Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“STRUKTUR ORGANISASI MUHAMMADIYAH”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Gerakan Muhammadiyah

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


Lola Renjelita (2062201022)
Muhamad Nurcholik (2062201090)

DOSEN PENGAMPU :
Dedy Novriadi S.Pd.I,M.Pd.I

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan lancar. Makalah ini berisikan tentang “Struktur Organisasi Muhammadiyah”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua, sehingga dapat
memperoleh wawasan yang lebih luas, khususnya di bidang yang disebutkan diatas.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dedy Novriadi


S.Pd.I,M.Pd.I selaku Dosen pengampu mata kuliah Gerakan Muhammadiyah. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
mengingat kemampuan dan keterbatasan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bengkulu, Oktober 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDL .................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB I PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Struktur Organisasi Muhammadiyah .............................................................................. 3
B. Struktur Kepemimpinan Muhammadiyah....................................................................... 6
C. Tugas dan Kewajiban Tiap Tingkatan Pimpinan .......................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang berarti bahwa Warga
Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan, pemikiran dan prilakunya
didasarkan pada sosok seorang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Nabi dijadikannya
model (uswah al hasanah), yang sebenarnya tidak hanya bagi warga Muhammadiyah
tetapi juga seluruh umat Islam bahkan bagi warga non-muslim-kaum yang tidak
mempercayainya sebagai rasul sekalipun. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang
memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan
“masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu,
Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8


Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan
ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-
amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu
beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai
Khatib dan para pedagang.

Muhammadiyah dalam perkembangannya selalu mengikuti perkembangan zaman


dan kemasyarakatan, terbukti adanya perkembangan organisasi vertikal dan organisasi
horizontal. Perkembangan secara vertikal yaitu menata kelembagaan-kelembagaan di
Ranting, Cabang, Daerah hingga pusat, yang mana pada setiap level tersebut secara
horizontal terbentuk susunan oreganisasi berdasarkan bidang-bidang kerja dan tugas yang
menjadi konsentrasi gerakan Muhammadiyah dan bentuk badan atau unsur pembantu
pimpinan dan organisasi otonom. Dengan struktur organisasi yang bagus, maka organisasi
yang dianutnya pasti berkembang dengan bagus pula. Untuk membantu pimpinan
Muhammadiyah melaksanakan program-program Muhammadiyah, dibentuk satuan
organisasi Pembantu Pimpinan (Majelis atau Lembaga) yang dibentuk dan bertanggung
1
jawab kepada Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat. Pembantu Pimpinan ini
bertugas untuk menyelenggarakan amal usaha, program dan kegiatan sesuai dengan
kebijakan pimpinan Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu antara lain:
1. Bagaimanakah Struktur Organisasi Muhammadiyah?
2. Bagaimanakah Struktur Kepemimpinan Muhammadiyah?
3. Apakah Tugas dan Kewajiban Tiap Tingkatan Pimpinan?

C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu antara lain:
1. Untuk mengetahui Struktur Organisasi Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui Struktur Kepemimpinan Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui Tugas dan Kewajiban Tiap Tingkatan Pimpinan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Muhammadiyah


Struktur organisasi Muhammadiyah disusun bertingkat dari bawah yaitu Ranting,
Cabang, Daerah, Wilayah dan Pusat.
1. Ranting
Ranting adalah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan.
1) Ranting didirikan oleh pimpinan pusat atau usul sekurang-kurangnya 15 orang
yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota.
2) Syarat pendirian ranting sekurang-kurangnya mempunyai:
a) Pengajian/kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali seminggu
b) Pengajian/kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali sebulan
c) Mushola/surau/langgar sebagai pusat kegiatannya
d) Jamaah-jamaah
3) Pengesahan pendirian ranting dan luas lingkungannya ditetapkan oleh pimpinan
pusat, setelah mendengar pertimbangan pimpinan cabang dan daerah yang
bersangkutan dan dikuatkan oleh pimpinan wilayah yang bersangkutan.
4) Pendirian suatu ranting yang merupakan pemisahan dari ranting yang telah ada,
dilakukan dengan persetujuan pimpinan ranting yang bersangkutan atau atas
putusan musyawarah cabang yang bersangkutan.
5) Pimpinan pusat dapat melimpah wewenang pengesahan pendirian ranting kepada
pimpinan wilayah.
2. Cabang
Cabang adalah kesatuan ranting-ranting dalam satu tempat.
1) Cabang didirikan oleh pimpinan pusat sekurang-kurangnya meliputi 3 ranting
yang berfungsi:
a) Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi ranting.
b) Penyelenggaraan dan pengelolaan Muhamadiyah.
c) Penyelenggaraan amal usaha
2) Syarat pendirian cabang sekurang-kurangnya mempunyai:
a) Pengkajian/kursus berkala untuk anggota-anggota pimpinan cabang dan
bagian-bagiannya, pimpinan-pimpinan ranting dalam cabangnya serta
3
pimpinan organisasi otonom tingkat cabang, sekurang-kurangnya sekali
setengah bulan.
b) Pengajian/kursus mubaligh/mubalighot untuk seluruh mubaligh/ mubalighot
dalam lingkungan cabangnya, sekurang-kurangnya sekali sebulan.
c) Korp mubaligh/mubalighot sekurang-kurangnya 10 orang
d) Usaha-usaha pertolongan sekurang-kurangnya seperti pemeliharaan anak
yatim.
e) Sekolah Dasar/Madrasah Diniyah
f) Kantor.
3) Pengesahan pendirian cabang dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
pimpinan pusat atas usul ranting-ranting yang bersangkutan, dengan
memperhatikan pertimbangan pimpinan daerah dan pimpinan wilayah yang
bersangkutan.

