Anda di halaman 1dari 15

ANGGARAN DASAR ORGANDA

MUKADIMAH
Bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya,
kemerdekaan warga Negara Republik Indonesia untuk berserikat atau
berorganisasi dijamin oleh UUD 1945 (dan perubahannya).
Bahwa dalam usaha untuk lebih meningkatkan pembangunan dibidang ekonomi
khususnya dibidang transportasi yang merupakan bagian penting, diperlukan
langkah- langkah untuk terus mengembangkan iklim usaha yang sehat,
meningkatkan pembinaan dunia usaha, mengembangkan dan mendorong
pemerataan kesempatan yang seluas-luasnya dari masyarakat pengusaha angkutan
untuk ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila
dan UUD 19945 (dan perubahannya). Bahwa karena pembinaan dunia angkutan
diarahkan untuk menciptakan tata hubungan yang mendorong kerjasama yang
serasi maka organisasi diharapkan mampu memegang peranan yang besar untuk
mewujudkan pemerataan kesejahteraan rakyat, memperkokoh kesatuan dan
persatuan bangsa serta meningkatkan ketahanan nasional, sehingga organisasi
harus bebas dari pengaruh dan kepentingan politik manapun dan merupakan
organisasi profesi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para pengusaha nasional
angkutan bermotor di jalan yang meliputi seluruh Wilayah Tanah Air Indonesia
memandang perlu untuk mempersatukan diri dalam satu organisasi sebagai sarana
untuk menyalurkan aspirasi para pengusaha angkutan, membina dan
mengembangkan dunia usaha angkutan serta sebagai mitra Pemerintah didalam
mensukseskan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Atas dasar pemikiran-pemikiran di atas, serta dengan Ridho Tuhan Yang Maha
Esa, dan dijiwai oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan maka para
pengusaha nasional angkutan bermotor di jalan secara sadar dan bertanggungjawab
sejak tanggal 30 Juni 1962 menyatukan diri dalam suatu wadah organisasi profesi
dengan nama Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan disebut
“ORGANDA “.

BAB I
NAMA, WAKTU DIDIRIKAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama Organisasi ini bernama Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor
di Jalan, disebut ORGANDA.

Pasal 2
Waktu Didirikan Organisasi ini didirikan pada tanggal 30 Juni 1962 di Selekta
(Malang) untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, berasal dari peleburan
beberapa organisasi Angkutan Umum Nasional yang da di Indonesia.
Pasal 3
Tempat Kedudukan (1) Dewan Pimpinan Pusat ORGANDA Berkedudukan di
Ibukota Negara Republik Indonesia.
(2) Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA berkedudukan di Ibukota Provinsi yang
bersangkutan atau di salah satu pusat kegiatan ekonomi di provinsi yang
bersangkutan. (3) Dewan Pimpinan Cabang/Unit ORGANDA berkedudukan di
Ibukota Kota / Kabupaten yang bersangkutan atau disalah satu pusat kegiatan
ekonomi di Kota / Kabupaten yang bersangkutan.

BAB II
KEDAULATAN
Pasal 4
Kedaulatan organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
musyawarah Nasional.

BAB III
ASAS, TUJUAN, BENTUK DAN SIFAT
Pasal 5
Asas Organisiasi ini berasaskan Pancasila.
Pasal 6
Tujuan Organisasi ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan kemampuan
serta profesionalisme para anggota, menuju terwujudnya dunia usaha angkutan
jalan di Indonesia yang kuat, efisien dan berdaya saing tinggi.
Pasal 7
Bentuk ORGANDA adalah organisasi profesi yang merupakan wadah Para
Pengusaha Angkutan Jalan yang berbentuk kesatuan.
Pasal 8
Sifat ORGANDA adalah organisasi terbuka dan independen yang dalam
melakukan kegiatannya bersifat nirlaba.

BAB IV
TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 9
Tugas (1) Memupuk dan meningkatkan kesadaran Nasional serta patriotisme para
Anggota dalam tanggung jawabnya sebagai Warga Negara.
(2) Memperjuangkan aspirasi dan melindungi kepentingan serta mempertinggi
derajat para Anggota dan berusaha menempatkannya pada kedudukan yang
selaras dengan fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarkat, berbangsa dan
bernegara. (3) Memperjuangkan iklim yang baik dan sehat dibidang usaha
angkutan jalan, serta mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara
para anggota, dalam rangka memanfaatkan modal dan keahlian secara optimal dan
efisien. (4) Membina dan mengembangkan peran serta para Anggota dalam
kegiatan ORGANDA.
Pasal 10
Fungsi
Organisasi berfungsi:
(1). Wadah untuk menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi anggotanya.
(2). Wadah Pembina dan pengembangan anggotanya dalam usaha mewujudkan
tujuan organisasi. (3). Wadah peran serta dalam usaha mensukseskan
pembangunan nasional. (4). Sebagai sarana komunikasi sosial timbal balik antar
anggota dan atau antar organisasi dengan organisasi kemasyarakatan lainnya, serta
organisasi kekuatan sosial politik, Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat dan
Pemerintah. (5). Merupakan badan representative dari dunia angkutan bermotor di
jalan dengan Pemerintah dan pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

