Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MAJELIS-MAJELIS DI MUHAMMADIYAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi


Kemuhammadiyahan

Dosen pengampu : Nur Rizqi Febriandika, S.Sy.,MSEI.,MBA

Disusun Oleh :

1. Aditia Putri I000180082


2. Rosy Mareta I000180089
3. Nada Nurul Khasanah I000180103
4. Dian Nur Hidayah I000180118
5. Putri Maidina Fadila I000180191

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat baik
itu berupa kesehatan fisik maupun akal pikiran serta kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Majelis-Majelis di
Muhammadiyah” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kami curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nanti syafaatnya di
akhirat kelak.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya akan menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian makalah ini kami susun. Apabila terdapat
kesalahan dalam makalah ini kami mohon dimaafkan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nur Rizqi Febriandika,
S.Sy.,MSEI.,MBA selaku dosen pengampu Mata Kuliah Studi
Kemuhammadiyahan dan rekan-rekan mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah yang
telah mendorong kita dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Surakarta, 10 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2

A. Pengertian Majelis………................................................................... 2
B. Majelis-Majelis Muhammadiyah (Tugas dan Fungsi)......................... 2

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 15

A. Kesimpulan............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, tujuan
Muhammadiyah yang paling penting adalah untuk menyebarkan agama Islam,
baik melalui pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya.Selain itu
meluruskan keyakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan
yang dianggap Muhammadiyah sebagai bid’ah.Organisasi ini juga
memunculkan praktek-praktek ibadah yang hampir-hampir belum pernah
dikenal sebelumnya oleh masyarakat, seperti shalat hari raya di lapangan,
mengkoordinir pembagian zakat dan sebagainya.
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mulai
menampakkan pengaruh yang cukup kuat di Indonesia. Sebagai sebuah
organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah tidak hanya menangani
masalah-masalah pendidikan saja, tetapi juga melayani berbagai usaha
pelayanan masyarakat seperti kesehatan, pemberian hukum (fatwa), panti
asuhan, penyuluhan dan lain-lain. Ini terbukti dengan adanya banyak sekolah,
rumah sakit, masjid, rumah yatim, rumah miskin, rumah jompo dan lain
sebagainya yang diprakarsai oleh Muhammadiyah. Selain itu, untuk
membantu mewujudkan cita-cita dan perserikatan Muhammadiyah,
dibentuklah Majelis-Majelis Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian majelis?
2. Apa saja majelis yang dibentuk oleh Muhammadiyah?
3. Apa fungsi dan tugas majelis-majelis di Muhammadiyah

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Majelis
2. Mengetahui majelis yang dibentuk oleh Muhammadiyah
3. Mengetahui fungsi dan tugas majelis-majelis di Muhammadiyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Majelis

Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian tugas


pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat masing-masing
sesuai dengan kebutuhan. Ini berarti bahwa majelis dapat dibentuk pada tiap
jenjang organisasi Muhammadiyah (tingkat pusat sampai pada tingkat cabang).

B. Majelis-Majelis Muhammadiyah
1. Majelis Tarjih dan Tajdid

Majelis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang


membidangi masalah-masalah keagamaan, khususnya hukum bidang
fiqih.Majelis ini dibentuk dan disahkan pada kongres Muhammadiyah XVII
tahun 1928 di Pekalongan. Majelis ini didirikan pertama kali untuk:
menyelesaikanpersoalan-persoalan khilafiyat, yang pada waktu itu dianggap
rawan oleh Muhammadiyah.Dalam perkembangan selanjutnya majelis ini
tidak sekedar mentarjihkan masalah-masalah khilafiyat, akan tetapi mengarah
pada penyelesaian persoalan-persoalan baru atau kontemporer.Pada
Muktamar Muhammadiyah ke-43 yang dilangsungkan pada tanggal 8-12
Shafar 1416 H bertepatan tanggal 6-10 Juli 1995 M di Banda Aceh, nama
majelis ini berubah menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
Islam, dan perkembangan berikutnya pada Muktamar Muhammadiyah ke 45,
2005 di Malang diubah menjadi Majelis Tarjih dan Tajdid.
Tugas dan fungsi Majelis Tarjih dan Tajdid:

a. Mendampingi dan membantu pimpinan persyarikatan dalam hal


membimbing anggota melaksanakan ajaran Islam, menentukan
kebijaksanaan dalam menjalankan kepemimpinan, dan
mempersiapkan serta meningkatkan kualitas ulama dalam
persyarikatan Muhammadiyah.