4) Pendirian suatu cabang yang merupakan pemecahan cabang yang telah ada,
dilakukan dengan persetujuan pimpinan cabang yang bersangkutan atau atas usul
musyawarah daerah yang bersangkutan.

5) Pimpinan pusat dapat melimpahkan wewenang pengesahan pendirian cabang


kepada pimpinan wilayah.

3. Daerah
Daerah adalah kesatuan cabang-cabang dalam daerah tingkat II atau yang setingkat .
1) Daerah yang didirikan oleh pimpinan pusat dalam kabupaten atau yang setingkat
yang sekurang-kurangnya meliputi 3 cabang yang berfungsi:
a) Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi cabang
b) Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan Muhammadiyah.
c) Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan amal usaha.
2) Syarat pendirian Daerah sekurang-kurangnya mempunyai:
a) Pengajian/kursus anggota pimpinan daerah dengan majelis-majelisnya serta
pimpinan-pimpinan organisasi otonom tingkat daerah, sekurang-kurangnya
setengah bulan.
b) Pengajian/kursus mubaligh/mubalighot tingkat daerah sekurang-kurangnya
setengah bulan

4
c) Korp mubaligh/mubalighot daerah sekurang-kurangnya 10 orang
d) Kursus kader pimpinan
e) Sekolah dasar/madrasah menengah/mubalighin, baik yang diselenggarakan
bersama ataupun oleh sesuatu cabang dalam daerahnya
f) Usaha-usaha pertolongan seperti rumah sakit, rawatan-bersalin, pemeliharaan
anak yatim dan sebagainya, baik yang diselenggarakan bersama ataupun oleh
cabang dalam daerahnya
g) Majelis tarjih daerah
h) Kantor.
3) Pengesahan pendirian daerah ditetapkan oleh pimpinan pusat atas usul cabang-
cabang yang bersangkutan dan dengan memperhatikan pertimbangan pimpinan
wilayah yang bersangkutan.

4) Pendirian suatu daerah yang merupakan pemisah dari Daerah yang telah ada
dilakukan melalui dan atas keputusan Musyawarah Daerah/Musyawarah pimpinan
tingkat Daerah.

4. Wilayah
Wilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam provinsi/daerah tingkat I
1) Wilayah didirikan oleh pimpinan pusat ditingkat provinsi atau yang setingkat,
sekurang-kurangnya meliputi 3 daerah yang berfungsi;
a) Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi Daerah.
b) Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan Muhammadiyah.
c) Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan amal usaha.
2) Syarat pendirian Wilayah sekurang-kurangnya mempunya;
a) Pengajian/kursus anggota pimpinan wilayah dengan majelis-majelisnya serta
pimpinan organisasi otonom tingkat wilayah, sekurang-kurangnya sekali
sebulan.
b) Pengajian/kursus mubaligh/mubalighot tingkat wilayah, sekurang-kurangnya
sekali sebulan
c) Korp mubaligh/mubalighot sekurang-kurangnya 25 orang
d) Kursus kader pimpinan tingkat wilayah

5
e) Sekolah/madrasah menengah atas/tsanawiyah wustha mu’alimin, Madrasah
Mubalighin Menengah, baik yang diselenggarakan bersama ataupun oleh
sesuatu cabang/daerah dengan wilayahnya.
f) Usaha-usaha pertolongan seperti rumah sakit, rawatan bersalin, pemeliharaan
anak yatim dan sebagainya, baik yang diselenggarakan bersama ataupun oleh
sesuatu cabang/daerah dalam wilayahnya.
g) Majelis Tarjih Wilayah
h) Kantor.