BAB V
ORGANISASI
Pasal 11
Struktur (1) Struktur Organisasi ORGANDA terdiri atas:
a. Ditingkat Nasional disebut Dewan Pimpinan Pusat ORGANDA disingkat DPP
ORGANDA, yang dipilih oleh Musyawarah Nasional.
b. Ditingkat Provinsi disebut Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA disertai nama
Provinsi yang bersangkutan, yang dipilih oleh Musyawarah Daerah dan
dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Ditingkat Kota/Kabupaten disebut Dewan Pimpinan Cabang ORGANDA
disertai nama Kota / Kabupaten yang bersangkutan, yang dipilih oleh
Musyawarah Cabang dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
d. Pada provinsi yang memiliki kekhususan, struktur organisasi setingkat Kota
/ Kabupaten diprovinsi disebut Dewan Pimpinan Unit (DPU) disertai dengan
nama moda angkutannya masing – masing, yang dipilih oleh Musyawarah
Unit dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
e. Pada provinsi yang memiliki kekhususan, struktur organisasi setingkat Kota
/ Kabupaten diprovinsi disebut Dewan Pimpinan Cabang Khusus (DPC
Khusus) disertai dengan nama moda angkutannya masing – masing, yang
dipilih oleh Musyawarah Cabang Khusus dan dikukuhkan oleh Dewan
Pimpinan Daerah.
(2) Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk Koordinator Wilayah (KORWIL).
Pasal 12
Pembina Organisasi
(1) Hubungan ORGANDA dengan Pembina bersifat hubungan kemitraan dengan
dasar kedudukan yang sama. (2) Pembina terdiri dari Pembina Umum dan Pembina
Teknis (3) Pembina umum untuk:
a. Tingkat Pusat adalah Menteri Dalam Negeri.
b. Daerah Provinsi dan kekhususan organisasi adalah Gubernur Provinsi.
c. Daerah Kabupaten /Kota adalah Bupati/Walikota.
(4) Pembina Teknis untuk tingkat Pusat adalah menteri Perhubungan, Kepala
Kepolisan Republik Indonesia dan Pembina Teknis Harian adalah Direktur
Jenderal Perhubungan Darat.
a. Pembina teknis Daerah Provinsi KAPOLDA
b. Pembina Teknis harian Daerah Provinsi adalah Kepala Dinas
Perhubungan/Kepala Dinas LLAJ.
(5) Pembina teknis Cabang Kabupaten/Kota adalah Kapolres/Kapoltabes dan
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota.
Pasal 13 Dewan Pertimbangan (1) Dewan Pertimbangan organisasi terdapat pada
tingkat Pusat/Nasional, tingkat Daerah dan Tingkat Cabang/Unit. (2) a. Anggota
Dewan Pertimbangan Nasional terdiri dari Anggota dan Anggota Luar Biasa Pusat.
b. Anggota Dewan Pertimbangan Daerah/Provinsi terdiri dari anggota, dan
Anggota Luar Biasa Daerah/Provinsi.
c. Anggota Dewan Pertimbangan Cabang/Unit terdiri dari Anggota dan Anggota
Luar Biasa Cabang/Unit. (3) Ketentuan tentang tatacara pengangkatan, susunan
personalia serta fungsi, tugas pokok dan wewenang Dewan Pertimbangan diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14
Dewan Pimpinan
(1) Dewan Pimpinan ORGANDA adalah perangkat organisasi ORGANDA yang
merupakan pimpinan organisasi ORGANDA tertinggi ditingkatannya masing –
masing, mewakili organisasi keluar dan kedalam dengan masa jabatan lima
tahun. (2) Dewan Pimpinan ORGANDA bertugas melaksanakan tugas dan fungsi
organisasi ORGANDA sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan Pasal 10 serta
keputusan – keputusan musyawarah organisasi lainnya dan bertanggung jawab
kepada Munas, Musda, Muscab/Musnit.
(3) Ketentuan tentang tatacara pengangkatan, susunan Pimpinan dan personalia
serta hak, kewajiban dan wewenang Dewan Pimpinan organisasi ORGANDA
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 15

