Anda di halaman 1dari 33

Aliran Kepercayaan

di Indonesia

Disusun Oleh : Kintanada Zahira


Dosen Pengampuh : Drs. Wijaya, M.Si
BAB I
ALIRAN KEPERCAYAAN DIINDONESIA SEBUAH
STUDI TRANSFORMASI
Definisi Aliran Kepercayaan
Aliran kepercayaan adalah sebuah aliran kerohanian dan
kejiwaan yang tumbuh dari penyatuan berbagai agama
untuk mencapai kebahagian serta kesempurnaan hidup .
Sejarah Masuknya Aliran Kepercayaan

Kepercayaan-kepercayaan Kehadiran Hindu di Nusantara


masyarakat terhadap benda-benda, kemudian diikuti oleh Buddha.
tumbuh-tumbuhan atau roh nenek Tetapi sama halnya dengan Hindu,
moyang telah ada jauh sebelum Buddha pun tidak merupakan
indonesia diproklamasikan sebuah agama yang merakyat
kemerdekaannya, dikenal dengan
sebutan animisme, dinamisme, Setelah berakhirnya masa kerajaan
panteisme. Hindu-Buddha, fase baru kehidupan
bangsa ditandai dengan masuknya
Kehidupan masyarakat Indonesia Islam.
yang kental dengan nuansa
animisme ini kemudain sedikit demi
sedikit digantikan dengan
kebudayaan Hindu yang masuk ke
Indonesia melalui satu proses
perdagangan Internasional.
Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan Di Indonesia
Pada awal kemerdekaan sampai tahun 1950 aliran kepercayaan di seluruh Indonesia berjumlah
78 aliran. Tahun 1953 Departemen Agama memberitahukan adanya 360 agama baru.

Pada tahun 1965 kebatinan di larang oleh kejaksaan Agung, sehingga tahun 1971 jumlahnya
menjadi 167 karena aliran kebatinan sering menimbulkan keresahan dimasyarakat dan sering
menimbulkan penodaan pada agama resmi yang diakui pemerintah.

Tahun 1972 jumlah aliran Kepercayaan bertambah 644 aliran. Pada tahun ini diadakan
Perayaan 1 Suro di Istora Senayan disambut oleh Presiden yang mendesak pembangunan
rohani, memisahkan kebatinan dari Agama.
Sebab-sebab timbulnya aliran kebatinan
dan kepercayaan
• Ada sekelompok orang yang mencampur adukan ajaran agama-
agama dengan cara mengambil unsur dan ajaran dan keyakinan
yang paling baik pula.
• Dari sekelompok non-muslim menganggap bahwa agama-agama
itu khusunya Islam, adalah agama impor.
• Bagi mereka yang menganggap bahwa agama-agama itu bukan
asli Indonesia ( Jawa ).
• Sekelompok orang yang ingin memasyhurkan nama, dengan
membuat praktek perdukunan dan perguruan kebatinan.
• Jalan yang sering ditempuh untuk menanggulangi masalah, tidak
lagi mengikuti hukum alam, tetapi lebih suka menggunakan hal-
hal ghaib yang tidak sejalan dengan logika.
Sikap Hubungan antara Agama dan kebudayaan

SIKAP RADIKAL
SIKAP PERPADUAN

1 3
AKOMODASI SIKAP PEMBAHARUAN

2 4
Dalam proses akulturasi, terjadi beberapa
kemungkinan.

Pertama, unsur-unsur agama baru diterima akan tetapi unsur agama lama tidak hilang dan
bercampur dengan unsur agama baru.

Kedua, unsur-unsur agama baru makin menguat dan mendominasi unsur agama lama makin
menghilang.

Ketiga, unsur agama baru bercampur dengan unsur agama lama dan menghasilkan agama
baru yang memiliki ciri tersendiri.