3) Pengesahan pendirian Wilayah ditetapkan oleh pimpinan pusat atas usul Daerah
yang bersangkutan
4) Pendirian suatu Wilayah merupakan pemisah dari Wilayah yang telah ada
dilakukan melalui dan atas keputusan Musyawarah Wilayah/Musyawarah
Pimpinan tingkat Wilayah.
5. Pusat
Pusat adalah kesatuan Wilayah dalam Negara Republik Indonesia yang berfungsi
a) Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi wilayah.
b) Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan Muhammadiyah.
c) Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan amal usaha.
d) Perencanaan program dan kegiatan.

B. Struktur Kepemimpinan Muhammadiyah


Struktur kepemimpinan Muhammadiyah terbagi menjadi kempimpinan vertikal dan
horizontal.
1. Struktur kepemimpinan vertikal
1) Pimpinan Pusat
a. Pimpinan pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin persyirikatan
seumumnya.
b. Pimpinan pusat terdiri dari sekurang-kurangnya 9 orang, di pilih dan
ditetapkan oleh muktamar untuk masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan
oleh tanwir.
c. Ketua pimpinan pusat dipilih dan ditetapkan oleh muktamar dari antara dan
usul anggota pimpinan pusat terpilih.

6
d. Apabila dipandang perlu pimpinan pusat dan mengusulkan tambahan
anggotanya pada tanwir.
e. Pimpinan pusat mewakili persyerikatan didalam dan diluar pengadilan, dan
dapat menunjuk sekurang-kurangnya 2 orang anggotanya / pimpinan
persyerikatan setempat yang dapat diwakili oleh sebagian anggotanya, untuk
bertindak atas nama pimpinan pusat.
f. Pimpinan Pusat menentukan kebijaksanaan Persyerikatan berdasarkan
keputasan Muktamar dan Tanwir, mentanfidzkan keputusan-keputusan
Muktamar/Tanwir serta memimpinkan dan mengawasi pelaksaannya.
g. Untuk melaksanakan tugas kewajibannya, Pimpinan Pusat membuat pedoman
dan pembagian tugas wewenang antara anggota Pimpinan Pusat.
h. Untuk melaksanakan pimpinan sehar-hari, Pimpinan Pusat menetapkan
Pimpinan Harian yang terdiri dari Ketua/seorang Wakil Ketua yang ditunjuk,
Sekretaris, Bendahara, dan beberapa anggota diantara Pimpinan Pusat.
i. Pimpinan Pusat dapat membentuk badan khusus sebagai pembantu yang
diserahi penyelenggaraan tugas-tugas khusus.
j. Anggota Pimpinan Pusat atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan
Hariannya berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat.
k. Sambil menunggu keputusan/pengesahan Tanwir, calon tambahan anggota
Pimpinan Pusat berhak menjalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan
Pusat.
l. Ketua Pimpinan Pusat yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang
jabatan, oleh Pimpinan Pusat disusulkan calon penggantinya kepadda Tanwir.
Sambil menunggu ketetapan Tanwir, Ketua Pimpinan Pusat dijabat oleh salah
seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Pusat. (point 6 s/d 12; ART
pasal 7)

2) Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah memimpin persyarikatan dalam wilayahnya serta
melaksanakan pimpinan dari Pimpinan Pusat.
2. Pimpinan oleh Pimpinan Pusat untuk masa satu jabatan dari calon-calon yang
dipilih dalam Musyawarah Wilayah.

