net/publication/349807824
CITATIONS READS
0 764
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
KAJIAN POTENSI PADS PADA SEKTOR PELAYANAN KESEHATAN DI KOTABANDUNG View project
KAJIAN PADS PADA SEKTOR PAJAK PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA BANDUNG View project
All content following this page was uploaded by Fakultas Ekonomi Uninus on 05 March 2021.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, CVP 2017 kali ini diawali dengan kegiatan mini riset
mahasiswa dengan topik: Pemetaan Sikap Konsumen Wafer merek Nissin di Kalangan
Mahasiswa. Karena keterbatasan waktu dan kuota informasi yang disediakan oleh PT Nissin
sendiri, maka tentu saja kegiatan CPV ini belum dapat mengungkapkan kondisi dan gambaran
PT Nissin secara lengkap dan utuh. Oleh karenanya laporan ini hanya mengungkapkan apa-apa
yang mahasiswa peroleh dari hasil wawancara dengan berbagai pihak, hasil diskusi terbatas
dengan pihak manajemen, serta beberapa informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain.
Selain mendeskripsikan hasil pengamatan selama pelaksanaan CVP, dalam laporan ini pun
mahasiswa mencoba menganalisis dan menafsirkan beberapa topic atau kasus-kasus yang
mereka anggap penting.
Demikian, mudah-mudahan laporan ini bermanfaat, seraya berharap semoga kerjasama ini
akan terus berlanjut dalam bentuk dan program yang saling memberikan manfaat.
Dekan
Koordinator Program
Wahdi Suardi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan industri tidak hanya memberikan pengaruh terhadap
dunia ekonomi, tetapi juga berdampak pula terhadap gaya hidup, diantaranya yaitu kesukaan
masyarakat terhadap makanan siap santap. Pada zaman modern ini manusia cenderung lebih
memilih untuk mengkonsumsi makanan yang sifatnya praktis, dalam arti mudah diperoleh,
harganya murah, rasanya bisa diterima atau digemari, dan dapat disimpan untuk jangka waktu
yang lama. Disisi lain perkembangan teknologi pangan yang pesat saat ini mengakibatkan
industri pangan juga berkembang dan mengalami peningkatan yang cukup berarti sehingga dapat
menghasilkan berbagai jenis makanan, termasuk makanan siap santap. Akibatnya industry
makanan dan minuman di Indonesia tumbuh dengan cepat, dan memiliki peran penting dalam
menggerakan perekonomian Indonesia. Peran industri makanan dan minuman bagi
perekonomian Indonesia tidak saja memenuhi kebutuhan makanan dan minuman olahan dalam
negeri, tetapi juga berperan penting meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian.
Beberapa indicator makro menunjukkan bahwa kontribusi subsector industry makanan dan
minuman sangat penting bagi perekonomian. Sebagai gambaran, berdasarkan PDB lima tahun
terakhir (2010-15), rata-rata kontribusi subkategori industry makanan & minuman terhadap
perekonomian nasional adalah 5,31 %, atau berada pada urutan ketiga terbesar. Sementara pada
periode yang sama, dalam PDB industri pengolahan, rata-rata kontribusi subkategori industry
makanan dan minuman mencapai angka 26,5%, atau berarti masih lebih tinggi bila dibandingkan
dengan subkategori industry batubara & pengilangan migas (13,6%), industry alat angkut
(9,3%), dan industry barang dari logam, barang elektronik, optic computer, dan peralatan listrik
(9,3%). Pada triwulan III-2016, kontribusi subkategori industry makanan & minuman terhadap
PDB dan kategori industry pengolahan masing-masing adalah 5,99% dan 30,11% (gambar 1).
Begitu juga dari sisi pertumbuhannya, rata-rata pertumbuhan subkategori industry makanan &
minuman pada periode 2011-2015 mencapai angka 8,48%/tahun atau berarti masih lebih tinggi
10.98
10.33
9.82
9.49
7.54
6.17
6.03
30.11
5.56
5.02
5.02
26.90
4.79
23.83 24.08 24.77 24.47 25.32
4.07
5.25 5.24 5.31 5.14 5.32 5.61 5.99
0.59
0.58
0.57
0.53
0.44
0.23
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*) 2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Gambar 1: Kontribusi & Pertumbuhan Subkategori Industri Makanan & Minuman di Indonesia
Kemudian dari struktur permintaan terhadap industry makanan dan minuman, diperkirakan
permintaan tertinggi berasal dari sector rumah tangga, yaitu 58,2 persen. Tidak jauh berbeda
dengan Data BPS yang menunjukkan selama 10 tahun terakhir, rata-rata
pengeluaran/kapita/bulan untuk makanan dan minuman mencapai angka 51% dari total
pengeluaran. Juga hasil studi dari AC Nielsen menyebutkan bahwa 48% dari total belanja
masyarakat kelas menengah untuk fast moving consumer goods, terutama makanan dan
minuman.
Merujuk kepada Tabel Input-Output Indonesia 2010 Klasifikasi 185 produk, biscuit merupakan
salah satu dari 22 produk hasil industri makanan dan minuman. Menurut SNI 01-2973-1992,
biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan dari tepung terigu dengan
penambahan makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Biskuit memiliki dengan enam varian utama yaitu: marie, assorted, crackers, cookies,
stick, dan . Biskuit secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu dikonsumsi
sebagai makanan utama untuk pertumbuhan dan kesehatan (seperti biscuit untuk bayi dan
Meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan kelas menengah, serta pesatnya pertumbuhan
gerai ritel modern disebut-sebut sebagai factor penting yang menggerakkan bisnis biscuit di
Indonesia. Belum lagi lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diestimasi akan
bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang. Hasil studi yang dilakukan oleh
Nielsen Advertising Information Services 2016 (Herni, 2016) menggambarkan bahwa market
size biscuit pada tahun 2013-2015 mengalami peningkatan signifikan (gambar 2), dan pada
tahun 2016 diperkirakan tumbuh sekira 8%-10% (Arobim, 2016).
