Anda di halaman 1dari 27

ANGGARAN DASAR

PAGUYUBAN ASGAR
PEMBUKAAN

Pengembangan seluruh unsur masyarakat dalam Paguyuban ASGAR pada


hakekatnya menjadi bagian Integral dari upaya pengembangan pribadi
manusia Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia
yang memahami gerak sejati aktivitas dan kegiatannya sebagai bagian dari
Sunatulloh yang merupakan realisasi dari nilai-nilai Ketuhanan yang Maha
Esa.

Gerak aktivitas dan kegiatan pengembangan seluruh unsur masyarakat pada


hakikatnya merupakan wujud realisasi nilai-nilai luhur Pancasila yang
menjadi kepribadian bangsa, perjanjian luhur dan ideologi dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Masyarakat yang maju dan berkembang, didukung oleh pribadi manusia yang
utuh akan mendorong Indonesia menjadi negara yang mandiri, tangguh,
mampu tumbuh dan berkembang diatas kekuatan sendiri serta dapat
bertahan dalam arus kompetisi global maupun regional.

Paguyuban ASGAR melestarikan tumbuh berkembangnya jiwa dan semangat


proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

Paguyuban Asgar akan mendorong upaya perbaikan kualitas pribadi seluruh


masyarakat dan secara khusus fokus pada kualitas pribadi anggota
Paguyuban Asgar. Paguyuban juga berkomitmen untuk selalu mendukung
pembangunan nasional yang menuntut kesadaran dan tanggung jawab setiap
anggota masyarakat, baik secara perorangan maupun berkelompok untuk
mendorong percepatan pencapaian hasil pembangunan.

Fungsi yang akan diemban oleh Paguyuban ASGAR bukan hanya sebatas pada
kebijakan – kebijakan dan program – program internal organisasi yang bersifat
crash program jangka pendek saja, akan tetapi dapat dikembangkan untuk
memfasilitasi kerjasama antar kelembagaan eksternal organisasi bahkan
dalam mendorong perumusan kebijakan, pengawasan pelaksanaan kebijakan
kepada pemerintah dan negara.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, serta berkat Rahmat Alloh SWT, dan
dijiwai oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan, maka
dibentuklah wadah organisasi Paguyuban ASGAR.
BAB I
Pasal 1
NAMA, IDENTITAS, AZAS DAN KEDUDUKAN

1. Organisasi ini bernama Paguyuban ASGAR


2. Paguyuban ASGAR merupakan Organisasi Independent dan tidak terikat
dengan Organisasi atau Partai Politik Manapun.
3. Paguyuban ASGAR berazaskan Pancasila dan UUD 1945.
4. Paguyuban ASGAR didirikan pada tanggal ………………dan Pimpinan
Pusatnya berkedudukan di Jawa Barat.

Pasal 2
LAMBANG ORGANISASI

1. Kujang, Lambang Budaya Jawa Barat.


2. Harimau melambangkan keperkasaan dan kekuatan Organisasi
3. Bintang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Pasal 3
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud
1. Menghimpun, membina dan menggerakkan potensi masyarakat, terutama
pemuda dalam rangka mendorong tercapainya masyarakat adil, makmur,
aman dan sejahtera.
2. Paguyuban ASGAR lebih menekankan pada kegiatan Sosial
Kemasyarakatan, serta bergerak di bidang Pendidikan, Seni dan Budaya,
Kemanusiaan, Keagamaan dan Bantuan Hukum serta non Politik.

Tujuan
1. Paguyuban Asgar bertujuan untuk mengeratkan tali persaudaraan dan
silaturahmi antar warga masyarakat Garut, Keturunan Garut, serta warga
masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia yang mempunyai
kepedulian dan interksi yang tinggi terhadap Garut.
2. Mengglang persatuan dan kesatuan ntuk menciptakan rasa persaudaraan
yang lebih akrab secara menyeluruh.
3. Melestarikan Seni dan Budaya Sunda, dan ikut serta dalam upaya
mencerdaskan krhidupan berbangsa dan bernegara.
4. Memupuk dan menciptakan masyarakat yang peduli pada sesame.

Pasal 4
RUANG LINGKUP DAN USAHA PAGUYUBAN

Dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuannya, Paguyuban ASGAR


mengembangkan kegiatannya melalui usaha di bidang :
a. Sosial, Budaya, Kemanusiaan dan Kemasyarakatan.
b. Dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
c. Keilmuan dan Kewirausahaan.

BAB III
Pasal 5
KEANGGOTAAN

Keanggotaan Organisasi terdiri dari :

1. Anggota Kehormatan. Anggota kehormatan adalah keanggotaan dalam


organisasi yang diberikan sebagai penghormatan oleh Kepengurusan
Organisasi disebabkan oleh jasa-jasa yang telah diberikan oleh yang
bersangkutan.
2. Anggota Khusus/ Luar Biasa. Keanggotaan Khusus/ Luar biasa adalah
keanggotaan dalam organisasi yang khusus diberikan oleh kepengurusan
organisasi.
3. Anggota Biasa adalah Warga Negara Indonesia yang secara emosional dan
keterkaitan domisili dan kewilayahan memiliki hubungan dengan lokasi
dan wilayah Garut.

Pasal 6
SUSUNAN ORGANISASI

1. Susunan organisasi Paguyuban ASGAR terdiri dari:


a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
b. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW)
c. Dewan Pimpinan Daerah (DPD)
d. Dewan Pimpinan Cabang (DPC)
e. Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC)

2. Ketentuan lebih lanjut tentang Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,


Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang diatur dalam
ART Paguyuban ASGAR.

Pasal 7
PENETAPAN ORGANISASI

Pembentukan dan Penetapan Wilayah, Daerah dan Cabang serta Anak Cabang
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan dijabarkan dalam Peraturan
Organisasi .
BAB IV
Pasal 8
PIMPINAN ORGANISASI

1. Pimpinan Pusat
a. Pimpinan Pusat adalah Pimpinan tertinggi yang memimpin Paguyuban
secara keseluruhan.
b. Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari 30 (tiga puluh) orang
yang dipilih dan ditetapkan Munas dari calon-calon yang diajukan atau
yang mengajukan diri untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
c. Ketua Umum Pimpinan Pusat dipilih secara langsung dan ditetapkan
oleh MUNAS dari calon-calon yang di usulkan.
d. Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat dapat mengusulkan tambahan
anggotanya melalui permusyawaratan.
e. Pimpinan Pusat mewakili organisasi, untuk tindakan di dalam dan di
luar pengadilan, Pimpinan Pusat di wakili ketua umum atau salah
seorang ketua bersama-sama sekretaris jenderal atau salah seorang
sekretaris.
2.   Pimpinan Wilayah
a. Pimpinan Wilayah memimpin Paguyuban dalam Wilayahnya dan
melaksanakan kebijakan dari Pimpinan Pusat untuk Wilayahnya.
b. Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari 25 (dua lima) orang
di tetapkan oleh Pimpinan Pusat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun
dari calon-calon yang di pilih dalam musyawarah wilayah.
c. Ketua Pimpinan Wilayah dipilih secara langsung dan ditetapkan oleh
Pimpinan Pusat dari calon-calon anggota Pimpinan Wilayah yang telah
disahkan oleh Musyawarah Wilayah.
d. Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada
Rapat Pimpinan Wilayah yang kemudian dimintakan ketetapan
Pimpinan Pusat.

