Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

‘AISYIYAH

DOSEN PENGAMPU : Susi Herlinda M.Pd

DISUSUN OLEH :

YULIANTI

NIM : 19306011015

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

‘AISYIYAH RIAU

2021
BAB I
NAMA, PENDIRIAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama ‘Aisyiyah
Pasal 2
Pendirian
‘Aisyiyah didirikan oleh K.H.A. Dahlan pada tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan
dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta, untuk waktu yang tidak terbatas
Pasal 3
Tempat Kedudukan
‘Aisyiyah berkedudukan di Yogyakarta
BAB II
IDENTITAS, STATUS, DAN LAMBANG
Pasal 4
Identitas
‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah merupakan
gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas Islam
serta bersumber kepada Alqur’an dan As-Sunah.
Pasal 5
Status
(1) ‘Aisyiyah adalah Organisasi Otonom Khusus Persyarikatan Muhammadiyah
(2) Organisasi Otonom khusus adalah organisasi otonom yang seluruh anggotanya
anggota Muhammadiyah dan diberi wewenang menyelenggarakan amal usaha
yang ditetapkan oleh Pimpinan Muhammadiyah dalam koordinasi Unsur Pembantu
pimpinan yang membidangi sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang amal
usaha tersebut
Pasal 6
Lambang
Lambang ‘Aisyiyah adalah matahari bersinar dua belas di tengah bertuliskan
‘Aisyiyah yang dilingkari kalimat Asyhadu an lã ilãha illa Allãh wa asyhadu anna
Muhammadan Rasul Allãh dengan huruf arab.
BAB III
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 7
Tujuan
Tegaknya agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya
Pasal 8
Usaha

(1). Usaha untuk mencapai tujuan tersebut, ‘Aisyiyah melakukan dakwah amar
makruf nahi munkar dan tajdid di segala bidang kehidupan
(2). Usaha‘Aisyiyah diwujudkan dalam program, pelaksanaanya dalam bentuk
amal Usaha dan kegiatan
(3). Penentu Kebijakan dan Penanggung jawab program, amal usaha dan kegiatan
adalah Pimpinan ‘Aisyiyah

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Anggota
Anggota ‘Aisyiyah adalah anggota Muhammadiyah perempuan

BAB V
SUSUNAN , PENDIRIAN, DAN PENETAPAN ORGANISASI
Pasal 10
Susunan Organisasi

(1) Susunan organisasi ‘Aisyiyah terdiri dari : Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah,
Pusat
(2) Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan
(3) Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat
(4) Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten
(5) Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi
(6) Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara
Pasal 11
Pendirian dan Penetapan Organisasi
(1) Pendirian Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas
lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
(2) Pendirian Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan
oleh Pimpinan Wilayah.
(3) Pendirian Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan
oleh Pimpinan Daerah.
(4) Dalam hal-hal luar biasa, Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain.
BAB VI
PIMPINAN
Pasal 12
Struktur Pimpinan
Struktur Pimpinan Organisasi terdiri atas:
1. Pimpinan Pusat
2. Pimpinan Wilayah
3. Pimpinan Daerah
4. Pimpinan Cabang
5. Pimpinan Ranting