Selain itu, menurut Euromonitor International, peluang bisnis biscuit di Indonesia masih sangat
terbuka luas mengingat konsumsi/kapita snack di Indonesia yang masih rendah (sekira 3,9
kg/tahun) bila dibandingkan dengan Malaysia (6 kg/tahun) atau Singapura (8,8 kg/tahun).
Peluang pasar biscuit di Indonesia yang menjanjikan tersebut jelas banyak dimanfaatkan oleh
para pengusaha. Pada saat ini tercatat sekira 200 perusahaan skala menengah dan besar yang
berkompetisi memperebutkan konsumen pada berbagai segmen. Setidaknya terdapat delapan
perusahaan besar yang patut diperhitungkan di pasar biscuit ini, masing-masing yaitu PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (merek Trenz, dll), PT. Mayora Indah Tbk (merek Roma,
Astor, dll), PT. Kraft Food Indonesia (merek Oreo, Belvita, dll), PT Arnott’s Indonesia (merek
Timtam, Nyam Nyam, dll), Grup Orang Tua (merek Tango, dll), Group Garuda Food (merek
38.5
2013 2014 2015
14
9.4
7.1 6.2
3.7 2.9 2.3
ROMA
KHONGGUAN
BISKUAT
MONDE
OREO
REGAL
NISSIN
GOOD TIME
SURVEI ISCA, 2013-14-15
Persaingan binis biscuit/wafer yang tidak terhindarkan itu memaksa produsen berfikir dan
berupaya keras agar tetap dapat memenangkan persaingan sekaligus mempertahankan posisi
pasarnya. Salah satu strategi yang umum digunakan yaitu melakukan promosi besar-besaran
melalui iklan. Sekarang ini periklanan sudah menjadi fenomena bisnis modern, dan bahkan
indikator utama kredibilitas atau reputasi perusahaan terletak pada seberapa besar dana yang
dialokasikan untuk iklan tersebut. Paling tidak iklan memiliki peran menginformasikan,
mengingatkan kembali, membedakan dengan produk yang lain, dan membujuk
masyarakat. Semua perusahaan pemasang iklan berharap tayangan iklannya dapat menjadi
stimulus yang efektif untuk mengubah sikap konsumen ke arah yang positif sehingga akan
mempengaruhi niat beli mereka dengan target akhir meningkatkan volume penjualan.
Walaupun tidak secara spesifik menunjukkan belanja iklan untuk biscuit, gambar 4 berikut
mengindikasikan bahwa kondisi persaingan bisnis pada subkategori biskuit di Indonesia sangat
tajam. Nielsen Advertising Information Service melaporkan bahwa belanja iklan perusahaan
Gambar 5: Belanja Iklan Makanan Ringan, Cookies & Biskuit 2013-2015 (Milyar Rp)
Mengingat tingkat persaingan pada bisnis wafer tersebut, maka setiap produsen wafer perlu
untuk menyelami lebih jauh tentang karakteristik konsumen mereka, yaitu untuk mengetahui
secara benar apa yang diinginkan oleh konsumennya. Salah satu kunci sukses dari strategi
pemasaran adalah pengembangan produk dan promosi yang sesuai dengan kebutuhan target
pasar. Dengan demikian produk yang berhasil adalah produk yang dapat diterima konsumen
dengan harga dan atribut lainnya yang memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk itu produsen
perlu mengetahui bagaimana konsumen memandang produk-produk serta progam
pemasarannya. Bagi produsen wafer, menggali insight konsumen tentang ekspektasi dan sikap
konsumen menjadi sangat penting.
Banyak factor yang mempengaruhi perilaku konsumen, dan dapat dikelompokkan ke dalam
factor budaya, social, personal, dan psikologis (Armstrong & Kotler, 2015). Termasuk dalam
factor psikologis yaitu: motivasi, persepsi, belajar, keyakinan dan sikap (attitude). Secara umum
sikap dapat dimaknai sebagai proses psikologi (psychological path) seseorang dalam
mengevaluasi objek tertentu yang akhirnya akan menghasilkan pandagan positif (favour) atau
sikap negative (unfavour), menyenangkan atau tidak menyenangkan, mendukung atau tidak
Bagi setiap produsen, termasuk produsen wafer, mengidentifikasi dan mengikuti perkembangan
sikap konsumennya sangat penting, mengingat secara teoritis sikap konsumen tersebut akan
mempengaruhi niat konsumen. Dalam beberapa penelitian, sikap konsumen sering dikaitkan
dengan minat beli (behavioral intention) dan pada gilirannya berpengaruh terhadap perilaku
membeli (individual’s behavior). Misalnya Chen dan Yang (2007) menegaskan bahwa variable
minat merupakan merupakan metode terbaik untuk menjelaskan perilaku individu. Secara lebih
spesifik Ajzen dan Fishbein (Dean, Raats, & Shepherd, 2008) menegaskan bahwa minat
konsumen dipengaruhi oleh tiga factor penting, yaitu: factor sikap (attitude toward the
behavior), norma subyektif (subjective norms), dan control perilaku (Perceived behavioral
control). Teorinya itu dikenal dengan Theory of Planned Behavior (TPB) atau Theory of
Reasoned Action (TRA). Ringkasnya, perilaku konsumen merupakan fungsi dari niat berperilaku
yang dibentuk oleh kombinasi sikap. Niat merupakan satu faktor internal (individual) yang
mempengaruhi perilaku konsumen, niat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi
rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang
tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman, Kanuk, & Hansen, 2012). Dalam proses
pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat dengan sikap yang dimilikinya untuk memakai
ataupun membeli produk tertentu. Dalam konteks inilah penelitian tentang sikap konsumen
terhadap wafer penting untuk dilakukan. Selain itu, penelitian tentang sikap konsumen terhadap
wafer, sepanjang pengetahuaan peneliti, belum pernah diteliti atau setidaknya belum
dipublikasikan.