3.   Pimpinan Daerah


a. Pimpinan Daerah memimpin Paguyuban dalam daerahnya dan
melaksanakan kebijakan dari Pimpinan diatasnya.
b. Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari 20 (dua puluh) orang
di tetapkan oleh Pimpinan Wilayah untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun
dari calon-calon yang di pilih dalam Musyawarah Daerah
c. Ketua Pimpinan Daerah dipilih secara langsung dan ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah dari calon-calon anggota Pimpinan Daerah yang telah
disahkan oleh Musyawarah Daerah.
d. Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada
Rapat Pimpinan Daerah yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan
Wilayah.
4.   Pimpinan Cabang
a. Pimpinan Cabang memimpin Paguyuban dalam cabangnya dan
melaksanakan kebijakan dari Pimpinan diatasnya.
b. Pimpinan Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari 15 (lima belas) orang
di tetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk masa jabatan 2 (empat) tahun
dari calon-calon yang di pilih dalam musyawarah cabang.
c. Ketua Pimpinan Cabang dipilih secara langsung dan ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah dari calon-calon anggota Pimpinan Cabang yang telah
disahkan oleh Musyawarah Cabang.
d. Pimpinan Cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada
Rapat Kerja Cabang yang kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan
Daerah.

5.   Pimpinan Anak Cabang


a. Pimpinan Anak Cabang memimpin Paguyuban dalam Anak Cabangnya
dan melaksanakan kebijakan dari Pimpinan diatasnya.
b. Pimpinan Anak Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari 10 (sepuluh)
orang di tetapkan oleh Pimpinan Cabang untuk masa jabatan 2 (dua)
tahun dari calon-calon yang di pilih dalam Musyawarah Anak Cabang.
c. Ketua Pimpinan Anak Cabang dipilih secara langsung dan ditetapkan
oleh Pimpinan Cabang dari calon-calon anggota Pimpinan Anak Cabang
yang telah disahkan oleh Musyawarah Anak Cabang.
d. Pimpinan Anak Cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya
kepada Rapat Kerja Pimpinan Anak Cabang yang kemudian dimintakan
ketetapan Pimpinan Cabang.

Pasal 9
PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PIMPINAN.

1. Masa jabatan Pimpinan Pusat yaitu selama 5 (lima) tahun, Pimpinan


Wilayah selama 4 (empat) tahun, Pimpinan Daerah selama 3 (tiga) tahun,
Pimpinan Cabang selama 2 (dua) tahun, Pimpinan Anak Cabang selama 2
(dua) tahun.
2. Ketua Umum Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah, Ketua Pimpinan
Daerah, Ketua Pimpinan Cabang dan Ketua Pimpinan Anak Cabang hanya
dapat dijabat oleh orang yang sama dua kali masa jabatan berturut-turut.
3. Dalam hal-hal tertentu Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain
dan selanjutnya di sahkan dalam Rapim.
4. Pemilihan Pimpinan dilaksanakan secara langsung dg sistem perwakilan.
5. Anggota Pimpinan terdiri dari anggota Paguyuban ASGAR yang telah
memiliki nomor anggota Paguyuban.
6. Bilamana terjadi kevakuman atau indisipliner kepengurusan maka
pimpinan dapat melakukan pergantian (resuffle)
BAB V
Pasal 10
PERMUSYAWARATAN DAN KEPUTUSAN

Permusyawaratan dalam Paguyuban ASGAR terdiri dari :

1.   Musyawarah Nasional (MUNAS)


Munas adalah Permusyawaratan tertinggi dalam Paguyuban yang
diadakan oleh Pimpinan Pusat yang di ikuti oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, dan Pimpinan Daerah, untuk membicarakan AD dan/ART,
Pemilihan dan pemberhentian Pimpinan dan program satu periode masa
jabatan serta diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali.

2. Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS)


Rapim adalah Permusyawaratan tertinggi dibawah Munas yang diadakan
oleh Pimpinan Pusat yang diikuti oleh Pimpinan Pusat dan Pimpinan
Wilayah, untuk membicarakan ART dan masalah penting yang menyangkut
kepentingan Paguyuban sedangkan waktunya tidak dapat ditangguhkan
sampai berlangsungnya Munas serta diadakan sekurang-kurangnya sekali
dalam masa jabatan.

3.   Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB)


a. Munaslub adalah forum permusyawaratan tertinggi di Luar Munas biasa
yang dilakukan untuk membicarakan masalah-masalah yang sifatnya
luar biasa yang bukan menjadi wewenang Rapim, sedangkan waktunya
tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Munas.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai Munaslub diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

4.   Musyawarah Wilayah


Musyawarah Wilayah adalah Permusyawaratan tertinggi di wilayah,
diadakan oleh Pimpinan Wilayah dan diikuti oleh Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang, diadakan setiap 4 (empat) tahun
sekali.

5.   Musyawarah Daerah


Musyawarah Daerah adalah Permusyawaratan tertinggi di daerah, yang
diadakan oleh Pimpinan Daerah dan diikuti oleh Pimpinan Daerah,
Pimpinan Cabang dan Pimpinan Anak Cabang, diadakan 3 (tiga) tahun
sekali.

6.   Musyawarah Cabang


Musyawarah Cabang adalah Permusyawaratan tertinggi di Cabang, yang
diadakan oleh Pimpinan Cabang dan diikuti oleh Pimpinan Cabang dan
Pimpinan Anak Cabang, diadakan 2 (dua) tahun sekali.
7.   Musyawarah Anak Cabang
Musyawarah Anak Cabang adalah Permusyawaratan tertinggi di Anak
Cabang, yang diadakan oleh Pimpinan Anak Cabang dan diikuti oleh
Pimpinan Anak Cabang dan anggota, diadakan 2 (dua) tahun sekali.

8.   Rapat Pimpinan


Rapat Pimpinan adalah Permusyawaratan di tingkat Wilayah dan Daerah
yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah, untuk
membicarakan masalah penting yang menyangkut kepentingan Paguyuban
sedangkan waktunya tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya
Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah serta diadakan sekurang-
kurangnya sekali dalam satu masa jabatan.

9.   Rapat Kerja


a) Rapat kerja adalah rapat yang diadakan untuk membicarakan segala
sesuatu yang menyangkut jalannya organisasi.
b) Rapat kerja dibedakan dalam dua jenis yaitu Rapat Kerja Pimpinan dan
Rapat Kerja Departemen/Lembaga/Bidang.
c) Rapat Kerja diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun.
d) Ketentuan mengenai masing-masing jenis rapat kerja diatur dalam
anggaran rumah tangga.
Pasal 11
KUORUM DAN KEPUTUSAN

1. Musyawarah dapat berlangsung tanpa memandang jumlah yang hadir asal


yang bersangkutan telah diundang secara sah.
2. Keputusan Musyawarah diusahakan dengan suara bulat. Apabila terpaksa
maka diadakan pemungutan suara, dan keputusan diambil dengan suara
terbanyak.
3. Keputusan Musyawarah tetap berlaku hingga dibatalkan oleh dan atau
bertentangan dengan keputusan diatasnya.