2
b. Membimbing umat, memberikan arah, menyampaikan fatwa
keagamaan dan memberikan suatu dasar pembenaran keagamaan
yang dapat dipahami umat dalam suatu konsep yang terpublikasi
secara terencana dan meluas agar masalah dan tantangan yang
tumbuh bisa dimengerti dan dijawab dengan semangat rahmat lil
‘alamin.

c. Mempergiat pengkajian dan penelitian ajaran Islam dalam rangka


mengembangkan ciri pelaksanaan tajdid dan mengantisipasi
perkembangan yang tumbuh dalam masyarakat.

d. Memperluas bidang tugas sesuai kebutuhan akan jawaban terhadap


tantangan dan permasalahan dunia global.

Peran Majelis Tarjih dan Tajdid:

a. Bertanggung jawab mengambil keputusan ketarjihan.

b. Mengembangkan pemikran-pemikiran pembaharuan dalam keislaman


dan menampung aspirasi baru yang tumbuh di kalangan umat.

2. Majelis Tabligh

K.H.Ahmad Dahlan tampil kemuka sebagai mujadid dan mujahid besar


islam, beliau ingin mengembalikan umat Islam kepada kemurnian cita ajaran
islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Jiwa dan semangat K.H.Ahmad Dahlan itu dijabarkan dan dirancangkan
oleh lembaga yang bernama Majelis Tabligh atau Majelis Dakwah, pada
waktu Muktamar ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971 ditetapkan program
umum sebagai berikut “Mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar, yang berkesanggupan
menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul SAW, kepada segala golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh
aspek kehidupannya, sebagai kebenaran dan hal yang diperlukan”.Majelis ini
diadakan dan digerakkan dengan berpedoman pada firman Allah Surat

3
Al-Imran ayat 102, 103, dan 104.
Sesuai SK PP. Muhammadiyah tentang Qaidah Majelis Tabligh Bab I
Pasal 2 bahwa Majelis Tabligh mempunyai tugas pokok memimpin dan
melakukan program yang jelas meliputi seluruh aspek kegiatan dakwah yang
tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.
Pasal 3: untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada pasal 2, Majelis
Tabligh mempunyai fungsi :

a. Memberikan pertimbangan kepada pimpinan persyarikatan untuk


digunakan sebagai badan dalam menyusun kebijaksanaan
persyarikatan dalam bidang tabligh.

b. Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkoordinasi


kegiatan dan gerak mubaligh dalam menyiarkan ajaran islam kepada
anggota, umat dan korp mubaligh Muhammadiyah di tingkat Pusat ,
Wilayah, Daerah, dan Cabang.

c. Penggerakan pengajian dan pengembangan pengamalan ajaran islam,


serta menggembirakan kegiatan ibadah anggota persyarikatan dan
masyarakat dalam kelompok jamaah, sehingga memiliki kemampuan
penyelesaian persoalan hidupnya sebagai orang Islam dalam
kehidupan masyarakat, bangsa yang selalu berubah dan berkembang,
guna meningkatkan mutu kehidupannya sepanjang ajaran islam.

d. Penggerak dan pembimbing penyelenggaraan, pemeliharaan dan


pengelolaan wakaf, masjid, mushola, langgar, dan surau serta
sejenisnya sebagai ibadah dan sarana peningkatan mutu kehidupan
anggota dan masyarakat sepanjang ajaran islam dalam kerangka
kehidupan berbangsa.

e. Pengerak dan pembimbing pelaksanaan serta pengembangan kegiatan


pengajian pimpinan dan anggota serta khotbah-khotbah dengan
memanfaatkan jasa iptek.

