Nomor : 01/Tap/Kongres-II/IGI/2016
tentang
ANGGARAN DASARIKATAN GURU INDONESIA
MUKADIMAH
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta visi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia dan tujuan proklamasi kemerdekaan Indonesia,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka guruIndonesia berikrar untuk bersatu
membangun peradaban bangsa Indonesia yang cerdas, mandiri, berketuhanan, bermoral,
beretika di bidang pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Menyadari makna strategis jati diri, profesi, keahlian, dan keterampilan dan sikap guru
Indonesia untuk masa depan bangsa diperlukan organisasi profesi yang dapat
menghimpun guru Indonesia, maka dengan ini dibentuklah organisasi profesi guru
Indonesia bernama IKATAN GURU INDONESIA (IGI) dengan Anggaran Dasar sebagai
berikut:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Guru adalah pendidik, pengajar, dan pembelajar profesional yang memiliki
kompetensi utama di bidang pedagogi, profesional, sosial, dan kepribadian yang
melaksanakan tugas dan fungsi utama mendidik, mengajar, melatih, membimbing,
memfasilitasi, menilai dan mengevaluasi peserta didik baik pada jalur formal
maupun nonformal di satuan pendidikan yang didirikan pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyakarat, yang secara sadar berusaha terus meningkatkan
keprofesiannya secara berkelanjutan melaui pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan karya inovatif.
2. Ikatan Guru Indonesia adalah organisasi profesi guru seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 (dua ribu lima) Tentang
Guru dan Dosen.
Penyebutan nama Ikatan Guru Indonesia Pusat, Wilayah dan Daerah selanjutnya diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 3
Lambang
1. Lambang IGI berupa siluet manusia di atas buku terbuka yang keduanya berada
dalam lingkaran
2. Penjelasan tentang lambang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 4
Bentuk Organisasi
Organisasi IGI berbentuk perkumpulan yang memiliki struktur kepengurusan sebagai
berikut :
1. Pengurus Pusat, pada tingkat nasional
2. Pengurus Wilayah, pada tingkat provinsi
3. Pengurus Daerah, pada tingkat Kabupaten / Kota
PASAL 5
Pengurus Pusat
1. Pengurus Pusat sekurang-kurang terdiri atas:
a. Ketua Umum
b. Sekretaris Jenderal
c. Bendahara Umum
d. Ketua Bidang
2. Ketua Umum Pengurus Pusat dipilih, ditetapkan, dan dilantik oleh Kongres untuk
masa jabatan 5 (lima) tahun.
3. Ketua Umum hanya dapat menjabat 2 (dua) periode secara berturut-turut
danselanjutnyatidak dapat dipilih kembali.
4. Fungsionaris Pengurus Pusat, Wilayah, maupun Daerah tidak boleh merangkap
jabatan sebagai pengurus di tingkat kepengurusan di atasnya ataupun di bawahnya.
Pasal 7
Pengurus Wilayah
1. Pengurus Wilayah memiliki cakupan kerja di Provinsi sekurang-kurangnya terdiri
atas:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Ketua-ketua Bidang
2. Pengurus Wilayah dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun, dan disahkan serta dilantik oleh Pengurus Pusat.
3. Ketua Wilayah hanya dapat menjabat 2 (dua) periode secara berturut-turut dan
selanjutnyatidak dapat dipilih kembali
Pasal 9
Pengurus Daerah
1. Pengurus Daerah memiliki cakupan kerja di Kota/Kabupaten dan sekurang-
kurangnya terdiri atas:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Ketua-ketua Bidang
2. Pengurus Daerah dipilih, ditetapkan oleh Musyawarah Daerah untuk masa jabatan
5 (lima) tahun dan disahkan serta dilantik oleh Pengurus Wilayah.
3. Ketua Pengurus Daerah hanya dapat menjabat 2 (dua) periode secara berturut-
turut dan selanjutnyatidak dapat dipilih kembali.
Pasal 10
Hak dan Kewajiban Pengurus Daerah
1. Ketua dan Sekretaris berhak untuk mewakili organisasiserta bertindak untuk dan
atas nama IGI daerah masing-masing.
2. Ketua dan Sekretaris berhak untuk mendelegasikan kepada anggota pengurus
lainnya untuk mewakili organisasiserta bertindak untuk dan atas nama IGI daerah
masing-masing.
Pasal 11
Dewan Pembina
1. Dewan Pembina dibentuk pada tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah.
2. Anggota Dewan Pembina tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang.
3. Anggota Dewan Pembina dipilih dan ditetapkan oleh pengurus pada tingkat
masing-masing dan dilantik oleh Pengurus Pusat.
4. Anggota Dewan Pembina berasal dari mantan Pengurus Pusat untuk Dewan
Pembina Pusat, Pengurus Wilayah untuk Dewan Pembina Wilayah,dan Pengurus
Daerahuntuk Dewan Pembina Daerah, dan pejabat atau mantan pejabat pendidikan,
serta tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
pendidikan.
