Anda di halaman 1dari 38

PERUBAHAN DAN PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR ORGANDA

MUKADIMAH

Bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah


pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya, kemerdekaan warga Negara Republik Indonesia untuk
berserikat atau berorganisasi dijamin oleh UUD 1945 (dan perubahannya).
Bahwa sesungguhnya peran transportasi sangat penting dan strategis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam menggerakkan roda
perekonomian bangsa, memperkokoh kesatuan persatuan bangsa, berperan
dalam meningkatkan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia maka
diperlukan organisasi angkutan yang kuat, efektif, efisien, inovatif dan konsisten
sebagai perwujudan melaksanakan amanat UUD 1945 (dan perubahannya).
Bahwa dalam usaha untuk lebih meningkatkan pembangunan dibidang ekonomi
khususnya dibidang transportasi yang merupakan bagian penting, diperlukan
langkah-langkah untuk terus mengembangkan iklim usaha yang sehat,
meningkatkan pembinaan dunia usaha, mengembangkan dan mendorong
pemerataan kesempatan yang seluas-luasnya dari masyarakat pengusaha
angkutan untuk ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (dan perubahannya).
Mampu memegang peranan yang besar untuk mewujudkan pemerataan
kesejahteraan rakyat, memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa serta
meningkatkan Ketahanan Nasional, sehingga organisasi harus bebas dari
pengaruh dan kepentingan politik manapun dan merupakan organisasi profesi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka para pengusaha nasional angkutan
bermotor di jalan yang meliputi seluruh Wilayah Tanah Air Indonesia
memandang perlu untuk mempersatukan diri dalam satu organisasi sebagai
sarana untuk menyalurkan aspirasi para pengusaha angkutan, membina dan
mengembangkan dunia usaha angkutan serta sebagai mitra Pemerintah didalam
mensukseskan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Atas dasar pemikiran-pemikiran di atas, serta dengan Ridho Tuhan Yang Maha
Esa, dan dijiwai oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan maka
para pengusaha nasional angkutan bermotor di jalan secara sadar dan
bertanggungjawab sejak tanggal 30 Juni 1962 menyatukan diri dalam suatu
wadah organisasi profesi dengan nama Organisasi Pengusaha Nasional
Angkutan Bermotor di Jalan disebut “ORGANDA “.

1
BAB I
NAMA, WAKTU DIDIRIKAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
ORGANDA adalah Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan.

Pasal 2
Waktu Didirikan
ORGANDA pertama kali dibentuk pada tanggal 30 Juni 1962 bertempat di
Selecta (Malang), merupakan penggabungan organisasi – organisasi pengusaha
angkutan yang ada, diantaranya : Ikatan Perserikatan Pengusaha Otobis
Seluruh Indonesia (IPPOSI), Organisasi Pengangkutan Nasional Indonesia
(ORPENI), Federasi Gabungan Prahoto Indonesia (FEGAPRI), Gabungan
Angkutan Darat Veteran Indonesia (GANDAVETRI).

Pasal 3
Tempat Kedudukan
(1) Dewan Pimpinan Pusat ORGANDA berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia.
(2) Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA berkedudukan di Ibukota Provinsi
yang bersangkutan atau di salah satu pusat kegiatan ekonomi di provinsi
yang bersangkutan.
(3) Dewan Pimpinan Cabang/Unit ORGANDA berkedudukan di Ibukota /
Kabupaten yang bersangkutan atau disalah satu pusat kegiatan ekonomi
di Kota / Kabupaten yang bersangkutan.

BAB II
KEDAULATAN
Pasal 4
Kedaulatan organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya
sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB III
ASAS, TUJUAN, BENTUK DAN SIFAT
Pasal 5
Asas
Organisiasi ini berasaskan Pancasila.

Pasal 6
Tujuan
Organisasi ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan kemampuan
serta profesionalisme para anggota, menuju terwujudnya dunia usaha
angkutan jalan di Indonesia yang kuat, efektif, efisien, inovatif dan berdaya
saing tinggi.

2
Pasal 7
Bentuk
ORGANDA adalah Organisasi Profesi yang merupakan wadah para Pengusaha
Nasional Angkutan Bermotor di Jalan yang berbentuk kesatuan di seluruh
wilayah Republik Indonesia.

Pasal 8
Sifat
ORGANDA adalah organisasi independen.

BAB IV
TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 9
Tugas
(1). Memupuk dan meningkatkan kesadaran Nasional serta patriotisme para
Anggota dalam tanggung jawabnya sebagai Warga Negara.
(2). Membina dan mengembangkan kemampuan manajerial yang professional
serta sistem informasi berbasis teknologi dibidang angkutan jalan.
(3). Memperjuangkan aspirasi seluruh anggota dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan usaha jasa
angkutan jalan di seluruh Wilayah Republik Indonesia, dalam upaya
meningkatkan derajat seluruh anggota agar tetap selaras dengan
fungsinya yang penting, strategis dalam kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara.
(4). Memperjuangkan iklim yang baik dibidang usaha jasa angkutan jalan, serta
mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara para anggota
(5). Membina dan mengembangkan peran serta anggota dalam kegiatan
ORGANDA.
Pasal 10
Fungsi
ORGANISASI BERFUNGSI :
(1). Untuk menyalurkan, memperjuangkan aspirasi dan membina anggota
dalam usaha mewujudkan tujuan organisasi.
(2). Turut aktif dalam mensukseskan pembangunan Nasional sebagai
penggerak roda perekonomian bangsa.
(3). Sebagai sarana komunikasi dengan Pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
(4). Untuk melindungi, menjaga dan memberikan advokasi serta perlindungan
hukum demi kelangsungan hidup usaha anggota.
(5). Sebagai badan representative dari dunia angkutan bermotor di jalan, baik
dalam Negeri maupun luar Negeri.

3
BAB V
ORGANISASI
Pasal 11
Struktur

(1). Struktur Organisasi ORGANDA terdiri dari atas :


a. Ditingkat Nasional disebut Dewan Pimpinan Pusat ORGANDA disingkat
DPP ORGANDA, yang dipilih oleh Musyawarah Nasional.
b. Ditingkat Provinsi disebut Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA disertai
nama Provinsinya yang dipilih oleh Musyawarah Daerah dan
dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Ditingkat Kota/Kabupaten disebut Dewan Pimpinan Cabang ORGANDA
disertai nama Kota / Kabupaten yang dipilih oleh Musyawarah Cabang
dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
d. Pada Provinsi yang memiliki kekhususan, struktur organisasi setingkat
Kota / Kabupaten diprovinsi disebut Dewan Pimpinan Unit (DPU)
disertai dengan nama moda angkutannya masing – masing, yang
dipilih oleh Musyawarah Unit dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan
Daerah.
e. Pada Provinsi yang memiliki territorial / otorita dengan pengelolaan
khusus, struktur organisasi setingkat Kota / Kabupaten diprovinsi
disebut Dewan Pimpinan Cabang Khusus (DPC Khusus) disertai dengan
nama wilayah, yang dipilih oleh Musyawarah Cabang Khusus dan
dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
(2). Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk Koordinator Wilayah (KORWIL).
(3). Dewan Pimpinan Daerah dapat membentuk Koordinator Daerah (KORDA)
(4). Ketentuan tentang Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 12
Pembina Organisasi

(1). Hubungan ORGANDA dengan Pembina bersifat hubungan kemitraan secara


koordinatif.
(2). Pembina terdiri dari Pembina Umum dan Pembina Teknis
(3). Pembina umum untuk :
a. Tingkat Pusat adalah Menteri Dalam Negeri.
b. Daerah Provinsi dan kekhususan organisasi adalah Gubernur
Provinsi.
c. Daerah Kabupaten /Kota adalah Bupati/Walikota.

4
(4). Pembina Teknis untuk tingkat Pusat adalah Menteri Perhubungan, Kepala
Kepolisan Republik Indonesia serta Menteri terkait dan Pembina Teknis
Harian adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
a. Pembina teknis Daerah Provinsi KAPOLDA
b. Pembina Teknis harian Daerah Provinsi adalah Kepala Dinas
Perhubungan/LLAJ dan Kepala Dinas terkait.
(5). Pembina teknis Cabang Kabupaten/Kota adalah Kapolres/Kapoltabes dan
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Terkait.

Pasal 13
Dewan Pertimbangan
(1). Dewan Pertimbangan organisasi terdapat pada tingkat Pusat/Nasional,
tingkat Daerah dan Tingkat Cabang/Unit.
(2). a. Anggota Dewan Pertimbangan Nasional terdiri dari Anggota
dan Anggota Luar Biasa Pusat.
b. Anggota Dewan Pertimbangan Daerah/Provinsi terdiri dari anggota,
dan Anggota Luar Biasa Daerah/Provinsi.
c. Anggota Dewan Pertimbangan Cabang/Unit terdiri dari Anggota dan
Anggota Luar Biasa Cabang/Unit.
(3). Ketentuan tentang tatacara pengangkatan, susunan personalia serta
fungsi, tugas pokok dan wewenang Dewan Pertimbangan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14
Dewan Pimpinan
(1). Dewan Pimpinan ORGANDA adalah perangkat organisasi ORGANDA yang
merupakan pimpinan organisasi ORGANDA tertinggi ditingkatannya
masing – masing, mewakili organisasi keluar dan kedalam dengan masa
jabatan lima tahun.
(2). Dewan Pimpinan ORGANDA bertugas melaksanakan tugas dan fungsi
organisasi ORGANDA sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan Pasal 10
serta keputusan – keputusan musyawarah organisasi lainnya dan
bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah,
Musyawarah Cabang / Musyawarah Unit.
(3). Ketentuan tentang tatacara pengangkatan, susunan Pimpinan dan
personalia serta hak, kewajiban dan wewenang Dewan Pimpinan
organisasi ORGANDA diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
(4). Dewan Pimpinan satu tingkat diatasnya dapat memberikan sanksi kepada
Dewan Pimpinan satu tingkat dibawahnya, sanksi dimaksud diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