TELAAH LITERATUR
Penelitian tentang perilaku konsumen sebagian besar ditujukan untuk mengungkapkan factor-
faktor apa saja yang paling dominan mempengaruhi perilaku membeli (consumer’s purchase).
Sulit dan cenderung tidak jelas, namun demikian upaya untuk mengungkapkannya menjadi jelas,
terus dilakukan oleh para pakar melalui beberapa penelitian. Banyak pendapat memang, dan satu
diantaranya seperti yang dikembangkan oleh Kotler (2005) yang mengelompokkan factor-faktor
itu kedalam: factor social, budaya, personal, dan psikologis. Kemudian khusus factor psikologis,
diderivasikan lebih spesifik menjadi factor motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap
(attitude).
Sikap merupakan kajian yang sangat krusial karena sikap berperan sangat penting dalam setiap
aspek dalam kehidupan social, termasuk dalam keputusan konsumen untuk membeli sesuatu.
Pertama, sikap pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan
konsumen dengan barang yang dibelinya. Sebagai contoh, sikap yang positif terhadap sesuatu
barang membuat konsumen senang untuk mengkonsumsinya. Menurut Jacoby & Chestnut dalam
(Giese & Cote, 2002), variable sikap juga dapat dijadikan sebagai indicator awal untuk
mendeteksi adanya loyalitas merek tunggal yang sesungguhnya (true focal brand loyalty).
Artinya, struktur sikap (afektif), yaitu tingkat kesukaan konsumen, seharusnya lebih tinggi
daripada merek saingan, sehingga ada preferensi afektif yang jelas pada merek fokal. Sebaliknya
sikap yang negatif membuat konsumen cenderung menolak, menghindari, bahkan mungkin
Ketiga, sikap menentukan posisi konsumen ketika dihadapkan dengan isu-isu yang krusial
tentang sesuatu barang. Ada tiga komponen sikap yaitu: (1) afektif, yang didalamnya termasuk
perasaan suka tidak suka terhadap suatu objek atau orang; (2) kognitif, termasuk keyakinan
tentang objek atau orang tersebut; dan (3) perilaku, yaitu kecenderungan untuk bereaksi tertentu
terhadap objek atau orang tersebut. Singkatnya, sikap adalah perasaan konsumen (positif dan
negatif) atas suatu barang setelah dia mengevaluasi barang tersebut. Semakin banyak objek yang
dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk. Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu
fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan.
Dalam model ini, sikap merupakan individual component yang menunjukkan perasaan negative
atau positif seseorang dalam berperilaku/bertindak. Sikap merupakan fungsi dari kepercayaan
(belief) dan evaluasi (evaluation) terhadap sebuah obyek/produk. Kemudian konstruk norma
subyektif merupakan social pressure yang dapat mempengaruhi persepsi untuk berbuat dan tidak
berbuat. Sedangkan konstruk control perilaku merupakan gabungan antara variable control
beliefs (ide-ide yang dapat mengendalikan perilaku individu) dan belief power (informasi,
peluang atau kendala-kendala yang dapat mempengaruhi kepercayaan individu). Model atau
teori ini lebih menekankan pada proses kognitif serta menganggap bahwa manusia adalah
Pendekatan sikap lainnya seperti yang diajukan oleh Fishbein, atau dikenal dengan Fishbein
Multi-Attribute Model. Menurut pendekatan ini, sikap terhadap perilaku pembelian (attitude
toward the behavior) ditentukan oleh kombinasi (summing up) antara keyakinan (belief) bahwa
sebuah merek memiliki atribut tertentu dan hasil evaluasi (evaluation) konsumen terhadap
atribut tersebut. Secara lebih teknis, Santoso (2000) menegaskan bahwa yang dimaksud dengan
sikap adalah sikap konsumen terhadap sebuah barang/produk yang dikenali lewat atribut-atribut
yang melekat pada barang/produk tersebut. Komponen belief atau kognitif adalah pengetahuan
dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan merek tertentu
dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber. Komponen ini sering kali dikenal
sebagai keyakinan atau kepercayaan sehingga konsumen yakin bahwa suatu merek memiliki
atribut-atribut tertentu dan perilaku tertentu akan menjurus ke akibat atau hasil tertentu. Dengan
kata lain, kognitif adalah sejumlah atribut yang melekat atau yang relevan pada suatu merek
yang dapat menentukan sikap konsumen. Hasil dari belief ini adalah pandangan positif/negative
terhadap atribut sebuah merek wafer. Sedangkan komponen evaluation atau afektif ialah emosi
atau perasaan terhadap suatu merek wafer. Emosi dan perasaan terutama mempunyai hakikat
evaluatif, yaitu apakah konsumen suka atau tidak terhadap merek wafert tertentu. Dengan kata
lain, evaluation adalah penilaian sikap konsumen terhadap kinerja atribut – atribut yang melekat
pada merek wafert tertentu. Hasil dari komponen evaluative ini adalah apakah atribut wafert
tertentu penting/tidak penting bagi konsumen.
Selanjutnya Hawkin & Mothersbaugh (2010) menegaskan bahwa sikap merupakan motivasi,
emosi, persepsi dan proses kognitif yang terorganisasikan secara terus-menerus yang berkaitan
dengan beberapa aspek lingkungan sekitar. Sikap terbentuk karena pengalaman langsung dengan
produk tertentu, informasi, atau iklan (learned predisposition) yang mengarahkan respon
seseorang terhadap objek tertentu apakah “positif/menyenangkan” atau “negative/tidak
menyenangkan”. Dalam kontek produk, maka sikap adalah cara berfikir, perasaan, dan tindakan
sesorang terhadap sebuah produk. Menurutnya kembali, sikap terbentuk atas tiga komponen,
yaitu cognitive (keyakinan), affective (perasaan, emosi), dan behavioral (kecenderungan respon).
Sedikit berbeda, Schiffman, Kanuk & Hansen (2012) membagi komponen sikap ke dalam:
cognitive, affective dan conative.