7
3. Ketua Pimpinan Wilyah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari antara tiga calon
yang diusulkan oleh Musyawarah Wilayah, arid an atas usul calon-calon
anggota Pimpinan Wilayah terpilih.
4. Ketua Pimpinan Wilayah karena jabatannya, menjadi wakil Pimpinan Pusat
untuk Wilayahnya.
5. Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada
Musyawarah Wilayah, yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Pusat.
(point 1 s/d 5; AD pasal 9).
6. a) Pimpinan Wilayah menentukan kebijaksanaan Pusat dan keputusan
Musyawarah Wilayah: mentanfidzkan keputusan-keputusan Musyawarah,
memimpin dan mengawasi pelaksaannya.
b) Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/instruksi Pimpinan
Pusat dan Majlis-Majlisnya
c) Membimbing dan meningkatkan amal usaha dan kegiatan Daerah dalam
Wilayahnya.
d) Membaca, membimbing, mengintegrassi dan mengkoordinasi Majlis-
Majlis dan Organisasi-organisasi Otonom tingkat Wilayah.
7. Apabila terjadi lowongan Ketua Pimpinan Wilayah, pengisian penggantinya
dilakukan menurut pasal 9 ayat 3 Anggaran Dasar.
8. Sambil menunggu ketatapan Pimpinan Pusat, Jabatan Ketua Pimpinan
Wilayah dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan
Wilayah.
9. Apabila Ketua Pimpinan Wilayh tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai
anggota Tanwir, Pimpinan Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua
untuk ditetapkan sebagai penggantinya.
10. Pimpinan Wilayh sedapat mungkin berkedudukan di IbuKOTA Propinsi,
apabila Pimpinan Wilayah tidak berkedudukan di Ibukota Propinsi, maka
Ibukota tersebut dibentuk perwakilan Pimpinan Wilayahnya yang tugas dan
wewenangnya diatur oleh Pimpinan Wilayah.
11. Anggota Pimpinan Wilayah atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan
Hariannya berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Wilayahnya.
12. Sambil menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan Wilayah dan ketetapan
Pimpinan Pusat, calon tambahan anggota Pimpinan Wilayah berhak
8
menjalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Wilayah. (point 6 s/d 12;
ART Pasal 8)

3) Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah memimpin persyarikatan dalam daerahnya serta
melaksanakan pimpinan dari Pimpinan diatasnya.
2. Pimpinan Daerah terdiri dari sekurang-kurangnya Sembilan orang, ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang di pilih
dalam Musyawarah Daerah.
3. Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari anatara tiga calon
yang diusulkan oleh Musyawarah Daerah, dari dan atas usul calon-calon
anggota Pimpinan Daerah terpilih, dengan memperhatikan pertimbangan
Pimpinan Wilayah yang bersangkutan.
4. Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan anggotanya pada Musyawarah
Daerah, yang kemudian dimintakan ketetatapan Pimpinan Pusat. (point 1 s/d 4;
AD pasal 10)
5. a) Pimpinan Daerah menentukan kebijaksanaan Persyarikatan dalam
Daerahnya berdasarkan kebijaksanaan Pimpinan Pusat dan keputusan
Musyawarah Daerah: menantanfidzkan keputusan-keputusan Musyawarah
Daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaannya.
b) Memimpinkan dan mengawasi pelaksaan pimpinan/instruksi Pimpina Pusat;
Pimpinan Wilayah dan Majlis-Masjlisnya.
c) Membimbing dan meningkatkan amal usaha da kegiatan Cabang-cabang
dalam Daerahnya.
d) Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi Majlis-Majlis
dan Organisasi-organisasi Otonom tingkat Daerah.
6. Apabila terjadi lowongan Ketua Pimpinan Daerah, pengisian penggantinya
dilakukan menurut pasal 10 ayat 3 Anggaran Dasar.
7. Sambil menunggu ketatapan Pimpinan Pusat, Jabatan Ketua Pimpinan Daerah
dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Daerah.
8. Anggota Pimpinan Daerah, atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan
Hariannya berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Daerah.

9
9. Sambil menunggu keputusan Musyawarah Daerah dan ketetapan Pimpinan
Pusat, calon tambahan anggota Pimpinan Daerah berhak menajalankan
tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Daerah.