Keempat, unsur agama lama mengalami revival dan menjadi menonjol meskipun
menggunakan juga unsur-unsur agama baru
Science Occulties : Golongan yang Metaphysic : Golongan yang berniat
hendak menggunakan kekuatan gaib mengenal tuhan dan menembus alam
Rahasia “Paransangkaning Dumadi”

Mysticisme : Golongan yang berusaha Morale Religius : Golongan yang


menyatukan jiwa manusia dengan berhasrat untuk menempuh budi luhur
Tuhan di dunia

Corak yang Mempengaruhi Lahirnya Aliran Kepercayaan Di


Indonesia
Corak-corak Kepercayaan/Kebatinan

Mistik Kebatinan : orang dapat Gerakan Untuk Purifikasi Kebatinan Yang Berdasarkan
membebaskan diri dari Jiwa : memperoleh suatu Ilmu Gaib : tujuannya bersifat
berbagai kekuatan serta kehidupan kerohanian yang mistik, moralis, atau etis dan
pengaruh dunia kebendaan di mantap, tanpa rasa takut dan dipimpin oleh seorang guru
sekitarnya rasa ketidak-pastian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya
Aliran Keyakinan dan Kepercayaan di
Indonesia/Nusantara

• Salah paham diwaktu menerima pelajaran dari guru agama yang


mengambil kiasan dan perlambang.
• Terjadi kekeliruan murod.
• Sengaja mengadakan aliran- aliran baru dalam kepercayaan mistik
atau kebatina dengan dalil “mengembalikan jiwa asli”.
• Ingin memasyhurkan namanya, membuka praktek perdukunan.
• gemar menyendiri, bersemedi, bertapa dan mengamalkan ascetisme
(zuhud riyadhatun nafs).
• pencipta aliran- aliran baru memangsa gejala- gejala untuk
keuntungan kekayaan pribadi
• Beragaman bahwa “bunyi UUD 1945 pasal 18” adalah kesempatan
untuk menjelmakan aliran–aliran baru dalam kepercayaan
Penggolongan Aliran Kepercayaan

• Aliran okultis adalah golongan yang hendak


menggunakan kekuatan gaib.
• Aliran mistik adalah golongan yang berusaha
untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan
selama manusia itu masih hidup.
• Aliran theosofis adalah golongan yang berniat
mengenal Tuhan dan menenbus ke dalam rahasia
Ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya.
• Aliran ethis, golongan yang berhasrat untuk
menempuh budi luhur di dunia
Kebatinan dan Pencarian Identitas

Aliran kebatinan di mulai ketika BKKI melakukan kongres pertama di Semarang pada 19-21
Agustus 1955 dihasilkan kesepakatan akan definisi kebatinan yaitu; kebatinan adalah sepi
ing pamrih, rame ing gawe, mamayu hayuning bawono.

Kongres BKKI yang kedua di Solo tanggal 7-9 Agustus 1956 dilakukan perubahan definisi
aliran kebatinan menjadi; ”kebatinan adalah sumber asas dan sila ketuhanan yang maha esa,
untuk mencapai budi luhur, guna kesempurnaan hidup”.

Kongres BKKI yang ketiga di Jakarta 17-20 Juli 1958 disepakati bahwa aliran kebatinan
bukanlah klenik sebagaimana yang dituduhkan orang.

Kongres ke empat di Malang pada bulan Juli 1960, Dalam kongres ini dibahas tentang
nisbah antara aliran kebatinan dan agama pada dasarnya sama, hanya titik berat yang
berbeda.
Sejarah Budaya Kebatinan

Tanggal 19 dan 20 Agustus 1955 di Semarang telah diadakan kongres dari berpuluh-
puluh budaya kebatinan yang ada di berbagai daerah di Jawa. Kongres berikutnya yang
diadakan pada tanggal 7 Agustus. Pertemuan itu berhasil mendirikan suatu organisasi
bernama Badan Kongres Kebatinan Indonesia ( BKKI ) pada tahun 1956.