STIMULI:
Product,
situations, Overall
Emotions or feelings
retail outlets, about specific orientation
sales personnel, AFFECTIVE attributes or overall toward object/
advertisement, object/product
and product
other attitude
objects
Behavioral
intentions with
BEHAVIORAL respect to specific
attributes or overall
object/product
METODE PENELITIAN
Karena penelitian ini bersifat “pendahuluan” dan eksploratif, maka penelitian ini hanya akan
menganalis fakta-fakta yang masih ada di permukaan sehingga behind the facts belum
terungkapkan secara jelas dan spesifik. Kesimpulan atau temuan-temuan yang dajukan baru
bersifat indicative dan kecenderungan-kecenderungan umum saja. Oleh karena itu penelitian ini
akan lebih bermakna dan implementatif untuk pengambilan keputusan secara praktis apabila
dilanjutkan dengan penelitian-penelitian berikutnya dengan menggunakan kaidah-kaidah teoritis
dan metodologis yang lebih memadai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan survey explanatory, yang menurut Robson (2002)
ditujukan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dengan cara meneliti hubungan antar
variable yang diteliti. Sedangkan Nazir (2005) menjelaskan bahwa tujuan penelitian survey
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Berdasarkan beberapa
konsep penelitian di atas, maka metode survey explanatory tersebut digunakan dalam penelitian
ini karena sesuai dengan dengan tujuannya, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang
hubungan antara komponen sikap konsumen wafer.
Analisis Data
Penelitian ini memetakan bagaimana sikap konsumen mahasiswa terhadap 11 merek
wafer yang beredar di Kota Bandung., dan kemudian menganalisis hubungan antara komponen
sikap (kognitif, afektif & niat berperilaku). Disain penelitian yaitu survey explanatory, yang
menurut Robson (2002) dan Nazir (2005) ditujukan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
dengan cara meneliti hubungan antar variable yang diteliti. Disain survey explanatory
dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan dengan tujuannya, karena
untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antar komponen sikap konsumen kalangan
mahasiswa terhadap wafer.
Data primer yang digunakan merupakan pengakuan, pendapat atau persepsi responden
terhadap komponen sikap yaitu cognitive, affective dan behavioral untuk kesebelas merek wafer
terpilih. Mengenai aspek kognisi, penelitian ini diarahkan untuk mengungkap hasil evaluasi
responden terhadap merek wafer berdasarkan atribut: (1) kesesuaian rasa (2) kelayakan harga,
(3) kemenarikan kemasan (4) ketersediaan, (5) kehalalan, dan (6) kandungan gizi.
Pertimbangannya yaitu karena sebuah produk dipahami sebagai kumpulan atribut baik yang
Berikutnya diihat dari frekuensi mengkonsumsi wafer, 29% responden tergolong mereka yang
sering mengkonsumsi wafer, dan yang paling banyak diantara adalah perempuan (65%).
Analisis Cognitive
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kognisi konsumen dalam penelitian ini difokuskan kepada
seberapa besar evaluasi positif responden terhadap enam atribut wafer, yaitu: rasa, harga,
Gambar 9: Peringkat merek wafer berdasarkan atribut rasa dan kelayakan harganya
Tango Wafer masuk kedalam pasar industri makanan ringan di Indonesia dengan 3 varian rasa,
yaitu coklat, susu vanilla, dan Choco Hazelnut. Kemudian Tim Tam yang berada pada peringkat
kedua memiliki berbagai macam krim rasa, yaitu: Original, Choco Strawberry, Choco
Chocolate, Milk Chocolate, dan Choco Vanilla. Sementara itu, wafer Nissin menempati
peringkat keenam (dipilih oleh 5,3% responden) sebenarnya memiliki rasa yang lebih variatif
(12 varian), yaitu: chocolate, strawberry, milk, peanut, coffee, mocca, raisin, melon, coconut,
banana, lemon, yoghurt, dan yoghurt blueberry. Tetapi pada indikator kedua (kelayakan harga),
merek Tanggo menduduki peringkat kedua setelah Nabati, diikuti kemudian oleh TimTam, dan
Nissin berada pada posisi kelima (dipilih terjangkau oleh 4,3% responden).
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi
penambahan nilai-nilai fungsional dalam sebuah kemasan, terutama pada abad sekarang dimana
persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut
perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional pengemasan kini telah menjadi
bagian penting yang harus menjadi bagian dari seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk
sampai ke pemakai terakhir, termasuk dalam kemasan wafer. Dalam kaitannya dengan penelitian
ini, secara berturut-turut, wafer merek Tango, Tim Tam dan Nabati dipersepsikan paling
Gambar 10: Peringkat merek wafer berdasarkan atribut kemasan dan ketersediaan
Kemudian mengenai atribut kehalalan, kembali wafer merek Tango menempati peringkat
pertama. Namun pada atribut kandungan gizi, wafer merek Tanggi dipersepsikan lebih rendah
daripada merek Nabati.
Gambar 11: Peringkat merek wafer berdasarkan atribut kemasan dan ketersediaan
Analisis Afektif
Berdasarkan komponen afeksiny Tango dipersepsikan oleh responden sebagai merek wafer yang
paling disukai, dan diikuti kemudian oleh merek Nabati dan Timtam. Temuan ini sejalan dengan
pemeringkatan kepuasan konsumen yang menempatkan wafer merek Tango pada posisi teratas
(Frontier Consulting Group, 2016). Temuan yang sama juga dilaporkan oleh Frontier Consulting
Group karena memosisikan Tanggo sebagai merek wafer dengan nilai Top of Brand Index (TBI)
Gambar 13: Distribusi persepsi konsumen berdasarkan komitmen membeli ulang &
merekomendasikan
Tango 93.8
Nissin 64.7
Nabati 62.8
Timtam 59.8
B-Royal 58.3
Selamat 58.0
Roma 54.7
Kit-Kat 50.0
Astor 50.0
Lainnya 50.0
Cho-Cho 46.5
Kasus Nissin lebih menarik karena berada pada peringkat ketujuh sebagai wafer yang paling
disukai tetapi pada aspek konatif/komitmen ternyata “naik kelas” menempati posisi kedua.