4
f. Penyelenggaraan pendidikan dan kaderisasi mubaligh dan khatib
sehingga memiliki kemampuan profesional serta kemandirian dalam
menjalankan tugasnya dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang
selalu berubah dan berkembang.

g. Penyelenggaraan penelitian dakwah dan perikehidupan anggota umat


dan masyarakat.

3. Majelis Pendidikan Tinggi

Majelis ini merupakan pecahan dari Majelis Pendidikan, Pengajaran, dan


kebudayaan yang semula membawahi seluruh amal usaha Muhammadiyah
bidang pendidikan sejak pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi.
Mulai tahun 1985 setelah Muktamar ke-41 di Surakarta, didirikanlah
Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs. H. Muhammad Djazman
al-Kindi, MBA. Majelis ini mengemban dua tugas sekaligus, yaitu
mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah,
dan menyelenggarakan aktivitas penelitian dalam konteks pengembangan
Persyarikatan.
Dengan demikian pesatnya perkembangan amal usaha pendidikan,
khususnya pendidikan tinggi di lingkungan Muhammadiyah, diperlukan
majelis khusus yang mengkonsentrasikan diri untuk menangani
perkembangan dan pengembangan perguruan tinggi di Muhammadiyah.
Untuk itu, sejak pasca Muktamar Muhammadiyah ke-41 majelis Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan dipecah menjadi dua Majelis, yaitu Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan
Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang).
Dengan terbentuknya Majelis ini, pengembangan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah (PTM) dapat dikendalikan dan diseimbangakan antara
kualitas dan kuantitasnya. Disamping itu, persoalan-persoalan pelik yang
muncul di berbagai PTM dapat diselesaikan dengan lebih baik.
Secara umum program pokok Majelis Diktilitbang, meliputi:

5
a. Pengembangan PTM, yang mencakup: peningkatan kualitas
pendidikan PTM, pengembangan jaringan kerja sama internal dan
eksternal, penanganan masalah-masalah kemahasiswaan,
pengembangan organisasi dan kelembagaan, serta penyusunan dan
penyempurnaan Qaidah PTM.

b. Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan


pengembangan PTM, dan penelitian pengembangan Muhammadiyah.

Dibawah koordinasi Majelis Diktilitbang PT Muhammadiyah


pertumbuhan PTM sangat pesat, bahkan melampaui target. Ketika awal
dibentuknya Majelis Diktilitbang, tahun 1985, jumlah PTM se-Indonesia
sebanyak 75 buah, dan pada tahun 2005 berkembang menjadi 166 buah,
terdiri atas Universitas (36 buah), Sekolah Tinggi (73 buah), Akademi (74
buah) dan Politeknik (4 buah).

4. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah

Majelis ini lahir sejak masa K.H. Ahmad Dahlan, semula bernama urusan
sekolahan “Qismu Arqo”, yang kemudian menjadi Madrasah Mu’allimin dan
Mualimat Muhammadiyah.Selanjutnya, berkembang kepengurusannya
sampai dengan perguruan tinggi. Nama majelis ini dari waktui ke waktu
berubah-ubah antar lain: Majelis Pendidikan, Majelis Pendidikan dan
Pengajaran, kemudian Majelis Pendidikan dan Kebudayaan, dan mulai tahun
1985 majelis ini dipecah menjadi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti).
Majelis ini memikirkan kemajuan sarana dan prasarana pendidikan,
administrasi, pergedungan, manajemen, kurikulum dan silabusnya. Majelis ini
memikirkan generasi kader yang ‘alim dan intelek serta intelek yang ‘alim,
kader pemimpin bangsa yang handal, cakap, penuh iman dan taqwa,
bertanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Adapun tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
adalah:

6
a. Menanamkan kesadaran akan pentingnya bidang pendidikan dan
pengajaran serta kebudayaan sebagai rangkaian usaha untuk
mencapai tujuan Persyarikatan serta menggerakkan kegiatan
anggota-anggota untuk beramal di bidang itu.

b. Memimpin dan membantu usaha cabang-cabang dalam usahanya di


bidang pendidikan dan pengajaran serta kebudayaan.

c. Membantu dan mengkoordinasi kegiatan anggota dan masyarakat


serta organisasi islam yang bergerak dibidang pendidikan dan
pengajaran serta kebudayaan sesuai dengan maksud dan tujuan
Persyarikatan.

d. Mengusahakan bantuan dan fasilitas dari pemerintah dan


badan-badan lain yang halal dan baik.

e. Mengadakan pendidikan untuk: membentuk tenaga pendidikan dan


pengajaran yang berjiwa Muhammadiyah, mempertebal keyakinan
agama dan kesadaran kemuhammadiyahan kepada tenaga pendidik
dan pengajar.

