Anda di halaman 1dari 58

PKMD Kelas Wonosobo

Dosen: Drs. Bambang WEN, M.M.


Ortom atau Organisasi Otonom, adalah
satuan organisasi yang dibentuk oleh dan
berkedudukan di bawah Persyarikatan guna
membina warga Muhammadiyah dan
kelompok masyarakat tertentu sesuai
dengan bidang kegiatan yang diadakan
dalam rangka mencapai maksud tujuan
Muhammadiyah.
Ortom Muhammadiyah dibagi dalam dua
kategori, yaitu Ortom Umum dan Ortom
Khusus.
a. Ortom Umum adalah organisasi
otonom yang anggotanya belum
seluruhnya anggota Muhammadiyah,
yaitu:
1) Hizbul Wathan (berdiri tahun 1918),
2) Nasyiatul ‘Aisyiyah (berdiri pada tahun
1931)
3) Pemuda Muhammadiyah (berdiri tahun
1932),
4) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (berdiri
pada 1961),
5) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (berdiri
tahun 1964), dan
6) Tapak Suci Putera Muhammadiyah (berdiri
pada 1963).
b. Ortom Khusus adalah organisasi otonom
yang seluruh anggotanya, anggota
Muhammadiyah dan diberi wewenang
menyelenggarakan amal usaha yang
ditetapkan oleh Pimpinan Muhammadiyah
dalam koordinasi Unsur Pembantu
Pimpinan yang membidanginya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tentang
amal usaha tersebut.
Yang termasuk kategori ini hanyalah ‘Aisyiyah
(berdiri pada 22 April 1917).
Seluruh Ortom tersebut memiliki struktur
organisasi dan kepemimpinan dari pusat hingga
ranting, sebagaimana struktur organisasi dan
kepemimpinan Muhammadiyah.
Ortom, selain berfungsi khusus dalam
menggarap kelompok masyarakat tertentu, juga
berfungsi sebagai wahana kaderisasi.
Dalam bahasa lain, fungsi Ortom adalah
sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna
cita-cita pembaharuan Muhammadiyah.
Pembentukan Ortom ditetapkan oleh
Tanwir atas usul Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dan dilaksanakan
dengan keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Ortom Khusus ditetapkan dengan
keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Pembentukan Ortom
pada masing-masing
tingkat, selain Pimpinan
Pusat, dibentuk oleh
Pimpinan Ortom satu
tingkat di atasnya
dengan rekomendasi
Pimpinan Persyarikatan
setingkat.
Setiap Ortom
berwenang mengatur
rumah tangganya
sendiri yang
dituangkan dalam AD
dan ART masing-
masing, tetapi tidak
boleh bertentangan
dengan AD dan ART
Muhammadiyah.
Khusus dalam masalah pemilihan pimpinan,
calon pimpinan yang akan diajukan dalam
permusyawaratan harus mendapat
persetujuan dari Pimpinan Persyarikatan
setingkat atau Pimpinan Persyarikatan yang
mewilayahi langsung Ortom bagi yang
strukturnya berbeda dengan Persyarikatan.