5
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 15
Anggota ORGANDA

(1). Anggota ORGANDA terdiri dari :


a. Anggota
b. Anggota Luar Biasa
c. Anggota Kehormatan

(2). Ketentuan tentang keanggotaan ORGANDA diatur lebih lanjut dalam


Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT – RAPAT SERTA WEWENANG

Pasal 16
Musyawarah Organisasi Dan Rapat Pimpinan

(1). Musyawarah Organisasi tingkat Nasional terdiri dari Musyawarah Nasional


(Munas), Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), Musyawarah
Nasional Khusus (Munassus), Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan
Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas).
(2). Musyawarah Organisasi tingkat Provinsi terdiri dari Musyawarah Daerah
(Musda), Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub), Musyawarah Kerja
Daerah (Mukerda) dan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda).
(3). Musyawarah Organisasi tingkat Kota / Kabupaten terdiri dari Musyawarah
Cabang/Unit (Muscab/Musnit), Musyawarah Cabang/Unit Luar Biasa
(Muscablub/Musnitlub) dan Musyawarah Kerja Cabang/Unit
(Mukercab/Mukernit).
Pasal 17
Musyawarah Nasional

(1). Musyawarah Nasional (MUNAS) adalah musyawarah organisasi tertinggi


tingkat Nasional sebagai lembaga perwakilan anggota dan merupakan
lembaga kekuasaan tertinggi organisasi ORGANDA.
(2). Musyawarah Nasional (Munas) diselenggarakan satu kali dalam lima tahun
oleh Dewan Pimpinan Pusat.
(3). Musyawarah Nasional mempunyai wewenang untuk :
a. Menilai, menerima atau menolak pertanggung jawaban Dewan
Pimpinan Pusat.
b. Menetapkan/merubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
c. Menetapkan Program Kerja Umum Organisasi.
d. Memilih, menetapkan dan mengangkat Dewan Pimpinan Pusat.
e. Menetapkan keputusan – keputusan lainnya

6
(4). Mekanisme pemilihan dan pengangkatan Ketua Umum dan anggota Dewan
Pimpinan Pusat serta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) d, serta
dewan Pertimbangan Nasional diatur lebih lanjut dalam Angaran Rumah
Tangga.
(5). Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari
a. Dewan Pimpinan Pusat.
b. Dewan Pimpinan Daerah.
c. Dewan Pimpinan Cabang/Unit.

(6). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional diatur lebih


lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 18
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(1). Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) diselenggarakan diluar
jadwal Munas berkala untuk meminta pertanggung jawabaan Dewan
Pimpinan Pusat mengenai pelanggaran – pelanggaran prinsip atas
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(2). Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
(3). Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang untuk :
1). Mendengar, menilai, menerima atau menolak pertanggung jawaban
Dewan Pimpinan Pusat atas dugaan terjadinya pelanggaran prinsip atas
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah dilakukan
Dewan Pimpinan Pusat, sebagaimana yang diduga oleh Dewan
Pimpinan Daerah yang meminta dilaksanakan Munaslub.
2). Jika pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Pusat sebagaimana
dimaksud butir 1) ditolak oleh Peserta Munaslub maka selanjutnya
Munaslub dapat memutuskan :
a. Memberhentikan Dewan Pimpinan Pusat.
b. Memilih, menetapkan dan mengangkat Dewan Pimpinan Pusat
yang baru.
c. Menetapkan Program Kerja Umum Organisasi.
d. Menetapkan keputusan – keputusan lainnya.
3). Jika pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Pusat sebagaimana
dimaksud pada butir 1) diterima oleh Peserta Munaslub maka
selanjutnya Munaslub dapat memutuskan :
a. Menyatakan bahwa Dewan Pimpinan Pusat tidak melakukan
pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga sebagaimana diduga oleh Dewan Pimpinan Daerah yang
meminta diselenggarakannya Munaslub.
b. Menetapkan keputusan – keputusan lainnya.

7
Pasal 19
Musyawarah Nasional Khusus

(1). Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) merupakan musyawarah tingkat


Nasional untuk menetapkan :
a. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Pembubaran Organisasi

(2). Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah Nasional Khusus diatur


lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 20
Musyawarah Kerja Nasional ORGANDA

(1). Musyawarah Kerja Nasional ORGANDA adalah Musyawarah Kerja antar


organisasi tingkat Pusat dan tingkat Daerah/Provinsi dalam rangka
koordinasi dan sinkronisasi untuk melakukan sinergi dalam perencanaan
pelaksanaan program kerja.
(2). Dewan Pimpinan Pusat menyelenggarakan Musyawarah Kerja Nasional
ORGANDA sekurang – kurangnya satu kali setahun.
(3). Musyawarah Kerja Nasional ORGANDA mempunyai wewenang untuk :
a. Memberikan penilaian atas pertanggung jawaban pelaksanaan Program
Kerja Tahunan, Pengelolaan Keuangan, Perbendaharaan dan harta
kekayaan organisasi dari Dewan Pimpinan Pusat.
b. Menerima laporan kerja Dewan Pimpinan Daerah selama satu tahun.
c. Menetapkan sasaran program kerja umum dan program kerja
organisasi tahunan, serta pembagian tugas setiap tingkatan
organisasi.
d. Melakukan evaluasi atas aspek koordinasi dan sinkronisasi serta
kesesuaian visi dalam melakukan sinergi dalam pelaksanaan
program kerja umum dan program kerja organisasi antar tingkatan
organisasi yang telah dilakukan selama ini.
e. Membantu Dewan Pimpinan Pusat dalam memutuskan hal yang tidak
dapat diputuskannya sendiri dan hasilnya dipertanggung jawabkan
pada Munas.

(4). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional


ORGANDA diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 21
Rapat Pimpinan Nasional
(1). Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) diadakan sewaktu-waktu Dalam hal
terdapat keadaan darurat dan atau mendesak yang menyangkut
kepentingan organisasi serta kelangsungan hidup usaha angkutan.

8
(2). Ketentuan tentang Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22
Musyawarah Daerah
(1). Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah musyawarah organisasi tertinggi
tingkat Provinsi sebagai lembaga perwakilan anggota dan merupakan
lembaga kekuasaan tertinggi organisasi ORGANDA tingkat Provinsi
(2). Musyawarah Daerah (MUSDA) diselenggarakan satu kali dalam lima tahun
oleh Dewan Pimpinan Daerah.
(3). Musyawarah Daerah mempunyai wewenang untuk :
a. Memberikan penilaian dan keputusan atas pertanggung jawaban
pelaksanaan Program Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi.
b. Menetapkan kebijakan Program Kerja Umum dan Program Kerja
Organisasi Daerah sebagai Garis Besar Program kerja Organisasi
Dewan Pimpinan Daerah, yang sejalan dengan Program Kerja Umum
dan Program Kerja Organisasi Tingkat Nasional.
c. Menetapkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi
dan masalah – masalah lainnya.
d. Memilih, menetapkan dan mengangkat Ketua dan anggota Dewan
Pimpinan Daerah serta Dewan Pertimbangan Daerah.
(4). Mekanisme pemilihan dan pengangkatan Ketua dan anggota Dewan
Pimpinan Daerah serta Dewan Pertimbangan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d. diatur lebih lanjut dalam Angaran
Rumah Tangga.
(5). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Daerah diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 23
Musyawarah Daerah Luar Biasa
(1). Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) diselenggarakan diluar jadwal
Musda berkala untuk meminta pertanggung jawabaan Dewan Pimpinan
Daerah mengenai pelanggaran – pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
(2). Musdalub mempunyai wewenang untuk :
a. Menilai, menerima dan mensyahkan atau menolak pertanggung
jawaban Dewan Pimpinan Daerah.
b. Jika Pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Daerah sebagaimana
dimaksud huruf a. ditolak atau tidak diterima, maka Musdalub dapat
memberhentikan Dewan Pimpinan Daerah.

9
c. Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud pada huruf b. maka
Musdalub dapat segera melaksanakan Pemilihan dan mengangkat
Ketua dan anggota Dewan Pimpinan Daerah serta Dewan Pertimbangan
Daerah yang baru.
(3). Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah Daerah Luar Biasa diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 24
Musyawarah Kerja Daerah
(1). Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) adalah Musyawarah Kerja antar
organisasi tingkat Daerah dan tingkat Cabang/Unit dalam rangka
koordinasi dan sinkronisasi serta penyesuaian visi untuk melakukan
sinergi dalam pelaksanaan program – program kerja antar tingkatan
organisasi.
(2). Dewan Pimpinan Daerah menyelenggarakan Musyawarah Kerja Daerah
(Mukerda) sekurang – kurangnya satu kali dalam setahun.
(3). Musyawarah Kerja Daerah mempunyai wewenang untuk :
a. Memberikan penilaian atas pertanggung jawaban pelaksanaan Program
Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi, pengelolaan keuangan,
Perbendaharaan dan harta kekayaan organisasi dari Dewan Pimpinan
Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang/Unit, serta pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas dari Dewan Pertimbangan Daerah.
b. Menetapkan sasaran program kerja umum dan program kerja organisasi
tahunan, serta pembagian tugas setiap tingkatan organisasi.
c. Melakukan evaluasi atas aspek koordinasi dan sinkronisasi serta
kesesuaian visi dalam melakukan sinergi dalam pelaksanaan program
kerja umum dan program kerja organisasi antar tingkatan organisasi
yang telah dilakukan selama ini.
d. Membantu Dewan Pimpinan Daerah dalam memutuskan hal yang tidak
dapat diputuskan sendiri dan hasilnya dipertanggung jawabkan pada
Musda.
(4). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda)
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 25
Rapat Pimpinan Daerah
(1). Rapat Pimpinan Daerah (RAPIMDA) diadakan sewaktu-waktu Dalam hal
terdapat keadaan darurat dan atau mendesak yang menyangkut
kepentingan organisasi serta kelangsungan hidup usaha angkutan.
(2). Ketentuan Rapat Pimpinan Daerah (RAPIMDA) diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