Sebagian kecil dari budaya kebatinan ini biasanya mempunyai anggota tak lebih dari
200 orang namun ada yang beranggotakan lebih dari 1000 orang terorganisasi dalam
cabang-cabang. Dan lima aliran tersebar adalah Hardapusara dari Purworejo, Susila
Budi Darma ( SUBUD ) yang asalnya berkembang di Semarang, Paguyupan Ngesti
Tunggal ( Pangestu ) dari Surakarta, Paguyuban Sumarah dan Sapta dari Yogyakarta.
Macam-Macam Aliran
Kepercayaan Di Indonesia

• Paguyuban Sumarah : ilmu kebatinan melalui sujud sumarah


(menyerahkan diri) sampai tercapai kesatuan jiwa dengan Dzat
Yang Maha Kuasa.
• Sapta Darma : suatu tempat latihan sujud.
• Bratakesawa : saberusaha mendasarkan pandangannya atas dasar
Al-Quran
• Pangestu : artinya perstuan untuk dapat bertunggal.
• Paryana Suryadipura : tentang proses berpikir yang menuntut
kebahgiaan hidup baik untuk sendiri, keluarga, agama, nusa, dan
bangsa.
Inti ajaran aliran kepercayaan

kebatinan merupakan budaya spiritual dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha
esa bukanlah agama
-GBHAN 1978

Aliran-aliran kebatinan atau kepercayaan secara umum dapat dikatakan sebagai


kepercayaan masyarakat jawa atau kejawen yang sudah beridentitaskan.

Yang dimaksud beridentitas bahwa kepercayaan masyarakat yang dinamakan


aliran kepercayaan itu sudah berbeda dengan yang lain karena sudah menyusun
ajarannya masing-masing secara spasifik, mempunyai guru atau pemimpin atau
bahkan sudah membentuk organisasi dan bahkan mengaku sudah memiliki kitab
suci yang diyakini sebagai wahyu dari tuhan yang maha esa.
Sifat-Sifat Kebatinan

• Batin : artinya perut, rasa mendalam, tersembunyi, rohani, dan


azas
• Rasa : pengalaman rohani subyektif, reaksi atas tradisi kolot
dimana agama terdiri dari dari penghayatan bahasa yang tidak
dimengerti artinya
• Keaslian : Mereka memakai bahasa pribumi, upacara, dan ibadat
setempat serta gaya hidup yang diwariskan oleh nenek
moyangnya
• Daya Gaib : Merupakan daya tarik bagi ribuan orang, pengaruh
nujum, magic, ocultisme, ilmu alamat, pertanda, sakti, zimat,
mantera dan rapal, hipnotis, werejit, tenung, pelet
• Sifat Etis
Inti dan Pemikiran Aliran Kebatinan

• Usaha mengintegrasian diri : Mencapai budi luhur.

• Pengalaman peralihan (Transformasi) beralih dari

kondisi semula dan mengalami identitas baru.

• Berkat ditranformasi tercapailah identitas dengan

jiwa alam, kekuasaan insani, maka terjadi daya luar

biasa dan keajaiban.


Motif Masyarakat Menggemari
Aliran Kebatinan para pemimpin agama kurang memperhatikan soal
1 kebatinan dan tidak cakap dalam menyimpulkan
ajaran agamanya dalam prinsip-prinsip pokok yang
sederhana

para ulama tersebut tidak dapat menjiwai pesan


2 Islam, mereka hanya merasakan formalitas semata-
mata

Indonesia sendiri terdapat agama suku pedalaman


3 yang memiliki latar belakang tradisi kebudayaan
spiritual nenek moyang yang masih kuat dipengaruhi
oleh spiritualitas Hindu-Budha atau Hindu-Jawa
Aliran Kebatinan Dilihat dari Kehidupan Bernegara

Di Indonesia, sebagian masyarakatnya tidak menghargai privasi,


tidak menghargai kehidupan religi dan kepercayaan orang lain,
tidak menghargai hidup rukun dan kebersamaan, memaksakan
egoisme pribadinya terhadap orang lain yang tidak sejalan.

Demikian lah masyarakat bangsa indonesia menyikapi berbagai


aliran kebatinannya. Jika kebatinan dipandang sesuai
hakekatnya, sesuai arti dan maknanya, jika orang mau mengakui
seseorang yang memandang kebatinan dan aliran kebatinan,
maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan teratur dan
sangat tumbuh sikap toleransi antar umat.
Hubungan Aliran Kebatinan dengan Negara

Aliran Paguyuban Sumarah mempunyai tujuan mencapai


ketentraman lahir dan batin dengan memberikan kesanggupan, ikut
serta menegakkan negara menuju perdamaian, dan membimbing
keutamaan kehidupan lahir.

