1. Mustasyar
Pengertian Mustasyar adalah penasehat pengurus Nahdlotul Ulama’ yang terdiri dari beberapa
ulama’ sepuh ( kyai khas ) atau tokoh yang telah memberikan pengabdian dan setia ( loyal ) kepada
Nahdlotul Ulama’.
Mustasyar terdapat dalam susunan Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Majlis Wakil
Cabang Nahdlotul Ulama’ ( MWCNU ).
Tugas Mustasyar, tugas utama mustasyar adalah memberi nasihat kepada Pengurus Nahdlotul
Ulama’ menurut tingkatannya baik diminta atau tidak itu mustasyar memiliki tugas menjaga kemurnian
garis – garis perjuangan Nahdlotul Ulama’ ( Khitthah Nahdliyyah ) dan menjaga keutuhan pengurus serta
warga Nahdlotul Ulama’.
Karena itu, jika terjadi perselisihan antara pengurus atau warga Nahdlotul Ulama’ maka mustasyar
dapat memberi nasihat dan pertimbangan – pertimbangan dalam rangka “ Islahu Dzatul Bain “
( mendamaikan perselisihan ).
Untuk melaksanakan tugas – tugasnya. Mustasyar dapat menyelenggarakan pertemuan khusus setiap
kali apabila di anggap perlu. Dalam pertemuan tersebut akan dihasilkan beberapa nasehat kepada
pengurus Nahdlotul Ulama’ sesuai dengan tingkatannya.
2. Syuriyah
Pengertian Syuriyah. Syuriyah adalah pemimpin tertinggi di dalam NU. Maksudnya dalam setiap
tingkat kepengurusan mulai dari Pengurus Besar sampai Pengurus Ranting yang menjadi Pemimpin
Tertinggi adalah Syuriyah.
Pengurus syuriyah terdiri dari para ulama’ dan para cendekiawan Nahdlotul Ulama’ yang memiliki
keahlian dalam bidang agama dan atau bidang – bidang kemasyarakatan.
Ditingkat Pengurus Besar, Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam,
beberapa Rais, beberapa Wakil Rais, Katib, dan beberapa wakil Katib.
Sedangkan ditingkat Pengurus Wilayah sampai Ranting, Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais,
beberapa Wakil Rais, Katib, dan beberapa wakil Katib.
Tugas Syuriyah, pengurus Syuriyah memiliki tugas sebagai pembina, pengendali, pengawas dan
penentu kebijaksanaan dalam jam’iyah Nahdlotul Ulama’ sesuai tingkatannya. Dikatakan demikian,
karena Nahdlotul Ulama’ adalah kebangkitan para ulama’ sehingga kepemimpinannya terpusat pada para
ulama’.
Dengan demikian hidup matinya, maju mundurnya Nahdlotul Ulama’ tergantung pada para ulama’
yang dalam kepengurusan NU disebut “ Syuriyah “. Hal ini menunjukkan bahwa semua kebijaksanaan,
jenis kegiatan dan pelaksanaannya harus sepengetahuan dan mendapat restu dari Pengurus Syuriyah.
Karena itu, dalam setiap kali rapat pengurus Nahdlotul Ulama’ harus dihindari unsur Pengurus Syuriyah.
Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan oleh Pengurus Syuriyah adalah sebagai berikut ;
1. Menentukan arah kebijaksanaan jam’iyah Nahdlotul Ulama’ dalam melaksanakan usaha dan
tindakan untuk mencapai tujuannya.
2. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan dalam memahami, mengamalkan dan
mengembangkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah, baik aqidah, syariyah
maupun akhlaq / tasawuf.
3. Mengendalikan, mengawasi dan memberikan koreksi / teguran sesuai dengan pertimbangan syari’ah
dan ketentuan organisasi.
4. Dapat membatalkan keputusan atau langkah – langkah Jami’iyah Nahdlotul Ulama’ dan organisasi –
organisasi perangkatnya, apabila dinilai bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
3. Tanfidziyah
Pengertian Tanfidziyah. Tanfidziyah adalah pelaksana yang berkewajiban memimpin organisasi.
Pengurus tanfidziyah sejak awal berdirinya Nahdlotul Ulama’ terdiri dari warga Nahdlotul Ulama’ yang
memiliki kecakapan berorganisasi dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas – tugas
kepengurusan dengan baik.
Di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari ketua umum, beberapa ketua,
sekretaris jendral, beberapa wakil sekretaris jendral, bendahara, dan beberapa wakil bendahara.
Dalam menggerakkan dan melaksanakan tugas – tugas tersebut di atas, Pengurus Tanfidziyah
berwenang membentuk tim kerja tetap atau sementara sesuai kebutuhan. Disamping itu Pengurus
Tanfidziyah berwenang menyusun pembagian tugas di antara pengurus tanfidziyah yang diatur dalam
peraturan Tata Kerja Organisasi.
Agar pelaksanaan program kerja organisasi sesuai dengan kebijakan Pengurus Syuriyah, ketua
Tanfidziyah dapat menghadiri rapat Pengurus Syuriyah sesuai dengan tingkatannya masing – masing.
a. Muktamar
Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi organisasi Nahdlotul Ulama’. Muktamar
diselenggarakan oleh pengurus besar, sekali dalam 5 tahun. Muktamar dihadiri oleh pengurus besar,
pengurus wilayah, dan pengurus cabang.