5. Majelis Pendidikan Kader

Majelis Pendidikan Kader merupakan kesinambungan dari Badan


Pendidikan Kader (1990) dan Majelis Pengembangan Kader dan Sumberdaya
Insani (2000).Visi Majelis Pendidikan Kader adalah: Tertatanya manajemen
Majelis dan jaringan agar mampu dan efektif untuk menjadi badan pembantu
pimpinan yang maju, profesional, dan modern, serta untuk meletakkan
landasan yang kokoh bagi peningkatan kualitas Majelis dan program
perkaderan.
Adapun fungsi dan tugas Majelis Pendidikan Kader sebagai berikut:

a. Menyusun konsep perkaderan dan mengoperasionalisasikannya secara


simultan (menyeluruh) dan terpadu di lingkungan pendidikan, keluarga,
dan organisasi otonom Muhammadiyah dalam satu kesatuan Sistem

7
Perkaderan Muhammadiyah yang mampu menghasilkan sumber daya
kader yang berkualitas guna menyongsong perubahan-perubahan baru
dalam kehidupan umat dan bangsa yang melibatkan kerja sama, terutama
antara Badan Pendidikan Kader, Majelis Pendidikan, Aisyiyah, dan
Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah.

b. Memprioritaskan pengembangan studi lanjut dalam mengembangkan


kualitas sumber daya kader Muhammadiyah yang pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap dan terlembaga.

c. Menyelenggarakan Darul Arqam, Baitul Arqam, Up Grading, Refreshing,


Job-Training, PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah),
pengajian Mubaligh, pengajian Ramadhan dan kegiatan-kegiatan
perkaderan lainnya yang dilahirkan secara terpadu di seluruh lingkungan
Persyarikatan termasuk Amal Usaha sesuai dengan kepentingan dan
sasaran yang dikehendaki.

d. Mengintensifkan dan memprioritaskan penempatan kader dan proses


seleksi yang mempertimbangkan aspek kekaderan, komitmen, dan
pengalaman aktivitas bermuhammadiyah yang dipadukan dengan
kemampuan-kemampuan objektif dalam penempatan personil, pengelola,
dan pimpinan di lingkungan kepemimpinan Persyarikatan, Majelis,
Badan, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha Muhammadiyah
dengan kepentingan kelangsungan misi Persyarikatan.

e. Mengintensifkan pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya


guna kepentingan pengembangaan kader Muhammadiyah di berbagai
struktur di lingkungan Persyarikatan.

6. Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU)

Majelis ini bergerak oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dibantu oleh
murid-muridnya atas kesadaran mengamalkan surat al-ma’un. K.H. Ahamad
Dahlan berulang kali mengajarkan ayat dan surat itu, tetapi pengamalannya
tidak ada, meskipun santrinya telah hafal. K.H. Ahmad Dahlan mendorong

8
mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpun, memberikan
sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang
positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’, murid setia K.H. Ahmad Dahlan,
yang akhirnya berkembang memiliki banyak rumah yatim, rumah miskin,
panti asuhan, rumah sakit, dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Disamping itu banyak gerakan kemanusiaan serta sosial yang semuanya telah
merakyat dalam kehidupan masyarakat, di mana ada Muhammadiyah di situ
ada gerakan-gerakan kemanusiaan dan kesosialan.
Nama majelis ini sempat beberapa kali mengalami perubahan, dari PKO
(Penolong Kesengsaraan Oemom), PKU (Pembina Kesejahteraan Umat),
MKKM (Majelis Kesehatan Kesejahteraan Masyarakat), dan setelah
Muktamar 46 tahun 2010 kembali menjadi Majelis PKU (Pembina Kesehatan
Umum).
Visi Pengembangan : Berkembangnya fungsi pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan yang unggul berbasis Penolong Kesengsaraaan Oemoem (PKO)
sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat
khususnya kaum dhu’afa sebagai aktualisasi Dakwah Muhammadiyah.

7. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan


Majelis Ekonomi dibentuk dalam rangka memajukan perekonomian
warga dan anggota Muhammadiyah sesuai yang tercantum dalam Anggaran
Dasar Muhammadiyah Bab II Pasal 3 ayat (8) yang berbunyi “Membimbing
masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomi
sesuai dengan ajaran Islam”.
Dengan mewujudkan “Sistem jami’ah” (jaringan ekonomi
Muhammadiyah) sebagai revitalisasi gerakan dakwah secara menyeluruh,
maka Muhammadiyah terus membantu infrastruktur pendukung Jami’ah
dalam berbagai bentuk.
Adapun tugas dan fungsi Majelis Ekonomi adalah:
a. Merumuskan dasar tujuan dan sitem ekonomi Islam.

9
b. Menggiatkan kegiatan anggota-anggota Muhammadiyah dalam
bidang perekonomian anggota Muhammadiyah yang berdiri di luar
ikatan Persyarikatan.
c. Mendorong terbentuknya wadah atau organisasi perekonomian Islam
di luar Persyarikatan.
d. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada organisasi tersebut dan
menjalin hubungan kerja sama dengan muhammadiyah.
e. Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan
badan-badan lain yang berhubungan dengan bidang ekonomi.

8. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan


Muhammadiyah memiliki Majelis wakaf dan kehartabendaan
dimaksudkan agar barang wakaf dari perwakaf tetap lestari, abadi,
mendatangkan kemanfaatan bagi agama, nusa dan bangsa. Dan orang yang
wakaf tetap mendapat amal jariah. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai
pengemban amanat, menjag, memelihara dan melestarikan kebaikannya.
K.H. Ahmad Dahlan telah mempelopori wakaf dengan memberikan tanah
untuk mushola dan madrasah. Pada periode kepemimpinan K.H.AR
Fachruddin, majelis ini diusahan badan hukum pada pemerintah dengan SK.
Menteri Dalam Negeri RI No: SK 14/DDA/1972 tanggal 10 Februari 1972
yang menegaskan bahwa “Persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan
hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik”.
Adapun tugas dan fungsi Majelis Wakaf dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Menggiatkan anggota untuk giat berwakaf.
b. Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus
dan memelihara serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik
Persyarikatan.
c. Mengurus barang wakaf yang langsung dikuasai oleh pimpinan
Persyarikatan serta hak milik Persyarikatan.
d. Memecahkan kesulitan dan persoalan barang wakaf yang dikuasai
oleh Persyarikatan.

10
e. Menyelenggarakan musyawarah kerja dan memberikan bimbingan
praktis bidang wakaf dan harta pusaka.

9. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)


Majelis ini merupakan majelis yang dibentuk setelah Muktamar
Muhammadiyah ke-45, 2005 di Malang, sehingga merupakan majelis baru.
Namun bukan baru sama sekali, karena ia merupakan kelanjutan dari
Lembaga Buruh, Tani dan Nelayan (BTN) pada periode sebelumnya. Majelis
ini mencanangkan misinya sebagai berikut: “Tertatanya kapasitas organisasi
dan jaringan aktivitas pemberdayaan masyarakat yang mampu meletakkan
landasan yang kokoh bagi perintisan dan pengembangan kegiatan
pemberdayaan serta mendorong proses transformasi social dalam
masyarakat”.
Sedangkan misi pengembangan untuk jangka tahun 2005-2010 adalah:
a. Menegakkan keyakinan tauhid social sebagai spirit aktivitas-aktivitas
pemberdayaan masyarakat.
b. Mewujudkan proses transformasi social yang mencakup perubahan
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat yang lebih luas.
Sebagai kesinambungan dari Lembaga Buruh, Tani, dan Nelayan,
MPM melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain:
a. Pengembangan media komunitas, pusat dokumentasi dan data base
mengenai keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan upaya-upaya
pemberdayaan BTN.
b. Pembentukan Qoryah Thayyibah di sejumlah wilayah pendampingan
sebagai wadah yang memfasilitasi upaya-upaya pemberdayaan dan
pendampingan lingkungan BTN (Buruh, Tani dan Nelayan), terutama
di basis-basis Muhammadiyah.
c. Pembentukan lembaga advokasi dalam melindungi dan membela
hah-hak masyarakat dampingan.
d. Pelatihan untuk Muhammadiyah Community Organizer sebagai
konsultan umat di sejumlah Qoryah Thayyibah.