4) Pimpinan Cabang
1. Pimpinan cabang memimpin persyarikatan dalam cabangnya serta
melaksanakan pimpinan dan pimpinan di atasnya.
2. Pimpinan Cabang terdiri dari sekurang-kurangnya 9 orang ditetapkan oleh
pimpinan wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
musyawarah cabang.
3. Ketua pimpinan cabang ditetapkan oleh pimpinan wilayah dari antara 3 calon
yang diusulkan oleh Musyawarah Cabang, dari dan atas usul calon-calon
anggota pimpinan cabang terpilih, dengan memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan daerah yang bersangkutan.
4. Pimpinan cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya pada musyawarah
cabang, yang kemudian diminta ketetapan pimpinan wilayah.
5. a) Pimpinan cabang menetukan kebijaksanaan persyarikatan dalam cabangnya
berdasarkan kebijaksanaan pimpinan diatasnya dan keputusan musyawarah
cabang: mentanfidzkan keputusan-keputusan musyawarah cabang, memimpin
dan mengawasi pelaksanaannya.
b) Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/intruksi pimpinan
pusat: pimpinan wilayah, pimpinan daerah dan majlis-majlisnya.
c) Membimbing dan meningkatkan amal usaha dan kegiatan ranting-ranting
dalam cabangnya.
d) Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi bagian-
bagiannya dan organisasi-organisasi otonom tingkat cabang.
6. Apabila terjadi lowongan ketua pimpinan cabang, pengisian penggantinya
dilakukan menurut pasal 11 ayat 3 anggaran dasar.
7. Sambil menunggu ketatapan pimpinan wilayah, jabatan ketua pimpinan
cabang dijabat oleh salah seorang wakil ketua atas keputusan pimpinan cabang.
8. Anggota pimpinan cabang atau sekurang-kurangnya anggota pimpinan
hariannya berkedudukan di tempat kedudukan pimpinan cabang.
9. Sambil menunggu keputusan musyawarah cabang dan ketetapan pimpinan
wilayah, calon tambah anggota pimpinan cabang berhak menjalankan.
10
5) Pimpinan Ranting
1. Pimpinan ranting memimpin persyarikatan dalam rantingnya serta
melaksanakan pimpinan dari pimpinan diatasnya.
2. Pimpinan ranting terdiri dari sekurang-kurangnya 5 orang, ditetapkan oleh
pimpinan daerah atas nama pimpinan wilayah untuk satu masa jabatan dari
calon-calon yang dipilih dalam musyawarah ranting.
3. Ketua pimpinan ranting ditetapkn oleh pimpinan daerah atas nama pimpinan
wilayah dari antar nama 3 calon yang diusulkan oleh musyawarah ranting, dari
dan atas usul calon-calon anggota pimpinan ranting terpilih dengan
memperhatikan pertimbangan pimpinan cabang yang bersangkutan.
4. Pimpinan ranting dapat mengusulkan tambahan anggitanya pada musyawarah
ranting, yang kemudian dimintakan ketetapan pimpinan daerah atas nama
pimpinan wilayah.
5. a) Pimpinan ranting menentukan kebijaksanaan persyarikatan dalam
rantingnya berdasarkan kebijaksaan pimpinan diatasnya dan keputusan
musyawarah ranting, memimpin dan mengawasi pelaksanaannya.
b) Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/intruksi pimpinan
pusat: pimpinan wilayah, pimpinan daerah, pimpinan cabang dan majlis-
majlisnya.
c) Membimbing anggota-anggota dan jama’ah-jama’ah dalam amalan
kemasyarakatan dan hidup beragama, meningkatkan kesadaran berorganisasi
dan beragama serta menjalurkan aktifitas dalam amal usaha persyarikatan
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
d) Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi organisasi
otonom tingkat ranting.
6. Apabila terjadi lowongan ketua pimpinan ranting, pengisian penggantinya
dilakukan menurut pasal 12 ayat 3 anggaran dasar.
7. Sambil menunggu ketetapan pimpinan daerah, jabatan ketua pimpinan ranting
dijabat oleh salah seorang wakil keua atas keputusan pimpinan
ranting.Anggota pimpinan ranting dan ketetapan pimpinan daerah, calon
tambahan anggota pimpinan ranting berhak menjalankan tugasnya atas
tanggungjawab pimpinan ranting.

11
2. Struktur Kepemimpinan Horizontal
Kepemimpinan Muhammadiyah secara horizontal adalah unsure pembantu pimpinan
persyarikatan yang terdiri dari:
a. Majelis yaitu pembantu pimpinan yang melakukan tugas-tugas operasional,
ditingkat cabang majelis disebut Bagian.
b. Badan atau Lembaga, yaitu pembantu pimpinan yang melakukan tugas-tugas staff
spesialistik yang bersifat operasional.
c. Sekretariat Eksekitif, yaitu pembantu pimpinan yang melakukan tugas-tugas
penunjang administrative.
Yang termasuk majelis adalah:
- Majelis Tarjih
- Majelis Tabligh
- Majelis Pustaka
- Majelis pendidikan Dasar dan Menengah
- Majelis Kebudayaan
- Majelis Wakaf dan keharta bendaan
- Majelis Ekonomi
- Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial
- Majelis Pembina Kesehatan
Yang termasuk lembaga/Badan:
- Badan Perencanaan dan Evaluasi (BPE)
- Badan Pendidikan Kader (BPK)
- Badan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
- Lembaga Pembinaan dan pengawasan Keuangan (LPPK)
- Lembaga Dakwah Khusus (LDK)
- Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
- Lembaga Pengembangan Masyarakat dan Sumberdaya Manusia (LPMSDM)
- Lembaga Hikmah dan Studi Kemasyarakatan (LHSK)
- Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
- Lembaga Keadilan Hukum.