10
Pasal 26
Musyawarah Cabang/Unit
(1) Musyawarah Cabang /Unit (Muscab/Musnit) adalah musyawarah organisasi
tertinggi tingkat Cabang/Unit sebagai lembaga perwakilan anggota dan
merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi ORGANDA tingkat
Kota/Kabupaten.
(2) Musyawarah Cabang /Unit (Muscab/Musnit) diselenggarakan satu kali
dalam lima tahun oleh Dewan Pimpinan Cabang /Unit.
(3). Musyawarah Cabang /Unit mempunyai wewenang untuk :
a. Memberikan penilaian dan keputusan atas pertanggung jawaban
pelaksanaan Program Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi
b. Menetapkan kebijakan Program Kerja Umum dan Program Kerja
Organisasi Cabang/Unit sebagai Garis Besar Program kerja Organisasi
Dewan Pimpinan Cabang /Unit, yang sejalan dengan Program Kerja
Umum dan Program Kerja Organisasi Tingkat Nasional dan
Daerah/Provinsi.
c. Menetapkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi
dan masalah – masalah lainnya.
d. Memilih, menetapkan dan mengangkat Ketua dan anggota Dewan
Pimpinan Cabang /Unit serta Dewan Pertimbangan Cabang /Unit.
(4). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Cabang/Unit diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 27
Musyawarah Cabang /Unit Luar Biasa
(1). Musyawarah Cabang /Unit Luar Biasa (Muscablub/Musnitlub)
diselenggarakan diluar jadwal Muscab/Musnit berkala untuk meminta
pertanggung jawabaan Dewan Pimpinan Cabang/Unit mengenai
pelanggaran – pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
(2). Muscablub/Musnitlub mempunyai wewenang untuk :
a. Menilai, menerima dan mensyahkan atau menolak pertanggung
jawaban atau kinerja Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
b. Jika Pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan Cabang
/Unit sebagaimana dimaksud huruf a. ditolak atau tidak diterima,
maka Muscablub/Musnitlub dapat memberhentikan Dewan Pimpinan
Cabang /Unit dan Dewan Pertimbangan Cabang /Unit.
c. Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud pada huruf b. maka
Muscablub/Musnitlub dapat segera melaksanakan Pemilihan dan
mengangkat Ketua dan anggota Dewan Pimpinan Cabang /Unit serta
Dewan Pertimbangan Cabang /Unit yang baru.

11
(3). Ketentuan tentang penyelengaraan Musyawarah Cabang/Unit Luar Biasa
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 28
Musyawarah Kerja Cabang /Unit
(1). Musyawarah Kerja Cabang/Unit (Mukercab/Mukernit) adalah Musyawarah
kerja organisasi tingkat Cabang/Unit dengan anggotanya dalam rangka
koordinasi dan sinkronisasi serta penyesuaian visi untuk melakukan
sinergi dalam pelaksanaan program – program kerja antar jajaran
organisasi dengan anggotanya, serta dalam rangka mendapatkan
masukan tentang permasalahan dan kendala yang dihadapi anggota
ORGANDA.
(2). Dewan Pimpinan Cabang/Unit menyelenggarakan Musyawarah Kerja
Cabang/Unit (Mukercab/Mukernit) sekurang – kurangnya satu kali dalam
setahun.
(3). Musyawarah Kerja Cabang/Unit mempunyai wewenang untuk :
a. Memberikan penilaian atas pertanggung jawaban pelaksanaan Program
Kerja Umum dan Program Kerja Organisasi, pengelolaan keuangan,
Perbendaharaan dan harta kekayaan organisasi dari Dewan Pimpinan
Cabang/Unit.
b. Menetapkan sasaran program kerja umum dan program kerja organisasi
tahunan, serta pembagian tugas setiap jajaran organisasi.
c. Melakukan evaluasi atas aspek koordinasi dan sinkronisasi serta
kesesuaian visi dalam melakukan sinergi dalam pelaksanaan program
kerja umum dan program kerja organisasi antar jajaran organisasi
dengan anggotanya yang telah dilakukan selama ini.
d. Membantu Dewan Pimpinan Cabang/Unit dalam memutuskan hal – hal
yang tidak dapat diputuskannya sendiri dan hasilnya dipertanggung
jawabkan pada Muscab/Musnit.
(4). Ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Kerja Cabang/Unit diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 29
Rapat Organisasi
(1) Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan
Pimpinan Cabang/Unit (DPC/DPU) wajib menyelenggarakan Rapat Pleno
organisasi minimal 1 (satu) kali setiap bulannya dengan mengundang
seluruh Pimpinan yang ada.
(2) Rapat Pleno organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas,
penyelenggaraannya dapat diperbanyak / ditambah disesuaikan dengan
kebutuhan.
(3) Disamping ketentuan pada ayat (1) dimaksud diatas, jika dianggap perlu
dapat diselenggarakan Rapat pleno yang diperluas.

12
(4) Ketentuan tentang rapat organisasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 30
Mekanisme Pengambilan Keputusan
(1) Keputusan – keputusan dalam sidang diambil atas dasar musyawarah
untuk mufakat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan.
(2) Jika tidak memperoleh mufakat, maka keputusan diambil atas dasar suara
terbanyak.
BAB VIII
MASA JABATAN, PENDELEGASIAN WEWENANG
DAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 31
Masa Jabatan
(1). Masa jabatan Dewan Pimpinan ORGANDA diseluruh tingkatan organisasi
ditetapkan untuk jangka waktu lima tahun.
(2). Pengurus ORGANDA boleh dirangkap disemua tingkatan Organisasi baik
Pusat, Daerah, Cabang / Unit.
(3). Dalam hal suatu Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan
Musyawarah Cabang/Unit, seseorang diangkat sebagai Ketua Umum di
Dewan Pimpinan Pusat atau Ketua di Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan
Pimpinan Cabang/Unit, maka secara otomatis jabatan kepemimpinan
ORGANDA yang dipegang oleh yang bersangkutan sebelumnya dinyatakan
batal.
Pasal 32
Pendelegasian Wewenang
(1). Pendelegasian wewenang di Dewan Pimpinan Pusat
Dalam hal Ketua Umum berhalangan sementara dan atau karena sesuatu
sebab tidak dapat menjalankan kewajiban organisasi untuk jangka waktu
tertentu, maka salah seorang Ketua yang ditunjuk oleh rapat pleno
pengurus bertindak untuk dan atas nama Ketua Umum untuk jangka
waktu tersebut.
(2). Pendelegasian wewenang di Dewan Pimpinan Daerah dan atau
Cabang/Unit.
Dalam hal Ketua berhalangan sementara dan atau karena sesuatu sebab
tidak dapat menjalankan kewajiban organisasinya untuk waktu tertentu,
maka salah seorang Wakil Ketua yang ditunjuk oleh rapat pleno pengurus
bertindak untuk dan atas nama Ketua untuk jangka waktu tersebut.

Pasal 33
Pergantian Antar Waktu
(1). Dalam hal Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan
Daerah dan atau Cabang/Unit berhalangan tetap dan atau karena sesuatu
sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajiban

13
organisasinya sampai masa jabatan kepemimpinannya berakhir, maka
jabatan Ketua Umum DPP, Ketua DPD dan atau Ketua DPC/DPU sementara
waktu digantikan oleh salah seorang dari pengurus, yang ditetapkan oleh
dan dalam rapat pleno Dewan Pimpinan masing – masing tingkatan.

(2). Tindakan yang dilakukan Dewan Pimpinan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) wajib diberitahukan kepada Dewan Pimpinan organisasi satu
tingkat lebih tinggi diatasnya untuk disyahkan dan dikukuhkan, dan
Kepada Dewan Pertimbangan pada tingkatan organisasinya masing –
masing.
(3). Ketentuan Pergantian Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) berlaku pula bagi Pergantian Antar Waktu Dewan Pertimbangan.

BAB IX
KEUANGAN
Pasal 34
Sumber Keuangan
(1). Keuangan Organisasi diperoleh dari :
a. Uang Pangkal
b. Uang Iuran
c. Uang Sumbangan/Hibah yang tidak mengikat
d. Penerimaan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
e. Sumber-sumber lainnya yang sah.
(2). Asset yang dihasilkan dari sumber keuangan sebagaimana disebutkan pada
ayat (1) menjadi kekayaan Organisasi.

(3). Ketentuan tentang tatacara pencatatan dan laporan pengelolaan keungan


dan perbendaharaan serta harta kekayaan organisasi sebagaimana
dimaksud pada Pasal (1) dan (2) diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 35
Pengelolaan dan Pelaporan Perbendaharaan
(1). Dewan Pimpinan disetiap tingkatan organisasi berkewajiban melaporkan
secara berjenjang keuangan organisasi serta pengelolaan harta kekayaan
organisasi pada tingkatannya masing – masing.
(2). Dewan Pimpinan disetiap tingkatan organisasi diwajibkan menyusun
laporan keuangan serta pengelolaan harta kekayaan pada tingkatannya
masing – masing secara rutin setiap bulan serta dipertanggung jawabkan
pada Musyawarah organisasi.
(3). Ketentuan tentang tatacara pencatatan dan pelaporan pengelolaan
keuangan dan perbendaharaan serta harta kekayaan organisasi
sebagaimana dimaksud pada pasal (1) dan (2) diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

14
BAB X
KESEKRETARIATAN
Pasal 36
Sekretariat Dewan Pimpinan
Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan Sekretariat
Dewan Pimpinan Cabang/Unit ORGANDA dapat mengangkat Direktur Eksekutif
dan Sekretaris Eksekutif yang professional.
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 37
Perubahan Anggaran Dasar
(1) Penyempurnaan atau perubahan Angaran Dasar ditetapkan dan disyahkan
berdasarkan ketetapan Musyawarah Nasional (Munas) dan atau
Musyawarah Nasional Khusus (Munassus).