11
10. Majelis Pelayanan Sosial (MPS)
Berdirinya bersamaan dengan berdirinya Muhammadiyah pada tahun
1912, dengan nama Bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), dalam
bidang kesehatan, mendirikan rumah sakit dan klinik. Bidang sosial,
mendirikan Panti Asuhan dan Rumah Miskin.
Memiliki visi yaitu sebagai pelayanan sosial yang unggul sehingga
mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat khususnya
kaum Dhu’afa sebagai aktualisasi Dakwah Muhammadiyah. serta memiliki
misi yaitu :
a. Menggerakkan dan menyatukan seluruh potensi Muhammadiyah
untuk meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan sosial.
b. Meningkatkan kualitas layanan dan kelembagaan sosial di lingkungan
Muhammadiyah.
c. Mengembangkan kemitraan dan jejaring pelayanan sosial.
Program kerja yang di lakukan seperti perlindungan kepada lansia,
mengembangkan usaha kecil, meningkatkan kapasitas pengasuh, donasi
untuk anak dan donasi untuk institusi pelayanan sosial. Dan memiliki
sasaran kepada anak yang membutuhkan perlindungan khusus, kelompok
lansia, dan masyarakat miskin.

11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)


Didirikan sebagai kelanjutan dan penyempurnaan dari Lembaga Keadilan
Hukum PP Muhammadiyah pada periode sebelum Muktamar 44, Jakarta
2000 dan Lembaga Hukum dan HAM. Setelah Muktamar Satu Abad
dikembangkan menjadi Majelis Hukum dan HAM. Dibentuknya Majelis ini
didasarkan pada beberapa pemikiran :
a. Kasus-kasus pelanggaran HAM dan ketidakadilan hukum dari tahun
ke tahun cenderung meningkat, baik kuantitatif maupun kualitatif.
b. Penanganan atas kasus-kasus pelanggaran HAM sering berakhir
dengan ketidakjelasan, tidak transparan dan tidak tuntas. Lebih-lebih
atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
terhadap warga sipil.

12
c. Semakin terbukanya alam demokrasi sebagai buah reformasi, sering
berujung kepada euforia yang berlebihan sehingga tidak jarang
berakibat pada runtuhnya sendi-sendi penegakan Hukum dan HAM.
d. Rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat.
e. Terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak
hukum.
f. Diperlukan sebagai lembaga arbitrase bagi terjadinya perselisihan di
bidang mu’amalah antar warga dan pimpinan persyarikatan. Serta
perlindungan hak-hak hukum bagi warga Muhammadiyah.

12. Majelis Lingkungan Hidup (LH)


Merupakan pengembangan dari Lembaga Lingkungan Hidup (LLH)
yang dibentuk sebelum Muktamar Satu Abad. Sesudah Muktamar Satu Abad
pada tahun 2010 disahkan terbentuknya Majelis Lingkungan Hidup sebagai
bentuk konkret dari kepedulian Muhammadiyah dalam mencermati
masalah-masalah lingkungan hidup, yang dalam perkembangan terakhir,
banyak muncul permasalahan dalam masyarakat.
Lingkungan yang menjadi sorotan kajian dan aksi dari lembaga ini
adalah lingkungan hidup biologis dan lingkungan sosial kemasyarakatan.
Untuk program dan kegiatan dari MLH PP Muhammadiyah ini meliputi :
a. Pengkajian dan penelitian dalam masalah lingkungan.
b. Pendidikan dan pelatihan untuk pendampingan masyarakat dalam
pelestarian dan pemberdayaan lingkungan.
c. Etika Islam tentang lingkungan sehingga menumbuhkan kesadaran
umat Islam dan warga Muhammadiyah terhadap keseimbangan
lingkungan sebagian dari sistem kehidupan islami.
d. Melaksanakan diskusi dan seminar lingkungan.
e. Penerbitan jurnal dan buku-buku tentang Lingkungan dan Peran
Persyarikatan.
f. Pembentukan komunitas peduli lingkungan dan advokasi terhadap
kasus-kasus lingkungan dan pemberdayaan lingkungan hidup.

