Anda di halaman 1dari 3

Revitalisai Ideologi Aswaja dalam Menghadapi Tantangan

Revolusi Industri 4.0

Oleh :

Wieke Nur Ilma

PAC IPPNU Kecamatan Petarukan

Tema : Manifesto Kritis dan Ideologis Sebagai Arah Gerak Kader.

IPNU dan IPPNU merupakan sebuah organisasi atau wadah yang dinaungi
oleh Nahdlatul Ulama dengan bertujuan untuk mendoktrin kalangan remaja yang
meliputi pelajar, mahasiswa, dan santri agar memiliki ideologi atau pemikiran
aswaja. Sebagaimana pembahasan mengenai aliran modern dalam islam itu tidak
pernah terlepas dari aliran sunni atau yang sering kita sebut dengan Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah.

Maraknya ideologi radikalisme pada masyarakat Indonesia terutama terhadap


kalangan pelajar sangat membahayakan kita sebagai kader non radikal. Apalagi
zaman sekarang yang serba digital meskipun terdapat pengaruh positif, tapi lebih
banyak menimbulkan pengaruh negative apabila seseorang apalagi kader pelajar
NU tidak memiliki sikap yang kritis.

Dalam kehidupan modern seperti saat ini, kita tidak bisa mengabaikan
hadirnya teknologi. Sebagai contoh kecilnya kita tidak dapat berlama-lama tanpa
membuka media sosial. Di dalam organisasi pun sama, jika tidak memanfaatkan
media sosial yang saat ini sedang marak digunakan oleh banyak kalangan maka
organisasi tersebut akan tertinggal.

Namun permasalahannya disini ketika kita terlalu larut menggunakan media


sosial, kita sangat mudah menemukan situs lain atau artikel, poster, video yang
mengkaji penerapan ilmu agama tapi tidak sesuai dengan ajaran Aswaja (radikal).
Seringkali saya menemui kader IPNU dan IPPNU yang sering melihat situs yang
radikal tersebut dengan alasan awal hanya ingin mengetahui apa saja pemikiran
mereka, sampai kader tersebut menjadi sepihak atau sepemikiran dengan mereka
yang memiliki paham radikalisme.

Dalam kasus di atas, sebagai kader pelajar putri NU kita harus bisa menyaring
seluruh berita atau informasi yang tersebar di sosial media. Agar dapat mewujudkan
hal tersebut diperlukan pengisian atau charger pemikiran atau mind kita lewat
kajian atau mengaji kepada para ulama NU agar sedikit banyaknya tahu mana yang
harus kita ikuti dan mana yang harus kita tinggalkan.

Selain mengkaji kepada para ulama NU, kita juga perlu membudayakan
tradisi amaliyah NU dalam kehidupan sehari-hari seperti tahlilan, ziarah kubur,
manaqiban, dan sebagainya, karena melalui hal-hal tersebut membuat pikiran kita
satu tujuan dengan para ulama.

Dalam ranah organisasi, kita sebagai generasi penerus Nahdlatul Ulama yang
merupakan bunga harapan para orang tua (NU) agar kita dapat mempertahankan
ajaran Islam yang Rahmatan lil alamin. Jangan sampai bangsa Indonesia di
monopoli oleh golongan yang anti toleran, suka mengkafirkan sesame muslim, itu
juga merupakan tugas para kader IPNU dan IPPNU dalam misi membawamasa
depan yang terarah.

Dalam Era Revolusi Industri 4.0 ini banyak tantangan yang harus kita hadapi.
Kita sebagai kader Pelajar NU harus bisa memanfaatkan media sosial sebagai media
syi’ar. Seperti halnya membuat blog yang berisikan kajian-kajian nahdliyin atau
live streaming mengaji kitab fiqih agar tidak membuat para calon penerus bangsa
keliru dalam memahami hakikat agama yang sebenarnya.

Di masa pandemi ini juga kita harus kreatif. Kita tidak boleh berhenti
berkegiatan dalam ranah organisai. Dengan mengadakan kegiatan seminar atau
bimbingan secara online agar tidak kalah saing dengan organisai masyarakat yang
lain. Pengkaderan kepada calon anggota dan calon kader pun harus ttap dilaksnakan
bagaimanapun keadaannya. Sebab dalam pengkaderan ini merupakan peluang kita
untuk mendoktrin pada calon anggota serta calon kader agar paham mengenai
Nahdlatul Ulama serta banom-banomnya.
Aswaja atau ahlus sunnah wal jamaah ini harus tetap lestari. Dalam semua
aspek Gerakan dari para pelajar dalam memajukan organisai masyarakat ini dengan
tidak melupakan 5 sikap (toleransi, seimbang, tengah-tengah, tegak lurus serta
mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran dengan cara baik-baik).
Kita harus bisa menguasai materi dan juga prakteknya, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Organisai akan maju jika para kader di dalamnya kompak, solidaritas, dan
juga kritis. Ada dua aspek penting yang membuat organisasi terus berjalan yakni
kesabaran serta keikhlasan dalam berjuang terutama jika kita menjadi pemimpin
dalam organisai tersebut. Berpikir kritis juga sangat penting agar kita beserta
organisasi yang kita emban dapat tersaring dari pemikiran-pemikiran yang dapat
menghancurkan makna ideologi aswaja. Pengalaman juga harus menyertai setiap
organisasi berproses sehingga dapat dikembangkan lagi konsep dari pengalaman
yang pernah dialami oleh kader penggerak organisasi itu. Karena dengan adanya
pengalaman dapat memberikan evaluasi secara mendalam terhadap organisasi
tersebut

Jadi kesimpulannya adalah memasuki era revolusi industry 4.0 dan beberapa
tahun kedepan juga pasti akan memasuki era revolusi industry 5.0, kita sebagai
kader IPNU dan IPPNU harus bersikap kritis dalam menerima informasi dari luar
terutama media sosial yang memang sangat trand pada saat ini. Selain bersikap
kritis kita juga harus kreatif dalam menyiarkan organisasi IPNU dan IPPNU dengan
salah satunya melalui media sosial tanpa mengurangi nilai Nahdlatul Ulama dalam
postingan kita. Bagaimanapun kita harus menjadi bermanfaat bagaimanapun situasi
dan kondisinya. Karena ideologi yang kita anut selain ideologi Pancasila sebagai
ideologi bangsa yakni ideologi aswaja, yaitu Islam Rahmatan Lil Alamin, Amar
Ma’Ruf Nahi Munkar.

Anda mungkin juga menyukai