Demikian pula, Keputusan Permusyawaratan


ditanfidz oleh Ortom setelah mendapat
pengesahan dari Pimpinan Persyarikatan
setingkat.
Pimpinan Ortom
berhubungan langsung
dengan Pimpinan
Persyarikatan setingkat.
Juga mengadakan
hubungan dan kerjasama
dengan Unsur Pembantu
Pimpinan dan Ortom lain
dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan
Persyarikatan setingkat
dan yang dituju.
Pimpinan Ortom dapat mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan
pihak luar negeri setelah mendapat
persetujuan Pimpinan Pusat Ortom
dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
serta melaporkan hasilnya.
Untuk Tata Kerja Pimpinan Ortom
diatur oleh masing-masing Organisasi
Otonom.
Keuangan dan Kekayaan
Ortom secara hukum milik
Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Keuangan
dan kekayaan Ortom diperoleh
dan dipergunakan sesuai
dengan ketentuan yang diatur
dalam AD masing-masing.
Pemindahan hak atas kekayaan
berupa benda bergerak dilakukan oleh
Pimpinan Ortom masing-masing
tingkat dengan pemberitahuan kepada
Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat.
Sedang untuk benda tidak bergerak
dilakukan atas ijin tertulis Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
Pengawasan terhadap Organisasi Otonom
dilakukan oleh Pimpinan Persyarikatan
pada semua tingkat.
Sanksi berupa tindakan administratif
dan/atau yuridis dilakukan oleh Pimpinan
Persyarikatan terhadap Organisasi Otonom
baik institusi dan/atau perorangan yang
menyalahi ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
Laporan akhir masa jabatan selama
satu masa periode tentang hasil
kerjanya, disampaikan kepada
Pimpinan Persyarikatan masing-masing
tingkat. Laporan tahunan tentang
perkembangan Ortom disampaikan
kepada Pimpinan Persyarikatan
masing-masing tingkat.
Laporan insidental tentang penanganan
terhadap peristiwa atau masalah khusus
disampaikan dan dipertanggungjawabkan
secara tersendiri kepada Pimpinan
Persyarikatan masing-masing tingkat
selambat-lambatnya satu bulan setelah
kegiatan tersebut dinyatakan selesai.
Laporan internal Organisasi Otonom diatur
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga masing-masing.
Pembubaran Ortom dilakukan apabila
melakukan penyimpangan terhadap prinsip,
garis, dan kebijakan Persyarikatan.
Pembubaran diputuskan oleh Tanwir atas usul
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
dilaksanakan dengan keputusan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
Setelah Ortom dinyatakan bubar, segala hak
milik kembali kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Unsur Pembantu
Pimpinan
Muhammadiyah (UPP)
Selain Pimpinan Persyarikatan,
terdapat Unsur Pembantu
Pimpinan (UPP) Persyarikatan,
yang bertugas melaksanakan
program dan kegiatan yang telah
menjadi kebijakan persyarikatan.
UPP adalah satuan
organisasi yang
dibentuk oleh dan
bertanggung jawab
kepada Pimpinan
Persyarikatan
masing-masing
tingkat, terdiri dari
Majelis dan
Lembaga.
Majelis merupakan unsur pembantu
pimpinan yang diserahi tugas sebagai
penyelenggara amal usaha, program,
dan kegiatan pokok dalam bidang
tertentu sesuai dengan kebijakan
Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat.
Lembaga
merupakan unsur
pembantu
pimpinan yang
diserahi tugas
melaksanakan
program dan
kegiatan
pendukung yang
bersifat khusus.
Majelis berwenang menentukan
perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam
penyelenggaraan amal usaha,
program, dan kegiatan sesuai
dengan kebijakan Persyarikatan.
Sedangkan Lembaga
berwenang menentukan
perencanaan,
pelaksanaan dan
pengawasan dalam
pelaksanaan program
dan kegiatan atas
persetujuan Pimpinan
Persyarikatan.
Majelis berkedudukan di tingkat pusat,
wilayah, daerah, dan cabang, yang
dibentuk oleh Pimpinan Persyarikatan
di masing-masing tingkat sesuai
kebutuhan.
Khusus Majelis Pendidikan Tinggi
pada tingkat wilayah dibentuk oleh
Pimpinan Wilayah sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku
atas persetujuan Pimpinan Pusat.
Sementara Lembaga berkedudukan
di tingkat pusat dan dibentuk oleh
Pimpinan Pusat.
Apabila dipandang perlu, Pimpinan
Wilayah dan/atau Pimpinan Daerah
dapat membentuk Lembaga dengan
persetujuan Pimpinan Persyarikatan
setingkat di atasnya.
Khusus Lembaga
Pengembangan
Cabang dan Ranting
(LPCR)
keberadaannya harus
dibentuk di tingkat
wilayah dan daerah
karena melekat
dengan fungsi
organisasi/Persyarikat
an.
Majelis, Lembaga dan
Biro di lingkungan PP
Muhammadiyah periode
2022-2027 dengan
rincian:
➢ 13 Majelis,

