TATA TERTIB
MUSYAWARAH DAERAH VII
ANGKATAN MUDA PEMBAHARUAN INDONESIA
PROVINSI JAWA BARAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Musyawarah Daerah VII Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia Provinsi Jawa Barat
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi Angkatan Muda Pembaharuan
Indonesia Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya dalam Tata Tertib ini disebut MUSDA.
(2). Kedaulatan organisasi ada ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
MUSDA.
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
MUSDA mempunyai tugas dan wewenang :
a. Menetapkan Jadwal Acara dan Tata Tertib MUSDA Angkatan Muda Pembaharuan
Indonesia (AMPI) Provinsi Jawa Barat masa bakti 2021 - 2026 ;
b. Memilih dan menetapkan Pimpinan MUSDA
c. Menetapkan Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan Kehormatan dan Ketua Dewan
Penasehat DPD AMPI Provinsi Jawa Barat masa bakti 2021-2026;
d. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Angkatan Muda Pembaharuan
Indonesia Provinsi Jawa Barat masa bakti 2021 - 2026 ;
e. Menyusun kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah AMPI Provinsi Jawa Barat masa bakti
20218-2026;
f. Memilih dan menetapkan Tim Formatur MUSDA
g. Menetapkan hasil kerja Tim Formatur MUSDA
h. Menetapkan keputusan lainnya yang dianggap perlu, dalam batas kewenangannya.
BAB III
UTUSAN
Pasal 3
MUSDA dihadiri oleh Utusan, terdiri dari :
(1) Peserta :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
c. Unsur DPD AMPI Kabupaten / Kota
1
DRAFT 1
(2) Peninjau :
a. Unsur Dewan Pembina
b. Unsur eksponen OKP yang berorientasi pada Karya dan Kekaryaan.
c. Unsur perorangan yang diundang oleh Ketua DPD AMPI Provinsi Jawa Barat.
(3) Jumlah dan perincian Utusan ditetapkan oleh Ketua Plt DPD AMPI Provinsi Jawa Barat.
(4) Setiap Utusan wajib membawa Surat Mandat dari Dewan Pimpinan dan/atau Undangan
dari Ketua Plt DPD AMPI Provinsi Jawa Barat.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN UTUSAN (PESERTA DAN PENINJAU)
Pasal 4
(1) Peserta MUSDA berhak untuk :
a. Berbicara atas persetujuan Pimpinan Rapat;
b. Mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul-usul serta saran, baik secara lisan
maupun tulisan;
c. Memberikan suara yang penggunaannya diatur dalam BAB X Peraturan Tata
Tertib ini;
d. Memilih dan dipilih;
e. Menghadiri rapat-rapat.
(2) Peninjau MUSDA berhak untuk :
a. Menghadiri rapat-rapat;
b. Berbicara atas persetujuan Pimpinan Rapat;
c. Dipilih.
(3) Khusus Peninjau dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Karya dan Kekaryaan
(OKPK) mempunyai hak untuk menyampaikan Pemandangan/Pendapat atas
persetujuan Pimpinan Rapat.
Pasal 5
(1) Setiap Peserta dan Peninjau dalam mengajukan pendapatnya, baik secara lisan
maupun tulisan sesuai dengan pokok materi yang dibahas pada rapat tersebut;
(2) Pendapat yang diajukan harus disusun secara singkat serta jelas disampaikan kepada
Pimpinan Rapat.
Pasal 6
Apabila Pimpinan Rapat menganggap pendapat Peserta dan Peninjau belum jelas, kepada
yang bersangkutan diberi hak untuk mengemukakan pendapatnya lagi dengan singkat dan
Pimpinan Rapat berhak mengambil kesimpulan atas pendapat tersebut.
Pasal 7
(1) Peserta dan Peninjau berhak untuk mengajukan usul perubahan terhadap Rancangan-
rancangan Keputusan yang diajukan oleh Pimpinan Musda;
2
DRAFT 1
(2) Pokok-pokok usul perubahan Rancangan Materi MUSDA dapat dikemukakan dalam
Rapat Paripurna;
(3) Pengambilan Keputusan terhadap usul perubahan dalam Rapat Paripurna diusahakan
sejauh mungkin dengan musyawarah untuk mufakat;
(4) Apabila pengambilan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini tidak
mungkin dicapai, maka Keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
BAB V
ALAT - ALAT KELENGKAPAN
Pasal 8
Alat-alat kelengkapan MUSDA disusun menurut pengelompokkan kegiatan dalam rangka
pelaksanaan tugas MUSDA.
Pasal 9
MUSDA mempunyai alat-alat kelengkapan sebagai berikut :
. Pimpinan MUSDA;
. Formatur.
BAB VI
PIMPINAN MUSDA
Pasal 10
(1) MUSDA dipimpin oleh Pimpinan MUSDA yang dipilih oleh dan dari Peserta MUSDA
di dalam Rapat Paripurna MUSDA.