Badan atau lembaga di atas pada prinsipnya hanya ada di pusat kecuali, Badan
Perencanaan dan Evaluasi dan Lembaga Hikmah dan Studi Kemasyarakatan, dapat
diadakan di Wilayah dan Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan (LPPK) dan
12
Badan Pendidikan Kader (BPK) dapat diadakan sampai tingkat daerah. Unsur-unsur
pembantu pimpinan pusat baik yang berupa majelis, badan/lembaga dapat mengalami
perubahan-perubahan sesuai kepentingan setiap periode kepemimpinan.

C. Tugas dan Kewajiban Tiap Tingkatan Pimpinan


1. Pimpinan Pusat
Pimpinan Pusat yang dulunya bernama Pengurus besar adalah pimpinan tertinggi
yang memimpin Muhammadiyah secara keseluruhan. Pimpinan Pusat terdiri atas tiga
belas orang yang dipilih oleh Muktamar untuk satu masa jabatan dari calon-calon
yang diusulkan oleh Tanwir. Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Muktamar
dari dan atas usul anggota Pimpinan Pusat terpilih.
1) Pimpinan Pusat bertugas:
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah berdasarkan keputusan Muktamar
dan Tanwir, sertamemimpin dan mengendalikan pelaksanaanya.
b. Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya.
c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan Wilayah.
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Pimpinan dan Oganisasi Otonom tingkat Pusat.
2) Anggota Pimpinan Pusat dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.
3) Anggota Pimpinan Pusat harus berdomisili di kota tempat kantor Pimpinan Pusat
atau disekitarnya.
4) Pimpinan Pusat dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Tanwir
sebanyak-banyaknya separuh dari jumlahanggota Pimpinan Pusat terpilih. Selama
menunggu keputusan Tanwir, calon tambahan anggota Pimpinan Pusat sudah
dapat menjalankan tugasnya atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
5) Pimpinan Pusat mengusulkan kepada Tanwir calon pengganti Ketua Umum
Pimpinan Pusat yang karena suatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan.
Selama menunggu ketetapan Tanwir, Ketua Umum PimpinanPusat dijabat oleh
salah seorang Ketua atas keputusan Pimpinan Pusat.

2. Pimpinan Wilayah
Pimpinan Wilayah memimpin Muhammadiyah di wilayahnya serta melaksanakan
kebijakan pimpinan pusat. Pimpinan Wilayah terdiri dari sebelas orang ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
13
Musyawarah Wilayah. Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari
dan atas usul calon anggota Pimpina Wilayah terpilih yang telah disahkan oleh
Musyawarah Wilayah.
1) Pimpinan Wilayah bertugas:
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam wilayahnya berdasarkan
kebijakan Pimpinan Pusat, keputusan Musyawarah Wilayah, Musyawarah
Pimpinan tingkat Wilayah, dan Rapat Pimpinan tingkat Wilayah.
b. Memimpin. dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan instruksi Pimpinan
Pusat dan Unsur Pembantu Pimpinan.
c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan Daerah dalam
wilayahnya sesuai dengan kewenangannya
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Wilayah
2) Pimpinan Wilayah berkantor di ibu kota propinsi.
3) Anggota Pimpinan Wilayah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.
4) Anggota Pimpinan Wilayah harus berdomisili di kota tempat kantor Pimpinan
Wilayah atau di sekitarnya.
5) Pimpinan Wilayah menunjuk salah scorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai
anggota Tanwir apabila Ketua Pimpinan Wilayah tidak dapat menunaikan
tugasnya sebagai anggota Tanwir.
6) Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah
Pimpinan Wilayah sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Pimpinan
Wilayah terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya kepada Pimpinan Pusat.
Selama menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Wilayah dan
ketetapan dan Pimpinan Pusat, calon tambahan anggota Pimpinan Wilayah sudah
dapat menjalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Wilayah.
7) Pimpinan Wilayah mengusulkan kepada Musyawarah,Pimpinan Wilayah calon
pengganti Ketua Pimpinan Wilayah yang karena sesuatu hal berhenti dalam
tenggang masa.jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Pusat. Selama menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat
Wilayah dan ketetapan dari Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah dijabat oleh
salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Wilayah