BAB VI
Pasal 12
KEUANGAN

1. Keuangan Paguyuban ASGAR diperoleh dari:


a. Iuran anggota yg diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
b. Sumbangan, Infaq, Zakat, wasiat dan hibah.
c. Badan Usaha Milik Paguyuban ASGAR.
d. Sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat.

2.   Biaya Paguyuban semuanya ditangani bersama-sama oleh DPP, DPW, DPD,
DPC, dan DPAC, sedangkan keperluan setempat ditanggung oleh masing-
masing yang bersangkutan.
BAB VII
Pasal 13
PEMBUBARAN ORGANISASI

1. Pembubaran organisasi ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Pusat


Paguyuban ASGAR dan disahkan oleh Munas.
2. Sesudah organisasi dinyatakan bubar, maka segala hak miliknya akan
dihibahkan kepada Panti Sosial dan badan – badan sosial lainnya.

BAB VIII
Pasal 14
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
Pasal 15
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Munas


2. Rencana Perubahan AD di usulkan oleh Rapim dan harus sudah tercantum
dalam acara Munas.
3. Perubahan AD sah apabila di putuskan dengan suara sekurang-kurangnya
dua pertiga dari jumlah anggota Munas yang hadir.

BAB X
Pasal 16
PENUTUP

Anggaran Dasar ini merupakan Anggaran Dasar yang telah ditetapkan dalam
RAKER Ke I Paguyuban ASGAR di Bandung, Pada tanggal 14 September 2019
M, dan mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan.

DITETAPKAN DI : BANDUNG
PADA TANGGAL : .........2019

DISAHKAN OLEH :
DEWAN PIMPINAN PUSAT
PAGUYUBAN ASGAR
ASEP SUTARNA IKO BAMBANG S, SH
Ketua umum Sekertaris Umum

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PAGUYUBAN ASGAR

Pasal 1
ANGGOTA

1. Anggota Paguyuban ASGAR harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:

a. Warga Negara Indonesia.


b. Laki-laki dan Perempuan yang berumur 18 Tahun lebih atau sudah
pernah menikah
c. Menyetujui maksud dan tujuan Paguyuban ASGAR
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Paguyuban
ASGAR
e. Mendaftarkan diri pada pimpinan Paguyuban ASGAR setempat

2.    Tata cara permintaan menjadi anggota diatur sebagai berikut:

a. Mengajukan secara tertulis kepada Pimpinan Daerah dengan mengisi


surat isian yang telah ditetapkan disertai kelengkapan syarat-syaratnya
melalui Pimpinan Anak Cabang atau Pimpinan Cabang.
b. Pimpinan Anak Cabang atau Pimpinan Cabang meneruskan permintaan
tersebut kepada Pimpinan Daerah dengan disertai pertimbangannya.
c. Pimpinan Anak Cabang atau Pimpinan Cabang dapat mengeluarkan
Kartu Tanda Anggota sementara kepada calon anggota sebelum yang
bersangkutan menerima Kartu Tanda Anggota dari Pimpinan Pusat
Melalui Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
d. Pimpinan Daerah memberi Kartu Tanda Anggota kepada calon yang
telah disetujui melalui Pimpinan Anak Cabang atau Pimpinan Cabang
yang bersangkutan.
e. Bentuk Kartu Tanda Anggota dan Kartu Tanda Anggota sementara
ditentukan oleh Pimpinan Pusat.

2. Kewajiban Anggota

a. Taat kepada peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan serta


kebijakan organisasi
b. Menjaga dan mempertahankan kehormatan paguyuban dan menjadi
teladan sebagai anggota Paguyuban
c. Membayar uang pangkal dan iuran anggota

4.   Hak Anggota

a. Menyatakan usul dan pendapat kepada pimpinan.


b. Menyampaikan suara, memilih, dan dipilih dalam suatu
permusyawaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Mendatangi setiap kegiatan organisasi sesuai dg ketentuan yang
berlaku.
d. Membela diri dalam Musyawarah Daerah apabila diberhentikan
keanggotaannya oleh Pimpinan Daerah.

5.   Anggota Berhenti Karena

a. Meninggal dunia
b. Usianya yg sudah tidak memungkinkan untuk beraktifitas.
c. Permintaan sendiri
d. Diberhentikan oleh Keputusan Pimpinan Pusat karena melanggar
disiplin organisasi dan merusak nama baik Paguyuban .

6.   Tata Cara Pemberhentian Anggota:

a. Pimpinan Daerah berdasar bukti yang dapat dipertanggungjawabkan


mengusulkan pemberhentian anggota kepada Pimpinan Wilayah.
b. Pimpinan Wilayah setelah melakukan penelitian dan penilaian,
meneruskan usulan pemberhentian anggota kepada Pimpinan Pusat
dengan disertai pertimbangan Pimpinan Wilayah.
c. Pimpinan Pusat setelah menerima usulan pemberhentian anggota, dapat
menyetujui atau tidak menyetujui usulan pemberhentian anggota
tersebut.
d. Pimpinan Daerah dapat mengeluarkan surat keputusan pemberhentian
anggota setelah mendapat persetujuan Pimpinan Pusat.
e. Pimpinan Daerah selama menunggu proses pengusulan pemberhentian
anggota kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat, dapat
melakukan pemberhentian sementara (skorsing) yang berlaku paling
lama 6 (enam) bulan.
f. Anggota yang diusulkan pemberhentian keanggotaannya, selama proses
pengusulan berlangsung dapat mengajukan surat keberatan kepada
Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Pusat.
g. Musyawarah Daerah dapat mencabut kembali keputusan
pemberhentian anggota oleh Pimpinan Daerah, berdasar sekurang-
kurangnya 2/3 jumlah suara anggota Musyawarah Daerah.

Pasal 2
ANAK CABANG

1. Anak Cabang merupakan tempat menghimpun, mengasuh, dan memimbing


amal ibadah anggota-anggotanya serta menyalurkan usahanya, didirikan
dengan Surat Ketetapan Pimpinan Cabang, atas usul sedikitnya 10
(sepuluh) orang anggota di suatu tempat.
2. Permintaan mendirikan Anak Cabang diajukan secara tertulis kepada
Pimpinan Cabang atas usul Musyawarah Cabang atau permufakatan
anggota-anggota Anak Cabang yang bersangkutan dan tembusannya
disampaikan kepada Pimpinan Cabang setempat, dengan rekomendasi
Pimpinan Cabang Paguyuban ASGAR.
3. Pengesahan berdiri dan luasnya Anak Cabang ditetapkan oleh Pimpinan
Cabang.

Pasal 3
CABANG

1. Cabang adalah tempat pembinaan dan koordinasi Anak Cabang, didirikan


dengan Surat Ketetapan Pimpinan Daerah, atas usul sedikitnya 3 (tiga)
Anak Cabang yang telah mempunyai kemampuan berusaha untuk
mewujudkan maksud dan tujuan Paguyuban .
2. Permintaan mendirikan Cabang diajukan secara tertulis kepada Pimpinan
Daerah atas usul Musyawarah Daerah atau permufakatan Anak Cabang
yang bersangkutan dan tembusannya disampaikan kepada Pimpinan
Daerah setempat.
3. Pengesahan berdiri dan luasnya Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
4. Pendirian suatu Cabang yang merupakan pemisahan dari Cabang yang
sudah ada dilakukan dengan persetujuan Pimpinan Cabang yang
bersangkutan atau atas keputusan Musyawarah Daerah/Rapat Pimpinan
tingkat Daerah.