Artinya keterikatan emosional konsumen atau emotional attachment to brand (MacInnis & Park,
2005) dengan wafer merek Nissin sangat kuat di dibandingkan dengan merek lainnya. Sama
dengan kasus Nissin yaitu wafer merek Roma dan B-Royal, walaupun dengan derajat komitmen
yang lebih rendah. Dengan pendekatan analisis yang sama, merek wafer lainnya tergolong merek
yang “turun kelas”, karena memiliki rangking konatif/komitmen yang lebih rendah daripada
rangking kesukaan.
Secara umum wafer merek Nissin berada pada peringkat kedua setelah merek KitKat dalam hal
usaha konsumen untuk memperolehnya. Dengan demikian wafer merek KitKat dan Nissin
cenderung memiliki “tanda-tanda awal” loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan merek
lainnya. Wafer merek Tango yang pada analisis sebelumnya (aspek kognitif, afektif & konatif)
selalu berada pada peringkat teratas, ternyata tidak diikuti oleh loyalitas tinggi konsumennya.
Analisis Hubungan
Seperti telah disinggung di muka, secara teoritis kognisi konsumen akan mempengaruhi
afeksinya, kemudian berdampak terhadap konasinya dan pada akhirnya membentuk sikapnya
secara total terhadap produk. Asosiasi diukur dengan menggunakan Chi-Square (CS) dan
keeratannya diukur menggunakan Koefisien Kontingensi (CC). Pertama, yaitu antara kognisi
dengan afeksi konsumen, ternyata semua atribut/indikator kognisi berasosiasi dengan afeksi
konsumen secara signifikan. Dengan kata lain, kesukaan konsumen terhadap berbagai merek
wafer ditentukan oleh kognisi (keyakinan dan evaluasi) konsumen terhadap atribut citarasa,
kelayakan harga, kemenarikan kemasan, ketersediaan, kehalalan dan kandungan gizinya. Dilihat
dari sisi keeratannya, kesesuaian rasa adalah yang tertinggi, berturut-turut diikuti oleh atribut
kemenarikan kemasan, ketersediaan, kandungan gizi, kehalalan, dan terakhir yaitu kelayakan
harga. Informasi ini memberikan indikasi bahwa rasa adalah atribut yang paling diperhatikan
oleh konsumen dalam memilih merek wafer, sementara kelayakan harganya adalah
pertimbangan yang terakhir.
Kedua, yaitu asosiasi antara kesukaan konsumen (afeksi) dengan komitmen/niat konsumen
untuk membeli ulang & merekomendasikan (konatif) merek wafer yang disukainya. Hasilnya
yaitu menunjukkan indikator “membeli ulang” yang tidak berasosiasi secara signifikan,
sementara indikator “merekomendasikan” berasosiasi signifikan (Tabel 3). Artinya bila
konsumen menyukai merek wafer tertentu maka peluang merek tersebut akan
direkomendasikan kepada pihak lain jauh lebih besar
Tabel 3
Asosiasi antara kesukaan konsumen (afeksi) dengan kesediaan konsumen untuk membeli ulang
& merekomendasikan (konatif) merek wafer yang disukainya
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Kesukaan membeli ulang 24,9 .17 Tidak ada asosiasi
kesukaan merekomendasikan 18,5*) .15 Asosiasi signifikan – tidak erat
Ketiga, asosiasi antara niat berperilaku (behavior) untuk membeli ulang & merekomendasikan
dengan usaha konsumen untuk memperoleh merek wafer yang disukainya (attitude). Hasilnya
menunjukkan bahwa indikator membeli ulang tidak berasosiasi dengan usaha konsumen untuk
memperoleh merek wafer yang disukainya (tabel 4).
Tabel 4
Asosiasi antara aspek konatif/komitmen konsumen dengan usaha konsumen untuk memperoleh
merek wafer yang disukainya (sikap)
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Membeli ulang mencari/mengganti .848 .15 Tidak berasosiasi
Merekomendasikan mencari/mengganti 26,3*) .17 Asosiasi signifikan – erat
Tabel 5
Asosiasi antara kognisi konsumen dengan niat membeli ulang merek wafer yang disukai
disukainya (behavioral)
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Kesesuaian rasa niat beli ulang 41.26*) .661 Berasosiasi – erat
Kelayakan harga niat beli ulang 34.37 Tidak berasosasi
Kemenarikan kemasan niat beli ulang 28.21 Tidak berasosasi
Ketersediaan niat beli ulang 14.50 Tidak berasosasi
Kehalalan niat beli ulang 58.11*) .786 Berasosiasi – sangat erat
Kandungan Gizi niat beli ulang 48.14*) .269 Berasosiasi – lemah
Secara keseluruhan hasil penelitian ini ini mendukung terhadap beberapa teori yang menyatakan
adanya konsistensi asosiasi antara faktor kognisi-afeksi-niat berperilaku dengan sikap sikap
konsumen, namun tentu saja dengan beberapa pengecualian. Bagaimana arah dan keeratan
asosiasi tersebut untuk setiap indikatornya, dapat dijelaskan pada gambar berikut.
COGNITIVE CONNATIVE
χ2 = 2772,6*)
BEHAVIORAL
RASA
χ2 = 0,84
HARGA
χ2 = 425,2*)
χ2 = 26,3*)
*)
χ2 = 21,8
χ2
χ2 == Chi-Square
Chi-Square Value;
Value; *) = significant at 5 percent level
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, G., & Kotler, P. (2015). Marketing: An introduction (12 ed.). Edinburgh Gate:
Pearson.
Chen, I. J., & Yang, C. (2007, November). Using the theory of planned behavior to understand
in-service kindergarten teacher's behaviour to enroll a graduate level academic program.
