pcnucilacap.com/pengurus-tanfidziyah-
nu-kedudukan-tugas-dan-wewenang/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16350319315709&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fpcnucilacap.com%2Fpengurus-tanfidziyah-nu-kedudukan-tugas-dan-wewenang
%2F

https://www.nu.or.id/post/read/78468/-diaspora-warga-nu-di-luar-negeri

https://nasional-tempo-
co.cdn.ampproject.org/v/s/nasional.tempo.co/amp/1518908/muktamar-nahdlatul-ulama-
pertama-di-surabaya-kh-hasyim-asyari-rais-akbar-nu?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16350381256248&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fnasional.tempo.co%2Fread%2F1518908%2Fmuktamar-nahdlatul-ulama-pertama-
di-surabaya-kh-hasyim-asyari-rais-akbar-nu

https://www.nu.or.id/post/read/7644/kisah-pencipta-lambang-nu-muktamar-nu-ke-2-
surabaya-1927

https://www.nu.or.id/post/read/89421/jejak-tremas-dalam-muktamar-nu

Anda mungkin juga menyukai