Pasal 4
DAERAH

1. Daerah adalah tempat pembinaan dan koordinasi Cabang, didirikan dengan


Surat Ketetapan Pimpinan Wilayah, atas usul sedikitnya 3 (tiga) Cabang,
berada di satu Kabupaten atau Kota.
2. Permintaan mendirikan Daerah diajukan secara tertulis kepada Pimpinan
Wilayah atas usul Musyawarah Wilayah atau permufakatan Cabang-
Cabang yang bersangkutan
3. Pengesahan berdiri dan luasnya Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
4. Pendirian suatu Daerah yang merupakan pemisahan dari Daerah yang
sudah ada dilakukan dengan persetujuan Pimpinan Daerah yang
bersangkutan atau atas keputusan Musyawarah Wilayah/Rapat Pimpinan
tingkat Wilayah.
Pasal 5
WILAYAH

1. Wilayah adalah tempat pembinaan dan koordinasi Daerah, didirikan


dengan Surat Ketetapan Pimpinan Pusat, atas usul sedikitnya 3 (tiga)
Daerah, berada di satu Propinsi.
2. Permintaan mendirikan Wilayah diajukan secara tertulis kepada Pimpinan
Pusat atas usul Musyawarah Wilayah atau permufakatan Daerah-Daerah
yang bersangkutan.
3. Pengesahan berdiri dan luasnya Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Pendirian suatu Wilayah yang merupakan pemisahan dari Wilayah yang
sudah ada dilakukan dengan persetujuan Pimpinan Wilayah yang
bersangkutan.

Pasal 6
PUSAT

Pusat adalah induk Paguyuban yang didirikan oleh hasil Musyawarah


……………………………… pada tanggal ………………… bertepatan dengan
………………..

Pasal 7
PIMPINAN PUSAT

1. Pimpinan Pusat Menetapkan kebijakan Paguyuban berdasarkan keputusan


Munas dan Rapim, serta memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya.
2. Pimpinan Pusat membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi
para anggotanya.
3. Pimpinan Pusat dapat menambah anggotanya sebanyak-banyaknya
sejumlah anggota Pimpinan Pusat terpilih.
4. Perubahan susunan anggota Pimpinan Pusat harus melalui persetujuan
Rapim. Apabila perubahan tersebut dilaksanakan pada saat tenggang masa
jabatan, maka Pimpinan Pusat wajib mempertanggungjawabkannya dalam
Rapim.
5. Pimpinan Pusat mengusulkan kepada Rapim calon pengganti Ketua Umum
apabila karena suatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan. Selama
menunggu ketetapan Rapim, Ketua Umum Pimpinan Pusat dijabat oleh
salah seorang Ketua atas keputusan Pimpinan Pusat.
6. Pimpinan Pusat dapat menetapkan peraturan khusus maupun pedoman
kerja lainnya dalam rangka menjaga ketertiban dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.

Pasal 8
PIMPINAN WILAYAH

1. Pimpinan Wilayah menetapkan kebijakan Paguyuban dalam wilayahnya


berdasarkan kebijakan Pimpinan diatasnya, keputusan Musyawarah/Rapat
Pimpinan tingkat Wilayah, dan keputusan permusyawaratan di atasnya,
melaksanakan Keputusan Musyawarah Wilayah dan Rapat Pimpinan
tingkat Wilayah, serta memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya.
2. Pimpinan Wilayah membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi
para anggotanya.
3. Pimpinan Wilayah dapat menambah anggotanya sebanyak-banyaknya
sejumlah anggota Pimpinan Wilayah terpilih.
4. Perubahan susunan anggota Pimpinan Wilayah harus melalui persetujuan
Rapat Pimpinan tingkat Wilayah. Apabila perubahan tersebut dilaksanakan
pada saat tenggang masa jabatan, maka Pimpinan Wilayah wajib
mempertanggungjawabkannya dalam Rapat Pimpinan tingkat Wilayah.
5. Pimpinan Wilayah mengusulkan kepada Rapat Pimpinan tingkat Wilayah
calon pengganti Ketua apabila karena suatu hal berhenti dalam tenggang
masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Pusat. Selama menunggu ketetapan Pimpinan Pusat, Ketua
Pimpinan Wilayah dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan
Pimpinan Wilayah.
6. Pimpinan Wilayah dapat menetapkan peraturan khusus maupun pedoman
kerja lainnya dalam rangka menjaga ketertiban dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
Pasal 9
PIMPINAN DAERAH

1. Pimpinan Daerah menetapkan kebijakan Paguyuban dalam daerahnya


berdasarkan kebijakan Pimpinan diatasnya, keputusan Musyawarah/Rapat
Pimpinan tingkat Daerah, dan keputusan permusyawaratan di atasnya,
melaksanakankan Keputusan Musyawarah Daerah dan Rapat Pimpinan
tingkat Daerah, serta memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya.
2. Pimpinan Daerah membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi
para anggotanya.
3. Pimpinan Daerah dapat menambah anggotanya sebanyak-banyaknya
sejumlah anggota Pimpinan Daerah terpilih.
4. Perubahan susunan anggota Pimpinan Daerah harus melalui persetujuan
Rapat Pimpinan tingkat Daerah. Apabila perubahan tersebut dilaksanakan
pada saat tenggang masa jabatan, maka Pimpinan Daerah wajib
mempertanggungjawabkannya dalam Rapat Pimpinan tingkat Daerah.
5. Pimpinan Daerah mengusulkan kepada Rapat Pimpinan tingkat Daerah
calon pengganti Ketua apabila kerena suatu hal berhenti dalam tenggang
masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Wilayah. Selama menunggu ketetapan Pimpinan Wilayah, Ketua
Pimpinan Daerah dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan
Pimpinan Daerah.
6. Pimpinan Daerah dapat menetapkan peraturan khusus maupun pedoman
kerja lainnya dalam rangka menjaga ketertiban dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.

Pasal 10
PIMPINAN CABANG

1. Pimpinan Cabang menetapkan kebijakan Paguyuban dalam daerahnya


berdasarkan kebijakan Pimpinan diatasnya, keputusan Musyawarah/Rapat
Pimpinan tingkat Cabang, dan keputusan permusyawaratan di atasnya,
melaksanakan Keputusan Musyawarah Cabang dan Rapat Pimpinan
tingkat Cabang, serta memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya.
2. Pimpinan Cabang membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi
para anggotanya.
3. Pimpinan Cabang dapat menambah anggotanya sebanyak-banyaknya
sejumlah anggota Pimpinan Cabang terpilih.
4. Perubahan susunan anggota Pimpinan Cabang harus melalui persetujuan
Rapat Pimpinan tingkat Cabang. Apabila perubahan tersebut dilaksanakan
pada saat tenggang masa jabatan, maka Pimpinan Cabang wajib
mempertanggungjawabkannya dalam Rapat Pimpinan tingkat Cabang.
5. Pimpinan Cabang mengusulkan kepada Rapat Pimpinan tingkat Cabang
calon pengganti Ketua apabila kerena suatu hal berhenti dalam tenggang
masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Daerah. Selama menunggu ketetapan Pimpinan Daerah, Ketua
Pimpinan Cabang dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan
Pimpinan Cabang.
6. Pimpinan Cabang dapat menetapkan peraturan khusus maupun pedoman
kerja lainnya dalam rangka menjaga ketertiban dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.