14
3. Pimpinan Daerah
Pimpinan Daerah memimpin Muhammadiyah dalam daerahnya serta melaksanakan
kebijakan pimpinan di atasnya. Pimpinan Daerah terdiri dari sembilan orang
ditetapkan oleh pimpinan Wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang
dipilih dalam Musyawarah Daerah. Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Pimpinan
Wilayah dari dan atas usul calon anggota Pimpina Daerah terpilih yang telah disahkan
oleh Musyawarah Daerah.
1) Pimpinan Daerah bertugas:
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam Daerahnya berdasarkan
kebijakan Pimpinan di atasnya, keputusan Musyawarah Daerah, Musyawarah
Pimpinan tingkat Daerah, dan Rapat Pimpinan tingkat Daerah.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan / instruksi Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, serta Unsur Pembantu. Pimpinannya
c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan Cabang dalam
daerahnya sesuai kewenangannya
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Daerah
e. Memimpin gerakan dan menjadikan, Daerah sebagai pusat administrasi serta
pusat pembinaan sumberdaya manusia
2) Pimpinan Daerah berkantor di ibu kota Kabupaten 1 Kota.
3) Anggota Pimpinan Daerah dapat terdiri dari laki‑laki dan perempuan.
4) Anggota Pimpinan Daerah harus berdomisili di Kabupaten 1 Kotanya.
5) Pimpinan Daerah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai
anggota Musyawarah Pimpinan tingkat Wilayah apabila Ketua Pimpinan Daerah
tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota Musyawarah Pimpinan tingkat
Wilayah.
6) Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah
Pimpinan Daerah sebanyak‑banyaknya separuh dari jumlah anggota Pimpinan
Daerah terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya kepada Pimpinan Wilayah.
Selama menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Daerah dan
ketetapan dari Pimpinan Wilayah, calon tambahan anggota Pimpinan Daerah
sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggungj4wab Pimpinan Daerah..

15
7) Pimpinan Daerah mengusulkan kepada Musyawarah Pimpinan Daerah calon
pengganti Ketua Pimpinan Daerah yang karena sesuatu hal berhenti dalam
tenggang masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Wilayah. Selama menunggu keputusan. Musyawarah Pimpinan tingkat
Daerah dan ketetapan dari Pimpinan Wilayah, Ketua Pimpinan Daerah dijabat
oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Daerah.

4. Pimpinan Cabang
Pimpinan Cabang memimpin Muhammadiyah dalam cabangnya serta melaksanakan
kebijakan pimpinan di atasnya. Pimpinan Cabang terdiri dari tujuh orang ditetapkan
oleh Pimpinan Daerah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Cabang.
1) Pimpinan Cabang bertugas:
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam Cabangnya berdasarkan
kebijakan Pimpinan di atasnya, keputusan Musyawarah Cabang, dan
Musyawarah Pimpinan tingkat Cabang.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan / instruksi Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, serta Unsur Pembantu
Pimpinannya
c. Membimbing dan meningkatkan amal . usaha serta kegiatan Rafiting dalam
cabangnya sesuai kewenangannya
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Cabang
2) Anggota Pimpinan Cabang dapat terdiri dari laki‑laki dan perempuan.
3) Anggota Pimpinan Cabang harus berdomisili di Cabangnya.
4) Pimpinan Cabang menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai
anggota Musyawarah Pimpinan tingkat Daerah apabila Ketua Pimpinan Cabang
tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai* anggota Musyawarah Pimpinan tingkat
Daerah.
5) Pimpinan Cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah
Pimpinan Cabang sebanyak‑banyaknya separuh dari jumlah anggota Pimpinan
Cabang terpilih, kemudian dimintakan pengesahan kepada Pimpinan Daerah.
Selama menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Cabang

16
dawnketetapan dari Pimpinan Daerah, calo,n tambahan anggota Pimpinan Cabang
sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggiingjawab Pimpinan Cabang.
6) Pimpinan Cabang mengusulkan kepada Musyawarah Pimpinan Cabang calon
pengganti Ketua Pimpinan Cabang yang karena sesuatu hal berhenti dalam
tenggang masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Daerah. Selarna menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat
Cabang dan ketetapan ‑ dari Pimpinan Daerah, Ketua Pimpinan Cabang dijabat
oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Cabang.