13
13. Majelis Pustaka dan Informasi
Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk:
Menghidupkan tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah
sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-dinamis dalam kehidupan
masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan
perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehinggan Islam
selalu menjadi sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sangat kompleks.
Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas pokok:
a. Mengembangkan dan menyegarkan pemahaman dan pengalaman
ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan
kompleks.
b. Mensistematisasi metodologi pemikiran dan pengalaman Islam
sebagai prinsip gerakan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah.
c. Mengoptimalkan peran kelembagaan bidang tajdid, tarjih dan
pemikiran Islam untuk selalu proaktif dalam menjawab masalah riil
masyarakat yang sedang berkembang.
d. Mensosialisasikan produk-produk tajdid, tarjih dan pemikiran
keislaman Muhammadiyah ke seluruh lapisan masyarakat.
e. Membentuk dan mengembangkan pusat penelitian, kajian, dan
informasi bidang tajdid pemikiran Islam yang terpadu dengan bidang
lain.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian
tugas pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat
masing-masing sesuai dengan kebutuhan. Ini berarti bahwa majelis dapat
dibentuk pada tiap jenjang organisasi Muhammadiyah (tingkat pusat sampai
pada tingkat cabang). Majelis yang dibentuk Muhammadiyah yaitu Majelis
Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh, Majelis Pendidikan Tinggi, Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah, Majelis Pendidikan Kader, Majelis
Pelayanan Kesehatan Umum, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, Majelis
Wakaf dan Kerhatabendaan, Majelis Pemberdayaan Masyarakat,, Majelis
Pelayanan Sosial, Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia, Majelis
Lingkungan Hidup, dan Majelis Pustaka dan Informasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syamsul, dkk. 2018. Studi Kemuhammadiyahan Kajian Historis,


Ideologi dan Organisasi. Surakarta: LPPIK.

Margono, Muhammad. 2003. Kemuhammadiyahan dan Islam. Yogyakarta:


Imajinasi Seluas Mata Hati.

Darban, Ahmad Adaby. 2011. Sejarah Kauman. Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah.

Najiyulloh, A. 2003. Gerakan dan Pemikiran. Jakarta Timur: Al-Itishom Cahaya


Umat.

16
DAFTAR PERTANYAAN

1. Nama : Veronika Cndra dewi

NIM : I000180185

Pertanyaan:

Majelis Lingkungan Hidup, salah satu tugasnya melakukan berbagai studi


dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka penyadaran tentang pentingnya
pengelolaan lingkungan hidup. Contoh kegiatannya itu seperti apa?, apakah
sudah terwujud atau belum menimbang Indonesia merupakan negara
penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 didunia?

2. Nama : Robana Wahyu Ul-Janah

NIM : I000180092

Pertanyaan:

Bagaimana hukumnya bila ada keluarga yang menggunakan atau


memanfaatkan fasilitas/aset wakaf untuk kepentingan pribadi/keluarga?
Bagaimana pendapat Muhammadiyah dan apabila terjadi di Muhammadiyah?

3. Nama : Aprilia Suryawati

NIM : I000180163

Pertanyaan:

Apa tugas pokok majelis lingkungan hidup?

4. Nama : Niken Hartati

NIM : I000180136

Pertanyaan:

Bagaimana mekanisme perumusan fatwa dan putusan tarjih oleh Majelis


Tarjih dan Tajdid?

17

Anda mungkin juga menyukai