Disusun oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur Organisasi kemuhammadiyahan adalah suatu organisasi yang sejak
didirikannya telah menegaskan sebagai gerakan Islam. Maksud dan tujuan
Muhammadiyah
adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam hal ini tentu mengembalikan
masyarakat Islam agar kembali kepada semangat dan ajaran Islam yang murni serta
membebaskan umat Islam dari tahayul, khurofat dan bid’ah.1
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang berarti bahwa Warga
Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan, pemikiran dan prilakunya didasarkan
pada sosok seorang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Nabi dijadikannya model (uswah al
hasanah), yang sebenarnya tidak hanya bagi warga Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat
Islam bahkan bagi warga non-muslim—kaum yang tidak mempercayainya sebagai rasul
sekalipun.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki cita-cita ideal yang dengan
sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang
jelas dalam gerakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Organisasi Muhammadiyah?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi muhammadiyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pimpinan Wilayah
a. Pimpinan Wilayah memimpin persyarikatan dalam wilayahnya serta
melaksanakan pimpinan dari Pimpinan Pusat.
b. Pimpinan oleh Pimpinan Pusat untuk masa satu jabatan dari calon-calon yang dipilih
dalam Musyawarah Wilayah.
c. Ketua Pimpinan Wilyah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari antara tiga calon yang
diusulkan oleh Musyawarah Wilayah, arid an atas usul calon-calon anggota
Pimpinan Wilayah terpilih.
d. Ketua Pimpinan Wilayah karena jabatannya, menjadi wakil Pimpinan Pusat untuk
Wilayahnya.
e. Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah
Wilayah, yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Pusat. (point 1 s/d 5; AD
pasal 9).
f. -Pimpinan Wilayah menentukan kebijaksanaan Pusat dan keputusan Musyawarah
Wilayah: mentanfidzkan keputusan-keputusan Musyawarah, memimpin dan
mengawasi pelaksaannya
- Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/instruksi Pimpinan Pusat
dan Majlis-Majlisnya.
-Membimbing dan meningkatkan amal usaha dan kegiatan Daerah dalam
Wilayahnya.
-Membaca, membimbing, mengintegrassi dan mengkoordinasi Majlis-Majlis dan
Organisasi-organisasi Otonom tingkat Wilayah.
g. Apabila terjadi lowongan Ketua Pimpinan Wilayah, pengisian penggantinya
dilakukan menurut pasal 9 ayat 3 Anggaran Dasar.
h. Sambil menunggu ketatapan Pimpinan Pusat, Jabatan Ketua Pimpinan Wilayah
dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Wilayah.
i. Apabila Ketua Pimpinan Wilayh tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota
Tanwir, Pimpinan Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan
sebagai penggantinya.
j. Pimpinan Wilayh sedapat mungkin berkedudukan di IbuKOTA Propinsi, apabila
Pimpinan Wilayah tidak berkedudukan di Ibukota Propinsi, maka Ibukota tersebut
dibentuk perwakilan Pimpinan Wilayahnya yang tugas dan wewenangnya diatur oleh
Pimpinan Wilayah.
k. Anggota Pimpinan Wilayah atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan Hariannya
berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Wilayahnya.
l. Sambil menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan Wilayah dan ketetapan
Pimpinan Pusat, calon tambahan anggota Pimpinan Wilayah berhak menjalankan
tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Wilayah. (point 6 s/d 12; ART Pasal 8)
Pimpinan Daerah
a. Pimpinan Daerah memimpin persyarikatan dalam daerahnya serta melaksanakan
pimpinan dari Pimpinan diatasnya.
b. Pimpinan Daerah terdiri dari sekurang-kurangnya Sembilan orang, ditetapkan oleh
Pimpinan Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang di pilih dalam
Musyawarah Daerah.
c. Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari anatara tiga calon yang
diusulkan oleh Musyawarah Daerah, dari dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan
Daerah terpilih, dengan memperhatikan pertimbangan Pimpinan Wilayah yang
bersangkutan.
d. Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan anggotanya pada Musyawarah
Daerah, yang kemudian dimintakan ketetatapan Pimpinan Pusat. (point 1 s/d 4; AD
pasal 10)
e. -Pimpinan Daerah menentukan kebijaksanaan Persyarikatan dalam Daerahnya
berdasarkan kebijaksanaan Pimpinan Pusat dan keputusan Musyawarah Daerah:
menantanfidzkan keputusan-keputusan Musyawarah Daerah, memimpin dan
mengawasi pelaksanaannya.
- Memimpinkan dan mengawasi pelaksaan pimpinan/instruksi Pimpina Pusat;
Pimpinan Wilayah dan Majlis-Masjlisnya.
-Membimbing dan meningkatkan amal usaha da kegiatan Cabang-cabang dalam
Daerahnya.
-Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi Majlis-Majlis dan
Organisasi-organisasi Otonom tingkat Daerah.
f. Apabila terjadi lowongan Ketua Pimpinan Daerah, pengisian penggantinya dilakukan
menurut pasal 10 ayat 3 Anggaran Dasar.
g. Sambil menunggu ketatapan Pimpinan Pusat, Jabatan Ketua Pimpinan Daerah dijabat
oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Daerah.
h. Anggota Pimpinan Daerah, atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan Hariannya
berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Daerah.
i. Sambil menunggu keputusan Musyawarah Daerah dan ketetapan Pimpinan Pusat,
calon tambahan anggota Pimpinan Daerah berhak menajalankan tugasnya atas
tanggungjawab Pimpinan Daerah.