➢ 14 Lembaga, dan

➢ 3 Biro.
1. Majelis Tarjih dan Tajdid
2. Majelis Tabligh
3. Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan
4. Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan
Nonformal
5. Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani
6. Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
7. Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
8. Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata
9. Majelis Pendayagunaan Wakaf
10. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
12. Majelis Lingkungan Hidup
13. Majelis Pustaka dan Informasi
LEMBAGA
1. Lembaga Pengembangan Pesantren
2. Lembaga Pengembangan Cabang/Ranting dan Pembinaan
Masjid
3. Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
4. Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
5. Lembaga Resiliensi Bencana
6. Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah
7. Lembaga Pengembang Usaha Mikro Kecil Menengah
8. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
9. Lembaga Seni Budaya
10. Lembaga Pengembangan Olahraga
11. Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional
12. Lembaga Dakwah Komunitas
13. Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Halalan Thayyiban
14. Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
BIRO
1. Biro Pengembangan Organisasi
2. Biro Pengeloaan Keuangan
3. Biro Biro Komunikasi dan Pelayanan
Umum
Hubungan dan tata kerja Majelis:
1) Mengadakan hubungan vertikal dalam
penyelenggaraan amal usaha, program,
dan kegiatan Persyarikatan pada
bidangnya, dengan pemberitahuan baik
kepada Pimpinan Persyarikatan setingkat
maupun yang dituju. Dalam hal hubungan
dengan Pimpinan Persyarikatan di
bawahnya dilakukan atas nama Pimpinan
Persyarikatan;
2) Mengadakan hubungan horisontal
dengan Majelis dan Lembaga lain serta
Organisasi otonom, dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan
Persyarikatan;
3) Mengadakan hubungan dan kerjasama
dengan pihak lain di luar Persyarikatan,
dengan persetujuan Pimpinan
Persyarikatan setingkat. Dalam hal
hubungan dan kerjasama dengan pihak
luar negeri, diatur oleh Pimpinan Pusat.
Hubungan dan tata kerja Lembaga:
Mengadakan hubungan vertikal, horisontal,
dan hubungan dengan pihak lain di luar
Persyarikatan dalam pelaksanaan program
dan kegiatan sesuai bidangnya, dilakukan
dengan persetujuan Pimpinan
Persyarikatan.
Penetapan susunan dan
personalia pimpinan
majelis/lembaga dilakukan oleh
Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat, dan masa
jabatannya sama dengan masa
jabatan Pimpinan Persyarikatan.
Khusus untuk jabatan Ketua
Majelis/Lembaga dapat dijabat oleh
orang yang sama dua kali masa
jabatan berturut-turut. Tugasnya,
berakhir pada waktu dilakukan serah-
terima jabatan dengan Pimpinan yang
baru.
Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan terdiri
atas:
1. Rapat Kerja Majelis untuk membahas
penyelenggaraan amal usaha,
2. program, dan kegiatan sesuai pembagian
tugas yang ditetapkan oleh Pimpinan
Persyarikatan;
3. Rapat Kerja Lembaga untuk membahas
pelaksanaan program dan kegiatan yang
telah ditetapkan oleh Pimpinan
Persyarikatan.
Pembiayaan Unsur Pembantu Pimpinan
menjadi tanggung jawab Pimpinan
Persyarikatan masing-masing tingkat.
Unsur Pembantu Pimpinan dapat
menyelenggarakan usaha dan/atau
administrasi keuangan sendiri atas
persetujuan dan dalam koordinasi Pimpinan
Persyarikatan masing-masing tingkat.
Unsur Pembantu Pimpinan menyusun
Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja untuk diajukan kepada dan
disahkan oleh Pimpinan Persyarikatan
masing-masing tingkat.
Pimpinan Persyarikatan masing-masing
tingkat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja yang dilakukan oleh Unsur
Pembantu Pimpinan.
Kekayaan Unsur Pembantu Pimpinan
secara hukum milik Pimpinan Pusat.
Pengelolaan dan pemanfaatan
kekayaan dapat dilakukan oleh Unsur
Pembantu Pimpinan sesuai dengan
ketentuan dan/atau kebijakan
Pimpinan Persyarikatan.
Pemindahan hak atas kekayaan
berupa benda bergerak dilakukan
oleh Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat atas pelimpahan
wewenang dari Pimpinan Pusat,
sedang untuk benda tidak bergerak
dilakukan atas izin Pimpinan Pusat.
Pengawasan terhadap penyelenggaraan
amal usaha, pelaksanaan program dan
kegiatan, serta pengelolaan keuangan
dan kekayaan Unsur Pembantu
Pimpinan dilakukan oleh Pimpinan
Persyarikatan pada semua tingkat secara
periodik dan/atau insidental.
Unsur Pembantu Pimpinan baik
institusi dan/atau person yang
terbukti bersalah dikenai sanksi
oleh Pimpinan Persyarikatan
berupa tindakan administratif
dan/atau yuridis.
Laporan Tahunan tentang
perkembangan penyelenggaraan
amal usaha, pelaksanaan program
dan kegiatan, serta pengelolaan
keuangan dan kekayaan dibuat
oleh Unsur Pembantu Pimpinan
disampaikan kepada Pimpinan
Persyarikatan
Laporan insidental tentang
penanganan terhadap peristiwa
atau masalah khusus disampaikan
dan dipertanggungjawabkan
secara tersendiri kepada Pimpinan
Persyarikatan selambat-lambatnya
satu bulan setelah kegiatan
tersebut dinyatakan selesai.
Tugas
Mandiri

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ortom


Muhammadiyah?
2. Apa yang dimaksud dengan Ortom umum dan Ortom
khusus?
3. Jelaskan macam-macam Ortom Muhammadiyah
dan apa maksud/tujuan masing-masing Ortom
didirikan?
4. Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) Muhammadiyah
adalah Majelis, Lembaga, dan Biro. Jelaskan tugas
utama masing-masing UPP tersebut.
Tugas
Mandiri

Keterangan:

1. Tugas dikerjakan mandiri, dikumpulka


pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2024
jam 13.00 WIB-16.00 WIB sesuai jam
perkuliahan melalui email:
bambangwen34@gmail.com.
2. Diketik atau ditulis tangan yang rapi dan
terbaca pada kertas HVS atau kertas folio
bergaris.

Anda mungkin juga menyukai