Journal of College Teaching & Learning, 4(11), 202-230.
Dean, M., Raats, M. M., & Shepherd, R. (2008). Moral Concerns and Consumer Choice of Fresh
and Processed Organic Foods. Journal of Applied Social Psychology, 38(8), 2088-2017.
Dunia Industri. (2015, November). Dunia Industri: New Industrial Community. Retrieved
February 2017, from www.duniaindustri.com: http://duniaindustri.com/tujuh-
perusahaan-pemimpin-pasar-biskuit-perebutkan-market-rp-623-triliun/
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (2007). The Advantages of an Inclusive Definition of Attitude.
Social Cognition, 2(5), 582-602.
Frontier Consulting Group. (2016). ICSA. Retrieved from www.isca-indo.com.
Frontier Consulting Group. (2016). Top Brand Award. Retrieved from http://www.topbrand-
award.com.
Giese, J. L., & Cote, J. A. (2002). Defining Consumer Satisfaction. Academy of Marketing
Science Review, 2000(1).
Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer behavior: building marketing
strategy. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Herni, S. R. (2016, March 26). Portal Berita & Direktori Logistik. Retrieved 2017, from
cargonews.com: http://www.kargonews.com/wow-bisnis-biskuit-rp-18-triliun-jadi-
rebutan
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). A framework for marketing management. Edirnbugh Gate,
England: Pearson Education.
MacInnis, D. J., & Park, C. W. (2005). The Ties That Bind: Measuring the Strength of
Consumers’ Emotional Attachments to Brands. Journal of Consumer Psychology, 15(1),
77-91.
Magni, M., Poh, F., & Razdan, R. (2015). Winning in Indonesia’s consumer-goods market: Best
practices in customer and channel management. New York: McKinsey&Company and
Nielsen.
Mckinsey & Company. (2015, January). Understanding the Indonesian consumer. Mckinsey &
Company.
Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen (Edisi 5 ed., Vol. 1). Jakarta: Erlangga.
Penelitian ini berhubungan dgn BISKUIT WAFFER, bukan MARIE, CRACKERS, COOKIES, atau
yg lainnya.
Merek wafer dibatasi pada 12 merek saja (terlampir)
______________________________________________________________________________
A. IDENTITAS RESPONDEN (Beri tanda 𝑿 pada huruf di muka pilihan yang menurut Anda
paling sesuai)
B. Cog: (Anda boleh mengisi semuanya dari B1 sd B.7, tetapi boleh juga hanya beberapa
diantaranya. Tergantung pengetahuan Anda terhadap merek wafer tersebut):
Berdasarkan pengalaman, informasi dan evaluasi, maka saya berkeyakinan bahwa dari 12
merek wafer terlampir (tuliskan nomor mereknya saja):
B.1. Merek _____ adalah yang paling enak rasanya.
B.2. Merek _____ adalah yang terjangkau/sesuai harganya
B.3. Merek _____ adalah yang paling menarik kemasannya.
B.4. Merek _____ adalah yang paling mudah diperoleh.
B.5. Merek _____ adalah yang paling terjamin kehalalannya.
B.6. Merek _____ adalah yang paling tinggi kandungan gizinya
B.7. Merek _____ adalah yang paling ………………………………………(tuliskan)
______________________________________________________________________________
C. AFF:
C.1. Dari 12 merek wafer terlampir, yang paling saya sukai adalah: merek ______ (tuliskan)
______________________________________________________________________________
D. Con:
D.1. Apakah Anda akan terus membeli/mengkonsumsi wafer yang paling Anda sukai tersebut??
a. Ya;
b. Belum tentu, tergantung kepada: …………………………………………………
E. ATT
E.1. Seandainya merek wafer yang paling Anda sukai tersebut tidak ditemukan di toko/warung
terdekat maka Saya akan:
a. Mencarinya di toko/warung lain;
b. Menggantinya dengan membeli merek lain, yaitu: (b.1.) merek ______, atau (b.2.)
merek _____
E.2. Apabila ada merek wafer yang baru, Saya selalu berusaha ingin mencobanya:
a. Ya; b. Tidak
---------
Output SPSS
PROFIL RESPONDEN
Statistics
Gender Usia Frekuensi_konsumsi
N Valid 822 822 822
Missing 0 0 0
Gender
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 481 58.5 58.5 58.5
b 341 41.5 41.5 100.0
Total 822 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 493 60.0 60.0 60.0
b 216 26.3 26.3 86.3
c 113 13.7 13.7 100.0
Total 822 100.0 100.0
Gender * Frekuensi_konsumsi
Crosstabulation
Count
Frekuensi_konsumsi
a b Total
Gender a 155 326 481
b 84 257 341
Total 239 583 822
Usia * Frekuensi_konsumsi
Crosstabulation
Count
Frekuensi_konsumsi
A b Total
Usia a 166 327 493
b 56 160 216
c 17 96 113
Total 239 583 822
KOMPONEN KOGNITIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
C_Kesuaian_rasa 822 0 12 3.66 2.367
C_Keterjangkuan_harga 822 0 12 3.87 2.301
C_Kemasan 822 0 12 3.78 2.592
C_Ketersediaan 786 1 12 3.76 1.968
C_Kehalalan 695 0 11 4.45 2.879
C_Kesuaian_rasa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 10 1.2 1.2 1.2
1 39 4.7 4.7 6.0
2 310 37.7 37.7 43.7
3 146 17.8 17.8 61.4
4 143 17.4 17.4 78.8
5 12 1.5 1.5 80.3
6 43 5.2 5.2 85.5
7 7 .9 .9 86.4
8 57 6.9 6.9 93.3
9 46 5.6 5.6 98.9
10 1 .1 .1 99.0