5. Ketua Dewan Pembina dipilih melalui rapat anggota Dewan Pembina.
Pasal 12
Hak dan Kewajiban Dewan Pembina
1. Dewan Pembina berhak memberikan masukan program kerja yang dirumuskan
olehpengurus.
2. Dewan Pembina berhak untuk memberikan masukan terkait dengan kinerja Dewan
Pengurus.
3. Dewan Pembina berhak untuk meminta dan menerima laporan kegiatan Dewan
Pengurus baik secara berkala ataupun secara insidental.
4. Dewan Pembina berkewajiban memberikan saran dan/atau nasihat tentang
perumusan dan pelaksanaan kebijakan organisasi kepada Pengurus Pusat,
Pengurus Wilayah, dan Pengurus daerah, menyangkut kebijakan dan pelaksanaan
keputusan Kongres, Musyawarah Wilayah atau Musyawarah Daerah, AD/ART, dan
pelaksanaan program kerja.
BAB III
KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 13
Tempat kedudukan
1. IGI Pusat berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia.
2. IGI Wilayah berkedudukan dan berdomisili di Ibu Kota Provinsi.
3. IGI Daerah berkedudukan dan berdomisili di Ibu Kota Kota/Kabupaten.
Pasal 14
Waktu
IGI dibentuk dan didirikan untuk waktu yang tidak terbatas, untuk pertama kali
diperkenalkan kepada masyarakat (launching) bernama Klub Guru Indonesia pada
tanggal 25-08-2006 (dua puluh lima Agustus tahun dua ribu enam), di Jakarta, dan
diperkenalkan kembali (relaunching) di Surabaya pada tanggal 08-12-2007 (delapan
Desember tahun dua ribu tujuh).
BAB IV
AZAS, SIFAT, PEDOMAN, DAN KODE ETIK
Pasal 15
Azaz
IGI berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 16
Sifat
IGI merupakan organisasi profesi guru yang bersifat nasional, independen, netral,
mandiri, dan tidak memihak pada kepentingan politik mana pun
Pasal 17
Pedoman
Pasal 18
Kode Etik
IGI memiliki Kode Etik sebagai panduan dan arah anggota serta aktivitas organisasi.
Kode Etik IGI sebagai berikut:
1. Dalam menjalankan tugasnya, anggota IGI bersikap merdeka, terbuka, profesional,
toleran, pluralis, jujur, dan independen.
2. Dalam menjalankan tugasnya, anggota IGI harus memiliki kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian, mengajarkan ilmu pengetahuan, agama, seni
budaya, olah raga, dan nilai-nilai dengan etika, menghindari kebencian, kecabulan,
dan kekerasan
3. Anggota IGI senantiasa belajar sepanjang hayat untuk meningkatkan mutu dan
melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan, menguasai IT dan
pembelajaran abad 21, memegang teguh prinsip dan kode etik, aturan dan hukum,
serta bersama-sama memperjuangkan mutu pendidikan nasional;
4. Anggota IGI senantiasa membela kebenaran, kejujuran, dan bertanggungjawab,
tidak menerima suap, dan segala macamnya untuk mendikte dan mempengaruhi
tugas dan fungsinya dalam memberikan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
5. Anggota IGI berhak meningkatkan mutu, memiliki kompetensi dan menjaga
profesionalisme serta berhak hidup sejahtera dan memperjuangkan
kesejahteraannya dengan cara-cara yang santun tidak melanggar peraturan
perundang-undangan dan cara-cara lain yang tidak melawan dan bertentangan
dengan kode etik guru Indonesia serta tidak menggunakan posisinya untuk tujuan
dan kepentingan pribadi;
6. Anggota IGI senantiasa menjaga nama baik profesi dan mendapatkan perlindungan
profesinya;
7. Anggota IGI ikut serta dalam pengabdian kepada masyarakat.
Pasal20
Misi
1. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
2. Menjalin kerjasama dengan degan semua pihak di dalam dan luar negeri
3. Menjembatani komunikasi sesama guru untuk berbagi pengalaman dalam
melaksanakan pembelajaran dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan.
4. Mendukung segala upaya dalam penjaminan, pengontrolan, dan perbaikan mutu
guru.
5. Membangun budaya literasi guna menumbuhkembangkan minat baca-tulis di
kalangan guru
6. Memfasilitasi guru untuk mengembangkan ketrampilan pembelajaran abad 21 yang
mengedepankan semangat pendidikan inklusif.
7. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penguasaan teknologi untuk
mendukung profesionalitas guru.
8. Mengupayakan peningkatan kesejahteraan guru melalui jalur legal konstitusional
9. Memfasilitasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan pembuatan karya inovatif
guru.