Pasal 11
PIMPINAN ANAK CABANG

1. Pimpinan Anak Cabang menetapkan kebijakan Paguyuban dalam


daerahnya berdasarkan kebijakan Pimpinan diatasnya, keputusan
Musyawarah/Rapat Pimpinan tingkat Anak Cabang, dan keputusan
permusyawaratan di atasnya, melaksanakankan Keputusan Musyawarah
Anak Cabang dan Rapat Pimpinan tingkat Anak Cabang, serta memimpin
dan mengendalikan pelaksanaannya.
2. Pimpinan Anak Cabang membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang
bagi para anggotanya.
3. Pimpinan Anak Cabang dapat menambah anggotanya sebanyak-banyaknya
sejumlah anggota Pimpinan Anak Cabang terpilih.
4. Perubahan susunan anggota Pimpinan Anak Cabang harus melalui
persetujuan Rapat Pimpinan tingkat Anak Cabang. Apabila perubahan
tersebut dilaksanakan pada saat tenggang masa jabatan, maka Pimpinan
Anak Cabang wajib mempertanggungjawabkannya dalam Rapat Pimpinan
tingkat Anak Cabang.
5. Pimpinan Anak Cabang mengusulkan kepada Rapat Pimpinan tingkat Anak
Cabang calon pengganti Ketua apabila kerena suatu hal berhenti dalam
tenggang masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya
kepada Pimpinan Cabang. Selama menunggu ketetapan Pimpinan Cabang,
Ketua Pimpinan Anak Cabang dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas
keputusan Pimpinan Anak Cabang.
6. Pimpinan Anak Cabang dapat menetapkan peraturan khusus maupun
pedoman kerja lainnya dalam rangka menjaga ketertiban dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Pasal 12
DEPARTEMEN, LEMBAGA, DAN BIRO

1. Pimpinan dapat membentuk departemen, lembaga, atau biro sebagai


pembantu pimpinan yang jumlah dan bidangnya disesuaikan dengan
kebutuhan Paguyuban .
2. Tugas dan kewajiban departemen, lembaga, dan biro diatur oleh pimpinan
Paguyuban setingkat dengan berpedoman kepada peraturan yang
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 13
PERGANTIAN PIMPINAN
1. Pergantian Pimpinan Pusat dilakukan dalam Munas, sedangkan pergantian
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan
Anak Cabang dilakukan dalam musyawarah masing-masing tingkat.
2. Setiap pergantian pimpinan harus menjamin penyegaran, regenerasi, dan
jalannya roda kepemimpinan.
3. Pimpinan lama tetap menjalankan tugasnya sampai dilakukan serah terima
jabatan.
4. Serah terima jabatan pimpinan dan hak milik organisasi harus
dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
Munas/Musyawarah, dengan disaksikan pimpinan di atasnya.

Pasal 14
PEMILIHAN PIMPINAN

1.   Syarat untuk menjadi Anggota Pimpinan.

a. Sudah menjadi anggota Paguyuban ASGAR sekurang-kurangnya 4


tahun.
b. Ber Usia lebih dari 18 tahun saat pemilihan berlangsung.
c. Berjiwa Islami, dapat menjadi teladan umat dan Paguyuban .
d. Mempunyai kemampuan dan kecakapan menjalankan kepemimpinan.
e. Menyatakan kesediaan secara tertulis untuk menjadi pimpinan.
f. Setia kepada , asas, serta maksud dan tujuan Paguyuban .
g. Tidak merangkap jabatan dengan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda
(OKP) lain kecuali atas izin Pimpinan Pusat Paguyuban ASGAR.

2.   Cara Pemilihan Pimpinan.

a. Pemilihan Pimpinan dilakukan dalam Munas/Musyawarah masing-


masing tingkat dengan calon yang diajukan oleh Pimpinan setingkat di
bawahnya. Khusus Pimpinan Anak Cabang, calon diusulkan oleh
anggota Anak Cabang yang bersangkutan.
b. Ketua Umum Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah, Ketua Pimpinan
Daerah, Ketua Pimpinan Cabang, dan Ketua Pimpinan Anak Cabang
dipilih oleh anggota Munas/Musyawarah secara langsung dari calon
yang diusulkan.
c. Munas/Musyawarah memilih formatur yang jumlahnya ditentukan oleh
Tata Tertib Pemilihan Munas/Musyawarah.
d. Formatur terpilih yang diketuai oleh Ketua Umum/Ketua terpilih
bertugas menyusun Pimpinan selambat-lambatnya selesai dalam satu
bulan setelah Munas/Musyawarah.

3.   Ketentuan Penyelenggaraan Pemilihan Pimpinan.


a. Segala sesuatu tentang penyelenggaraan pemilihan pimpinan diatur
dalam tata tertib pemilihan.
b. Untuk menyelenggarakan pemilihan pimpinan dibentuk panitia
pemilihan.
c. Tata tertib Pemilihan dan Panitia Pemilihan Pimpinan Pusat ditetapkan
dalam Rapim, Tata Tertib Pemilihan dan Panitia Pemilihan Pimpinan
Wilayah, Daerah, Cabang, dan Anak Cabang ditetapkan dalam Rapat
Pimpinan masing-masing tingkat, paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pemilihan berlangsung.
d. Panitia Pemilihan diangkat untuk sekali pemilihan dan dinyatakan
bubar setelah pemilihan selesai.
e. Pimpinan Pusat menyusun pedoman Tata Tertib Pemilihan dan
ditetapkan oleh Rapim.

Pasal 15
MUNAS

1. Munas diadakan atas undangan Pimpinan Pusat.


2. Acara pokok Munas
a.   Laporan pertanggungjawaban Pimpinan Pusat tentang
1. Kebijaksanaan pimpinan.
2. Organisasi dan keuangan.
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Munas dan Rapim.
b.   Penyusunan Garis-garis Besar Program Paguyuban untuk dilaksanakan
satu periode kepemimpinan berikutnya.
c.    Pemilihan dan penetapan Ketua Umum dan formatur Pimpinan Pusat.

3. Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas penyelenggaraan Munas.


4. Isi dan susunan acara Munas ditetapkan Pimpinan Pusat dengan
memperhatikan Keputusan Rapim.
5. Undangan dan ketentuan-ketentuan umum Munas harus sudah
dikirimkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan
Munas.
6. Peserta Munas
a.    Anggota Munas yang terdiri dari
1. Anggota Pimpinan Pusat.
2. Ketua dan 3 orang Pimpinan Wilayah.
3. Ketua Pimpinan Daerah.
4. Wakil-wakil Daerah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan
sebanyak-banyaknya 6 (enam) orang berdasar atas perimbangan
jumlah Cabang dalam Daerah yang ketentuannya akan diatur oleh
Pimpinan Pusat.
b.    Undangan Pimpinan Pusat.

7. Hak berbicara dan hak suara.


a. Setiap anggota Munas berhak menyatakan pendapatnya dan berhak
satu suara.
b. Selain anggota Munas yang menjadi peserta, berhak menyatakan
pendapat tetapi tidak mempunyai hak suara.