11 4 .5 .5 99.5
12 4 .5 .5 100.0
Total 822 100.0 100.0
C_Kemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 49 6.0 6.0 6.0
1 58 7.1 7.1 13.0
2 190 23.1 23.1 36.1
3 185 22.5 22.5 58.6
4 119 14.5 14.5 73.1
5 29 3.5 3.5 76.6
6 67 8.2 8.2 84.8
7 6 .7 .7 85.5
8 72 8.8 8.8 94.3
9 20 2.4 2.4 96.7
10 4 .5 .5 97.2
11 21 2.6 2.6 99.8
C_Ketersediaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 19 2.3 2.4 2.4
2 238 29.0 30.3 32.7
3 42 5.1 5.3 38.0
4 378 46.0 48.1 86.1
5 25 3.0 3.2 89.3
6 23 2.8 2.9 92.2
7 8 1.0 1.0 93.3
8 15 1.8 1.9 95.2
9 14 1.7 1.8 96.9
10 4 .5 .5 97.5
11 19 2.3 2.4 99.9
12 1 .1 .1 100.0
Total 786 95.6 100.0
Missing System 36 4.4
Total 822 100.0
C_Kandungan_gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 3 .4 .5 .5
1 23 2.8 3.7 4.2
2 190 23.1 30.8 35.0
3 66 8.0 10.7 45.7
4 157 19.1 25.4 71.2
5 10 1.2 1.6 72.8
6 48 5.8 7.8 80.6
7 20 2.4 3.2 83.8
8 38 4.6 6.2 90.0
9 40 4.9 6.5 96.4
10 2 .2 .3 96.8
KOMPONEN AFEKTIF
Statistics
Af_Kesukaan
N Valid 822
Missing 0
Af_Kesukaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 43 5.2 5.2 5.2
2 308 37.5 37.5 42.7
3 119 14.5 14.5 57.2
4 184 22.4 22.4 79.6
5 8 1.0 1.0 80.5
6 41 5.0 5.0 85.5
7 5 .6 .6 86.1
8 58 7.1 7.1 93.2
9 47 5.7 5.7 98.9
11 3 .4 .4 99.3
12 6 .7 .7 100.0
Total 822 100.0 100.0
KOMPONEN KONATIF
Statistics
Cn_Membeli_ul Cn_Rekomenda
ang si
N Valid 822 822
Missing 0 0
Cn_Rekomendasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 531 64.6 64.6 64.6
b 291 35.4 35.4 100.0
Total 822 100.0 100.0
Beli_ulang_rekomendasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 27 3.3 3.3 3.3
4 172 20.9 20.9 24.2
5 367 44.6 44.6 68.9
6 256 31.1 31.1 100.0
Total 822 100.0 100.0
SIKAP
Att_cari_ganti
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 370 45.0 45.0 45.0
b 452 55.0 55.0 100.0
Total 822 100.0 100.0
A. Pendahuluan
Mini riset & Company Visit Program merupakan merupakan kegiatan
tahunan mahasiswa yang yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester
VIII dengan bobot 2 sks. Program ini ditujukan untuk meningkatkan
eksposur mahasiswa melalui kegiatan riset bisnis yang diharapkan dapat
mengantarkan mahasiswa untuk memperoleh gambaran kompleksitas dunia
bisnis secara nyata, kemudian didiskusikan dan diolah dalam periode
delinking di kelas, untuk selanjutnya menyiapkan proses linking di
kemudian hari. Satu kali dayung dua tiga pulau terlampaui, data mini riset
mahasiswa ini kemudian diolah kembali, diperdalam dan diperluas sehingga
sehingga dihasilkan by product dalam bentuk karya penelitian kelompok
dosen dan artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Ekubis terbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Nusantara.
Selain itu, program ini disiapkan sebagai penciri (distinction) yang
membedakan antara lulusan FE-UNINUS dengan perguruan tinggi lainnya,
yaitu memiliki pengetahuan dan pengalaman dasar dalam merancang dan
melaksanakan riset dalam berbagai aspek kajian bidang bisnis. Penciri
lainnya yaitu karena hasil mini riset ini kemudian dipresentasikan oleh
mahasiswa sendiri dihadapan pihak manajemen perusahaan secara
langsung pada saat kegiatan company visit. Pada saat mempresentasikan
hasil mini riset dan diskusi dengan pihak manajemen, mahasiswa
memperoleh banyak masukan kritis dari pihak manajemen, dan sebaliknya
pihak manajemen pun mengapresiasi atas beberapa temuan penting yang
terungkap dari hasil mini riset tersebut. Akhirnya setelah dilakukan
perbaikan seperlunya, laporan mini riset kemudian disampaikan kepada
pihak manajemen perusahaan.
Kegiatan mini riset ini rata-rata memerlukan waktu sekira 4-5 bulan, dan
dilanjutkan dengan kegiatan company visit selama 3 hari. Tercatat beberapa
perusahaan yang telah menjadi obyek kajian mini riset mahasiswa,
diantaranya: PT Djarum Kudus, PT Sari Husada, Tbk (SGM), PT Hartono
Istana Teknologi (Polytron), PT Sido Muncul, Tbk. PT. Nyonya Meneer, PT.
Nippon Indosari Corpindo, Tbk (Sari Roti), PT. Nissin Food Indonesia, Tbk
dan PT Victoria Care Indonesia (VCI).
Agar dapat dinikmati oleh khalayak dan sekaligus sebagai wahana untuk
memperoleh respon perbaikan, setiap laporan mini riset selalu kami simpan
di www.researchgate.net. Hasilnya cukup mengejutkan, karena sejak
pertama kali diunggah pada bulan Nopember 2017, hingga bulan April 2018
B. Dasar Pemikiran
Kesangsian terhadap peran pendidikan tinggi di Indonesia yang berkisar
pada rendahnya kualitas lulusan yang dihasilkannya, merupakan salah satu
alasan penting mengapa pembinaan sumber daya di sektor ini perlu
mendapat porsi khusus. Apalagi kalau isu ketidak padanan (mismatch)
antara kualifikasi lulusan dengan tuntunan pasar tenaga kerja yang
sekarang sedang menjadi polemik ikut kita pertimbangkan. Oleh karena itu
upaya peningkatan sumber daya manusia harus selalu diperhitungkan
dalam setiap strategi dan program pengembangan suatu perguruan tinggi.
