Anda di halaman 1dari 22

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA (STKINDO)

PERAWATAN JENAZAH
Kelompok 5
Aliya Rifa Auni : 12.20.0001
Anggaeni Nur Octavia : 12.20.0002
Lisma Budiyanti : 12.20.0009
Riska Amelia : 12.20.0012
• Etika Menghadapi Kematian
• Q.S Ali Imran ayat 185 diatas menjelaskan bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan bagi
setiap orang yang bernyawa.

Manusia adalah khalifah dimuka bumi untuk diberikan kemuliaan dan keistimewaan oleh Alla
SWT. Oleh karena itu, tidak heran jika setelah meninggal, Allah pun memerintahkan kepada yang
masih hidup untuk memperlakukan orang yang sudah meninggal dunia dengan perlakuan baik.
Hukumnya fardu kifayah, artinya suatu kewajiban apabila telah dilaksanakan oleh seseorang
muslim maka gugurlah kewajiban itu terhadap yang lain kewajiban seseorang muslim di dalam
merawat jenazah yaitu memnadikan jenazah, mengkafani jenazah, menshalatkan jenazah, dan
menguburkan jenazah.
Memandikan jenazah

Syarat wajib memandikan jenazah

1) Islam
2) Ada tubuhnya
3) Bukan mati syahid

Yang berhak memandikan mayat

1) Sesama jenis/mahromnya (contoh jenazah suami dimandikan istri)


2) Dimandikan oleh orang orang terpercaya
3) Mengerti hukum dan tata cara memandikan
4) Orang yang disebutkan dalam wasiatnya
Tata Cara Memandikan Jenazah

• Menutup bagian tubuhnya antara pusar hingga kedua lutut


• Melepaskan semua pakaiannya serta perhiasan
• Mengenakan lipatan kain pada tangannya atau sarung
tangan (Bagi yang memandikan)
• Memotong kuku-kuku jenazah apabila panjang
• Mewudhukan jenazah
• Membasuh atau memandikan jenazah, yakni dari :
 Leher
 Pundak
 Tangan kanan
 Dada bagian kanan
 Perut bagian kanan
 Paha kanan
 Betis kanan
 Dan kaki kanan
• Kemudian mayit dikeringkan dengan kain atau dengan yang
lainnya. Apabila jenazah seorang wanita maka rambut
kepala nya dibuat menjadi 3 ikatan
Mengafani jenazah
A. Cara mengafani mayit laki-laki
 Memberi tiga lapis kain secara ditumpuk, lalu mayit diletakan dengan wajib ditutup dengan
kain atau semisalnya, lalu diletakkan diatas lapis-lapis kain kafan dengan terlentang.
 Selanjutnya, diberi wewangian yang diletakan pada kapas untuk diletaka pada kapas untuk
diletakkan diantara kedua bokong mayit yang diikat dengan sepotong kain.
 Kemudian, sisa kapas yang diberi wewangian untuk kedua mata, kedua lubang hidung,
mulut, kedua lubang telinga, dan dianggota sujudnya (dahi, hidung, kedua tangan,kedua
lutut dan ujung kedua kakinya).
 Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh (kedua ketiak, kedua lipatang belakang lutut, dan
pusar. Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit.
 Ujung kain kafan lembaran yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit,
lalu ujung kain kafan bagian kanan ditutupkan kebagian kiri badan mayit
 Demikian pula lembaran kedua dan ketiga. Sisa ujung kai kafan diatas kepala lebih banyak
daripada sisa ujung kain kafn dibawah kedua kakinya.
 Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan keatas dua kakinya. Semua
lapisan itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan terlepas didalam kubur.
C. Cara Mengafani Mayit Anak-anak
 Mayit anak kecil laki- laki dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani
dengan 3 lapis kain.
 Mayit anak kecil perempuan dikafani degan satu baju dan dua lapis kain.

B. Cara Mengafani Mayit Perempuan


 Untuk mayit perempuan dikafani dengan lima lembar kain kafan
 Sarung untuk menyarunginya, dipakaikan baju, dipakaikan kerudung diatas
kepalanya, lalu dibalut dengan dua lembar kain kafan.

Disunnahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah kain kafan itu diperciki dengan
air mawar atau yang lainnya agar baunya harum dan tetap lengket dengan kain kafan itu.
Menyalatkan Jenazah
1.Syarat-syarat Shalat Jenazah
a). Suci dari hadats besar dan kecil
b). Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani
c). Jenazah diletakkan disebelah kiblat
2.Rukun Shalat Jenazah
a). Niat
b). Berdiri bagi yang mampu
c). Empat kali (termasuk takbiratul ikhram)
d). Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul ikhram)
e). Membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
f). Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga
g). Membaca do’a untuk jenazah dan orang yang menyalatinya setelah takbir keempat
h). Membaca salam ke kanan dan ke kiri
3. Sunnah shalat jenazah
a). Mengangkat kedua tangan pada saat takbir
b). Merendahkan suara pada setiap bacaan (ishrar)
c). Membaca isu’adzah (A’uudzubillahi minasy syaithaanir rajiim)
d). Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki atau didekat kepala
jenazah laki-laki atau di dekat pinggul bagi jenazah perempuan
e). Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-kurangnya 2 orang.

4. Cara Melaksanakan Shalat Jenazah


a). Berdiri tegak menghadap kiblat
b). Membaca lafal niat, kedua belah tangan diangkat, sejajar dengan kedua bahu sambil
mengucap “ALLAHUAKBAR”.
c). Setelah takbir pertama membaca Al-fatihah
d). Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
e). Dilanjutkan dengan takbir yang ketiga, dan membaca doa yang ditujukan untuk jenazah
f). Takbir keempat sambil mengangkat kedua tangan, tanpa ruku dan dilanjutkan dengan
membaca do’a yang dianjurkan.
g). Setelah itu dilanjutka dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
Menguburkan Jenazah
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad)
3. Ketika memasukkan mayit ke dalam kubur sebaiknya membaca “ Bismillah wa’ala millati Rasulillah
atau bismillah wa’alasunnati Rasulillah”. Kemudian meletakannya dengan tubuh dimiringkan ke
sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.
4. Selesai penguburannya, yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan tanah, hendaknya mereka
yg hadir mendo’akan bagi mayit tersebut dan memohon ampunan baginya dari Allah swt.
Tata Cara Berkaitan Dengan Kuburan

1. Menurut Syafi’i dalam Al-Mukhtashar,sebaiknya tidak menggunakan tanah tambahan


untuk menimbuni kuburan,selain yang telah dikeluarkan ketika menggalinya.
2. Dibolehkan menaikkan kuburan kira-kira sejengkal lebih tinggi dari permukaan
tanah.
3. Dianjurkan memercikkan air serta meletakkan kerikil (batu-batu kecil) diatas
kuburan Kemudian meletakkan sepotong batu atau kayu dan sebagainya diatas
kuburan sebagai tanda agar diketahui oleh para peziarah.
4. Sebaiknya tidak membuat bangunan diatas kuburan ataupun memoles
permukaannya dengan plester semen,
Your Textkapur
Here dan sebagainya. Sebagian ulama
mengharamkan hal itu, dan sebagiannnya lagi meski tidak mengharamkan
namun menegaskan bahwa perbuatan seperti itu tidak disukai.
Ta’ziah (Pernyataan Turut Berdukacita)

Ucapan ta’ziah terutama dari para


kerabat,kawan-kawan serta para tetangga yang
ditunjukkan kepada keluarga yang kematian
salah seorang diantara mereka adalah perbuatan
yang dianjurkan dalam agama.

Sebagian ulama membatasi waktu berta’ziah hanya selama tiga harisetelah


kematian atau setelah mayit dikuburkan dengan maksud agar tidak memperbarui
kenangan duka anggota keluarga yang ditinggalkan.
Hukum Tahlilan Dalam Pandangan
Agama Islam di Bidang Sosiologis
Tahlilan adalah acara ritual (serimonial) memperingati hari
kematian yang biasa dilakukan oleh umumnya masyarakat
Indonesia.
Secara bersama-sama, setelah proses penguburan selesai
dilakukan, seluruh keluarga, handai tau-lan, serta masyarakat
sekitar berkumpul di rumah keluarga mayit hendak menye-
lenggarakan acara pembacaan beberapa ayat al Qur’an, dzikir,
dan do’a-do’a yang ditujukan untuk mayit di “alam sana”
karena dari sekian materi bacaannya ter-dapat kalimat tahlil ( َ8‫ال‬
ُ888‫َ ِإ َّال هللا‬88‫ ) ِإ َله‬yang diulang-ulang (ratusan kali), maka acara
tersebut biasa dikenal dengan istilah “Tahlilan”.
Biasanya acara seperti itu terus berlangsung setiap hari dari hari
pertama hingga hari ketujuh, kemudian dilanjutkan pada hari
ke-40, hari ke-100, hingga menginjak tempo setahun serta tiga
tahun dari waktu kematian.
Tujuan tahlilan bagi para undangan
yang hadir dalam acara ini adalah:

1. Menghibur keluarga almarhum/almarhumah


2. Mengurangi beban keluarga almarhum/almarhumah
3. Mengajak keluarga almarhum/almarhumah agar senantiasa
bersabar atas musibah yang telah dihadapinya.
Tujuan tahlilan bagi keluarga almarhum/almarhumah adalah:
1. Dapat menyambung dan mempererat tali silaturahmi antara para undangan dengan keluarga
almarhum/almarhumah.
2. Meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat oleh almarhum/almarhumah semasa hidupnya
kepada para undangan.
3. Sebagai sarana penyelesaian terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban almarhum/almarhumah terhadap
orang-orang yang masih hidup.
4. Melakukan amal shaleh dan mengajak beramal shaleh dengan bersilaturahmi, membaca doa dan ayat-ayat
al-Qur’an, berdzikir, dan bersedekah.
5. Berdoa kepada Allah agar segala dosa-dosa almarhum/almarhumah diampuni, dihindarkan dari siksa
neraka dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah.
6. Untuk mengingat akan kematian bagi para undangan dan keluarga almarhum serta dapat mempersiapkan
diri untuk menghadapinya.
Dalil pembolehan perjamuan tahli-lan
yang diriwayat-kan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad yang shahih
dari Ashim bin Kulaib dari bapaknya dari laki-laki Anshar, ia berkata :
ِ ‫ َرس‬8َ‫ َرجْ نَا َمع‬8‫ َخ‬r ‫ُ َو‬8‫ َده‬88‫ َي‬8َ‫ضع‬
))ِ888‫ُولهللا‬ َ ‫ َو‬888‫ َف‬8‫ا ِم‬8‫لطَّ َع‬88‫ا‬888‫يء ِب‬
َ ‫ َجا َء َو ِج‬888‫ َف‬8ِ ‫ ْم َرَأتِه‬8‫عيا‬8
ِ ‫ُ َدا‬8‫ ْستَ ْقبَلَه‬8‫ ا‬8َ‫لَ َّما َر َجع‬888‫ي َجنَا َز ٍة َف‬888‫ِف‬
َ ‫َأ َكلُوا َو َرس‬888‫ َف‬8ُ‫َ ْوم‬8‫لق‬88‫ا‬
ِ888‫ُولهللا‬ ْ 8َ‫ضع‬َ ‫ َو‬r ‫ أبو داود و أحمد‬8‫ه‬8‫ ((روا‬8ِ ‫ ِمه‬888‫ي َف‬888‫ ْق َم ًة ِف‬8 ُ‫وك ل‬ ُ ُ‫ل‬88‫َي‬
“Kami bersama Rasulullah ra, keluar menuju pemakaman janazah, sewaktu hendak pulang
muncullah isterinya mayit, mengundang untuk singgah, kemudian ia menghidangkan
makanan. Rasulullah pun mengambil makanan tersebut dan kemudian para shahabat turut
mengambil pula dan mencicipinya dan pada mulut Rasulullah ra, terdapat sekerat
daging”.