Pimpinan Cabang
a. Pimpinan cabang memimpin persyarikatan dalam cabangnya serta melaksanakan
pimpinan dan pimpinan di atasnya.
b. Pimpinan Cabang terdiri dari sekurang-kurangnya 9 orang ditetapkan oleh pimpinan
wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam musyawarah
cabang.
c. Ketua pimpinan cabang ditetapkan oleh pimpinan wilayah dari antara 3 calon yang
diusulkan oleh Musyawarah Cabang, dari dan atas usul calon-calon anggota pimpinan
cabang terpilih, dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan daerah yang
bersangkutan.
d. Pimpinan cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya pada musyawarah cabang,
yang kemudian diminta ketetapan pimpinan wilayah.
e. -Pimpinan cabang menetukan kebijaksanaan persyarikatan dalam cabangnya berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan diatasnya dan keputusan musyawarah cabang: mentanfidzkan
keputusan-keputusan musyawarah cabang, memimpin dan mengawasi pelaksanaannya.
-Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/intruksi pimpinan pusat: pimpinan
wilayah, pimpinan daerah dan majlis-majlisnya.
-Membimbing dan meningkatkan amal usaha dan kegiatan ranting-ranting dalam
cabangnya.
-Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi bagian-bagiannya dan
organisasi-organisasi otonom tingkat cabang.
f. Apabila terjadi lowongan ketua pimpinan cabang, pengisian penggantinya dilakukan
menurut pasal 11 ayat 3 anggaran dasar.
g. Sambil menunggu ketatapan pimpinan wilayah, jabatan ketua pimpinan cabang dijabat
oleh salah seorang wakil ketua atas keputusan pimpinan cabang.
h. Anggota pimpinan cabang atau sekurang-kurangnya anggota pimpinan hariannya
berkedudukan di tempat kedudukan pimpinan cabang.
i. Sambil menunggu keputusan musyawarah cabang dan ketetapan pimpinan wilayah, calon
tambah anggota pimpinan cabang berhak menjalankan.
Pimpinan Ranting
a. Pimpinan ranting memimpin persyarikatan dalam rantingnya serta melaksanakan
pimpinan dari pimpinan diatasnya.
b. Pimpinan ranting terdiri dari sekurang-kurangnya 5 orang, ditetapkan oleh pimpinan
daerah atas nama pimpinan wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih
dalam musyawarah ranting.
c. Ketua pimpinan ranting ditetapkn oleh pimpinan daerah atas nama pimpinan wilayah dari
antar nama 3 calon yang diusulkan oleh musyawarah ranting, dari dan atas usul calon-
calon anggota pimpinan ranting terpilih dengan memperhatikan pertimbangan pimpinan
cabang yang bersangkutan.
d. Pimpinan ranting dapat mengusulkan tambahan anggitanya pada musyawarah ranting,
yang kemudian dimintakan ketetapan pimpinan daerah atas nama pimpinan wilayah.
e. -Pimpinan ranting menentukan kebijaksanaan persyarikatan dalam rantingnya
berdasarkan kebijaksaan pimpinan diatasnya dan keputusan musyawarah ranting,
memimpin dan mengawasi pelaksanaannya.
-Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/intruksi pimpinan pusat: pimpinan
wilayah, pimpinan daerah, pimpinan cabang dan majlis-majlisnya.
-Membimbing anggota-anggota dan jama’ah-jama’ah dalam amalan kemasyarakatan dan
hidup beragama, meningkatkan kesadaran berorganisasi dan beragama serta menjalurkan
aktifitas dalam amal usaha persyarikatan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
-Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi organisasi otonom tingkat
ranting.
f. Apabila terjadi lowongan ketua pimpinan ranting, pengisian penggantinya dilakukan
menurut pasal 12 ayat 3 anggaran dasar.
g. Sambil menunggu ketetapan pimpinan daerah, jabatan ketua pimpinan ranting dijabat
oleh salah seorang wakil keua atas keputusan pimpinan ranting.Anggota pimpinan
ranting dan ketetapan pimpinan daerah, calon tambahan anggota pimpinan ranting berhak
menjalankan tugasnya atas tanggungjawab pimpinan ranting.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan tentang Muhammadiyah, maka kita dapati bahwasannya
organisasi ini bergerak dalam banyak bidang untuk kegiatan da’wah. Sehingga pada
realitanya organisasi ini bisa berpengaruh besar dan tetap eksis di kalangan masyarakat
Indonesia.
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Muhammadiyah terus
berkembang begitu pesatnya hingga kini. Hal tersebut bisa kita jumpai mulai dari berbagai
kajian dari tingkat ranting hingga tingkat pusat, juga adanya berbagai amal usaha, lembaga-
lembaga, ortom-ortom yang bernaung di bawah organisasi yang usianya hampir satu abad ini
telah menyebar di seluruh pelosok tanah air.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH
Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga
masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada
celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam
sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
B. Saran
Diharapkan pembaca dan mahasiswa/ mahasiswi dapat lebih memahami tentang Struktur
Organisasi Muhammadiyah. Kami juga menyadari masih ada kekurangan dari isi makalah
ini, untuk itu kritik dan saran yang sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
MT. Arifin, 1996. Muhammadiyah potret yang berubah, surabaya: institut gelanggeng pemikiran
sosial budaya dan kependidikan.
Samsul hidayat, 2010. Study kemuhammadiyahan: kajian historis ideologi dan organisasi,
Surakarta: LPID Universitas Muhhammadiyah