Keharusan bagi setiap perguruan tinggi untuk memikirkan dan
membangun strategi agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas
dan sesuai dengan ketentuan pasar, kelihatannya tidak dapat ditunda-tunda
lagi manakala kita mencermati betapa pesatnya perkembangan ilmu dan
teknologi mutakhir yang terjadi hampir disemuasektor. Di masa mendatang
kontribusi suatu perguruan tinggi tidak akan lagi ditentukan oleh berapa
jumlah lulusan yang dihasilkannya tetapi oleh berapa banyak lulusan yang
mampu diserap oleh pasar tenaga kerja. Berdasarkan pertimbangan di atas
serta tuntunan zaman yang ditandai oleh arus globalisasi yang melanda
semua aspek kehidupan, maka tampaknya gerak perkembangan suatu
perguruan tinggi harus segera bergeser menyeimbangkan diri dari yang
semula lebih menekankan pada kerangka berpikir konseptual kearah
tindakan-tindakan nyata dan bertumpu pada program yang ditata
berdasarkan perencanaan analitis. Tindakan-tindakan nyata tersebut harus
mampu mendorong pertumbuhan dan peran perguruan tinggi dengan
memperhatikan masalah pokok yang dihadapi yaitu terutama kualitas,
relevansi dan masa depan yang diinginkan.
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara (UNINUS) di Bandung
sebagai salah satu perguruan tinggi yang selama ini ikut andil dalam
mempersiapkan, mendidik dan mengembangkan sumberdaya manusia
bidang manajemen bisnis di Indonesia, secara terencana dan bertahap mulai
memikirkan bagaimana menerapkan model pembelajaran yang tepat agar
kompetensi lulusannya compatible dengan lingkungan bisnis. Salah satu
metode pengajaran terbaik yang dapat mengkaitkan antara teori dan
praktik, serta menjamin terselenggaranya pendidikan bisnis yang relevan
dan mutakhir bagi mahasiswa adalah menugaskan mahasiswa melakukan
riset ril plus company visit dengan obyek penelitian perusahaan terpilih.
C. Tujuan
1. Melalui pendekatan Mini Riset & Company Visit Program ini
diharapkan dapat meningkatkan eksposur mahasiswa terhadap
pengalaman pembelajaran dan praktik bisnis yang sebenarnya;
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih memahami
praktik bisnis ril sehingga dapat membandingkan antara konsep atau
teori yang diperoleh di kelas dengan yang terjadi di lingkungan
sebenarnya.
D. Keluaran (output)
1. Terlaksananya kegiatan mini riset dan Company Visit Program yang
diikuti oleh mahasiswa semester VIII Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Nusantara sesuai dengan program yang telah ditetapkan;
2. Tersedianya laporan mini riset & company visit program yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau materi perkuliahan yang berwawasan
praktik.
F. Peserta
1. Program mini riset & company visit wajib diikuti oleh mahasiswa
semester VIII semua program studi;
2. Mahasiswa peserta dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1) kelompok kajian literatur;
2) kelompok kajian lingkungan bisnis yang relevan dengan topik
mini riset;
3) kelompok tabulasi data & analisis statistik, dan
4) kelompok penyusunan laporan serta materi presentasi. Sedangkan
dalam hal pengumpulan data survey, wajib dilakukan oleh semua
kelompok.
3. Setiap kelompok dibimbing oleh tim dosen yang ditunjuk oleh
Fakultas.
Bulan ke:
Kegiatan
1 2 3 4 5
Pembagian tugas & pematangan desain mini
riset
Pengumpulan data & tabulasi
Analisis data & penyusunan laporan
Company visit & presentasi mini riset di
perusahaan
Revisi laporan & penyerahan ke perusahaan
H. Laporan
1. Setiap kelompok mahasiswa diwajibkan membuat laporan tertulis
untuk selanjutnya diseminarkan, dan kemudian dikonsolidasikan ke
dalam laporan akhir mini riset;
2. Tata cara penulisan laporan harus mengikuti ketentuan yang umum
digunakan dalam sebuah laporan karya ilmiah. Penulisan laporan
direkomendasikan menggunakan ketentuan dari American Psychology
Association (APA);
3. Laporan mini riset dan company visit program diantaranya akan
disampaikan kepada pihak manajemen perusahaan target;
4. Laporan mini riset dipublikasikan di www.researchgate.net;
5. Kerangka laporan setidaknya terdiri atas kelengkapan awal, isi dan
kelengkapan akhir. Kelengkapan awal (Halaman judul/halaman
cover, halaman pengesahan, abstract & abstrak, kata pengantar
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran).
Kemudian kelengkapan isi yang meliputi: Bagian I: Pendahuluan
(Latar belakang penelitian perumusan masalah, maksud dan tujuan
penelitian, kegunaan penelitian kerangka pemikiran & hipotesis, dan
lokasi serta jadual Penelitian, Bagian II: Telaah Teoritis, Bagian III:
Metode Penelitian (desain penelitian, variabel, dimensi & indikator
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, analisis
data dan pengujian hipotesis), Bagian IV: Hasil dan Diskusi
(Lingkungan bisnis produk/jasa obyek mini riset, profil perusahaan,
profil responden, analisis deskriptif data dan hasil pengujian
hipotesis, dan Bagian V (kesimpulan & rekomendasi). Sedangkan
kelengkapan akhir meliputi: daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang relevan.
J. Ringkasan prosedur
Menentukan
perusahaan target
alternatif
Tidak
Mahasiswa Fakultas
Pelaksanaan
menentukan topik mengajukan Konfirmasi dari
Ya mini riset
mini riset & perizinan ke perusahaan
(3-4 bulan)
perusahaan target prusahaan target
-----------------