8. Munas dinyatakan sah dan berhak mengambil keputusan dengan tidak


memandang jumlah yang hadir asalkan Pimpinan Pusat telah
menyampaikan undangan secara sah kepada anggota Munas.
9. Keputusan-keputusan Munas mulai berlaku setelah ditanfidzkan Pimpinan
Pusat dan berlaku sampai ada perubahan atau pembatalan oleh keputusan
Munas berikutnya.
10. Selambat-lambanya 3 bulan Pimpinan Pusat harus sudah mentanfidzkan
keputusan-keputusan Munas tersebut dan mengumumkan kepada anggota
Paguyuban.
11. Ketentuan tentang pelaksanakan dan tata tertib Munas diatur Pimpinan
Pusat.
12. Pada waktu berlangsungnya Munas dapat diadakan pertemuan dan
kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan Paguyuban pada
umumnya selama tidak menyalahi , asas dan tujuan Paguyuban .

Pasal 16
MUNAS LUAR BIASA

1. Munas Luar Biasa dilakukan untuk membicarakan masalah-masalah yang


sifatnya luar biasa yang bukan menjadi wewenang Rapim, sedangkan
waktunya tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Munas biasa.
2. Munas Luar Biasa dihadiri Anggota Munas.

Pasal 17
RAPIMNAS

1. Rapim diadakan atas undangan Pimpinan Pusat sedikitnya sekali dalam


satu masa jabatan atau permintaan 2/3 anggota Rapimnas di luar anggota
Pimpinan Pusat.
2. Acara pokok Rapim

a. Laporan Pimpinan Pusat.


b. Masalah penting yang menyangkut kepentingan Paguyuban , sedangkan
waktunya tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Munas.
c. Masalah-masalah yang oleh Munas atau menurut Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga diserahkan kepada Sidang Rapimnas
d. Acara pokok yang akan diajukan dalam Munas serta masalah-masalah
yang menyangkut dengan penyelenggaraan Munas.

3. Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas penyelenggaraan Rapimnas


4. Isi dan susunan acara ditentukan Pimpinan Pusat dan diserahkan
kepada anggota Rapimnas.
5. Undangan, dan ketentuan Rapim selambat-lambatnya satu bulan
sebelumnya sudah dikirim oleh Pimpinan Pusat kepada anggota Rapimnas.
6. Peserta Rapimnas
a. Anggota Rapimnas yang terdiri dari:
1. Anggota Pimpinan Pusat.
2. Ketua dan 2 orang anggota Pimpinan Wilayah.
b. Wakil Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
c. Undangan Pimpinan Pusat.
7. Ketentuan tentang hak suara dan sahnya Rapimnas sebagaimana
ketentuan Munas.
8. Keputusan-keputusan Rapimnas mulai berlaku setelah ditanfidzkan
Pimpinan Pusat dan tetap berlaku sampai diubah atau dibatalkan oleh
Keputusan Rapimnas atau Munas berikutnya.
9. Selambat-lambatnya 1 bulan setelah Rapimnas, Pimpinan Pusat harus
sudah mentanfidzkan keputusan-keputusan Rapimnas tersebut dan
mengumumkan kepada anggota Paguyuban .
10. Ketentuan-ketentuan tentang Pelaksanaan Tata Tertib Rapimnas diatur
Pimpinan Pusat.
11. Pada waktu berlangsungnya Rapimnas dapat diadakan pertemuan-
pertemuan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan
Paguyuban pada umumnya selama tidak menyalahi , asas dan tujuan
Paguyuban .

Pasal 18
MUSYAWARAH WILAYAH

1.   Musyawarah Wilayah diadakan atas undangan Pimpinan Wilayah.


2.   Acara pokok Musyawarah Wilayah:

a. Laporan pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah tentang:

1.   Kebijaksanaan Pimpinan Wilayah.


2.   Organisasi dan keuangan.
3.   Pelaksanaan keputusan-keputusan Munas, Rapim, Intruksi Pimpinan
Pusat dan Keputusan Musyawarah Wilayah dan Rapat Pimpinan
tingkat Wilayah.
b. Penyusunan program kerja Paguyuban untuk dilaksanakan satu
periode kepemimpinan berikutnya.
c. Pemilihan Ketua dan Formatur Pimpinan Wilayah periode berikutnya.

3. Pimpinan Wilayah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah


Wilayah.
4. Isi dan susunan Musyawarah Wilayah ditetapkan Pimpinan Wilayah
dengan mempertimbangkan keputusan Rapat Pimpinan tingkat Wilayah.
5. Undangan dan ketentuan-ketentuan umum Musyawarah Wilayah
selambat-lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Wilayah
telah dikirimkan kepada anggota musyawarah.
6. Peserta Musyawarah Wilayah:

a. Anggota Musyawarah Wilayah yang terdiri dari:

1.   Anggota Pimpinan Wilayah.


2.   Ketua dan 3 orang Pimpinan Daerah.
3.   Ketua dan 1 orang Pimpinan Cabang.

b. Wakil dari Pimpinan Pusat Paguyuban ASGAR.


c. Undangan Pimpinan Wilayah.

7. Ketentuan tentang hak suara dan sahnya keputusan Musyawarah Wilayah


sebagaimana ketentuan Munas.
8. Tata tertib Musyawarah Wilayah diatur Pimpinan Wilayah dan ditetapkan
oleh Musyawarah Wilayah.
9. Keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah mulai berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Pimpinan Wilayah dan tetap berlaku sampai ada
perubahan atau pembatalan oleh keputusan Musyawarah Wilayah
berikutnya atau keputusan permusyawaratan di atasnya
10. Selambat-lambatnya 1 bulan Pimpinan Wilayah harus sudah
mentanfidzkan dan melaporkan keputusan-keputusannya kepada
Pimpinan Pusat. dan apabila dalam waktu 1 bulan tidak ada penelitian
atau perubahan, maka keputusan tersebut dianggap telah disahkan.
11. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Wilayah dapat diadakan
pertemuan-pertemuan atau kegiatan yang berhubungan dengan
kepentingan Paguyuban pada umumnya selama tidak menyalahi , asas dan
tujuan Paguyuban .

Pasal 19
MUSYAWARAH DAERAH

1. Musyawarah Daerah diadakan atas undangan Pimpinan Daerah.


2. Acara pokok Musyawarah Daerah:

a. Laporan pertanggungjawaban Pimpinan Daerah tentang:


1. Kebijaksanaan Pimpinan Daerah.
2. Organisasi dan keuangan.
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Daerah dan Rapat
Pimpinan tingkat Daerah, serta keputusan permusyawaratan dan
instruksi pimpinan di atasnya.
b. Penyusunan program kerja Paguyuban untuk dilaksanakan satu periode
kepemimpinan berikutnya.
c. Pemilihan Ketua dan Formatur Pimpinan Daerah periode berikutnya.

3. Pimpinan Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah


Daerah.
4. Isi dan susunan Musyawarah Daerah ditetapkan Pimpinan Daerah dengan
memperhatikan keputusan Rapat Pimpinan tingkat Daerah.
5. Undangan dan ketentuan-ketentuan umum Musyawarah Daerah selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Daerah telah
dikirimkan kepada anggota musyawarah.
6. Peserta Musyawarah Daerah:
a. Anggota Musyawarah Daerah yang terdiri dari:
1. Anggota Pimpinan Daerah.
2. Ketua dan 3 orang Pimpinan Cabang.
3. Ketua dan 1 orang Pimpinan Anak Cabang.
b. Wakil dari Pimpinan Wilayah Paguyuban ASGAR.
c. Undangan Pimpinan Daerah.