(2) Rapat Paripurna MUSDA yang membahas Jadwal Acara dan Tata Tertib untuk
pertama kali dipimpin oleh Ketua Plt DPD AMPI Provinsi Jawa Barat beserta DPP
AMPI sebagai Pimpinan MUSDA Sementara.
(3) Unsur-unsur Pimpinan MUSDA sesuai ayat (1) dipilih dengan komposisi :
a. 1 (satu) orang unsur Dewan Pimpinan Pusat;
b. 1 (satu) orang unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi
c. 3 (tiga) orang unsur Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten / Kota.
(4) Pimpinan MUSDA bersifat kolektif, terdiri dari :
. Seorang Ketua;
. Seorang Sekretaris;
. (tiga) orang Anggota.
(5) Wewenang Pimpinan MUSDA, ialah :
a. Memimpin rapat-rapat MUSDA;
b. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Musyawarah dan Rapat-rapat selama
MUSDA;
(6) Pembagian tugas diantara Unsur-unsur Pimpinan MUSDA diatur lebih lanjut oleh
Ketua.
3
DRAFT 1
BAB VII
FORMATUR
Pasal 11
(1) Formatur berwenang menyusun kepengurusan DPD AMPI Provinsi Jawa Barat sesuai
dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan keputusan-
keputusan MUSDA AMPI dan dilaporkan dalam Rapat Paripurna MUSDA.
(2) Formatur dipimpin oleh Ketua DPD AMPI Provinsi Jawa Barat Terpilih sebagai Ketua
Formatur, beranggotakan Unsur Dewan Pembina DPD AMPI Provinsi, Unsur . Plt
DPD AMPI Provinsi, Unsur DPP AMPI dan 3 (tiga) orang perwakilan DPD AMPI
Kabupaten / Kota.
(3) Unsur Formatur dari DPD AMPI Kabupaten / Kota dilakukan dengan musyawarah
mufakat, dalam Rapat MUSDA.
(4) Kerja Formatur bersifat Final dan tidak dapat diganggu gugat.
BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT - RAPAT
Pasal 12
Rangkaian Rapat-rapat seperti tersebut pada pasal-pasal Peraturan Tata Tertib ini, disebut
Musyawarah Daerah (MUSDA).
Pasal 13
Pasal 14
(2) Apabila diperlukan Pimpinan MUSDA dapat menyatakan Rapat bersifat tertutup.
BAB IX
QUORUM
Pasal 15
(1) MUSDA dinyatakan sah / quorum, bila dihadiri setengah plus satu (50 % + 1) jumlah
peserta;
(2) Dalam hal pemilihan Formatur dan calon Ketua DPD AMPI Provinsi Rapat Paripurna
MUSDA sekurang-kurangnya dihadiri oleh dua pertiga dari jumlah peserta;
4
DRAFT 1
Pasal 16
(1) Paripurna / Rapat dinyatakan sah / quorum untuk mengambil keputusan apabila
dihadiri sekurang-kurangnya seBarat ditambah satu (50 % + 1) jumlah peserta yang
tercatat sebagai Peserta MUSDA;
(2) Apabila yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini tidak tercapai, maka Paripurna /
Rapat ditunda sampai paling banyak dua kali dengan selang waktu paling lama 2 X 20
menit;
(3) Apabila setelah dua kali penundaan sesuai ayat (2) Pasal ini ternyata syarat sesuai
ayat (2) tidak tercapai, maka Paripurna / Rapat dilanjutkan, dianggap memenuhi quorum
dan dapat mengambil Keputusan.
Pasal 17
(2) Mufakat dan/atau putusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dapat
dipertanggungjawabkan serta tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMPI;
(5) Apabila dalam pengambilan Keputusan berdasarkan suara terbanyak terdapat suara
yang sama, maka pemungutan suara diulang;
(6) Apabila dalam pemungutan suara berikutnya terdapat jumlah suara yang sama, maka
usulan terhadap Materi ditolak;
5
DRAFT 1
(7) Penyampaian suara dilakukan oleh Peserta untuk menyatakan sikap setuju, menolak
atau abstein secara langsung, bebas dan rahasia.
BAB X
TATA CARA HAK BICARA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 18
TATA CARA HAK BICARA
(2) Juru Bicara Utusan berbicara atas nama Ketua DPD AMPI Provinsi dan / atau DPD
AMPI Kabupaten/Kota serta OKPK;
(3) Juru Bicara ditunjuk dari dan oleh Utusan yang bersangkutan;
(4) Juru Bicara berbicara setelah mendapat izin dari Pimpinan MUSDA di tempat yang
telah disediakan;
(5) Pimpinan MUSDA dapat berbicara untuk memperjelas masalah yang kurang jelas, atau
yang sedang diperdebatkan;
Pasal 19
(1) Pimpinan MUSDA mengatur ketentuan mengenai lamanya Juru Bicara berbicara;
(2) Bilamana Juru Bicara melampaui batas waktu yang ditetapkan, Pimpinan MUSDA
memperingatkan Juru Bicara supaya mengakhiri pembicaraannya dan harus ditaati.