Anggota ORGANDA
(1) Anggota ORGANDA terdiri dari:
a. Anggota
b. Anggota Luar Biasa
(2) Ketentuan tentang keanggotaan ORGANDA diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT – RAPAT SERTA WEWENANG
Pasal 16
Musyawarah Organisasi (1) Musyawarah Organisasi tingkat Nasional terdiri dari
Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dan
Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) serta Musyawarah Kerja Nasional /
Badan Musyawarah Pleno (Mukernas / BMP). (2) Musyawarah Organisasi tingkat
Provinsi terdiri dari Musyawarah Daerah (Musda), Musyawarah Daerah Luar
Biasa (Musdalub) dan Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda).
(3) Musyawarah Organisasi tingkat Kota / Kabupaten terdiri dari Musyawarah
Cabang/Unit (Muscab/Musnit), Musyawarah Cabang/Unit Luar Biasa
(Muscablub/Musnitlub) dan Musyawarah Kerja Cabang/Unit
(Mukercab/Mukernit).

Pasal 17
Musyawarah Nasional
(1) Musyawarah Nasional (MUNAS) adalah musyawarah organisasi tertinggi
tingkat Nasional sebagai lembaga perwakilan anggota dan merupakan lembaga
kekuasaan tertinggi organisasi ORGANDA.
(2) Musyawarah Nasional (Munas) diselenggarakan satu kali dalam lima tahun
oleh Dewan Pimpinan Pusat.
(3) Musyawarah Nasional mempunyai wewenang untuk:
a. Menilai, menerima atau menolak pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
Pusat.
b. Menetapkan/merubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
c. Menetapkan Program umum Organisasi.
d. Memilih, menetapkan dan mengangkat Dewan Pimpinan Pusat.
e. Menetapkan keputusan – keputusan lainnya
(4) Mekanisme pemilihan dan pengangkatan Ketua Umum dan anggota Dewan
Pimpinan Pusat serta Dewan Pertimbangan Nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf d. diatur lebih lanjut dalam Angaran Rumah Tangga.
(5) Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari
a. Dewan Pimpinan Pusat.
b. Dewan Pimpinan Daerah.
c. Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
Pasal 18
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) diselenggarakan diluar jadwal
Munas berkala untuk meminta pertanggung jawabaan Dewan Pimpinan Pusat
mengenai pelanggaran – pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga. (2). Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah Nasional
Luar Biasa diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 19
Musyawarah Nasional Khusus
(1). Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) merupakan musyawarah tingkat
Nasional untuk menetapkan:
a. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Pembubaran Organisasi (2). Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah
Nasional Khusus diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 20
Musyawarah Kerja Nasional / Badan Musyawarah Pleno ORGANDA
(1) Musyawarah Kerja Nasional / Badan Musyawarah Pleno ORGANDA adalah
Musyawarah kerja antar organisasi tingkat Pusat dan tingkat Daerah/Provinsi
dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi serta penyesuaian visi untuk
melakukan sinergi dalam perencanaan pelaksanaan program–program kerja
antar tingkatan organisasi. (2) Dewan Pimpinan Pusat menyelenggarakan
Musyawarah Kerja Nasional / Badan Musyawarah Pleno ORGANDA sekurang –
kurangnya satu kali dalam setahun. (3). Musyawarah Kerja Nasional / Badan
Musyawarah Pleno ORGANDA mempunyai wewenang untuk:
a. Memberikan penilaian atas pertanggung jawaban pelaksanaan Program Kerja
Umum dan Program Kerja Organisasi, pengelolaan Keuangan,
Perbendaharaan dan harta kekayaan organisasi dari Dewan Pimpinan Pusat
dan Dewan Pimpinan Daerah, serta pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
dari Dewan Pertimbangan Nasional.
b. Menetapkan sasaran program kerja umum dan program kerja organisasi
tahunan, serta pembagian tugas setiap tingkatan organisasi.
c. Melakukan evaluasi atas aspek koordinasi dan sinkronisasi serta kesesuaian
visi dalam melakukan sinergi dalam pelaksanaan program kerja umum dan
program kerja organisasi antar tingkatan organisasi yang telah dilakukan
selama ini.
d. Membantu Dewan Pimpinan Pusat dalam memutuskan hal – hal yang tidak
dapat diputuskannya sendiri dan hasilnya dipertanggung jawabkan pada
Munas. (4) Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional
Badan Musyawarah Pleno ORGANDA diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 21
Musyawarah Daerah
(1) Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah musyawarah organisasi tertinggi tingkat
Provinsi sebagai lembaga perwakilan anggota dan merupakan lembaga
kekuasaan tertinggi organisasi ORGANDA tingkat Provinsi
(2) Musyawarah Daerah (MUSDA) diselenggarakan satu kali dalam lima tahun