(2) Ketentuan tentang perubahan Anggaran Dasar pada Munas dan Munassus
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 38
Pembubaran Organisasi
(1) Pembubaran organisasi dilakukan harus melalui Musyawarah Nasional
Khusus (Munassus).
(2) Dalam hal organisasi dibubarkan maka Munassus sekaligus menetapkan
penghibahan dan atau penyerahan sebagai sumbangan seluruh harta
kekayaan organisasi kepada badan – badan sosial dan atau yayasan –
yayasan tertentu.
(3) Ketentuan tentang pembubaran organisasi diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
(1) Anggaran Dasar ini ditetapkan dan disyahkan pada Musyawarah Nasional
(Munas) XIV ORGANDA yang diselenggarakan tanggal 22 bulan Februari
Tahun 2010, serta dibuat kedalam suatu akte Notaris.
(2) Sejak diberlakukannya Anggaran Dasar ORGANDA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatas, maka Anggaran Dasar yang ada dan berlaku
sebelum Angaran Dasar ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3) Agar setiap anggota ORGANDA dapat mengetahuinya, seluruh Dewan
Pimpinan ORGANDA diseluruh tingkatan diperintahkan untuk
mengumumkan dan atau menyebarluaskan Anggaran Dasar ini kepada
seluruh anggota ORGANDA dan khalayak lainnya serta berbagai instansi
terkait lainnya.

15
(4) Hal –hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga dan tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan Anggaran Dasar.
(5) Angaran Rumah Tangga sebagai penjabaran ketentuan – ketentuan
Anggaran Dasar disyahkan oleh Musyawarah Nasional (Munas) dan
Musyawarah Nasional Khusus (Munassus).

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Februari 2010

PRESIDIUM PIMPINAN SIDANG


MUSYAWARAH NASIONAL XIV ORGANDA

Ketua Wakil Ketua

Karsidi Budi Anggoro Felix Jos Pillu, SH

Anggota

Jan Ratulangi

16
PERUBAHAN DAN PENYEMPURNAAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANDA

BAB I
UMUM
Pasal 1
Landasan Penyusunan
(1) Anggaran Rumah Tangga disusun berlandaskan kepada Anggaran Dasar
ORGANDA yang ditetapkan dan disyahkan dalam Musyawarah Nasional
XIV ORGANDA tanggal 22 Februari 2010.
(2) Angaran Rumah Tangga ini merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB II
ORGANISASI
Pasal 2
Pembentukan Organisasi
Organisasi ini didirikan pada tanggal 30 Juni 1962 di Selecta (Malang) untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan, berasal dari peleburan beberapa organisasi
Angkutan Umum Nasional yang ada di Indonesia.

BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 3
(1) Sistem keanggotaan ORGANDA bersifat stelsel pasif.
(2) Anggota ORGANDA adalah pengusaha angkutan darat di jalan yang
menjalankan salah satu jenis usaha angkutan jalan berdasarkan perijinan
yang syah serta berkedudukan diwilayah Republik Indonesia.
(3) Anggota Luar Biasa ORGANDA adalah individu / orang perseorangan yang
memiliki keahlian, pengalaman, komitmen dan perhatian serta berperan
terhadap dunia usaha angkutan jalan di Indonesia.
(4) Anggota Kehormatan ORGANDA adalah individu / orang perseorangan yang
dianggap telah memilki karya/berkontribusi/berjasa secara nyata dalam
upaya pembangunan dunia usaha angkutan jalan di Indonesia yang
diangkat oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pasal 4
Pendaftaran Keanggotaan
(1) Anggota, anggota Luar Biasa dan anggota Kehormatan ORGANDA
pendaftaran keanggotanaannya diatur dalam Peraturan Organisasi (PO).
(2) Pendaftaran anggota ORGANDA wajib dilakukan oleh Dewan Pengurus
Cabang / Unit ditempat anggota berdomisili, sesuai dengan ketentuan
ayat (1).

17
(3) Pendaftaran anggota Luar Biasa ORGANDA tingkat Cabang/Unit dilakukan
oleh Dewan Pengurus Daerah, sesuai dengan ketentuan ayat (1).
(4) Pendaftaran anggota Kehormatan ORGANDA tingkat Daerah dilakukan
oleh Dewan Pengurus Pusat, sesuai dengan ketentuan ayat (1).

Pasal 5
Hak Anggota, Angota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan
(1) Setiap Anggota dan anggota Luar Biasa ORGANDA mempunyai hak
mengeluarkan pendapat, mengajukan usul dan pertanyaan secara lisan
maupun tulisan kepada Dewan Pimpinan, serta hak perlindungan, hak
membela diri jika dikenaan sanksi organisasi, dan mempunyai hak untuk
memilih dan dipilih sesuai Anggaran Dasar.
(2) Setiap Anggota Kehormatan ORGANDA mempunyai hak mengeluarkan
pendapat, mengajukan usul dan pertanyaan secara lisan maupun tulisan
kepada Dewan Pimpinan.
Pasal 6
Kewajiban Anggota dan Anggota Luar Biasa
Setiap Anggota dan Anggota Luar Biasa ORGANDA berkewajiban :
(1). Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi serta keputusan-keputusan organisasi.
(2). Setia dan disiplin kepada organisasi.
(3). Membayar uang pangkal dan iuran anggota, yang besaran nominalnya
ditetapkan organisasi.
(4). Menjaga citra dan nama baik ORGANDA.
(5). Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan ORGANDA.
(6). Membantu pimpinan organisasi dalam melaksanakan program kerja
organisasi dan wajib membela kepentingan organisasi terhadap usaha-
usaha yang menghalangi pelaksanaan program tersebut, yang dapat
merugikan organisasi.
(7). Tidak merangkap menjadi anggota organisasi lain yang sejenis.
(8). Ketentuan tentang uang pangkal dan uang iuran Anggota dan Anggota
Kehormatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 7
Kehilangan Keanggotaan
(1) Anggota ORGANDA kehilangan keanggotaannya karena :
a. Mengundurkan diri
b. Menghentikan usahanya
c. Perizinan usahanya dicabut
d. Diberhentikan oleh organisasi

18
(2) Anggota Luar Biasa ORGANDA kehilangan keanggotaannya karena :
a. Mengundurkan diri
b. Meninggal Dunia
c. Diberhentikan oleh organisasi

Pasal 8
Sanksi Terhadap Anggota,
Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan
(1). Setiap Anggota ,Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan ORGANDA
dapat diberi sanksi karena :
a. Melanggar Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi dan Kode Etik organisasi.
b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan
organisasi.
c. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik ORGANDA.

(2). Sanksi yang diberikan organisasi sesuai dengan tingkat kesalahan yang
telah dilakukan, dapat berupa :
a. Teguran atau peringatan tertulis
b. Pemberhentian sementara (skorsing) yang disertai dengan
pemberhentian pelayanan Organisasi
c. Pemberhentian sebagai Anggota, Anggota Luar Biasa dan Anggota
Kehormatan.

Pasal 9
Pemberhentian Sementara dan Pemberhentian Keanggotaan

(1). Pemberhentian sementara atau pemberhentian anggota ORGANDA


dilakukan oleh Dewan Pimpinan organisasi tempat dimana anggota
dimaksud terdaftar.
(2). Pemberhentian sementara atau pemberhentian anggota Luar Biasa
tingkat Daerah/Unit dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
(3). Pemberhentian sementara atau pemberhentian anggota Luar Biasa
diberhentikan Dewan Pimpinan organisasi dimana anggota dimaksud
terdaftar.
(4). Keputusan pemberhentian sementara atau pemberhentian Anggota dan
Anggota Luar Biasa ORGANDA dilakukan setelah terlebih dahulu diberikan
peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut – turut dalam jangka
waktu tiga bulan, terkecuali untuk hal – hal yang dianggap luar biasa.
(5). Dalam masa pemberhentian sementara dan atau setelah pemberhentian,
anggota atau Anggota Luar Biasa yang bersangkutan kehilangan hak – hak
keanggotaannya, serta dibebaskan dari seluruh tugas dan fungsi
keorganisasian yang melekat kepadanya.

19
(6). Anggota atau anggota Luar Biasa yang dikenai sanksi pemberhentian
sementara dan atau pemberhentian berhak untuk melakukan pembelaan
diri pada musyawarah organisasi di tingkatannya masing – masing.
(7). Anggota atau anggota Luar Biasa yang dikenai sanksi pemberhentian
sementara atau Pemberhentian, akan memperoleh pemulihan hak –
haknya kembali, setelah sanksi tersebut dicabut oleh Dewan Pimpinan
yang bersangkutan, pada musyawarah organisasi di tingkatannya masing –
masing.
BAB IV
DEWAN PIMPINAN
Pasal 10
Susunan Personalia Dewan Pimpinan Pusat
(1). Komposisi Dewan Pimpinan Pusat sebanyak banyaknya terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua Umum
b. 6 (enam) orang Ketua
c. 1 (satu) orang Sekretaris Jenderal
d. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris Jenderal
e. 1 (satu) orang Bendahara
f. 1 (satu) orang Wakil Bendahara.
g. 9 (sembilan) orang Ketua Departemen
(2). Departemen sebagaimana dimaksud Ayat (1) diatas adalah :
h. Departemen Moda Angkutan Penumpang
i. Departemen Moda Angkutan Barang
j. Departemen Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan
k. Departemen Ekonomi dan Perbankan
l. Departemen Organisasi, Keanggotaan dan Pembinaan Daerah.
m. Departemen Pembinaan Perusahaan dan Koperasi.
n. Departemen Hubungan Masyarakat, Antar Lembaga dan Kerjasama
Internasional.
o. Departemen Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
p. Departemen Hukum dan Perundang – Undangan.