Yang dibahas dalam muktamar adalah pertanggungjawaban pengurus besar, pemilihan pengurus
baru, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Nahdlotul Ulama’, dan pokok – pokok program
kebijakan Nahdlotul Ulama’.
c. Konferensi Besar
Konferensi besar merupakan permusyawaratan tertinggi setelah muktamar. Konferensi besar dihadiri
oleh pengurus besar dan pengurus wilayah. Konferensi besar membicarakan pelaksanaan keputusan –
keputusan muktamar dan mengkaji perkembangan organisasi serta perannya di tengah masyarakat.
c. Konferensi Cabang
Konferensi cabang adalah permusyawaratan tertinggi untuk tingkat cabang. Konferensi cabang
membicarakan pertanggung jawaban pengurus cabang, menyusun rencana kerja 5 tahun, memilih
pengurus cabang dan membahas masalah – masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
g. Musyawarah Anggota
Musyawarah anggota adalah permusyawaratan tertinggi pada tingkat ranting. Musyawarah anggota
membicarakan laporan pertanggung jawaban pengurus ranting, menuyusun dan membahas masalah –
masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
Hal lain yang juga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama’ adlah keanggotaan,
syarat, hak, dan kewajibannya. Yang dapat menjadi anggota Nahdlatul Ulama’ adalah ; Setiap warga
negara Indonesia yang beragama Islam yang sudah akil baligh yang menyatakan keinginannya dan
sanggup mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama’.
Ketentuan mengenai keanggotaan sebagaimana terurai di atas berlaku bagi mereka yang terdata
secara organisatoris dan administrtive yang lazim disebut sebagai NU Jamiyyah (NU struktural). Selain
itu terdapat warga besar Nahdlatul Ulama’ yang tidak terdata secara organisatotis – administratif yang
lazim disebut sebagai NU Jamaah ( NU Kultural ). Keduanya merupakan kekuatan ( potensi ) yang sama
pentingnya bagi Nahdlatul Ulama’ yang harus dikelola sesuai kondisinya masing – masing. Anggota NU
Jamiyyah dibina untuk dipersiapkan menjadi kader – kader militant dengan tugas – tugas yang lebih
berat, antara lain untuk membimbing kelompok – kelompok yang terdiri dari NU Jamaah. Dengan
demikian semuanya berada pada jaringan yang tidak terputus.
Perangkat organisasi Nahdlatul Ulama’ terdiri atas lembaga, lajnah, dan badan otonom
1. Lembaga
Lembaga adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama’ yang berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan Nahdlatul Ulama’ berkaitan dengan suatu bidang tertentu. Lembaga – lembaga yang terdapat
pada tingkat pengurus besar adalah sebagai berikut :
NO NAMA LEMBAGA TUGAS dan FUNGSI
Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
Lembaga Dakwah Nahdlatul
1 pada bidang penyiaran agama Islam Ahlussunnah
Ulama’ ( LDNU )
Wal Jama’ah
Lembaga Pendidikan Ma’arif Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
2 Nahdlatul Ulama’( LP. MA’ARIF pada bidang pendidikan dan pengajaran formal
NU )
Rabithah Ma’ahid Al – Islamiyah Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
3
( RMI ) pada bidang pengembangan pondok pesantren
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
4
Ulama’ ( LPNU ) pada bidang pengembangan ekonomi warga NU
Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
Lembaga Pengembangan Pertanian
5 pada bidang pengembangan pertanian, lingkungan
Nahdlatul Ulama’ ( LP2NU )
hidup dan eksplorasi kelautan
Lembaga Kemashalahatan Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
6 Keluarga Nahdlatul Ulama’ pada bidang kesejahteraan keluarga, sosial dan
( LKKNU) kependudukan
Lembaga Kajian dan Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
7 Pengembangan Sumber Daya pada bidang pengkajian dan pengembangan
Manusia ( Lakpesdam ) sumber daya manusia
Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Melaksanakan penyuluhan dan pemberian
8
Hukum ( LPBH ) bantuan hukum
Lembaga Seni Budaya Nahdlatul Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
9
Ulama’ ( Lesbumi ) pada bidang pengembangan seni budaya
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Menghimpun, mengelola, dan menthasarufkan
10 Shodaqoh Nahdlatul Ulama’ zakat – zakat, infaq dan shodaqoh
( LAZISNU )
Mengurus, mengelola, serta mengembangkan
Lembaga Waqof dan Pertahanan
11 tanah dan bangunan serta harta benda waqof
Nahdlatul Ulama’ ( LWPNU )
lainnya milik NU
Membahas dan memecahkan masalah yang
12 Lembaga Bathshul Masail ( LBM ) maudlu’iyyah ( tematik ) dan waqi’iyyah (aktual)
yang memerlukan kepastian hukum
Melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama’ ( NU )
Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia
13 pada bidang pengembangan dan pemberdayaan
( LTMI )
masjid
Lembaga Pelayanan Kesehatan Melaksanakan kebijakan NU pada bidang
14
Nahdlatul Ulama’ ( LPKNU ) pelayanan kesehatan
2. Lajnah
Lajnah adalah perangkat organisasi NU untuk melaksanakan program – program yang
membutuhkan penanganan khusus. Lajnah NU yang ditetapkan pada muktamar NU ke – 31 tahun 2004
di Boyolali, Jawa Tengah antara lain :
3. Badan Otonom
Badan otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama’ yang bertugas melaksanakan
kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Dalam melaksanakan program, badan otonom memiliki keleluasan yang tidak bertentangan dengan
kebijakan Nahdlatul Ulama’
Badan otonom tidak sama dengan lembaga atau lajnah , karena badan otonom :
Mempunyai peraturan dasar dan peraturan rumah tangga
Dapat memilih kepengurusan sendiri
Memiliki keleluasan yang tidak bertentangan dengan kebijakan Nahdlatul Ulama’
Mempunyai anggota perorangan