5. Pimpinan Ranting
Pimpinan Ranting memimpin Muhammadiyah dalam Rantingnya serta melaksanakan
kebijakan pimpinan di atasnya. Pimpinan Ranting terdiri dari lima orang ditetapkan
oleh Pimpinan Cabang untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Ranting. Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan oleh Pimpinan Cabang dari
dan atas usul calon anggota Pimpina Ranting terpilih yang telah disahkan oleh
Musyawarah Ranting.
1) Pimpinan Ranting bertugas:
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam Rantingnya berdasarkan
kebijakan Pimpinan di atasnya, keputusan Musyawarah. Ranting, dan
Musyawarah Pimpinan tingkat Ranting.
b. Memimpin dan rnengendalikan pelaksaaan kebijakan / instruksi Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, serta Unsur
Pernbantu Pimpinan.
c. Membimbing dan meningkatkari. kegiatain. anggota dalam rantingnya sesuai
dengan kewenangarmya
d. Membina, membimbing, menginntegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan
Organisasi Otonom tingkat Ranting
2) Anggota Pimpinan Ranting dapat terdiri dari laki‑laki dan perempuan.
3) Anggota Pimpinan Ranting harus berdomisili di Rantingnya.
4) Pimpinan Ranting menunjuk salah scorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai
anggota Musyawarah Pimpinan tingkat Cabang avabila Ketua Pimpinan Ranting
tidak dapat menunaikan tueasnya sebagai anggota Musyawarah Pimpinan tingkat
Cabang.

17
5) Pimpinan Ranting dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah
Pimpinan Ranting sebanyak‑banyaknya separuh dad jumlah anggota Pimpinan
Ranting terpilih, kemudian dimintakan pe ngesahannya kepada Pimpinan Cabang.
Selarna menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Ranting dan
ketetapan dari Pimpinan Cabang, calon tambahan anggota Pimpinan Ranting
sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Ranting.
6) Pimpinan Ranting mengusulkan kepada Musvawarah Pimpinan Ranting calon
pengganti Ketua Pimpinan Ranting yang karena sesuatu hal berhenti dalarn
tenggang masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Cabang. Selama, menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat
Ranting dan'ketetapan dari Pimpinan Cabang, Ketua Pimpinan Ranting dijabat
oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Ranting.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan tentang Muhammadiyah, maka kita dapati
bahwasannya organisasi ini bergerak dalam banyak bidang untuk kegiatan da’wah.
Sehingga pada realitanya organisasi ini bisa berpengaruh besar dan tetap eksis di
kalangan masyarakat Indonesia. Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun
1912, Muhammadiyah terus berkembang begitu pesatnya hingga kini. Hal tersebut
bisa kita jumpai mulai dari berbagai kajian dari tingkat ranting hingga tingkat pusat,
juga adanya berbagai amal usaha, lembaga-lembaga, ortom-ortom yang bernaung di
bawah organisasi yang usianya hampir satu abad ini telah menyebar di seluruh
pelosok tanah air.

Muhammadiyah dalam perkembangannya selalu mengikuti perkembangan


zaman dan kemasyarakatan, terbukti adanya perkembangan organisasi vertikal
danhorizontal. Perkembangan secara vertikal yaitu menata kelembagaan-
kelembagaandi Ranting, Cabang, Daerah hingga Pusat, yang mana pada setiap level
tersebutsecara horizontal terbentuk susunan organisasi berdasarkan bidang-bidang
kerja dantugas yang menjadi konsentrasi gerakan Muhammadiyah dalam bentuk
badan atauunsure pembantu pimpinan dan organisasi otonom.

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat lebih memahami tentang Struktur Organisasi dan
Struktur Kepemimpinan Muhammadiyah. Kami juga menyadari masih ada
kekurangan dari isi makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang sangat kami butuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://klikmuh.blogspot.co.id/2008/07/kepemimpinan-dalam-muhammadiyah.html
https://pdm1912.wordpress.com/2011/02/10/kepemimpinan-dalam-muhammadiyah/
http://www.muhammadiyah.or.id/content-54-det-struktur-organisasi.html
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-47-det-lembaga.html
http://www.muhammadiyah.or.id/content-48-det-organisasi-otonom.html
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-88-det-ipm.html
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-86-det-tapak-suci.html
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-85-det-hizbul-wathan.html
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-8-det-database-persyarikatan.html
http://www.muhammadiyah.or.id/content-199-det-aisyiyah.html

20

Anda mungkin juga menyukai