(3). Tugas dan kewajiban, tata kerja dan ruang lingkup kegiatan Pengurus
sebagaimana dimaksud Ayat (1), dan (2) diatur lebih lanjut oleh Dewan
Pimpinan Pusat.
(4). Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat, terdiri atas : Ketua Umum, Para
Ketua, Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara dan
Wakil Bendahara.
(5). Dewan Pimpinan Pusat bekerja secara kolektif dan semua Keputusan yang
ditetapkan harus didasarkan atas keputusan Rapat Pleno Dewan Pimpinan
Pusat.
(6). Dalam hal-hal yang sangat mendesak Pengurus harian Dewan Pengurus
Pusat dapat menetapkan suatu kebijaksanaan dan wajib mempertanggung
jawabkannya kepada Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat berikutnya.

20
(7). Anggota Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat adalah seluruh Pengurus
Dewan Pimpinan Pusat.
(8). Anggota Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat diperluas terdiri dari, Dewan
Pimpinan Pusat, dan atau Koordinator Wilayah serta Dewan Pimpinan
Daerah yang dianggap perlu dan dapat mengundang Dewan Pertimbangan
Nasional.
Pasal 11
Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah

(1). Koordinator Wilayah adalah unsur Ketua Dewan Pimpinan Daerah


ORGANDA dari beberapa wilayah Provinsi yang terdiri dari :
a. Koordinator Wilayah Satu : Sumatera
b. Koordinator Wilayah Dua : Jawa
c. Koordinator Wilayah Tiga : Bali & Nusa Tenggara
d. Koordinator Wilayah Empat : Kalimantan
e. Koordinator Wilayah Lima : Sulawesi
f. Koordinator Wilayah Enam : Papua & Maluku
(2). Koordinator Wilayah di angkat dan di berhentikan oleh Dewan Pimpinan
Pusat, atas usulan DPD diwilayahnya.
(3). Koordinator Daerah adalah unsur Ketua DPC/DPU dari beberapa wilayah
cabang.
(4). Koordinator Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pimpinan
Daerah, atas usul DPC/DPU.
(5). Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah harus melaporkan
kegiatannya dan kepengurusannya minimal satu tahun sekali kepada DPP
dan DPD.
(6). Ketentuan lebih lanjut tentang Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah
daitur dalam Peraturan Organisasi (PO).

Pasal 12
Susunan Personalia Dewan Pimpinan Daerah
(1). Komposisi Dewan Pimpinan Daerah sebanyak–banyaknya terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua
b. 3 (tiga) orang Wakil Ketua (I/II/III)
c. 1 (satu) orang Sekretaris
d. 1 (satu) orang Wakil Sekretaris
e. 1 (satu) orang Bendahara
f. 1 (satu) orang Wakil Bendahara.
g. 12 (duabelas) orang Ketua Biro

(2). Biro sebagaimana dimaksud Ayat (1) diatas adalah :


a. Biro Moda Angkutan Bus Antar Kota Dalam Provinsi
b. Biro Moda Angkutan Bus Antar Kota Antar Provinsi

21
c. Biro Moda Angkutan Barang Umum & Khusus
d. Biro Moda Angkutan Sewa & Pariwisata
e. Biro Moda Angkutan Kota & Perdesaan.
f. Biro Moda Angkutan Perintis.
g. Biro Teknik Sarana dan Prasarana
h. Biro Ekonomi dan Perbankan
i. Biro Organisasi, Keanggotaan dan Pembinaan Daerah
j. Biro Pembinaan Perusahaan dan Koperasi
k. Biro Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga.
l. Biro Hukum dan Perizinan.
(3). Penetapan Biro dan jumlah personalia sebagaimana dimaksud Ayat (2)
disesuaikan dengan kebutuhan Daerah masing – masing.
(4). Tugas dan kewajiban, tata kerja dan ruang lingkup kegiatan/kerja
Pengurus sebagaimana dimaksud Ayat (1), dan (3) diatur lebih lanjut oleh
Dewan Pimpinan Daerah .
(5). Pengurus Harian Dewan Pimpinan Daerah, terdiri atas : Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
(6). Dewan Pimpinan Daerah bekerja secara kolektif dan semua Keputusan
yang ditetapkan harus didasarkan atas keputusan Rapat Pleno Dewan
Pimpinan Daerah.
(7). Dalam hal-hal yang sangat mendesak Pengurus harian Dewan Pimpinan
Daerah dapat menetapkan suatu kebijakan dan wajib mempertanggung
jawabkannya kepada Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah berikutnya.
(8). Anggota Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah adalah seluruh Pengurus
Dewan Pimpinan Daerah.
(9). Anggota Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah diperluas terdiri dari, Dewan
Pimpinan Daerah dan atau Koordinator Wilayah serta Dewan Pimpinan
Cabang/Unit yang diperlukan dan dapat mengundang Dewan Pertimbangan
Daerah.

Pasal 13
Susunan Personalia Dewan Pimpinan Cabang/Unit
(1). Komposisi Dewan Pimpinan Cabang/Unit sebanyak–banyaknya terdiri dari :
1 (satu) orang Ketua
4 (empat) orang Wakil Ketua (I/II/III/IV)
1 (satu) orang Sekretaris
1 (satu) orang Wakil Sekretaris
1 (satu) orang Bendahara
1 (satu) orang Wakil Bendahara.
11 (sebelas) orang Ketua Bidang
(2). Bidang sebagaimana dimaksud Ayat (1) diatas adalah :
a. Bidang Moda Angkutan Bus Antar Kota Dalam Provinsi
b. Bidang Moda Angkutan Bus Antar Kota Antar Provinsi

22
c. Bidang Moda Angkutan Barang Umum dan Khusus
d. Bidang Moda Angkutan Sewa dan Pariwisata
e. Bidang Moda Angkutan Kota & Perdesaan
f. Bidang Moda Angkutan Perintis
g. Bidang Keuangan dan Perbankan
h. Bidang Organisasi dan Keanggotaan
i. Bidang Pembinaan Perusahaan dan Koperasi
j. Bidang Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga.
k. Bidang Hukum dan Perizinan

(3). Penetapan posisi kepengurusan dan personalia Bidang sebagaimana


dimaksud Ayat (2) disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan Daerah
masing – masing.
(4). Tugas dan kewajiban, tata kerja dan ruang lingkup kegiatan/kerja
Pengurus sebagaimana dimaksud Ayat (1), dan (3) diatur lebih lanjut oleh
Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
(5). Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang/Unit, terdiri atas : Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
(6). Dewan Pimpinan Cabang/Unit bekerja secara kolektif dan semua
Keputusan yang ditetapkan harus didasarkan atas keputusan Rapat Pleno
Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
(7). Dalam hal-hal yang sangat mendesak Pengurus harian Dewan Pimpinan
Cabang/Unit dapat menetapkan suatu kebijaksanaan dan wajib
mempertanggung jawabkannya kepada Rapat Pleno Dewan Pimpinan
Cabang/Unit berikutnya.
(8). Anggota Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang/Unit adalah seluruh
Pengurus Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
(9). Anggota Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang/Unit diperluas terdiri dari,
Dewan Pertimbangan Cabang/Unit dan anggota yang dianggap perlu.

Pasal 14
Tugas – Tugas Dewan Pimpinan
Dalam memenuhi tugas dan fungsi ORGANDA sebagaimana dimaksud dalam
Anggaran Dasar Pasal 9 dan Pasal 10 Dewan Pimpinan Organisasi ORGANDA
diseluruh tingkatan Organisasi berkewajiban :
(1). Melaksanakan seluruh hasil keputusan Munas, Mukernas, Musda, Mukerda,
Muscab/Musnit, Mukercab/Mukernit dan Peraturan Organisasi.
(2). Melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian untuk demi mencapai tujuan dan fungsi organisasi

Pasal 15
Sanksi Terhadap Dewan Pimpinan Organisasi
(1). Setiap Dewan Pimpinan dapat dikenai Sanksi Dalam hal :

23
a. Melakukan tindakan pelanggaran atas ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga ORGANDA
b. Melanggar Peraturan Organisasi (PO)
c. Tidak melaksanakan atau melalaikan kewajibannya sebagai Dewan
Pimpinan Organisasi
d. Menyalahgunakan kedudukan dan wewenang serta kekuasaan yang
diberikan organisasi.
e. Bertindak merugikan dan atau mencemarkan nama baik organisasi.

(2). Tindakan sanksi yang dapat diberikan kepada Dewan Pimpinan Organisasi
berupa :
a. Untuk tingkat DPP Pemberhentian Kepengurusannya.
b. Untuk tingkat DPD Pembekuan / Pemberhentian Kepengurusannya
c. Untuk tingkat DPC/DPU Pembekuan/Pemberhentian Kepengurusannya.