Aliran Sapta Darma mempunyai inti ajran mengenai bagaimana


mendidik manusia untuk suci dan jujur serta untuk hidup yang teratur.

Sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara akan lebih teratur


dan terjauhkan dari berbagai konflik.
BA B II

HUBUNGAN
KEBATINAN DALAM
BEBERAPA ASPEK
K EBATIN AN S E BA GA I
GERAK AN K ER O HA NIA N

Kebatinan merupakan gerakan kerohanian


yang berupaya ikut membina budi pekerti
luhur atas dasar kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, untuk mencapai
kebahagiaan hidup. Hanya saja meskipun
sasaran pembinaan dan unsure-unsurnya
mempunyai kesamaan dengan agama,
kedudukannya berada di luar agama dan
tidak bisa disebut agama karena ajaran-
ajarannya merupakan campuran dari
berbagai agama yang ada.
KEBATINA N S EB A GAI
BUD AYA SP IR ITU AL

Budaya spiritual disini yaitu budaya warisan nenek


moyang bangsa Indonesia.
Corak budaya jawa yang menonjol dalam hal ini
terbukti di Indonesia terdapat 45 % aliran kebatinan
berada di Jawa Tengah. Karena pada dasarnya
kebatinan adalah inti sari dari falsafah orang Jawa
yang di sebut “ngelmu kejawen” atau menurut
Koentjaraningrat disebut sebagai agama lawi
KEBATINAN SEBAGAI GERAKAN MISTIK-
MAGIS

Kebatinan adalah mistik penembusan dan pengetahuan


mengenai alam raya dengan tujuan mengadakan suatu
h u b u n g a n l a n g s u n g a n t a r a i n d i v i d u d e n g a n l i n g k u n g a n Ya n g
M a h a K u a s a . C o n t o h n y a : i l m u g h a i b , i l m u s i h i r, r a m a l a n -
ramalan, mantra, jimat, dan lain-lain.

-Drs. Niels Mulder


KEBATINAN SEBAGAI GERAKAN PEMURNIAN JIWA

Dr. Harun Hadiwijoyo dan Rahmat Subagya serta para kebatinan muncul mengetengahkan ajaran mementingkan
ahli lain mengungkapkan bahwa latar belakang itu adalah kehidupan batin yang mengutamakan faktor rasa, hidup
kondisi sosial yang penuh dengan kegoncangan dalam gotong royong, jujur, kesucian jiwa, dan berusaha
bidang kenegaraan dan kerohanian seperti terjadinya menciptakan keselarasan hidup (diri sendiri, Tuhan,
perubahan sosial, pudarnya nilai-nilai agama resmi, lingkungan) dan keseimbangan hidup.
hancurnya pegangan hidup tradisional.
THEOLOGI/DOKRINAL

PEN DIRI Tuj UAN AKHI R

Wahyu atau wisit yang dimiliki aliran Manusia bisa bersatu dengan Tuhan, bersatu
kebatinan bisa didapat ketika seseorang dengan Tuhan ketika manusia hidup di
harus merenung atau tapa brata di tempat dunia maupun bersatu dalam arti kembali ke
sepi dan seseorang bisa mengadakan rohani asal muasal setelah matinya
dengan tuhan.

THE OLOGIS

Pengembangan kehidupan bathin dan diri


yang terdalam seseorang
KONSEP ALIRAN
KEPERCAYAAN
TENTANG PAHALA,
DOSA, KEBAIKAN,
DAN KEBURUKAN

Idealnya seseorang penghayat memiliki tingkat kesadaran bahwa kebaikan-


kebaikan yang dilakukan seseorang kepada sesama bukan atas alasan
ketakutan dan intimidasi dosa-neraka, melainkan kesadaran kosmik bahwa
setiap perbuatan baik kepada sesama merupakan sikap adil dan baik pada
diri sendiri.Kebaikan kita pada sesama adalah KEBUTUHAN diri kita
sendiri.