10. Turut menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat bersama pemerintah dengan
terus memunculkan gerakan yang mendukung tercapainya pendidikan Indonesia
yang maju dan independen.
Pasal 21
Msksud dan Tujuan
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 23
Pasal 24
Syarat menjadi Anggota
1. Anggota berkomitmen dan menjunjung tinggi profesi guru serta menjaga, mentaati,
dan menjalankan Kode Etik IGI.
2. Anggota merupakan guru, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang
menjalankan profesinya secara jujur, bertangung jawab, sopan, pluralis, beretika,
berketuhanan, bermoral, bersemangat anti korupsi dan anti kekerasan.
3. Bersedia mengisi formulir keanggotaan, membayar iuran wajib saat mendaftarkan
diri dan mengikuti aturan organisasi.
4. Setiap anggota harus memiliki kartu anggota yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat.
Pasal 25
Hak Anggota IGI
1. Secara umum anggota IGI berhak mengetahui kegiatan dan berperan aktif dalam
organisasi sesuai dengan bidang dan kemampuannya serta mengikuti peraturan
dan ketentuan yang berlaku, mengajukan usul, saran, dan kritik demi kemajuan
organisasi dan bukan ditujukan untuk menyerang atau menjatuhkan pengurus dan
membubarkan organisasi;
2. Anggota Biasa mempunyai hak suara, bicara, memilih dan dipilih;
3. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan hanya mempunyai hak bicara dan
berhak dipilih sebagai pengurus;
Pasal 26
Keanggotaan Berhenti dan Hak Membela Diri
1. Keanggotaan berhenti atau diberhentikan apabila:
a. mengundurkan diri;
b. melanggar AD/ART dan kode etik IGI;
c. melakukan perbuatan yang merugikan organisasi, atau
d. meninggal dunia atau hilang.
2. Anggota yang diberhentikan sesuai ayat (1) huruf (b) dan (c) berhak membela diri.
BAB VIII
PERMUSYAWARATAN DAN HAK SUARA
Pasal 27
Permusyawaratan Anggota
Pasal 28
Hak Suara
1. Hak suara dalam kongres.
a. 5 (lima) hak suara untuk Pengurus Pusat;
b. 3 (tiga) hak suara untuk Pembina;
c. 3 (tiga) hak suara untuk Pengurus Wilayah yang hadir;
BAB IX
KUORUM DAN KEPUTUSAN
Pasal 29
Kuorum
1. Kongres adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih 1
(satu) dari jumlah Pengurus Wilayah.
2. Muswil adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih 1 (satu)
dari seluruh Pengurus Daerah.
3. Musda adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih 1 (satu)
dari seluruh anggota.
Pasal 30
Keputusan
1. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat. Dalam hal
tidak tercapai permufakatan, pengambilan keputusan dilakukan dengan suara
terbanyak.
2. Dalam hal suara sama banyaknya, maka dilakukan pemungutan suara untuk kedua
kalinya. Jika tetap sama banyaknya, maka dilakukan pemungutan untuk ketiga
kalinya, dan jika tetap sama banyaknya maka akan dilakukan lobi antar pimpinan
untuk mengambil keputusan bersama.
3. Mengenai pemilihan ketua dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
BAB XI
KONGRES LUAR BIASA
Pasal 32
Kongres Luar Biasa
1. Kongres Luar Biasa hanya dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran Kode Etik,
AD/ARTyang dilakukan Pengurus Pusat dan atau kejadian luar biasa(force majeure)
yang digunakan untuk menyelamatkan organisasi.
2. Kongres Luar Biasa dilakukan bila disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) seluruh
Pengurus Wilayah dan 2/3 (dua per tiga) Pengurus Daerah lebih 1 (satu).
3. Dalam hal Kongres Luar Biasa, pelaksanaannya dilakukan oleh Dewan Presidium
yang dibentuk oleh permufakatan Pengurus Pusat, Wilayah, dan Daerah.
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 33
Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan oleh Kongres dengan sekurang-
kurangnya disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari seluruh utusan Kongres yang hadir
dan telah memenuhi kuorum.
Pasal 34
Pembubaran
1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres dengan sekurang-
kurangnya disetujui oleh 3/4 (tiga per empat) lebih 1 (satu) dari seluruh utusan
Kongres yang hadir dan telah memenuhi kuorum.
2. Dalam hal pembubaran organisasi, hak milik kekayaan organisasi diatur melalui
keputusan Kongres.
Pasal 36
Anggaran Dasar ini disahkan dan diberlakukan sejak ditetapkan pada Kongres
kedua IGI di Makasar- Sulawesi Selatan pada tanggal 30 Januari 2016.
Ditetapkan pada :
Tanggal : 30 Januari 2016
Di : Makassar, Sulawesi Selatan