7. Ketentuan tentang hak suara dan sahnya keputusan Musyawarah Daerah


sebagaimana ketentuan Munas.
8. Tata tertib Musyawarah Daerah diatur Pimpinan Daerah dan ditetapkan
oleh Musyawarah Daerah.
9. Keputusan-keputusan Musyawarah Daerah mulai berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Pimpinan Daerah dan tetap berlaku sampai ada
perubahan atau pembatalan oleh keputusan Musyawarah Daerah
berikutnya atau keputusan permusyawaratan di atasnya.
10. Selambat-lambatnya 1 bulan Pimpinan Daerah harus sudah
mentanfidzkan dan melaporkan keputusan-keputusannya kepada
Pimpinan Wilayah. dan apabila dalam waktu 1 bulan tidak ada penelitian
atau perubahan, maka keputusan tersebut dianggap telah disahkan.
11. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Daerah dapat diadakan
pertemuan-pertemuan atau kegiatan yang berhubungan dengan
kepentingan Paguyuban pada umumnya selama tidak menyalahi, asas dan
tujuan Paguyuban .

Pasal 20
MUSYAWARAH CABANG

1. Musyawarah Cabang diadakan atas undangan Pimpinan Cabang.


2. Acara pokok Musyawarah Cabang:
a. Laporan pertanggungjawaban Pimpinan Cabang tentang:
1. Kebijaksanaan Pimpinan Cabang.
2. Organisasi dan keuangan.
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Cabang dan Rapat
Pimpinan tingkat Cabang, serta keputusan permusyawaratan dan
instruksi pimpinan di atasnya.

b. Penyusunan program kerja Paguyuban untuk dilaksanakan satu


periode kepemimpinan berikutnya.
c. Pemilihan Ketua dan Formatur Pimpinan Cabang periode berikutnya.

3. Pimpinan Cabang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah


Cabang.
4. Isi dan susunan Musyawarah Cabang ditetapkan Pimpinan Cabang dengan
memperhatikan keputusan Rapat Pimpinan tingkat Cabang.
5. Undangan dan ketentuan-ketentuan umum Musyawarah Cabang selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Cabang telah
dikirimkan kepada anggota musyawarah.

6. Peserta Musyawarah Cabang:

a. Anggota Musyawarah Cabang yang terdiri dari:


1. Anggota Pimpinan Cabang.
2. Ketua dan 5 orang Pimpinan Anak Cabang.

b. Wakil dari Pimpinan Daerah Paguyuban ASGAR.


c. Undangan Pimpinan Cabang.

7. Ketentuan tentang hak suara dan sahnya keputusan Musyawarah Cabang


sebagaimana ketentuan Munas.
8. Tata tertib Musyawarah Cabang diatur Pimpinan Cabang dan ditetapkan
oleh Musyawarah Cabang.
9. Keputusan-keputusan Musyawarah Cabang mulai berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang dan tetap berlaku sampai ada
perubahan atau pembatalan oleh keputusan Musyawarah Cabang
berikutnya atau keputusan permusyawaratan di atasnya.
10. Selambat-lambatnya 1 bulan Pimpinan Cabang harus sudah
mentanfidzkan dan melaporkan keputusan-keputusannya kepada
Pimpinan Daerah. dan apabila dalam waktu 1 bulan tidak ada penelitian
atau perubahan, maka keputusan tersebut dianggap telah disahkan.
11. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Cabang dapat diadakan
pertemuan-pertemuan atau kegiatan yang berhubungan dengan
kepentingan Paguyuban pada umumnya selama tidak menyalahi, asas dan
tujuan Paguyuban .
Pasal 20
MUSYAWARAH ANAK CABANG

1. Musyawarah Anak Cabang diadakan atas undangan Pimpinan Anak


Cabang.
2. Acara pokok Musyawarah Anak Cabang:

a. Laporan pertanggungjawaban Pimpinan Anak Cabang tentang:


1. Kebijaksanaan Pimpinan Anak Cabang.
2. Organisasi dan keuangan.
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Anak Cabang serta
keputusan permusyawaratan dan instruksi pimpinan di atasnya.

b. Penyusunan program kerja Paguyuban untuk dilaksanakan satu periode


kepemimpinan berikutnya.
c. Pemilihan Ketua dan Formatur Pimpinan Anak Cabang periode
berikutnya.

4. Pimpinan Anak Cabang bertanggung jawab atas penyelenggaraan


Musyawarah Anak Cabang.
5. Isi dan susunan Musyawarah Anak Cabang ditetapkan Pimpinan Anak
Cabang dengan memperhatikan usulan anggota.
6. Undangan dan ketentuan-ketentuan umum Musyawarah Anak Cabang
selambat-lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Anak
Cabang telah dikirimkan kepada anggota musyawarah.
7. Peserta Musyawarah Anak Cabang:

a. Anggota Musyawarah Anak Cabang yang terdiri dari:


1. Anggota Pimpinan Anak Cabang.
2. Semua anggota Paguyuban ASGAR di Anak Cabang yang
bersangkutan.

b. Wakil dari Pimpinan Cabang Paguyuban ASGAR.


c. Undangan Pimpinan Anak Cabang.

8. Ketentuan tentang hak suara dan sahnya keputusan Musyawarah Anak


Cabang sebagaimana ketentuan Munas.
9. Tata tertib Musyawarah Anak Cabang diatur Pimpinan Anak Cabang dan
ditetapkan oleh Musyawarah Anak Cabang.
10. Keputusan-keputusan Musyawarah Anak Cabang mulai berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Pimpinan Anak Cabang dan tetap berlaku sampai ada
perubahan atau pembatalan oleh keputusan Musyawarah Anak Cabang
berikutnya atau keputusan permusyawaratan di atasnya.
11. Selambat-lambatnya 1 bulan Pimpinan Anak Cabang harus sudah
mentanfidzkan dan melaporkan keputusan-keputusannya kepada
Pimpinan Cabang. dan apabila dalam waktu 1 bulan tidak ada penelitian
atau perubahan, maka keputusan tersebut dianggap telah disahkan.
12. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Anak Cabang dapat diadakan
pertemuan-pertemuan atau kegiatan yang berhubungan dengan
kepentingan Paguyuban pada umumnya selama tidak menyalahi, asas dan
tujuan Paguyuban .