(3). Tindakan sanksi sebagaimana dimaksud Ayat (2) huruf a, b dan c,


dilakukan melalui mekanisme Munaslub, Musdalub, Muscablub/Musnitlub.
(4). Tindakan sanksi sebagaimana dimaksud Ayat (2) huruf b dan c dilakukan
oleh Dewan Pimpinan yang lebih tinggi satu tingkat diatasnya, setelah
melaui tahapan – tahapan sebagai berikut :
a. Adanya peringatan tertulis kepada Dewan Pimpinan yang bersangkutan
oleh dan berdasarkan hasil keputusan Rapat Pleno Dewan Pimpinan
yang lebih tinggi satu tingkat diatasnya, dengan diberikan batas waktu
selama 30 hari untuk memperbaikinya.
b. Jika setelah batas waktu yang diberikan sebagaimana dimaksud huruf
a. peringatan dimaksud tidak diindahkan, maka peringatan kedua
dapat diberikan dengan kembali memberikan batas waktu selama 20
hari untuk memperbaikinya.
c. Jika setelah batas waktu yang diberikan sebagaimana dimaksud huruf
b, peringatan kedua dimaksud tetap tidak diindahkan, maka sanksi
organisasi sebagaimana dimaksud Ayat (1) dapat diberikan setelah
berkonsultasi terlebih dahulu dengan Dewan Pertimbangan yang
berada pada tingkat Dewan Pimpinan yang akan memberikan sanksi.
(5). Dewan Pimpinan yang memberikan sanksi sebagaimana dimaksud Ayat (4)
harus segera membentuk kepengurusan Daerah, Cabang/Unit sementara
(Caretaker) di Provinsi / Kota / Kabupaten yang dikenai sanksi pembekuan
kepengurusan, untuk masa jabatan selama-lamanya enam bulan, dengan
tugas mempersiapkan pelaksanaan Musyawarah Luar Biasa guna memilih
Ketua dan membentuk kepengurusan yang baru dan menjalankan tugas
rutin organisasi.
(6). Masa jabatan Dewan Pimpinan yang terbentuk pada Musyawarah Luar
Biasa sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) adalah Lima Tahun.
(7). Dewan Pimpinan yang memberikan / menjatuhkan sanksi sebagaimana
dimaksud Ayat (4) harus mempertanggung jawabkan kebijakannya kepada

24
Dewan Pimpinan yang tingkatannya lebih tinggi dan kepada Munas, Musda,
Muscab/Musnit yang bersangkutan
(8). Ketentuan tentang tatacara pembentukan kepengurusan Daerah,
Cabang/Unit sementara (Caretaker) di Provinsi, Kota/Kabupaten yang
dikenai sanksi pembekuan kepengurusan, diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi (PO).
BAB V
KEPUTUSAN
Pasal 16
(1). Keputusan dalam sidang diambil dengan Musyawarah untuk mufakat
sesuai dengan isi dan jiwa musyawarah yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan.
(2). Jika tidak diperoleh mufakat, maka keputusan diambil atas dasar suara
terbanyak berdasarkan Anggaran Dasar.
(3). Dalam hal pada pemilihan pertama terdapat jumlah suara yang sama,
maka pemungutan suara diulang.
(4). Bilamana tidak diperoleh suara terbanyak pada pemungutan suara yang
kedua maka keputusan diambil oleh Pimpinan Sidang dengan cara diundi.
(5). Pemilihan perorangan dapat dilakukan dengan pemungutan suara secara
tertulis dan rahasia serta keputusan diambil dengan suara terbanyak.

BAB VI
KEPENGURUSAN
Pasal 17
Tata Cara Pemilihan Pengurus
(1). Pemilihan Ketua Umum DPP, Ketua DPD dan Ketua DPC/DPU dilakukan
melalui musyawarah untuk mufakat atau pemungutan suara secara
langsung, bebas dan rahasia oleh peserta Munas, Musda, Muscab/Musnit
dan atau Munaslub, Musdalub, Muscablub/Musnitlub.
(2). Ketua Umum/Ketua terpilih adalah ketua formatur pembentukan Dewan
Pimpinan.
(3). Dalam pemilihan pengurus Dewan Pimpinan, ketua formatur dibantu oleh
pembantu Formatur, yang dipilih secara musyawarah dan mufakat atau
melalui pemungutan suara secara langsung, bebas dan rahasia oleh
peserta Munas, Musda, Muscab/Musnit dan atau Munaslub,Musdalub,
Muscablub/Musnitlub.
(4). Ketentuan tentang pemilihan Ketua Umum DPP, Ketua DPD dan Ketua
DPC/DPU serta Pengurus Dewan Pimpinan, diatur lebih lanjut dalam tata
tertib.
Pasal 18
Pelantikan Pengurus
(1). Dewan Pimpinan Pusat dilantik oleh Pimpinan Munas/Munaslub.

25
(2). Dewan Pimpinan Daerah dilantik oleh Dewan Pimpinan Pusat.
(3). Dewan Pimpinan Cabang/Unit dilantik oleh Dewan Pimpinan Daerah.

Pasal 19
Kode Etik Anggota dan Pengurus
(1). Kode Etik Anggota dan Pengurus ORGANDA adalah sebagai tuntunan moral
dan perilaku yang mengikat seluruh Anggota dan Pengurus ORGANDA
diseluruh tingkatan Organisasi.
(2). Kode etik anggota dan pengurus ORGANDA diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 20
Sanksi Terhadap Fungsionaris Dewan Pimpinan
(1). Setiap Fungsionaris Dewan Pimpinan dapat dikenai Sanksi oleh Dewan
Pimpinan, karena :
a. Secara sadar melanggar atau tidak mematuhi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
b. Bertindak merugikan dan atau mencemarkan nama baik organisasi.
c. Melanggar Peraturan Organisasi (PO) dan keputusan organisasi
lainnya.
d. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang
diberikan organisai.
(2). Sanksi yang diberikan oleh Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkat
kesalahan yang dilakukan, adalah :
a. Peringatan tertulis
b. Pemberhentian sementara (skorsing).
c. Pemberhentian tetap dari Jabatan.

(3). Keputusan pemberhentian sementara atau pemberhentian tetap kepada


Fungsionaris Dewan Pimpinan yang bersangkutan dilakukan setelah
terlebih dahulu diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
berturut – turut, terkecuali dalam hal – hal yang dianggap luar biasa dapat
dilakukan melalui rapat Pleno Dewan Pimpinan.
(4). Dalam masa pemberhentian sementara dan setelah pemberhentian
tetap, Fungsionaris Dewan Pimpinan yang bersangkutan kehilangan
haknya sebagai pengurus.
(5). Fungsionaris Dewan Pimpinan yang dikenai Sanksi pemberhentian
sementara dan pemberhentian tetap berhak melakukan pembelaan diri
secara berjenjang pada forum musyawarah resmi organisasi sesuai
dengan tingkatannya masing – masing.
(6). Hak – hak rehabilitasi dapat diberikan kepada Fungsionaris Dewan
Pimpinan yang telah mendapat sanksi, dengan keputusan organisasi.

26
Pasal 21
Kesekretariatan Organisasi
Pada setiap jenjang organisasi ORGANDA harus mempunyai Sekretariat
Organisasi, dengan uraian tugas, jabatan dan wewenang sebagai berikut :
(1). Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan
Pimpinan Cabang/Unit ORGANDA dapat mengangkat Sekretaris Eksekutif
yang professional.
(2). Sekretariat ORGANDA disetiap tingkatan melaksanakan semua ketetapan
dan tugas – tugas harian yang dibebankan oleh Dewan Pimpinan dan
Dewan Pertimbangan masing – masing, yang tidak merupakan kebijakan,
mengelola segala urusan administrasi, manajemen kesekretariatan,
personalia, keuangan, harta benda organisasi dan berbagai tugas – tugas
kesekretariatan lainnya.
(3). Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat dipimpin oleh seorang Direktur
Eksekutif dan sekreatriat Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan
Cabang/Unit dipimpin oleh seorang Sekretaris Eksekutif.

Pasal 22
Direktur Eksekutif dan Sekretaris Eksekutif
(1). Direktur Eksekutif Dewan Pimpinan Pusat dan Sekretaris Eksekutif Dewan
Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang/Unit diangkat dan
diberhentikan oleh Dewan Pimpinan masing – masing.
(2). Direktur Eksekutif Dewan Pimpinan Pusat dan Sekreatris Eksekutif Dewan
Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang/Unit bertanggung jawab
kepada Dewan Pimpinan masing-masing, berdasarkan kontrak kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
masing-masing.
(3). Direktur Eksekutif dan Sekreatris Eksekutif bukan pengusaha angkutan
karena itu jabatan Direktur Eksekutif dan Sekretaris Eksekutif tidak boleh
dirangkap oleh Dewan Pimpinan / Dewan Pertimbangan ORGANDA.
(4). Dalam menjalankan tugas sehari-hari Direktur Eksekutif dan Sekretaris
Eksekutif dibantu oleh beberapa staf Sekretariat, yang jumlah serta
pembagian kerjanya diatur sesuai kebutuhan Dewan Pimpinan masing-
masing.
(5). Direktur Ekskeutif dan Sekretaris Eksekutif serta staf lainnya sebagaimana
dimaksud pada Ayat (4) adalah tenaga professional yang bekerja penuh
waktu, yang diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pimpinan masing-
masing serta dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Dewan Pimpinan masing–masing.

BAB VII
DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 23
Struktur, Tugas dan Fungsi Dewan Pertimbangan

27
(1) Struktur organisasi Dewan Pertimbangan terdiri dari satu orang Ketua, satu
orang Wakil Ketua dibantu beberapa orang anggota.
(2) Tugas dan fungsi Dewan Pertimbangan adalah memberikan pertimbangan,
saran dan masukan, atas pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik Anggota, Kode Etik Pengurus
ORGANDA dan ketentuan – ketentuan organisasi lainnya, baik diminta dan
atau tidak diminta oleh Dewan Pimpinan Organisasi.

BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 24
Sumber Dana
(1). Organisasi ORGANDA memperoleh dana sebagaimana diatur dalam Pasal
34 ketentuan Anggaran Dasar.
(2). Setiap anggota wajib membayar Uang Pangkal dan Uang Iuran :
a. Uang pangkal dipungut satu kali untuk setiap anggota.
b. Uang iuran dipungut dari setiap unit kendaraan anggota.
(3). Tatacara pemungutan uang pangkal dan uang iuran anggota diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Organisasi.
(4). Organisasi dapat menerima sumbangan, hibah yang tidak mengikat.

(5). Untuk menciptakan sumber keuangan organisasi, Dewan Pimpinan


ORGANDA diseluruh tingkatan dapat membentuk badan usaha, sepanjang
tidak bertentangan dengan Ketentuan Anggaran Dasar.
Pasal 25
Perimbangan Pembagian Keuangan
(1). Dari jumlah pendapatan keuangan yang bersumber dari uang pangkal dan
uang iuran anggota pembagian perimbangan keuangannya ditetapkan
sebagai berikut :
a. 60 % Untuk Organisasi Cabang/Unit
b. 30 % Untuk Organisasi Daerah
c. 10 % Untuk Organisasi Pusat
(2). Dari jumlah pendapatan keuangan yang bersumber dari usaha – usaha
yang sah yang dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan organisasi disetiap
tingkatan.
(3). Tatacara pembagian keuangan yang dimaksud pada ayat (1) dan sanksinya
ditetapkan dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 26
Penggunaan dan Pengelolaan Keuangan
Kebijakan penggunaan dan pengelolaan keuangan organisasi ORGANDA
diseluruh tingkatan ditetapkan dalam program kerja tahunan yang disusun
sekretariat organisasi dan disetujui Dewan Pimpinan Organisasi.

28
Pasal 27
Pertanggung Jawaban Keuangan
(1). Rapat Dewan Pimpinan Organisasi ORGANDA disetiap tingkatan untuk
membahas dan meneliti laporan keuangan dan perbendaharaan organisasi
dari sekretariat masing - masing diadakan selambat – lambatnya satu
kali dalam tiga bulan.
(2). Dewan Pimpinan satu tingkat diatasnya memiliki wewenang untuk
melakukan audit Dewan Pimpinan satu tingkat dibawahnya atas laporan
pertanggung jawaban keuangan yang disampaikan oleh Dewan Pimpinan
masing-masing.
(3). Sesuai Ayat (2) diatas Dewan Pimpinan masing-masing dapat meminta
audit oleh akuntan publik.
(4). Laporan pertanggung jawban keuangan Dewan Pimpinan Pusat pada
Musyawarah Nasional wajib diuadit oleh akuntan public.
(5). Laporan keuangan dan perbendaharaan organisasi harus disampaikan pada
setiap Musyawarah Keja Nasional, Musyawarah Kerja Daearah dan
Musyawarah Kerja Cabang/Unit tahunan masing-masing tingkatan
organisasi.
(6). Pencatatan keuangan organisasi ORGANDA disetiap tingkatan dimulai
setiap tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan 3 (tiga) Desember tahun
yang sama.
(7). Dewan Pimpinan mempertanggung jawabkan pengawasan pengelolaan
keuangan dan perbendaharaan organisasi kepada Munas/Musda dan
Muscab/Musnit masing – masing.

BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT ORGANISASI
Pasal 28
Musyawarah Nasional (Munas)
(1). Musyawarah Nasional dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.
(2). Peserta Musyawarah Nasional adalah :
a. Dewan Pimpinan Pusat.
b. Dewan Pimpinan Daerah yang telah melaksanakan MUSDA
c. Dewan Pimpinan Cabang/Unit yang telah melaksanakan
MUSCAB/MUSNIT.
(3). Peninjau Musyawarah Nasional adalah :
a. Dewan Pertimbangan Nasional.
b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah.
c. Utusan Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
d. Undangan lainnnya yang dianggap perlu yang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Pusat

29
(4). Pemberitahuan serta Rancangan Acara dan Rancangan Tata Tertib
Musyawarah Nasional harus sudah disampaikan oleh Dewan Pimpinan
Pusat kepada seluruh Peserta Musyawarah Nasional selambat – lambatnya
1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Nasional.

Pasal 29
Hak Suara
(1) Setiap peserta mempunyai hak suara dan Hak Bicara yang sama.
(2) Peninjau hanya memiliki hak Bicara atas persetujuan Pimpinan Sidang.
(3) Dalam Musyawarah Nasional, DPP,DPD dan DPC/DPU masing – masing 1
(satu) suara.

Pasal 30
Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa,
Musyawarah Cabang/Unit Luar Biasa
(1) Dalam hal DPP melakukan pelanggaran prinsip atas AD/ART maka dapat
diadakan Munaslub.
(2) a. Ketentuan tentang Peserta, serta hak dan kewajiban Peserta pada
Munas berlaku pula pada Munaslub.
b. Pada Munaslub tidak ada Peninjau
(3) Munaslub dapat diselenggarakan atas permintaan sekurang – kurangnya
setengah (1/2) ditambah satu (1) jumlah Dewan Pimpinan Daerah.
(4) a. Setiap Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA yang meminta diadakan
Munaslub dapat menarik kembali permintaannya, jika kemudian
Dewan Pimpinan Daerah yang bersangkutan berpendapat telah terjadi
kesalahan dalam penilaian atas kinerja Dewan Pimpinan Pusat.
b. Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA yang menarik kembali permintan
diadakannya Munaslub sebagaimana dimaksud pada huruf a. tidak
dibolehkan mengulangi permintaannya atau ikut serta meminta
diadakannya Munaslub untuk alasan permasalahan yang sama.
(5) Dewan Pimpinan Daerah yang meminta dilaksanakan Munaslub menjadi
penyelenggara dan penanggung jawab Munaslub.
(6) Dewan Pimpinan Daerah yang meminta dilaksanakan Munaslub
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat membentuk Komite bersifat
ad-hoch sebagai penyelenggara Munaslub.
(7) Ketentuan penyelenggaraan tentang Munaslub, berlaku pula untuk
penyelenggaraan Musdalub dan Muscablub/Musnitlub, disesuaikan
tingkatannya masing - masing.
(8) Mengenai tahap – tahap penyelenggaraan Munaslub, Musdalub dan
Muscablub/Musnitlub, diatur lebih lanjut didalam Peraturan Organisasi.

Pasal 31
Musyawarah Nasional Khusus (Munassus)

30
(1). a. Untuk melakukan sinkronisasi suatu keadaan yang memaksa Munassus
dapat menetapkan dan mensyahkan Perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar
Pasal 19 ayat (1) butir a. diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat
setelah mendapat persetujuan Pleno DPP diperluas.
b. Munassus untuk menetapkan dan mensyahkan pembubaran Organisasi
sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar Pasal 19 ayat (1) butir
b.diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat berdasarkan
permintaan/persetujuan sekurang – kurangnya Dua Per Tiga (2/3)
Jumlah Dewan Pimpinan Daerah.
(2). Ketentuan tentang peserta dan peninjau serta hak dan kewajiban Peserta
dan Peninjau pada Munas berlaku pula pada Munassus, kecuali pada
Munassus untuk menetapkan dan membubarkan organisasi sebagaimana
dimaksud ayat (1) butir b. tidak ada Peninjau Munassus.
(3). a. Munassus untuk menetapkan dan mensyahkan perubahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud ayat (1)
butir a. dinyatakan korum dan syah jika dihadiri sekurang – kurangnya
Dua Per tiga (2/3) Jumlah Dewan Pimpinan Daerah.
b. Munassus untuk menetapkan dan mensyahkan pembubaran Organisasi
sebagaimana dimaksud ayat (1) butir b. dinyatakan korum dan syah
jika dihadiri seluruh utusan Dewan Pimpinan Daerah dan utusan Dewan
Pimpinan Cabang/Unit.
(4). Selambat – lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pelaksanaan Munassus,
Dewan Pimpinan Pusat sudah harus mengumumkan seluruh hasil
keputusan Munassus.
Pasal 32
Musyawarah Kerja Nasional
(1) Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.
(2) Peserta Musyawarah Kerja Nasional adalah :
a. Dewan Pimpinan Pusat
b. Dewan Pimpinan Daerah yang telah melaksanakan MUKERDA.

(3) Peninjau Musyawarah Kerja Nasional adalah :


a. Dewan Pertimbangan Nasional.
b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
c. Undangan lainnnya yang dianggap perlu yang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Pusat
Pasal 33
Rapat Pimpinan Nasional

(1). Peserta Rapat Pimpinan Nasional adalah dari unsur Pengurus Dewan
Pimpinan Pusat, Ketua, Sekretaris dan Bendahara Dewan Pimpinan Daerah.
(2). Dalam Rapat Pimpinan Nasional tidak ada Peninjau.

31
Pasal 34
Musyawarah Daerah (Musda)
(1). Musyawarah Daerah dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.
(2). Peserta Musyawarah Daerah adalah :
a. Dewan Pimpinan Pusat.
b. Dewan Pimpinan Daerah.
c. Dewan Pimpinan Cabang/Unit yang telah melaksanakan
MUSCAB/MUSNIT.
(3). Peninjau Musyawarah Daerah adalah :
a. Dewan Pertimbangan Daerah
b. Tamu undangan yang dianggap perlu yang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Daerah.
(4). Pemberitahuan serta Rancangan Acara dan Rancangan Tata Tertib
Musyawarah Daerah harus sudah disampaikan oleh Dewan Pimpinan
Daerah kepada seluruh Peserta Musda selambat – lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Daerah.

Pasal 35
Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda)
(1). Mukerda dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.
(2). Peserta Musyawarah Kerja Daerah adalah :
a. Dewan Pimpinan Daerah
b. Dewan Pimpinan Cabang/Unit yang telah melaksanakan
MUKERCAB/MUKERNIT.
(3). Peninjau Musyawarah Kerja Daerah adalah :
a. Dewan Pimpinan Pusat
b. Dewan Pertimbangan Daerah.
c. Utusan Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
d. Tamu undangan yang dianggap perlu yang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Daerah.
Pasal 36
Musyawarah Cabang/Unit (Muscab/Musnit)
(1). Musyawarah Cabang /Unit dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.
(2). Peserta Musyawarah Cabang /Unit adalah :
a. Dewan Pimpinan Daerah.
b. Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
c. Anggota.
(3). Peninjau Musyawarah Cabang/Unit adalah :
a. Dewan Pertimbangan Cabang/Unit
b. Undangan yang dianggap perlu yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Cabang /Unit
Pasal 37
Musyawarah Kerja Cabang /Unit (Mukercab/Mukernit)
(1). Mukercab/Mukernit dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.