Pasal 20
(1) Sebelum berbicara setiap Juru Bicara wajib mendaftarkan dahulu kepada Pimpinan
MUSDA / Rapat;
(2) Juru Bicara yang belum mendaftarkan sebagai dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,
tidak berhak berbicara kecuali bila menurut Pimpinan MUSDA / Rapat ada alasan -
alasan yang dapat diterima.
(3) Giliran berbicara diberikan menurut urutan permintaan yang diatur oleh Pimpinan
MUSDA / Rapat;
6
DRAFT 1
Pasal 21
Pasal 22
(1) Untuk menjadi bahan pembahasan Sidang / Rapat, maka interupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Peraturan Tata Tertib ini harus disetujui oleh Pimpinan
MUSDA / Rapat;
(2) Seorang Juru Bicara yang diberikan kesempatan menyampaikan interupsi diberikan
waktu waktu 5 (lima) menit.
Pasal 23
Apabila seorang Juru Bicara menyimpang dari pokok-pokok pembicaraan, maka Pimpinan
MUSDA / Rapat dapat mengingatkan dan meminta supaya kembali pada pokok pembicaraan.
Pasal 24
(1) Apabila seorang Juru Bicara dalam Rapat mempergunakan kata-kata yang tidak
layak, mengganggu ketertiban atau menganjurkan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan hukum, Pimpinan MUSDA / Rapat dapat
memberikan nasehat dan memperingatkan supaya Pembicara tertib kembali;
(2) Dalam hal demikian, Pimpinan MUSDA / Rapat memberikan kesempatan kepada Juru
Bicara yang bersangkutan untuk menarik kembali kata-kata yang menyebabkan ia
diberi peringatan. Jika ia memenuhi permintaan Pimpinan MUSDA / Rapat, maka kata-
kata tersebut tidak dimuat dalam Risalah Rapat;
(3) Apabila seorang Juru Bicara tidak memenuhi peringatan Pimpinan MUSDA / Rapat
sebagaimana tersebut dalam ayat (1) dalam pasal ini, atau mengulangi pelanggaran itu,
Pimpinan MUSDA / Rapat dapat melarang meneruskan pembicaraan.
7
DRAFT 1
Pasal 25
(1) Apabila Peserta atau Peninjau melakukan perbuatan mengganggu ketertiban Rapat,
Pimpinan MUSDA / Rapat memperingatkan agar Peserta atau Peninjau tersebut
menghentikan perbuatan tersebut;
(2) Jika peringatan tersebut pada ayat (1) Pasal ini tidak diindahkan Pimpinan MUSDA /
Rapat dapat menyuruh Peserta atau Peninjau itu meninggalkan Ruang Sidang / Rapat;
(3) Apabila Peserta atau Peninjau tersebut, tidak mengindahkan Pimpinan MUSDA /
Rapat seperti yang dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini, ia dapat dikeluarkan dari Ruang
Sidang/Rapat.
Pasal 26
(1) Apabila Pimpinan MUSDA / Rapat menganggap perlu, maka Rapat dapat ditunda atas
persetujuan Peserta Rapat ;
Pasal 27
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(1) Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat;
(2) Apabila yang diinginkan pada butir (1) pada Pasal ini tidak dimungkinkan, maka
pengambilan keputusan dilakukan dengan pemungutan suara terbanyak;
BAB XI
RISALAH
Pasal 28
(1) Untuk setiap Sidang / Rapat sedapat-dapatnya dibuat Risalah, yakni laporan jalannya
persidangan / Rapat secara tertulis yang berisi :
1. Tempat dan Acara Rapat;
2. Hari / Tanggal Rapat dan Jam pembuatan serta penutupan Rapat;
3. Ketua dan Sekretaris Rapat;
4. Nama-Nama Peserta dan Peninjau yang hadir;
5. Juru Bicara dan pembicaraan mereka masing-masing;
6. Materi Pembicaraan selama Rapat / Sidang;
7. Keputusan / Kesimpulan Rapat / Sidang;
8
DRAFT 1
(2) Seluruh risalah rapat dilaporkan kepada Panitia selaku penyelenggara MUSDA yang
selanjutnya diserahkan kepada Ketua DPD AMPI Provinsi Terpilih.
Pasal 29
Pengambilan Keputusan untuk memilih Formatur sama dengan tata cara pengambilan
Keputusan pada BAB X Peraturan Tata Tertib ini.
BAB XII
PERSYARATAN KETUA
Pasal 30
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Tata Tertib ini diputuskan oleh MUSDA.
Pasal 32
9
DRAFT 1
DITETAPKAN DI : Bandung
PADA TANGGAL : …….. Februari 2021
PIMPINAN SEMENTARA,
………………………. ……………………….
Ketua Sekretaris
10