Pasal 13
Pimpinan Pusat
(1) Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi yang
memimpin Organisasi secara keseluruhan
(2) Pimpinan Pusat bertanggung jawab kepada Muktamar
(3) Jumlah anggota Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya 13 (tiga belas) orang yang
dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar untuk satu masa Jabatan
(4) Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan dalam Muktamar dari dan atas usul
anggota Pimpinan Pusat terpilih
(5) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Tanwir.
Pasal 14
Pimpinan Wilayah
(1) Pimpinan Wilayah adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam wilayahnya.
(2) Pimpinan Wilayah bertugas memimpin Organisasi di dalam wilayahnya dan
melaksanakan kebijakan Pimpinan Pusat.
(3) Pimpinan Wilayah bertang-gungjawab kepada Musyawarah Wilayah
(4) Jumlah Anggota Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orang
yang dipilih dalam Musyawarah Wilayah dan sebanyaknya-banyaknya dibawah
jumlah pimpinan diatasnya yang terpilih, serta ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
untuk satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah dari antara
dan atas usul anggota Pimpinan Wilayah terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Wilayah
Pasal 15
Pimpinan Daerah
(1) Pimpinan Daerah adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam daerahnya.
(2) Pimpinan Daerah bertugas memimpin Organisasi di dalam daerahnya dan
melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya.
(3) Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah
(4) Jumlah Anggota Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang
yang dipilih dalam Musyawarah Daerah, dan sebanyaknya-banyaknya dibawah
jumlah pimpinan diatasnya yang terpilih, serta ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah
untuk satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan dalam Musyawarah Daerah dari antara dan
atas usul anggota Pimpinan Daerah terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Daerah.
Pasal 16
Pimpinan Cabang
(1) Pimpinan Cabang adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam cabangnya.
(2) Pimpinan Cabang bertugas memimpin Organisasi di dalam Cabangnya
dan melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya.
(3) Pimpinan Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Cabang
(4) Jumlah Anggota Pimpinan Cabang sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang yang
dipilih dalam Musyawarah Cabang, dan sebanyak-banyaknya dibawah jumlah
pimpinan diatasnya, serta ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk satu masa
jabatan
(5) Ketua Pimpinan Cabang ditetapkan dalam dalam Musyawarah Cabang
dari antara dan atas usul anggota Pimpinan Cabang terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Cabang dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Cabang
Pasal 17
Pimpinan Ranting
(1) Pimpinan Ranting adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam rantingnya.
(2) Pimpinan Ranting bertugas memimpin Organisasi di dalam rantingnya
dan melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya.
(3) Pimpinan Ranting bertanggungjawab kepada Musyawarah Ranting
(4) Jumlah Anggota PimpinanRanting sekurang-kurang 5 (lima) orang yang dipilih
dalam Musyawarah Ranting, dan sebanyaknya-banyaknya dibawah jumlah
pimpinan diatasnya yang terpilih, serta ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk
satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan dalam Musyawarah Ranting dari antara
dan atas usul anggota Pimpinan Ranting terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Ranting dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Ranting

Pasal 18
Pemilihan Anggota Pimpinan
(1) Calon Anggota Pimpinan adalah anggota ‘Aisyiyah
(2) Pemilihan pimpinan dapat dilakukan secara langsung atau dengan
sistem formatur
Pasal 19
Badan Pembantu Pimpinan
(1) Badan Pembantu Pimpinan terdiri dari Majelis dan Lembaga
(2) Majelis adalah Badan Pembantu Pimpinan yang menjalankan sebagian
tugas pokok Organisasi
(3) Lembaga adalah Badan Pembantu Pimpinan yang menjalankan tugas
pendukung Organisasi

Pasal 20
Masa Jabatan Pimpinan dan Badan Pembantu Pimpinan
(1) Masa jabatan Pimpinan Organisasi dan Badan Pembantu Pimpinan di
semua tingkat 5 (lima) tahun
(2) Jabatan Ketua Umum Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah,
Ketua Pimpinan Daerah, masing-masing dapat dijabat oleh orang yang sama dua
(2) kali masa jabatan berturut-turut
(3) Serah-terima jabatan Pimpinan Pusat dilakukan, pada saat Muktamar
telah menetapkan Pimpinan Pusat baru. Sedang serah-terima jabatan
Pimpinan Wilayah Pimpinan Daerah, Ketua Pimpinan Cabang, dan Pimpinan
Ranting dilakukan setelah disahkan oleh Pimpinan di atasnya.
Pasal 21
Ketentuan Luar Biasa
Dalam hal-hal luar biasa yang terjadi, berkenaan dengan ketentuan pada pasal 13
sampai dengan pasal 20, Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain

Pasal 22
Penasehat
(1) Pimpinan Organisasi dan Badan Pembantu Pimpinan dapat mengangkat
penasehat
(2) Penasehat tidak termasuk dalam struktur pimpinan
BAB VII
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT
Pasal 23
Macam Pemusyawaratan dan Rapat
(1) Permusyawaratan terdiri atas :
--- a. Muktamar
--- b. Tanwir
--- c. Musyawarah
------ 1) Musyawarah Wilayah
------ 2) Musyawarah Daerah
------ 3) Musyawarah Cabang
------ 4) Musyawarah Ranting
--- d. Musyawarah Pimpinan
------ 1) Musyawarah Pimpinan Wilayah
------ 2) Musyawarah Pimpinan Daerah
------ 3) Musyawarah Pimpinan Cabang
------ 4) Musyawarah Pimpinan Ranting
(2) Rapat terdiri atas :
--- a. Rapat Pimpinan
------ 1) Rapat Pimpinan tingkat Pusat
------ 2) Rapat Pimpinan tingkat Wilayah
------ 3) Rapat Pimpinan tingkat Daerah
--- b. Rapat Kerja
------ 1) Rapat Kerja Pimpinan
------ 2) Rapat Kerja Majelis
Pasal 24
Muktamar
(1) Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam Organisasi yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat
(2) Muktamar dihadiri oleh
--- a. Anggota
------ 1) Anggota Pimpinan Pusat
------ 2) Wakil Pimpinan Wilayah
------ 3) Wakil Pimpinan Daerah
------ 4) Wakil Daerah yang diambil dari Cabang
--- b. Peserta
--- c. Peninjau
(3) Muktamar diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali.
(4) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat atas keputusan Tanwir dapat
mengadakan Muktamar Luar Biasa.
Pasal 25
Muktamar Luar Biasa
(1) Muktamar Luar Biasa adalah Muktamar ang diselenggarakan karena adanya
persoalan yang mendesak dan penyelesaiannya tidak dapat menunggu Muktamar,
sedangkan Tanwir tidak berwewenang memutuskan
(2) Muktamar Luar Basa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas keputusan Tanwir
Pasal 26
Tanwir
(1) Tanwir adalah permusyawaratan Organisasi di bawah Muktamar,
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat
(2) Tanwir dihadiri oleh :
--- a. Anggota
------ 1). Anggota Pimpinan Pusat
------ 2). Wakil Pimpinan Wilayah
------ 3). Wakil Wilayah yang diambil dari Daerah
--- b. Peserta
--- c. Peninjau
(3) Tanwir diselenggarakan 3 (tiga) kali dalam satu periode.
Pasal 27
Musyawarah Wilayah
(1) Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi dalam ‘Aisyiyah di
wilayah, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Wilayah
(2) Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :
--- a. Anggota
------ 1). Anggota Pimpinan Wilayah
------ 2). Wakil Pimpinan Daerah
------ 3). Wakil Pimpinan Cabang
--- b. Peserta
--- c. Peninjau
(3) Musyawarah Wilayah diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 28
Musyawarah Daerah
(1) Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan tertinggi dalam ‘Aisyiyah di
daerah, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Daerah
(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
--- a. Anggota
------ 1). Anggota Pimpinan Daerah
------ 2). Wakil Pimpinan Cabang
------ 3). Wakil Pimpinan Ranting
--- b. Peserta
--- c. Peninjau
(3) Musyawarah Daerah diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 29
Musyawarah Cabang
(1) Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan tertinggi dalam Organisasi di
Cabang, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang
(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
--- a. Anggota
------ 1). Anggota Pimpinan Cabang
------ 2). Wakil Pimpinan Ranting
--- b. Peserta
--- c. Peninjau
(3) Musyawarah Cabang diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 30
Musyawarah Ranting
(1) Musyawarah Ranting adalah permusyawaratan tertinggi dalam ‘Aisyiyah di
Ranting, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Ranting
(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
--- a. Anggota
------ 1). Anggota Pimpinan Ranting
------ 2). Anggota organisasi dalam Ranting
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Musyawarah Ranting diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 31
Musyawarah Pimpinan
(1) Musyawarah Pimpinan ialah permusyawaratan dalam Organisasi pada tingkat
Wilayah sampai dengan Ranting yang berkedudukan di bawah Musyawarah pada
masing-masing tingkat.
(2) Musyawarah Pimpinan membicarakan tentang evaluasi pelaksanaan program
dan penentuan kebijakan berikutnya
(3) Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan
Organisasi masing-masing tingkat.
Pasal 32
Rapat Pimpinan
(1) Rapat Pimpinan ialah rapat dalam Organisasi di tingkat Pusat, Wilayah,
Daerah, diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Organisasi.
(2) Rapat Pimpinan membicarakan hal-hal mendesak yang menyangkut kebijakan
Organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Musyawarah
Pimpinan
Pasal 33
Rapat Kerja Pimpinan
1. Rapat Kerja Pimpinan adalah rapat Organisasi yang membicarakan masalah
teknis operasional pelaksanaan program Organisasi.
2. Rapat Kerja Pimpinan diadakan di semua tingkat
Pasal 34
Rapat Kerja Majelis
(1) Rapat Kerja Majelis adalah rapat kerja yang diadakan oleh Majelis untuk
membicarakan amal usaha, program dan kegiatan
(2) Rapat Kerja Majelis diadakan apabila dipandang perlu.
(3) Rapat Kerja Majelis diadakan di tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah,
Pasal 35
Sahnya Permusyawaratan