32
(2). Peserta Musyawarah Kerja Cabang/Unit adalah :
a. Dewan Pimpinan Cabang/Unit.
b. Anggota.
(3). Peninjau Musyawarah Kerja Cabang/Unit adalah :
a. Dewan Pimpinan Daerah
b. Tamu undangan yang dianggap perlu yang ditetapkan Dewan Pimpinan
Cabang/Unit.

BAB X
LAMBANG DAN BENDERA/PATAKA ORGANDA
Pasal 38
Lambang ORGANDA
Lambang ORGANDA hanya ada satu yang dapat dipergunakan untuk seluruh
organisasi dari Pusat sampai ke Cabang, Bentuk, Warna, Arti dan Makna
Lambang ORGANDA tertera pada lampiran I Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 39
Bendera/Pataka ORGANDA
(1). Organisasi ORGANDA disetiap tingkatan wajib memiliki bendera/pataka
ORGANDA yang seragam bentuknya. Ketentuan mengenai bendera/pataka
ORGANDA tertera pada lampiran II Angaran Rumah Tangga ini.
(2). Pada hari – hari biasa, Bendera/Pataka ORGANDA dipasang di Kantor
Sekretariat ORGANDA masing – masing pada posisi disamping kiri
Bendera Merah Putih.
(3). Pada acara – acara resmi organisasi seperti Munas/Munassus/Munaslub/
Mukernas/Musda/Musdalub/Mukerda/Muscab/Musnit/Muscablub/Musnitlub
/Mukercab/Mukernit dan pertemuan – pertemuan resmi organisasi lainnya,
Bendera/Pataka ORGANDA dari tingkat organisasi yang bersangkutan
dipasang di depan podium berdampingan dengan bendera Merah Putih
pada posisi disamping kiri Bendera Merah Putih dan dibelakang atau
disampingnya dikelilingi oleh Bendera/Pataka ORGANDA dari organisasi
yang tingkatannya berada langsung dibawahnya.

BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 40
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
Perubahan Anggaran Rumah Tangga ORGANDA ditetapkan berdasarkan
ketetapan Musyawarah Nasional (Munas), sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar Pasal 17 Ayat (3) huruf b. atau ketetapan Musyawarah Nasional
Khusus (Munassus) sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 19 ayat
(1) huruf a.

33
BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 41
Pembubaran Organisasi

(1). Pembubaran ORGANDA dapat dilaksanakan Dalam hal merupakan


keputusan Mutlak dari Peserta yang memiliki hak suara yang hadir dalam
Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) sebagaimana dimaksud dalam
Anggaran Dasar Pasal 19 Ayat (1) huruf b. dan Anggaran Rumah Tangga
Pasal 31 Ayat (1) huruf b.

(2). Dalam hal ORGANDA dibubarkan maka Musyawarah Nasional Khusus


(Munassus) harus menetapkan syarat pembubaran serta syarat likuidasi
harta kekayaan ORGANDA.

BAB XIII
ATURAN PERALIHAN DAN PENUTUP
Pasal 42
Peralihan
(1). Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan oleh Musyawarah Nasional XIV
ORGANDA pada tanggal 22 Februari 2010.
(2). Sejak berlakunya Anggaran Rumah Tangga yang baru, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka Anggaran Rumah Tangga yang ada dan
telah berlaku sebelum Anggaran Rumah Tangga ini dinyatakan tidak
berlaku lagi.
(3). Agar setiap anggota dapat mengetahuinya dan Dewan Pimpinan ORGANDA
diseluruh tingkatan Organisasi ORGANDA diperintahkan untuk
mengumumkan dan atau menyebarluaskan Anggaran Rumah Tangga ini
kepada setiap anggota dan khalayak lainnya.

Pasal 43
Penutup
Hal – hal yang belum cukup diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga ini, diatur
lebih lanjut oleh Dewan Pimpinan Pusat ORGANDA melalui Peraturan
Organisasi (PO) tersendiri, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini dan dipertanggung jawabkan
dalam Musyawarah Nasional berikutnya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Februari 2010

34
PRESIDIUM PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL XIV ORGANDA

Ketua Wakil Ketua

Karsidi Budi Anggoro Felix Jos Pillu, SH

Anggota

Jan Ratulangi

35
Lampiran I : Anggaran Rumah Tangga
Tentang : Lambang ORGANDA

LAMBANG ORGANDA

(1). KETERANGAN UMUM :


Nama : SONYA KARYA WAHANA CAKTI
Bentuk : Perisai Dengan Persegi Lima
Tata Warna : Hijau Muda, Kuning Emas, Biru, Merah, Putih dan
Hitam
Lukisan : Perisai yang persegi lima, didalamnya terdapat bola
dunia macam kendaraan dan nama ORGANDA.
Dibawah perisai terdapat pegas, didalamnya tertulis
nama 1 lambang.
Susunan : Lihat Gambar
(2). RINGKASAN MAKNA / ARTI LAMBANG
Cita-cita serta kewajiban-kewajiban ORGANDA dalam lambang ini
digambarkan dengan lukisan–lukisan yang berukuran sebagai berikut :
2.1. PERISAI YANG PERSEGI LIMA
Perisai adalah suatu alat untuk menangkis serangan apapun dari
manapun datangnya sehingga dapat diartikan sebagai alat untuk
melindungi bagian-bagian yang lemah
2.2. BOLA DUNIA
Bola Dunia melambangkan dunia angkutan yang dipersatukan dalam
satu wadah ialah “ORGANDA” yang memberikan pengarahan dan
pembinaan kepada para pengusaha angkutan bermotor di jalan.
2.3. GAMBAR KENDARAAN
Gambar kendaraan melambangkan berbagai jenis alat angkut
bermotor di jalan dalam suatu kesatuan pembinaan.
2.4. P E G A S
Pegas melambangkan kendaraan dijalan dan sebagai perwujudan
“keluwesan” dari organisasi dalam membina para anggotanya.

36
2.5. T A T A - W A R N A
Melambangkan sifat sebagai berikut :
2.5.1. Hijau Muda : Kemakmuran dan Kesejahteraan masyarakat.
2.5.2. Kuning Emas : Kekayaan dan kebesaran Bangsa Indonesia.
2.5.3. Biru : Rasa perdamaian, kebebasan dan kesetiaan.
2.5.4. Merah : Rasa keberanian menghadapi tantangan.
2.5.5. Putih : Kemurnian dan kesucian
2.5.6. Hitam : Kekuatan dan keteguhan
2.6. TERTULIS “SONYA KARYA WAHANA CAKTI” DIDALAM PEGAS
2.6.1. SONYA : Wadah, Tempat
2.6.2. KARYA : Usaha, Kerja
2.6.3. WAHANA : Kendaraan
2.6.4. CAKTI : Ampuh, Mampu dan Agung
(3). ARTI KESELURUHAN
Kesimpulan makna lambang ORGANDA ialah dengan penuh keluhuran,
kesetiaan dalam alam demokrasi ekonomi, ORGANDA melandaskan usaha-
usahanya dengan Rachmat Tuhan Yang Maha Esa dan ikut aktif
mewujudkan masyarakat Adil dan Makmur atas dasar motif kepentingan
bersama Pemerintah, Pengusaha dan Masyarakat sebagai kekuatan Tri
Tunggal Ekonomi Nasional.
(4). PEMBUAT
4.1. LAMBANG ORGANDA DIBUAT SEBAGAI :
4.1.1. Vandel (harus berwarna menurut ketentuan)
4.1.2. Plakat
4.1.3. Simbol Pada :
4.1.3.1. Sampul
4.1.3.2. Amplop
4.1.3.3. Kartu Anggota
4.1.3.4. Bahan-bahan yang dikeluarkan ORGANDA.
4.2. UKURAN DARI MACAM-MACAM TERSEBUT DIATAS
4.2.1. Vandel : Leber 40 cm dan panjang 80 cm
4.2.2. Miniatur Vandel lebar 20 cm dan panjang 30 cm
4.2.3. Plakat menurut besar kecilnya plakat
4.2.4. Simbol menurut besar kecilnya kertas yang dipergunakan
(5). PENGGUNAAN VANDEL
5.1. Pada waktu Musyawarah Nasional, musyawarah Daerah/Cabang/Unit
5.2. Pada waktu serah terima jabatan anggota pengurus DPP, DPD,
DPC/DPU.
5.3. Miniatur Vandel dan Plakat dapat digunakan sebagai tanda kenang-
kenangan.

(6). PERLAKUAN
Pada waktu Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah serta serah
terima jabatan Pengurus DPP/DPD/DPC/DPU Vandel sudah terpancang
didalam ruangan disebelah kanan meja pimpinan dan bendera Merah Putih
berada disebelah kanan vandal.

37
(7). PENEMPATAN DAN PENYIMPANAN
Penempatan / penyimpanan pandel ORGANDA dilakukan ditempat yang
tidak mengurangi arti vandal ORGANDA.

Disyahkan di : Pandaan, Jawa Timur


Pada tanggal : 9 Maret 1975

Lampiran II : Anggaran Rumah Tangga ORGANDA


Tentang : Bendera / Pataka ORGANDA

BENDERA / PATAKA ORGANDA

……………………………………………………………

Bendera / Pataka ORGANDA berbentuk empat persegi panjang berwarna dasar


hitam, dengan perbandingan sisi Tiga banding Dua (3 : 2), berukuran panjang
105 cm dan Lebar 70 cm, terdiri dari dua muka timbal balik yang sama, dengan
Lambang ORGANDA ditengah dengan bentuk dan warna sesuai ketetapan dan
Tulisan Dewan Pimpinan ORGANDA sesuai dengan tingkatan organisasinya
masing-masing berwarna kuning emas tepat dibawah Lambang, dengan untaian
benang berwarna kuning emas di sekeliling Bendera / Pataka.

38

Anda mungkin juga menyukai