Menurut pandangan kebatinan kebiasaan mengharap dan menghitung pahala


terhadap setiap perbuatan baik hanya akan membuat keikhlasan seseorang
menjadi tidak sempurna.
ASPEK HISTORIS ASPEK YURIDIS

Nama kebatinan lebih dikenal pada tahun “Founding father-mother” paham betul atas

Perkembangan 1950-an sampai dengan tahun 1960-an yang sejarah dan eksistensi masyarakat
muncul dalam berbagai bentuk gerakan atau kepercayaan. Oleh karena itu, di dalam
Aliran Kepercayaan dan
perguruan kebatinan. Pada masa Hindu dan konsitusi UUD 1945 tercantum Pasal 29
Kebatinan
Budha masuk ke Nusantara tidak ada yang dimaksudkan untuk memayungi
konflik agama, begitupun dengan Islam keberadaan kepercayaan terhadap Tuhan
(seperti yang sekarang dianut NU), namun YME. Pada Orde Baru peraturan
ketika paham Agama dibaurkan dengan perundang–undangan memayungi &
politik dan kekuasaan, maka muncul mengakui resmi keberadaan kepercayaan
konflik. Pada jaman Indonesia Merdeka terhadap Tuhan YME & mendapat tempat
kemudian diistilahkan sebaagai kelompok yang setara setiap pasal yang mengatur
aliran-aliran tentan agama, selalu diikuti dengan prasa
kebatinan/kejiwaan/kerohanian. kepercayaan mengikuti bunyi dalam
konsitusi.
BAB III

DASAR HUKUM
ALIRAN
KEPERCAYAAN
DASAR HUKUM ALIRAN KEPERCAYAAN
Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Mengenai agama, negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, negara yang penduduknya bhineka tunggal ika
dan berpandangan hidup Pancasila ini mempunyai hak yang sama di dalam
hukum
DASAR
Undang-undang no.39 tahun 1999 tentang hak Undang-Undang No.12 Tahun 2005 Tentang
PERUNDANGAN asasi manusia : Pasal 2, Pasal 3, Pasal 12, Pasal PENGESAHAAN INTERNATIONAL
22, Pasal 55, Pasal 60 ayat 1 COVENAN ON CIVIL AND POLITICAL
Universal declaration of human rights (pasal RIGHTS (KOVENAN INTERNATIONAL
18) : setiap orang berhak atas kebebasan Undang-Undang No.11 Tahun 2005 Tentang TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)
pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini PENGESAHAAN INTERNATIONAL : Pasal 18, Pasal 26, Pasal 27
termasuk kebebasan atau berganti agama atau COVENANT ON ECOMOMIC, SOSIAL
kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2007
agama atau kepercayaan dengan cara INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK tentang Pelaksanaan UU No. 23 tahun 2006
mengajarkannya, mempraktekannya, EKNOMI SOSIAL DAN BUDAYA) : Pasal 13 tentang Administrasi Kependudukan.
melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain, dimuka umum maupun sendiri. Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Administrasi Kependudukan yang diubah Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Peraturan Bersama Menteri (PBM) Menteri menjadi Undang-Undang No.24 Tahun 2013. : Pembinaan Lembaga Kepercayaan terhadap
Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pasal 8, Pasal 58, Pasal 61 Tuhan Yang Maha Esa
Pariswisata No.43 dan 41 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelayanan Kepada Penghayat Konstitusi undang-undang dasar 1945 : Pasal
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 28C, Pasal 28 E, Pasal 29
Babak Baru Penghayat Aliran
Kepercayaan di Indonesia • Agama Bali (Hindu Bali atau Hindu Dharma)Agama Hindu
Bali atau Agama Hindu Dharma (Agama Tirtha)
• Aluk Todolo (Tana Toraja)
• Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
• Agama Djawa Sunda (Kuningan, Jawa Barat)
• Buhun (Jawa Barat)
• Kejawen (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
• Parmalim (Sumatera Utara)
• Kaharingan (Kalimantan)
• Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara)
• Islam Tua (Sangihe, Sulawesi Utara)
• Adat Musi (Talaud, Sulawesi Utara)
• Tolottang (Sulawesi Selatan)
• Wetu Telu (Lombok)
• Marapu (Sumba)

Anda mungkin juga menyukai