oleh Dewan Pimpinan Daerah.
(3) Musyawarah Daerah mempunyai wewenang untuk:
a. Memberikan penilaian dan keputusan atas pertanggung jawaban pelaksanaan
Program Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi.
b. Menetapkan kebijakan Program Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi
Daerah sebagai Garis Besar Program kerja Organisasi Dewan Pimpinan
Daerah, yang sejalan dengan Program Kerja Umum dan Program Kerja
Organisasi Tingkat Nasional.
c. Menetapkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi dan
masalah – masalah lainnya.
d. emilih, menetapkan dan mengangkat Ketua dan anggota Dewan Pimpinan
Daerah serta Dewan Pertimbangan Daerah. (4) Mekanisme pemilihan dan
pengangkatan Ketua dan anggota Dewan Pimpinan Daerah serta Dewan
Pertimbangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d. diatur lebih lanjut dalam Angaran Rumah Tangga.
(5) Keetentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Daerah diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 22
Musyawarah Daerah Luar Biasa
(1). Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) diselenggarakan diluar jadwal
Musda berkala untuk meminta pertanggung jawabaan Dewan Pimpinan Daerah
mengenai pelanggaran – pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
(2) Musdalub mempunyai wewenang untuk:
a. Menilai, menerima dan mensyahkan atau menolak pertanggung jawaban atau
kinerja Dewan Pimpinan Daerah.
b. Jika Pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan Daerah
sebagaimana dimaksud huruf a. ditolak atau tidak diterima, maka Musdalub
dapat memberhentikan Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pertimbangan
Daerah.
c. Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud pada huruf b. maka Musdalub
dapat segera melaksanakan Pemilihan dan mengangkat Ketua dan anggota
Dewan Pimpinan Daerah serta Dewan Pertimbangan Daerah yang baru.
(4) Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah Daerah Luar Biasa diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 23
Musyawarah Kerja Daerah
(1). Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) adalah Musyawarah kerja antar
organisasi tingkat Daerah dan tingkat Cabang/Unit dalam rangka koordinasi dan
sinkronisasi serta penyesuaian visi untuk melakukan sinergi dalam pelaksanaan
program – program kerja antar tingkatan organisasi.
(2). Dewan Pimpinan Daerah menyelenggarakan Musyawarah Kerja Daerah
(Mukerda) sekurang – kurangnya satu kali dalam setahun.
(3). Musyawarah Kerja Daerah mempunyai wewenang untuk:
a. Memberikan penilaian atas pertanggung jawaban pelaksanaan Program Kerja
Umum dan Program Kerja Organisasi, pengelolaan keuangan,
Perbendaharaan dan harta kekayaan organisasi dari Dewan Pimpinan Daerah
dan Dewan Pimpinan Cabang/Unit, serta pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas dari Dewan Pertimbangan Daerah.
b. Menetapkan sasaran program kerja umum dan program kerja organisasi
tahunan, serta pembagian tugas setiap tingkatan organisasi.
c. Melakukan evaluasi atas aspek koordinasi dan sinkronisasi serta kesesuaian
visi dalam melakukan sinergi dalam pelaksanaan program kerja umum dan
program kerja organisasi antar tingkatan organisasi yang telah dilakukan
selama ini.
d. Membantu Dewan Pimpinan Daerah dalam memutuskan hal – hal yang tidak
dapat diputuskannya sendiri dan hasilnya dipertanggung jawabkan pada
Musda.
(4). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda)
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 24 Musyawarah Cabang/Unit.
(1) Musyawarah Cabang /Unit (Muscab/Musnit) adalah musyawarah organisasi
tertinggi tingkat Cabang/Unit sebagai lembaga perwakilan anggota dan
merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi ORGANDA tingkat
Kota/Kabupaten.
(2) Musyawarah Cabang /Unit (Muscab/Musnit) diselenggarakan satu kali dalam
lima tahun oleh Dewan Pimpinan Cabang /Unit.
(3) Musyawarah Cabang /Unit mempunyai wewenang untuk:
a. Memberikan penilaian dan keputusan atas pertanggung jawaban pelaksanaan
Program Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi.
b. Menetapkan kebijakan Program Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi
Cabang/Unit sebagai Garis Besar Program kerja Organisasi Dewan Pimpinan
Cabang /Unit, yang sejalan dengan Program Kerja Umum dan Program Kerja
Organisasi Tingkat Nasional dan Daerah/Provinsi.
c. Menetapkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi dan
masalah – masalah lainnya.
d. Memilih, menetapkan dan mengangkat Ketua dan anggota Dewan Pimpinan
Cabang /Unit serta Dewan Pertimbangan Cabang /Unit.

Anda mungkin juga menyukai