Pasal 21
RAPAT PIMPINAN

1. Rapat Pimpinan adalah permusyawaratan dalam Paguyuban pada tingkat


Wilayah sampai dengan Anak Cabang yang berkedudukan dibawah
Musyawarah masing-masing tingkatan yang diadakan oleh dan atas
tanggungjawab Pimpinan masing-masing tingkatan untuk membicarakan
dan atau memutuskan kebijakan organisasi.
2. Rapat Pimpinan membicarakan pelaksanaan Keputusan Munas atau
musyawarah setingkat dan menjabarkan program kerja dalam jangka
waktu tertentu serta pendekatan kepada masalah yang berhubungan
dengan kesempurnaan tugasnya.
3. Pelaksanaan Rapat Pimpinan.

a. Tingkat Wilayah dilaksanakan Pimpinan Wilayah yang dihadiri:


1. Anggota Rapat Pimpinan Wilayah yang terdiri dari anggota Pimpinan
Wilayah dan Ketua beserta 3 orang Pimpinan Daerah.
2. Undangan Pimpinan Wilayah.

b. Tingkat Daerah dilaksanakan Pimpinan Daerah yang dihadiri:


1. Anggota Rapat Pimpinan Daerah yang terdiri dari anggota Pimpinan
Daerah dan Ketua beserta 3 orang Pimpinan Cabang.
2. Undangan Pimpinan Daerah.

c. Tingkat Cabang dilaksanakan Pimpinan Cabang yang dihadiri:


1. Anggota Rapat Pimpinan Cabang yang terdiri dari anggota Pimpinan
Cabang dan Ketua beserta 3 orang Pimpinan Anak Cabang.
2. Undangan Pimpinan Cabang.

d. Tingkat Anak Cabang dilaksanakan Pimpinan Anak Cabang yang


dihadiri:
1. Anggota Rapat Pimpinan Anak Cabang yang terdiri dari anggota
Pimpinan Anak Cabang dan seluruh anggota Paguyuban ASGAR
dalam Anak Cabang yang bersangkutan.
2. Undangan Pimpinan Anak Cabang.
3. Undangan Rapat Pimpinan selambat-lambatnya 2 minggu sebelum
pelaksanaan Rapat Pimpinan telah dikirimkan kepada anggota Rapat
Pimpinan.
4. Acara Rapat Pimpinan:

a. Laporan Kebijaksanaan Pimpinan


b. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai
berlangsungnya Musyawarah.
c. Masalah yang oleh Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, atau
menurut Musyawarah diserahkan kepada Rapat Pimpinan.
d. Masalah yang akan dibicarakan dalam Musyawarah, sebagai
pembicaraan pendahuluan.
e. Usul-Usul.

5. Rapat Pimpinan pada masing-masing tingkatan diadakan sekurang-


kurangnya satu kali dalam satu periode masa jabatan.
6. Setiap Anggota Rapat Pimpinan berhak menyatakan pendapatnya dan
berhak satu suara, undangan berhak menyatakan pendapatnya tetapi tidak
mempunyai hak suara..
7. Tata tertib Rapat Pimpinan dibuat oleh Pimpinan Pelaksana Rapat
Pimpinan dan ditetapkan oleh Rapat Pimpinan.
8. Selambat-lambatnya 1 bulan Pelaksana Rapat Pimpinan harus sudah
mentanfidzkan dan melaporkan keputusan-keputusannya kepada
Pimpinan di atasnya dengan tembusan kepada Pimpinan Muhammadiyah
setingkat dan apabila dalam waktu 1 bulan tidak ada penelitian atau
perubahan, maka keputusan tersebut dianggap telah disahkan.
9. Pada waktu berlangsungnya Rapat Pimpinan dapat diadakan pertemuan-
pertemuan atau kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan
Paguyuban pada umumnya selama tidak menyalahi , asas dan tujuan
Paguyuban .

Pasal 22
RAPAT KERJA

1. Rapat Kerja adalah rapat yang membicarakan tentang teknis pelaksanaan


program dan merupakan penjabaran dari keputusan rapat pimpinan.
2. Rapat Kerja di tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Anak Cabang dilaksanakan atas
undangan masing-masing tingkat pimpinan dan dihadiri oleh semua
anggota pimpinan setingkat.
3. Rapat Kerja dilaksanakan sewaktu-waktu apabila dianggap perlu,
sekurang-kurangnnya setahun sekali.
4. Tata tertib Rapat Kerja ditentukan oleh pimpinan setingkat.
5. Keputusan Rapat Kerja merupakan landasan pelaksanaan program.

Pasal 23
KEPUTUSAN PERMUSYAWARATAN

a. Keputusan Munas, Rapim, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah,


Musyawarah Cabang, Musyawarah Anak Cabang dan Rapat Pimpinan serta
Rapat Kerja diusahakan dengan suara bulat.
b. Apabila dilakukan pemungutan suara, maka keputusan diambil melalui
suara terbanyak mutlak yakni separuh lebih satu dari yang berhak.
c. Pemungutan suara mengenai perorangan atau masalah yang sangat
penting dilakukan secara tertulis dan rahasia.
d. Apabila dalam pemungutan suara terdapat jumlah suara yang sama
banyaknya, maka pemungutan suara dapat dilakukan sebanyak tiga kali,
dan apabila masih tetap tidak memenuhi syarat untuk mengambil
keputusan, maka setelah dilakukan lobying pembicaraan dihentikan tanpa
mengambil keputusan.
e. Apabila suatu keputusan telah diambil menurut peraturan yang berlaku
dalam Paguyuban ASGAR, maka segenap anggota masing-masing wajib
menerima keputusan tersebut dengan hati ikhlas dan tawakal kepada Allah
Yang Maha Bijaksana.

Pasal 24
LAPORAN TAHUNAN

1. Semua tingkat pimpinan berkewajiban membuat laporan tahunan masing-


masing, meliputi masalah-masalah organisasi, Paguyuban usaha,
keuangan dan kekayaan Paguyuban .
2. Laporan Pimpinan Pusat diumumkan lewat berita resmi yang kemudian
dipertanggungjawabkan dalam Munas.
3. Laporan tahunan Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang,
dan Pimpinan Anak Cabang disampaikan dan dipertanggungjawabkan
dalam Rapat Pimpinan di tingkat masing-masing.

Pasal 29
KEUANGAN

1. Keuangan Paguyuban dibiayai bersama oleh Pimpinan Anak Cabang,


Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan
Pusat.
2. Kepentingan-kepentingan setempat dibiayai oleh Paguyuban masing-
masing yang bersangkutan menurut keputusan rapat ditingkat pimpinan
setempat.
3. Jumlah uang pangkal dan uang iuran anggota ditentukan Pimpinan Pusat.
4. Masing-masing tingkat pimpinan mempunyai kas sendiri.
5. Pemeriksaan keuangan.
a. Tiap tahun masing-masing tingkat pimpinan mengadakan pemeriksaan
kasnya.
b. Ketentuan tentang pemeriksaan kas diatur oleh peraturan khusus yang
dibuat dan ditetapkan Pimpinan Pusat.
c. Hasil pemeriksaan kas Pimpinan Pusat dipertanggungjawabkan dalam
Munas, untuk Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang
dan Pimpinan Anak Cabang dipertanggungjawabkan dalam musyawarah
masing-masing.

Pasal 30
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

1. Perhitungan tahun dimulai 1 Muharram dan berahir Dzulhijjah.


2. Perhitungan Milad Paguyuban ASGAR ditetapkan tanggal ......................
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dalam bentuk Peraturan Organisasi.
4. Anggaran Rumah Tangga ini digunakan sampai adanya Hasil Anggaran
Rumah Tangga selanjutnya.

Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal : 23 Sya’ban 1424 H
14 September 2019 M

DISAHKAN OLEH :
DEWAN PIMPINAN PUSAT
PAGUYUBAN ASGAR

ASEP SUTARNA IKO BAMBANG S, SH


Ketua umum Sekertaris Umum

Anda mungkin juga menyukai