(1) Permusyawaratan dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggotanya
yang telah diundang secara sah oleh penyelenggara
(2) Jika dalam permusyawaratan yang hadir kurang dari dua pertiga, sah atau
tidaknya permusyawaratan ditentukan oleh kebijakan (Pimpinan) Organisasi
Pasal 36
Keputusan Permusyawaratan
(1) Pengambilan keputusan Musyawarah diusahakan dengan cara mufakat.
(2) Apabila tidak dapat dilakukan secara mufakat, pengambilan keputusan
dilakukan dengan penmungutan suara, yakni suara terbanyak mutlak
Pasal 37
Tanfidz
(1) Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Musyawarah
(2) Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Musyawarah Pimpinan, Rapat
Pimpinan, dan Rapat Kerja Pimpinan (ditanfidzkan) oleh masing-masing tingkat
Pimpinan Organisasi, sedangkan keputusan Raker Majelis ditanfidzkan oleh
masing-masing Majelis
BAB VIII
KEKAYAAN
Pasal 38
Macam Kekayaan
Kekayaan terdiri atas :
1. Uang dan Surat Berharga
2. Inventaris
Pasal 39
Sumber Keuangan
Sumber keuangan Organisasi diperoleh dari :
1. Uang Pangkal, Iuran, dan Bantuan
2. Dana Wajib Organisasi (DWO)
3. Hasil Hak Milik Organisasi
4. Zakat, Infaq, Shadaqah, Wasiat, Wakaf, dan Hibah
5. Usaha-usaha Organisasi
6. Sumber-sumber lain yang mendukung dan dapat dipertanggungjawabkan
Pasal 40
Inventaris
(1) Inventaris Organisasi berupa barang bergerak dan tidak bergerak milik
Organisasi
(2) Inventaris Organisasi diperoleh dari wakaf, hibah dan peralihan hak
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 41
Monitoring dan Evaluasi
(1) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program, kegiatan, dan
penyelenggaraan amal usaha, serta pengelolaan kekayaan Organisasi dilakukan
oleh Pimpinan diatasnya pada semua tingkat secara periodik dan/atau insidental.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan organisasi akan diberikan sanksi
BAB X
LAPORAN
Pasal 42
Laporan
(1) Laporan pertanggungjawaban Organisasi, keuangan serta kekayaan,
disampaikan kepada Musyawarah masing-masing tingkat Organisasi dan pimpinan
setingkat diatasnya. Untuk Pimpinan Pusat disampaikan dalam Muktamar
(2) Laporan Perkembangan Organisasi disampaikan kepada Musyawarah Pimpinan
masing-masing tingkat Organisasi dan pimpinan setingkat diatasnya. untuk
Pimpinan Pusat disampaikan dalam Tanwir
BAB XI
PEMBUBARAN
Pasal 43
Pembubaran
(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Muhammadiyah apabila
melakukan penyimpangan terhadap prinsip, garis dan kebjakan Persyarikatan
ditetapkan dalam Tanwir Muhammadiyah
(2) Sebelum Tanwir Muhammadiyah, ‘Aisyiyah mengadakan Muktamar Luar
biasa yang diselenggarakan khusus untuk pembahasan pembubaran organisasi
(3) Hasil Keputusan disampaikan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk
ditindaklanjuti
(4) Sesudah pembubaran segala kekayaan Organisasi diserahkan kepada Pimpinan
Pusat Muhammadiyah
BAB XII
PERUBAHAN
Pasal 44
Perubahan
(1) Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.
(2) Rencana Perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Pimpinan Pusat dan harus
sudah tercantum dalam acara Muktamar.
(3) Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila diputuskan dengan suara
sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah anggota Muktamar yang hadir untuk
membicarakan acara tersebut.

BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 45
Anggaran Rumah Tangga
(1) Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang belum diatur
dalam Anggaran Dasar
(2) Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah berdasarkan
Anggaran Dasar

BAB XIV
PENUTUP
Pasal 46
Penutup
(1) Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar ke-46 yang
berlagsung pada tanggal 20 – 25 Rojab 1431 H bertepatan dengan tanggal 3 – 8
Juli 2010 di Yogyakarta dan mulai berlaku sejak di tanfidzkan
(2) Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Anda mungkin juga menyukai