Hadits tersebut menunjukkan bahwa diperbolehkan keluarga mayit


menghidangkan makanan, berikut mengundang masyarakat terhadap hidangan
tersebut”.
Tahlilan dalam pandangan Islam

Adapun dalil naqli adalah hadits mauquf (atsar) yang shohih dari shahabat Jarir bin Abdullah t beliau berkata :

َ َ‫ص ْن َعةَ الطَّ َع ِام ِم ْن النِّي‬


))‫اح ِة ((رواه ابن ماجه‬ ِ ِّ‫ُكنَّا نَ َرى اِإل جْ تِ َما َع ِإلَى َأ ْه ِل ْال َمي‬
َ ‫ت َو‬
“Kami (para shahabat) menganggap kegiatan berkumpul di rumah keluarga mayit, serta menghidangkan makanan
merupakan bagian dari niyahah (mera-tapi mayat)” (R. Ibnu Majah)

)‫ط َعا ًما فَِإنَّهُ قَ ْد َأتَاهُ ْم َأ ْم ٌر َش َغلَهُ ْم (رواه أبو داود‬


َ ‫اصْ نَعُوا آِل ِل َج ْعفَ ٍر‬

“Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena mereka


sedang tertimpa masalah yang menyibukkan” (HR. Abu Daud)

Jadi bukan keluarga mayit yang seharus-nya menghidangkan


makanan, tetapi kita-lah yang semestinya mengirim maka-nan
kepada mereka, karena dengan de-mikian berarti kita telah
menolong sauda-ra kita yang sedang tertimpa musibah.
PERAWATAN JENAZAH DI MASA PANDEMI
(COVID-19)
 
1. Pengurusan Jenazah Covid-19
Memandikan jenazah pasien virus corona.
Petugas kesehatan akan melakukan langkah-langkah di bawah
ini:
 Menggunakan pakaian pelindung, sarung tangan, hingga masker. Semua komponen pakaian pelindung harus disimpan terpisah
dari pakaian biasa.
 Tidak makan, minum, merokok, ataupun menyentuh wajah selama berada di ruang penyimpanan jenazah, autopsi, dan area untuk
melihat jenazah.
 Selama memandikan jenazah, tidak berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh jenazah.
 Jenazah kemudian ditutup dengan kain kafan/bahan dari plastik (tidak dapat tembus air).
 Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi, kecuali dalam keadaan mendesak
 Jenazah disemayamkan tidak lebih dari empat jam.
 Petugas selalu cuci tangan dengan sabun atau sanitizer berbahan alkohol.
 Sebisa mungkin menghindari risiko terluka akibat benda tajam. Semua petugas kesehatan yang telah mengurus proses pemulasaran
hingga jenazah masuk peti dan pihak keluarga yang menyaksikan prosesi tersebut diwajibkan menjalani proses sterilisasi dengan
disemprotkan cairan disinfektan ke bagian pakaian yang dikenakan serta selalu mencuci tangan. 
Selain itu, jika petugas terkena darah atau cairan tubuh jenazah,
lakukanlah langkah-langkah berikut ini:
 Segera bersihkan luka dengan air mengalir yang bersih
 Jika luka tusuk tergolong kecil, biarkanlah darah keluar dengan
sendirinya
 Semua insiden yang terjadi saat proses memandikan jenazah
harus dilaporkan pada pengawas

Jika jenazah beragama Islam, dilakukan prosesi salat jenazah dengan ketentuan berikut ini:
 Untuk pelaksanaan salat jenazah, dilakukan di rumah sakit rujukan. Jika tidak, salat jenazah bisa dilakukan di masjid
yang sudah dilakukan proses pemeriksaan sanitasi secara menyeluruh dan melakukan disinfektasi setelah salat
jenazah.
 Salat jenazah dilakukan sesegera mungkin dengan mempertimbangkan waktu yang telah ditentukan yaitu tidak lebih
dari empat jam.
 Salat jenazah dapat dilaksanakan sekalipun oleh satu orang.
Menguburkan Jenazah Sesuai Protokol Kesehatan

cara menguburkan jenazah dimasa pandemi Covid-19 ini, diantaranya ialah :


1. Jenazah harus dikubur dengan kedalaman 1,5 meter, lalu ditutup dengan
tanah setinggi satu meter. Penguburan beberapa jenazah di dalam satu liang
kubur dibolehkan karena kondisi darurat. Bagi jenazah beragama Islam
penguburannya dilakukan bersama dengan petinya. Pemakaman jenazah
dapat dilakukan di tempat pemakaman umum (TPU).

2. Tanah kuburan dari jenazah pasien virus corona harus diurus dengan hati-hati.
Jika ada jenazah lain yang ingin dikuburkan, sebaiknya dimakamkan di area
terpisah.

3. Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka pihak


keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah.
 
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai