Anda di halaman 1dari 44

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349807824

LAPORAN MINI RISET MAHASISWA FE-UNINUS 2017

Research · February 2017

CITATIONS READS
0 764

2 authors:

Wahdi Suardi Fakultas Ekonomi Uninus


Universitas Islam Nusantara Universitas Islam Nusantara
38 PUBLICATIONS   8 CITATIONS    76 PUBLICATIONS   21 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KAJIAN POTENSI PADS PADA SEKTOR PELAYANAN KESEHATAN DI KOTABANDUNG View project

KAJIAN PADS PADA SEKTOR PAJAK PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA BANDUNG View project

All content following this page was uploaded by Fakultas Ekonomi Uninus on 05 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 1
PEMETAAN SIKAP KONSUMEN BISKUIT WAFER
MEREK NISSIN DI KALANGAN MAHASISWA

LAPORAN MINI RISET MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
TAHUN AKADEMIK 2016-17

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 2


KATA PENGANTAR DEKAN
Company Visit Program (CVP) & Mini Riset 2017 yang dilaksanakan pada tanggal 11 – 13
Pebruari 2017 merupakan kegiatan tahunan mahasiswa yang ditujukan untuk meningkatkan
eksposur mahasiswa melalui kegiatan yang dapat memberikan gambaran kompleksitas dunia
bisnis secara nyata, kemudian didiskusikan dan diolah dalam periode delinking di kelas, untuk
selanjutnya menyiapkan proses linking di kemudian hari. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih sekali kepada pihak manajemen PT Nissin Food Indonesia yang
telah memfasilitasi program tersebut.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, CVP 2017 kali ini diawali dengan kegiatan mini riset
mahasiswa dengan topik: Pemetaan Sikap Konsumen Wafer merek Nissin di Kalangan
Mahasiswa. Karena keterbatasan waktu dan kuota informasi yang disediakan oleh PT Nissin
sendiri, maka tentu saja kegiatan CPV ini belum dapat mengungkapkan kondisi dan gambaran
PT Nissin secara lengkap dan utuh. Oleh karenanya laporan ini hanya mengungkapkan apa-apa
yang mahasiswa peroleh dari hasil wawancara dengan berbagai pihak, hasil diskusi terbatas
dengan pihak manajemen, serta beberapa informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain.
Selain mendeskripsikan hasil pengamatan selama pelaksanaan CVP, dalam laporan ini pun
mahasiswa mencoba menganalisis dan menafsirkan beberapa topic atau kasus-kasus yang
mereka anggap penting.

Demikian, mudah-mudahan laporan ini bermanfaat, seraya berharap semoga kerjasama ini
akan terus berlanjut dalam bentuk dan program yang saling memberikan manfaat.

Bandung, Pebruari 2017

Dekan

Ahmad Muhammad Ryad Syaeful Hak

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 3


KATA PENGANTAR KORDINATOR PROGRAM
Mini riset & Company Visit Program merupakan merupakan kegiatan tahunan
mahasiswa yang yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester VIII dengan bobot 2 sks.
Program ini ditujukan untuk meningkatkan eksposur mahasiswa melalui kegiatan riset bisnis
yang diharapkan dapat mengantarkan mahasiswa untuk memperoleh gambaran kompleksitas
dunia bisnis secara nyata, kemudian didiskusikan dan diolah dalam periode delinking di kelas,
untuk selanjutnya menyiapkan proses linking di kemudian hari. Satu kali dayung dua tiga pulau
terlampaui, data mini riset mahasiswa ini kemudian diolah kembali, diperdalam dan diperluas
sehingga sehingga dihasilkan by product dalam bentuk karya penelitian kelompok dosen dan
artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Ekubis terbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Nusantara.
Selain itu, program ini disiapkan sebagai penciri (distinctition) yang membedakan
antara lulusan FE-UNINUS dengan perguruan tinggi lainnya, yaitu memiliki pengetahuan dan
pengalaman dasar dalam merancang dan melaksanakan riset dalam berbagai aspek kajian
bidang bisnis. Penciri lainnya yaitu karena hasil mini riset ini kemudian dipresentasikan oleh
mahasiswa sendiri dihadapan pihak manajemen perusahaan secara langsung pada saat
kegiatan company visit. Pada saat mempresentasikan hasil mini riset dan diskusi dengan pihak
manajemen, mahasiswa memperoleh banyak masukan kritis dari pihak manajemen, dan
sebaliknya pihak manajemen pun mengapresiasi atas beberapa temuan penting yang
terungkap dari hasil mini riset tersebut. Akhirnya setelah dilakukan perbaikan seperlunya,
laporan mini riset kemudian disampaikan kepada pihak manajemen perusahaan.
Kegiatan mini riset ini rata-rata memerlukan waktu sekira 4-5 bulan, dan dilanjutkan
dengan kegiatan company visit selama 3 hari. Tercatat beberapa perusahaan yang telah
menjadi obyek kajian mini riset mahasiswa, diantaranya: PT Djarum Kudus, PT Sari Husada, Tbk
(SGM), PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), PT Sido Muncul, Tbk. PT. Nyonya Meneer, PT.
Nippon Indosari Corpindo, Tbk (Sari Roti), PT. Nissin Food Indonesia, Tbk PT Victoria Care
Indonesia (VCI) dan PT Amerta Indah Otsuka (Pocari Sweat). Oleh karena itu pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih atas fasilitasi dan dukungannya semua pihak sehingga
program ini terus berlanjut hingga kini.
Demikian, mudah-mudahan laporan ini bermanfaat, dan semoga kerjasama ini akan
terus berlanjut dalam berbagai program yang saling memberikan manfaat.

Koordinator Program

Wahdi Suardi

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 4


KELOMPOK MAHASISWA
DAN DOSEN PEMBIMBING
Kajian Teoritis Tabulasi & Analisis Data Presentasi Dosen Pembimbing
Candra Lasmana Asmi Khoerudin Ramadhaniani Zenivera Endang Tasli Susandi
Siti Halimah Suherna Yudi Setiawandi Sindi Nuraprilyanti I Wayan Sudharta
Yulsa Destia Muhammad Nunu N Firman Nugraha Ida Farida Oesman
Dian Rusli Rini Rahmawati Maya Mina Nur Juju Zuchriatusobah HS
Angga Permana Riki Radian Anisa Ayu Adisti M AKM Bambang Suharto
Hindun Soliha Nur Mai Yanti Anis Siti Solihat Farah L Nurfauziah
Syifa Iramita Imsyar Prayogi Pangestu Haji Sutrisno Nani Ernawati
Yulianti Ari Wibawa Wahid Ahmad Fauzi Indri Ferdiani Suarna
Masruroh Mohammad Ichwan Alwi Tenten Hidayanti Siti Suarsih
Ninda Siti Nurjiyah Mita Maylani Hari Nani Kurniasih Sri Suharti
Topan Jatnika Ega Hayani Jajang Suherman
Siti Kurniasari Siti Rof'ah Jauhariyyah Yupi Yuliawati
Aisyah Komalasari Lisna Puji Rohmah A M Ryad Saiful Hak
Giranti Dewi Anggi Rinaldi Hanama Cyntia Carolina
Deni Ahmad Junaedi Wastuti Suhartini Bayu Aji Megananda
Anne Apriyanti R
Furi Puspasari Wahyu Hidayat
Arie Soleh Permana
Cecep Saiful M Erwan Setiawan
Nur Alam Dadan Muhamad R
Wafa Aini Haqiqoh Nur Alam
Fauziah Khalid Madhy Wafa Aini Haqiqoh
Danur Arif Fauziah Khalid Madhy
Julfi Ardiansyah Danur Arif
Erik Ramdan Julfi Ardiansyah
Sani Sanjaya Erik Ramdan
Sani Sanjaya
Koriyatun
Izay Subagja

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 5


PEMETAAN SIKAP KONSUMEN BISKUIT WAFER
MEREK NISSIN DI KALANGAN MAHASISWA

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan industri tidak hanya memberikan pengaruh terhadap
dunia ekonomi, tetapi juga berdampak pula terhadap gaya hidup, diantaranya yaitu kesukaan
masyarakat terhadap makanan siap santap. Pada zaman modern ini manusia cenderung lebih
memilih untuk mengkonsumsi makanan yang sifatnya praktis, dalam arti mudah diperoleh,
harganya murah, rasanya bisa diterima atau digemari, dan dapat disimpan untuk jangka waktu
yang lama. Disisi lain perkembangan teknologi pangan yang pesat saat ini mengakibatkan
industri pangan juga berkembang dan mengalami peningkatan yang cukup berarti sehingga dapat
menghasilkan berbagai jenis makanan, termasuk makanan siap santap. Akibatnya industry
makanan dan minuman di Indonesia tumbuh dengan cepat, dan memiliki peran penting dalam
menggerakan perekonomian Indonesia. Peran industri makanan dan minuman bagi
perekonomian Indonesia tidak saja memenuhi kebutuhan makanan dan minuman olahan dalam
negeri, tetapi juga berperan penting meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian.

Beberapa indicator makro menunjukkan bahwa kontribusi subsector industry makanan dan
minuman sangat penting bagi perekonomian. Sebagai gambaran, berdasarkan PDB lima tahun
terakhir (2010-15), rata-rata kontribusi subkategori industry makanan & minuman terhadap
perekonomian nasional adalah 5,31 %, atau berada pada urutan ketiga terbesar. Sementara pada
periode yang sama, dalam PDB industri pengolahan, rata-rata kontribusi subkategori industry
makanan dan minuman mencapai angka 26,5%, atau berarti masih lebih tinggi bila dibandingkan
dengan subkategori industry batubara & pengilangan migas (13,6%), industry alat angkut
(9,3%), dan industry barang dari logam, barang elektronik, optic computer, dan peralatan listrik
(9,3%). Pada triwulan III-2016, kontribusi subkategori industry makanan & minuman terhadap
PDB dan kategori industry pengolahan masing-masing adalah 5,99% dan 30,11% (gambar 1).

Begitu juga dari sisi pertumbuhannya, rata-rata pertumbuhan subkategori industry makanan &
minuman pada periode 2011-2015 mencapai angka 8,48%/tahun atau berarti masih lebih tinggi

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 6


daripada rata-rata pertumbuhan kategori industry pengolahan sebesar 5,02%. Sementara pada
kuartal III 2016, pertumbuhannya mencapai 9,82% (yoy) yang juga lebih tinggi daripada
pertumbuhan kategori industry pengolahan sebesar 4,56 % (yoy).

% terhadap industri pengolahan % pertumbuhan industri mamin


% terhadap PDB % pertumbuhan PDB
% kontribusi thdp pertumbuhan PDB

10.98

10.33

9.82
9.49

7.54
6.17

6.03
30.11

5.56

5.02

5.02
26.90

4.79
23.83 24.08 24.77 24.47 25.32

4.07
5.25 5.24 5.31 5.14 5.32 5.61 5.99

0.59
0.58

0.57

0.53

0.44
0.23
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*) 2011 2012 2013 2014 2015 2016*)

Gambar 1: Kontribusi & Pertumbuhan Subkategori Industri Makanan & Minuman di Indonesia

Kemudian dari struktur permintaan terhadap industry makanan dan minuman, diperkirakan
permintaan tertinggi berasal dari sector rumah tangga, yaitu 58,2 persen. Tidak jauh berbeda
dengan Data BPS yang menunjukkan selama 10 tahun terakhir, rata-rata
pengeluaran/kapita/bulan untuk makanan dan minuman mencapai angka 51% dari total
pengeluaran. Juga hasil studi dari AC Nielsen menyebutkan bahwa 48% dari total belanja
masyarakat kelas menengah untuk fast moving consumer goods, terutama makanan dan
minuman.

Merujuk kepada Tabel Input-Output Indonesia 2010 Klasifikasi 185 produk, biscuit merupakan
salah satu dari 22 produk hasil industri makanan dan minuman. Menurut SNI 01-2973-1992,
biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan dari tepung terigu dengan
penambahan makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Biskuit memiliki dengan enam varian utama yaitu: marie, assorted, crackers, cookies,
stick, dan . Biskuit secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu dikonsumsi
sebagai makanan utama untuk pertumbuhan dan kesehatan (seperti biscuit untuk bayi dan

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 7


sarapan), untuk pemberian hadiah, dan sebagai makanan ringan/cemilan atau snack. Kelebihan
biskuit ini adalah karena dapat dikonsumsi oleh semua kelompok umur, jenis kelamin, dan dari
semua golongan, mulai daerah perkotaan hingga ke pelosok-pelosok daerah.

Meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan kelas menengah, serta pesatnya pertumbuhan
gerai ritel modern disebut-sebut sebagai factor penting yang menggerakkan bisnis biscuit di
Indonesia. Belum lagi lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diestimasi akan
bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang. Hasil studi yang dilakukan oleh
Nielsen Advertising Information Services 2016 (Herni, 2016) menggambarkan bahwa market
size biscuit pada tahun 2013-2015 mengalami peningkatan signifikan (gambar 2), dan pada
tahun 2016 diperkirakan tumbuh sekira 8%-10% (Arobim, 2016).

Gambar 2: Market Size Biskuit Biskuit 2013-15

Selain itu, menurut Euromonitor International, peluang bisnis biscuit di Indonesia masih sangat
terbuka luas mengingat konsumsi/kapita snack di Indonesia yang masih rendah (sekira 3,9
kg/tahun) bila dibandingkan dengan Malaysia (6 kg/tahun) atau Singapura (8,8 kg/tahun).
Peluang pasar biscuit di Indonesia yang menjanjikan tersebut jelas banyak dimanfaatkan oleh
para pengusaha. Pada saat ini tercatat sekira 200 perusahaan skala menengah dan besar yang
berkompetisi memperebutkan konsumen pada berbagai segmen. Setidaknya terdapat delapan
perusahaan besar yang patut diperhitungkan di pasar biscuit ini, masing-masing yaitu PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (merek Trenz, dll), PT. Mayora Indah Tbk (merek Roma,
Astor, dll), PT. Kraft Food Indonesia (merek Oreo, Belvita, dll), PT Arnott’s Indonesia (merek
Timtam, Nyam Nyam, dll), Grup Orang Tua (merek Tango, dll), Group Garuda Food (merek

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 8


Gery, dll), PT. Danone (merek Biskuat, dll), dan Group Khong Guan (merek Nissin, Monde,
dll).

Gambar 3: Konsumsi snack di Asia, 2016-2021

Gambar 4 berikut menyajikan mengenai brand-share biscuit (non-wafer) sebagai indicator


persaingan bisnis biscuit pada berbagai merek yang diperoleh dari Survei ISCA (Herni, 2016).
Tidak diperoleh data resmi mengenai pasar di Indonesia, namun setidaknya informasi yang
dirilis oleh Dunia Industri (2015) untuk sementara dapat dijadikan rujukan, yaitu bahwa pasar
biskuit dan di Indonesia tumbuh signifikan dalam enam tahun terakhir dari Rp 3 triliun pada
2009 menjadi sekitar Rp 6,23 triliun pada 2015. Persaingan di industry biscuit makin ketat
ketika beberapa perusahaan/merek multinasional memasuki pasar Indonesia. Setidaknya tiga
perusahaan multinasional yang tergolong ekspansif merambah semua segmen pasar biscuit di
Indonesia merambah pasar, yaitu Arnott’s, produsen biskuit terbesar Australia yang
mengakuisisi anak usaha grup Kalbe, PT Helios Food (Good Time). Kemudian
perusahaan besar industri makanan asal Perancis yaitu Danone dan Nabisco Food asal
Amerika Serikat yang bekerjasama dengan Grup Rodamas. Namun demikian, diantara 6
subkategori produk biskuit, yakni: assorted, crackers, marie, stick dan cookies, tidak ada satu
pun perusahaan yang mendominasi semuanya, pemimpin pasarnya berbeda-beda. Pemimpin
pasarnya pun berbeda-beda, misalnya Mayora Indah. dengan biskuit Roma menjadi pemimpin
pasar di segmen biskuit ukuran kecil dengan estimasi pangsa pasar 33,5%, disusul Khong Guan

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 9


11,8%, dan Oreo 4,1%. Sementara pada segmen biskuit ukuran besar, Khong Guan lebih unggul
dengan pangsa pasar 36%. Pada segmen wafer, Tango produksi Grup Orang Tua memimpin
pasar dengan penguasaan 27%, sedangkan Gery produksi Garudafood memegang pangsa 14%
(Dunia Industri, 2015).

38.5
2013 2014 2015

14
9.4
7.1 6.2
3.7 2.9 2.3
ROMA

KHONGGUAN

BISKUAT

MONDE

OREO

REGAL

NISSIN

GOOD TIME
SURVEI ISCA, 2013-14-15

Gambar 4: Brand-Share (%) Biskuit Non- 2013-15

Persaingan binis biscuit/wafer yang tidak terhindarkan itu memaksa produsen berfikir dan
berupaya keras agar tetap dapat memenangkan persaingan sekaligus mempertahankan posisi
pasarnya. Salah satu strategi yang umum digunakan yaitu melakukan promosi besar-besaran
melalui iklan. Sekarang ini periklanan sudah menjadi fenomena bisnis modern, dan bahkan
indikator utama kredibilitas atau reputasi perusahaan terletak pada seberapa besar dana yang
dialokasikan untuk iklan tersebut. Paling tidak iklan memiliki peran menginformasikan,
mengingatkan kembali, membedakan dengan produk yang lain, dan membujuk
masyarakat. Semua perusahaan pemasang iklan berharap tayangan iklannya dapat menjadi
stimulus yang efektif untuk mengubah sikap konsumen ke arah yang positif sehingga akan
mempengaruhi niat beli mereka dengan target akhir meningkatkan volume penjualan.

Walaupun tidak secara spesifik menunjukkan belanja iklan untuk biscuit, gambar 4 berikut
mengindikasikan bahwa kondisi persaingan bisnis pada subkategori biskuit di Indonesia sangat
tajam. Nielsen Advertising Information Service melaporkan bahwa belanja iklan perusahaan

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 10


untuk kategori makanan ringan, cookies dan biscuit mendekati angka Rp 7 triliun selama periode
2013-2015 (Herni, 2016). PT Mayora Indonesia, PT Mondelez Indonesia, dan PT Arnnot’s
Indonesia menempati peringkat teratas dengan proporsi belanja iklan sekira 53 persen dari
keseluruhan. Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berafiliasi atau berpusat di
luar negeri.

Gambar 5: Belanja Iklan Makanan Ringan, Cookies & Biskuit 2013-2015 (Milyar Rp)

Mengingat tingkat persaingan pada bisnis wafer tersebut, maka setiap produsen wafer perlu
untuk menyelami lebih jauh tentang karakteristik konsumen mereka, yaitu untuk mengetahui
secara benar apa yang diinginkan oleh konsumennya. Salah satu kunci sukses dari strategi
pemasaran adalah pengembangan produk dan promosi yang sesuai dengan kebutuhan target
pasar. Dengan demikian produk yang berhasil adalah produk yang dapat diterima konsumen
dengan harga dan atribut lainnya yang memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk itu produsen
perlu mengetahui bagaimana konsumen memandang produk-produk serta progam
pemasarannya. Bagi produsen wafer, menggali insight konsumen tentang ekspektasi dan sikap
konsumen menjadi sangat penting.

Banyak factor yang mempengaruhi perilaku konsumen, dan dapat dikelompokkan ke dalam
factor budaya, social, personal, dan psikologis (Armstrong & Kotler, 2015). Termasuk dalam
factor psikologis yaitu: motivasi, persepsi, belajar, keyakinan dan sikap (attitude). Secara umum
sikap dapat dimaknai sebagai proses psikologi (psychological path) seseorang dalam
mengevaluasi objek tertentu yang akhirnya akan menghasilkan pandagan positif (favour) atau
sikap negative (unfavour), menyenangkan atau tidak menyenangkan, mendukung atau tidak

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 11


mendukung (Eagly & Chaiken, 2007). Dengan demikian sikap adalah sikap konsumen terhadap
sebuah barang/produk yang dikenalinya lewat atribut-atribut yang melekat pada barang/produk
tersebut. Sikap konsumen akan berubah dan berkembang sesuai dengan pengalaman atau
stimulus lain yang diperolehnya.

Bagi setiap produsen, termasuk produsen wafer, mengidentifikasi dan mengikuti perkembangan
sikap konsumennya sangat penting, mengingat secara teoritis sikap konsumen tersebut akan
mempengaruhi niat konsumen. Dalam beberapa penelitian, sikap konsumen sering dikaitkan
dengan minat beli (behavioral intention) dan pada gilirannya berpengaruh terhadap perilaku
membeli (individual’s behavior). Misalnya Chen dan Yang (2007) menegaskan bahwa variable
minat merupakan merupakan metode terbaik untuk menjelaskan perilaku individu. Secara lebih
spesifik Ajzen dan Fishbein (Dean, Raats, & Shepherd, 2008) menegaskan bahwa minat
konsumen dipengaruhi oleh tiga factor penting, yaitu: factor sikap (attitude toward the
behavior), norma subyektif (subjective norms), dan control perilaku (Perceived behavioral
control). Teorinya itu dikenal dengan Theory of Planned Behavior (TPB) atau Theory of
Reasoned Action (TRA). Ringkasnya, perilaku konsumen merupakan fungsi dari niat berperilaku
yang dibentuk oleh kombinasi sikap. Niat merupakan satu faktor internal (individual) yang
mempengaruhi perilaku konsumen, niat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi
rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang
tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman, Kanuk, & Hansen, 2012). Dalam proses
pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat dengan sikap yang dimilikinya untuk memakai
ataupun membeli produk tertentu. Dalam konteks inilah penelitian tentang sikap konsumen
terhadap wafer penting untuk dilakukan. Selain itu, penelitian tentang sikap konsumen terhadap
wafer, sepanjang pengetahuaan peneliti, belum pernah diteliti atau setidaknya belum
dipublikasikan.

Masalah, Tujuan & Kegunaan Penelitian


Penelitian ini berangkat dari fenomena bagaimana sebenarnya peta persaingan bisnis wafer di
Kota Bandung, merek wafer mana yang paling dominan atau disikapi lebih positif oleh
konsumen?? Secara lebih spesifik masalah penelitian ini adalah bagaimana kecenderungan
sikap konsumen mahasiswa terhadap beberapa merek wafer yang berbedar di kota Bandung.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 12


Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengungkap dan memahami sikap konsumen
terhadap wafer di kalangan mahasiswa Kota Bandung. Secara lebih spesifik penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur dan kemudian menganalisis sikap konsumen
mahasiswa terhadap berbagai merek wafer, khususnya berkaitan dengan atribut: kesesuaian rasa,
keterjangkauan harga, kemenarikan kemasan, ketersediaan, kehalalan dan kandungan gizi.
Hasilnya kemudian digunakan untuk menganalisis peta persaingan bisnis wafer berdasarkan
sikap konsumennya. Hasil penelitian ini diharapkan:
1) Dapat memperkaya wawasan keilmuan mahasiswa dalam bidang perilaku
konsumen, khususnya yang berkaitan dengan sikap konsumen pada umumnya;
2) Dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan referensi alternatif dalam upaya
mengembangkan dan merumuskan strategi pemasaran yang sesuai dengan dinamika
perubahan sikap konsumen.

TELAAH LITERATUR
Penelitian tentang perilaku konsumen sebagian besar ditujukan untuk mengungkapkan factor-
faktor apa saja yang paling dominan mempengaruhi perilaku membeli (consumer’s purchase).
Sulit dan cenderung tidak jelas, namun demikian upaya untuk mengungkapkannya menjadi jelas,
terus dilakukan oleh para pakar melalui beberapa penelitian. Banyak pendapat memang, dan satu
diantaranya seperti yang dikembangkan oleh Kotler (2005) yang mengelompokkan factor-faktor
itu kedalam: factor social, budaya, personal, dan psikologis. Kemudian khusus factor psikologis,
diderivasikan lebih spesifik menjadi factor motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap
(attitude).

Sikap merupakan kajian yang sangat krusial karena sikap berperan sangat penting dalam setiap
aspek dalam kehidupan social, termasuk dalam keputusan konsumen untuk membeli sesuatu.
Pertama, sikap pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan
konsumen dengan barang yang dibelinya. Sebagai contoh, sikap yang positif terhadap sesuatu
barang membuat konsumen senang untuk mengkonsumsinya. Menurut Jacoby & Chestnut dalam
(Giese & Cote, 2002), variable sikap juga dapat dijadikan sebagai indicator awal untuk
mendeteksi adanya loyalitas merek tunggal yang sesungguhnya (true focal brand loyalty).
Artinya, struktur sikap (afektif), yaitu tingkat kesukaan konsumen, seharusnya lebih tinggi
daripada merek saingan, sehingga ada preferensi afektif yang jelas pada merek fokal. Sebaliknya
sikap yang negatif membuat konsumen cenderung menolak, menghindari, bahkan mungkin

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 13


merendahkan terhadap barang tersebut. Dalam kaitan dengan sikap, ahli lain bahkan
menegaskan bahwa loyalitas konsumen ditunjukkan oleh kondisi konsumen yang memiliki sikap
positif terhadap sebuah produk/merek, memiliki komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud
meneruskan pembeliannya di masa mendatang (Mowen & Minor, 2002) .

Kedua, sikap mempengaruhi banyak keputusan-keputusan penting konsumen, mulai dari


memilih, menentukan, menawar dan memutuskan untuk membeli sesuatu barang. Dalam hal
yang berkaitan dengan sikap terhadap produk, pertama konsumen akan membentuk keyakinan,
kemudian menetapkan suka atau tidak suka, dan akhirnya memutuskan apakah mereka ingin
membeli produk tersebut. Dalam kaitan ini, Oliver dalam Peter & Olson (2010) menghubungkan
sikap dengan kepuasan konsumen. Menurutnya keinginan pra-pembelian merupakan fungsi dari
sikap pra-pembelian yang pada gilirannya merupakan fungsi dari ekspektasi pra-pembelian.
Setelah produk dibeli/dikonsumsi, jika sesuai atau sesuai secara positip akan menimbulkan
kepuasan, dan sebaliknya ketidakpuasan akan muncul bila terjadi ketidaksesuaian secara negatif.
Sikap dan kecenderungan pasca pembelian selanjutnya akan dipengaruhi oleh derajat
kepuasan/ketidakpuasan seperti halnya dengan kognisi pada tahap pra-pembelian.

Ketiga, sikap menentukan posisi konsumen ketika dihadapkan dengan isu-isu yang krusial
tentang sesuatu barang. Ada tiga komponen sikap yaitu: (1) afektif, yang didalamnya termasuk
perasaan suka tidak suka terhadap suatu objek atau orang; (2) kognitif, termasuk keyakinan
tentang objek atau orang tersebut; dan (3) perilaku, yaitu kecenderungan untuk bereaksi tertentu
terhadap objek atau orang tersebut. Singkatnya, sikap adalah perasaan konsumen (positif dan
negatif) atas suatu barang setelah dia mengevaluasi barang tersebut. Semakin banyak objek yang
dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk. Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu
fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan.

Dalam model ini, sikap merupakan individual component yang menunjukkan perasaan negative
atau positif seseorang dalam berperilaku/bertindak. Sikap merupakan fungsi dari kepercayaan
(belief) dan evaluasi (evaluation) terhadap sebuah obyek/produk. Kemudian konstruk norma
subyektif merupakan social pressure yang dapat mempengaruhi persepsi untuk berbuat dan tidak
berbuat. Sedangkan konstruk control perilaku merupakan gabungan antara variable control
beliefs (ide-ide yang dapat mengendalikan perilaku individu) dan belief power (informasi,
peluang atau kendala-kendala yang dapat mempengaruhi kepercayaan individu). Model atau
teori ini lebih menekankan pada proses kognitif serta menganggap bahwa manusia adalah

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 14


makhluk dengan daya nalar dalam memutuskan perilaku apa yang akan diambilnya, yang
secara sistematis memanfaatkan informasi yang tersedia di sekitarnya.

Pendekatan sikap lainnya seperti yang diajukan oleh Fishbein, atau dikenal dengan Fishbein
Multi-Attribute Model. Menurut pendekatan ini, sikap terhadap perilaku pembelian (attitude
toward the behavior) ditentukan oleh kombinasi (summing up) antara keyakinan (belief) bahwa
sebuah merek memiliki atribut tertentu dan hasil evaluasi (evaluation) konsumen terhadap
atribut tersebut. Secara lebih teknis, Santoso (2000) menegaskan bahwa yang dimaksud dengan
sikap adalah sikap konsumen terhadap sebuah barang/produk yang dikenali lewat atribut-atribut
yang melekat pada barang/produk tersebut. Komponen belief atau kognitif adalah pengetahuan
dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan merek tertentu
dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber. Komponen ini sering kali dikenal
sebagai keyakinan atau kepercayaan sehingga konsumen yakin bahwa suatu merek memiliki
atribut-atribut tertentu dan perilaku tertentu akan menjurus ke akibat atau hasil tertentu. Dengan
kata lain, kognitif adalah sejumlah atribut yang melekat atau yang relevan pada suatu merek
yang dapat menentukan sikap konsumen. Hasil dari belief ini adalah pandangan positif/negative
terhadap atribut sebuah merek wafer. Sedangkan komponen evaluation atau afektif ialah emosi
atau perasaan terhadap suatu merek wafer. Emosi dan perasaan terutama mempunyai hakikat
evaluatif, yaitu apakah konsumen suka atau tidak terhadap merek wafert tertentu. Dengan kata
lain, evaluation adalah penilaian sikap konsumen terhadap kinerja atribut – atribut yang melekat
pada merek wafert tertentu. Hasil dari komponen evaluative ini adalah apakah atribut wafert
tertentu penting/tidak penting bagi konsumen.

Selanjutnya Hawkin & Mothersbaugh (2010) menegaskan bahwa sikap merupakan motivasi,
emosi, persepsi dan proses kognitif yang terorganisasikan secara terus-menerus yang berkaitan
dengan beberapa aspek lingkungan sekitar. Sikap terbentuk karena pengalaman langsung dengan
produk tertentu, informasi, atau iklan (learned predisposition) yang mengarahkan respon
seseorang terhadap objek tertentu apakah “positif/menyenangkan” atau “negative/tidak
menyenangkan”. Dalam kontek produk, maka sikap adalah cara berfikir, perasaan, dan tindakan
sesorang terhadap sebuah produk. Menurutnya kembali, sikap terbentuk atas tiga komponen,
yaitu cognitive (keyakinan), affective (perasaan, emosi), dan behavioral (kecenderungan respon).
Sedikit berbeda, Schiffman, Kanuk & Hansen (2012) membagi komponen sikap ke dalam:
cognitive, affective dan conative.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 15


Component
Component
Initiator
Initiator Components
Components Attitude
Attitude
indicator
indicator

Beliefs about specific


COGNITIVE attributes or overall
object/product

STIMULI:
Product,
situations, Overall
Emotions or feelings
retail outlets, about specific orientation
sales personnel, AFFECTIVE attributes or overall toward object/
advertisement, object/product
and product
other attitude
objects

Behavioral
intentions with
BEHAVIORAL respect to specific
attributes or overall
object/product

Gambar 6: Komponen sikap dan indikatornya

METODE PENELITIAN
Karena penelitian ini bersifat “pendahuluan” dan eksploratif, maka penelitian ini hanya akan
menganalis fakta-fakta yang masih ada di permukaan sehingga behind the facts belum
terungkapkan secara jelas dan spesifik. Kesimpulan atau temuan-temuan yang dajukan baru
bersifat indicative dan kecenderungan-kecenderungan umum saja. Oleh karena itu penelitian ini
akan lebih bermakna dan implementatif untuk pengambilan keputusan secara praktis apabila
dilanjutkan dengan penelitian-penelitian berikutnya dengan menggunakan kaidah-kaidah teoritis
dan metodologis yang lebih memadai.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survey explanatory, yang menurut Robson (2002)
ditujukan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dengan cara meneliti hubungan antar
variable yang diteliti. Sedangkan Nazir (2005) menjelaskan bahwa tujuan penelitian survey
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Berdasarkan beberapa
konsep penelitian di atas, maka metode survey explanatory tersebut digunakan dalam penelitian
ini karena sesuai dengan dengan tujuannya, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang
hubungan antara komponen sikap konsumen wafer.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 16


Data dan Teknik Pengumpulannya
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan bagaimana sikap (attitude toward behavior) konsumen
terhadap 11 merek wafer yang beredar di Kota Bandung. Atribut masing-masing kategori wafer
yang diteliti yaitu: (1) kesesuaian rasa (2) kelayakan harga, (3) kemenarikan kemasan (4)
ketersediaan, (5) kehalalan, dan (6) kandungan gizi. Penelitian ini menggunakan data primer
yang merupakan pengakuan, pendapat atau persepsi responden terhadap komponen sikap yaitu
cognitive, affective dan conative terhadap kesebelas merek wafer tersebut. Populasi dalam
penelitian ini adalah konsumen wafer dari kalangan mahasiswa universitas swasta yang
berlokasi di Kota Bandung yang jumlahnya mencapai 18 PTS. Semua data primer dihimpun
dengan menggunakan instrumen kuesioner tertutup yang item pernyataan/pertanyaannya
dirumuskan dalam bentuk kalimat positif, dan disusun menurut Skala Likerts. Kuesioner
didistribusikan kepada 1.000 mahasiswa yang dipilih menggunakan teknik systematic random
sampling, namun akhirnya hanya 822 orang responden (sample size) yang layak ditetapkan
sebagai anggota sampel penelitian. Digunakannya skala Likert (likert type items) karena
penelitian ini ditujukan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang tentang
fenomena sosial. Responden kemudian dikategorikan menurut jenis kelamin, usia, dan
frekuensi menkonsumsi wafer.

Analisis Data
Penelitian ini memetakan bagaimana sikap konsumen mahasiswa terhadap 11 merek
wafer yang beredar di Kota Bandung., dan kemudian menganalisis hubungan antara komponen
sikap (kognitif, afektif & niat berperilaku). Disain penelitian yaitu survey explanatory, yang
menurut Robson (2002) dan Nazir (2005) ditujukan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
dengan cara meneliti hubungan antar variable yang diteliti. Disain survey explanatory
dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan dengan tujuannya, karena
untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antar komponen sikap konsumen kalangan
mahasiswa terhadap wafer.
Data primer yang digunakan merupakan pengakuan, pendapat atau persepsi responden
terhadap komponen sikap yaitu cognitive, affective dan behavioral untuk kesebelas merek wafer
terpilih. Mengenai aspek kognisi, penelitian ini diarahkan untuk mengungkap hasil evaluasi
responden terhadap merek wafer berdasarkan atribut: (1) kesesuaian rasa (2) kelayakan harga,
(3) kemenarikan kemasan (4) ketersediaan, (5) kehalalan, dan (6) kandungan gizi.
Pertimbangannya yaitu karena sebuah produk dipahami sebagai kumpulan atribut baik yang

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 17


bersifat tangible dan intangible yang dijadikan alasan bagi konsumen ketika memutuskan
membeli atau mengkonsumsi barang tertentu (Wardner, 2003). Hasilnya kemudian dianalisis
untuk menentukan peringkat merek wafer berdasarkan kriteria dipersepsikan paling positif
berdasarkan atributnya.
Komponen afektif diukur berdasarkan tingkat kesukaan/preferensi terhadap kesebelas
merek wafer tersebut. Hasilnya kemudian dianalisis untuk menemukan peringkat merek wafer
yang paling disukai oleh responden. Komponen behavioral diukur dengan menggunakan
indicator niat untuk melanjutkan pembelian (repeat purchasing) dan merekomendasikan merek
yang paling disukainya tersebut. Sedangkan mengenai variable sikap secara keseluruhan, diukur
dengan tingkat usaha responden untuk memperoleh merek wafer yang paling disukainya
tersebut.
Populasi penelitian adalah konsumen wafer dari kalangan mahasiswa universitas swasta
yang berlokasi di Kota Bandung yang berjumlah 18 PTS. Mahasiswa dipilih sebagai sampel
karena pertimbangan aspek homogenitasnya yang lebih baik (Peterson, 2001). Semua data
primer dihimpun dengan menggunakan instrumen kuesioner tertutup yang item pernyataannya
dirumuskan dalam bentuk kalimat positif, dan disusun menurut Skala Likerts. Kuesioner
didistribusikan terhadap 1.000 mahasiswa yang dipilih dengan menggunakan teknik systematic
random sampling (karena sample frame tidak tersedia), namun akhirnya hanya 822 orang
responden (sample size) yang layak ditetapkan sebagai anggota sampel. Digunakannya skala
Likert (likert type items) karena penelitian ini ditujukan untuk mengukur sikap, pendapat atau
persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Seperti telah disinggung di muka, secara teoritis kognisi konsumen akan mempengaruhi
afeksinya, kemudian berdampak terhadap niat berperilaku dan pada akhirnya membentuk
sikapnya secara total terhadap produk. Asosiasi diukur dengan menggunakan formula non-
parametrik Chi-Square (CS) dan keeratannya diukur menggunakan Koefisien Kontingensi (CC).

HASIL DAN DISKUSI


Profil Responden
Walaupun ada perbedaan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, namun relative tidak
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum penikmat wafer tidak dibatasi oleh
jenis kelamin. Namun demikian, pandangan umum yang menyatakan kaum perempuan lebih
lekat dengan makanan ringan (cemilan) tampaknya masih dipercaya hingga kini. Kemudian
dilihat dari sisi usianya, sebagian besar responden penikmat wafer adalah kelompok usia 18-23

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 18


tahun, atau dari sisi psikologi perkembangan sering disebut sebagai kelompok dewasa
muda/awal (young adulthoold).

Gambar 7: Profil Respon berdasarkan jenis kelamin dan usia

Berikutnya diihat dari frekuensi mengkonsumsi wafer, 29% responden tergolong mereka yang
sering mengkonsumsi wafer, dan yang paling banyak diantara adalah perempuan (65%).

Gambar 8: Profil responden berdasarkan frekuensi mengkonsumsi wafer


Sedangkan dari sisi usia, ternyata yang paling sering menkonsumsi wafer adalah kelompok usia
18-23 tahun (65%). Dengan demikian kelompok konsumen wanita yang berusia muda
merupakan segmen penting bagi program pemasaran produsen wafer.

Analisis Cognitive
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kognisi konsumen dalam penelitian ini difokuskan kepada
seberapa besar evaluasi positif responden terhadap enam atribut wafer, yaitu: rasa, harga,

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 19


kemasan, ketersediaan, kehalalan, dan kandungan gizi. Pertama mengenai atribut rasa, hasilnya
merek Tango menduduki peringkat pertama, yaitu paling disukai rasanya oleh sekira 38,2 persen
responden, diikuti oleh Timtam (18%) dan.

Gambar 9: Peringkat merek wafer berdasarkan atribut rasa dan kelayakan harganya

Tango Wafer masuk kedalam pasar industri makanan ringan di Indonesia dengan 3 varian rasa,
yaitu coklat, susu vanilla, dan Choco Hazelnut. Kemudian Tim Tam yang berada pada peringkat
kedua memiliki berbagai macam krim rasa, yaitu: Original, Choco Strawberry, Choco
Chocolate, Milk Chocolate, dan Choco Vanilla. Sementara itu, wafer Nissin menempati
peringkat keenam (dipilih oleh 5,3% responden) sebenarnya memiliki rasa yang lebih variatif
(12 varian), yaitu: chocolate, strawberry, milk, peanut, coffee, mocca, raisin, melon, coconut,
banana, lemon, yoghurt, dan yoghurt blueberry. Tetapi pada indikator kedua (kelayakan harga),
merek Tanggo menduduki peringkat kedua setelah Nabati, diikuti kemudian oleh TimTam, dan
Nissin berada pada posisi kelima (dipilih terjangkau oleh 4,3% responden).

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi
penambahan nilai-nilai fungsional dalam sebuah kemasan, terutama pada abad sekarang dimana
persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut
perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional pengemasan kini telah menjadi
bagian penting yang harus menjadi bagian dari seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk
sampai ke pemakai terakhir, termasuk dalam kemasan wafer. Dalam kaitannya dengan penelitian
ini, secara berturut-turut, wafer merek Tango, Tim Tam dan Nabati dipersepsikan paling

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 20


menarik kemasannya. Sedangkan wafer Nissin menempati peringkat keenam atau disukai oleh
sekira 8,7% responden.

Gambar 10: Peringkat merek wafer berdasarkan atribut kemasan dan ketersediaan

Kemudian mengenai atribut kehalalan, kembali wafer merek Tango menempati peringkat
pertama. Namun pada atribut kandungan gizi, wafer merek Tanggi dipersepsikan lebih rendah
daripada merek Nabati.

Gambar 11: Peringkat merek wafer berdasarkan atribut kemasan dan ketersediaan

Analisis Afektif
Berdasarkan komponen afeksiny Tango dipersepsikan oleh responden sebagai merek wafer yang
paling disukai, dan diikuti kemudian oleh merek Nabati dan Timtam. Temuan ini sejalan dengan
pemeringkatan kepuasan konsumen yang menempatkan wafer merek Tango pada posisi teratas
(Frontier Consulting Group, 2016). Temuan yang sama juga dilaporkan oleh Frontier Consulting
Group karena memosisikan Tanggo sebagai merek wafer dengan nilai Top of Brand Index (TBI)

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 21


tertinggi (65,4%) pada tahun 2016-fase 1 dan diikuti pada posisi kedua oleh merek Nissin
dengan nilai TBI 10,8% (Frontier Consulting Group, 2016).

Gambar 12: Peringkat merek wafer berdasarkan tingkat kesukaan konsumen

Analisis Konatif (Behavioral)


Dalam penelitian ini komponen konatif (behavioral diukur dengan indikator komitmen/niat
konsumen untuk membeli ulang & merekomendasikan (konatif) merek wafer yang disukainya.
Hasilnya menunjukkan bahwa sekira 46% menyatakan komitmennya untuk melanjutkan
pembelian merek wafer yang disukainya, dan 47% menyatakan akan melanjutkan pembelian
dengan beberapa persyaratan. Dua persyaratan utama yang diajukan konsumen yaitu mengenai
harga dan rasanya. Sedangkan dari aspek komitmen untuk merekomendasikannya ke pihak lain,
sekira 65% responden menyatakan kesepakatannya.

Gambar 13: Distribusi persepsi konsumen berdasarkan komitmen membeli ulang &
merekomendasikan

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 22


Pertanyaan menarik untuk ditelusuri adalah bagaimana kecenderungan merek wafer dilihat dari
aspek konatif atau komitmen konsumennya. Ternyata wafer Tango berada pada peringkat
pertama (dinyatakan 0leh 93,8% responden), kemudian diikuti oleh merek Nissin dan yang
terendah adalah wafer merek Cho-cho (gambar 14). Untuk kasus Tanggo mungkin tidak terlalu
mengejutkan karena pada pembahasan sebelumnya telah menempatkan Tango sebagai wafer
yang paling disukai pada peringkat teratas.

Tango 93.8
Nissin 64.7
Nabati 62.8
Timtam 59.8
B-Royal 58.3
Selamat 58.0
Roma 54.7
Kit-Kat 50.0
Astor 50.0
Lainnya 50.0
Cho-Cho 46.5

Gambar 14: Peringkat merek wafer berdasarkan komponen afektif

Kasus Nissin lebih menarik karena berada pada peringkat ketujuh sebagai wafer yang paling
disukai tetapi pada aspek konatif/komitmen ternyata “naik kelas” menempati posisi kedua.
Artinya keterikatan emosional konsumen atau emotional attachment to brand (MacInnis & Park,
2005) dengan wafer merek Nissin sangat kuat di dibandingkan dengan merek lainnya. Sama
dengan kasus Nissin yaitu wafer merek Roma dan B-Royal, walaupun dengan derajat komitmen
yang lebih rendah. Dengan pendekatan analisis yang sama, merek wafer lainnya tergolong merek
yang “turun kelas”, karena memiliki rangking konatif/komitmen yang lebih rendah daripada
rangking kesukaan.

Analisis Sikap (Attitude)


Dalam penelitian ini sikap positif terhadap merek wafer diukur berdasarkan tingkat usaha
responden untuk memperoleh merek wafer yang paling disukainya tersebut apabila tidak tersedia
di toko/penjual yang biasa ia beli, apakah berusaha untuk menemukannya dengan mencarinya di
tempat lain atau sebaliknya menggantinya dengan merek lain. Hasilnya dapat dijelakan pada
gambar berikut.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 23


Gambar 15: Peringkat merek wafer berdasarkan usaha konsumen untuk memperolehnya

Secara umum wafer merek Nissin berada pada peringkat kedua setelah merek KitKat dalam hal
usaha konsumen untuk memperolehnya. Dengan demikian wafer merek KitKat dan Nissin
cenderung memiliki “tanda-tanda awal” loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan merek
lainnya. Wafer merek Tango yang pada analisis sebelumnya (aspek kognitif, afektif & konatif)
selalu berada pada peringkat teratas, ternyata tidak diikuti oleh loyalitas tinggi konsumennya.

Analisis Hubungan
Seperti telah disinggung di muka, secara teoritis kognisi konsumen akan mempengaruhi
afeksinya, kemudian berdampak terhadap konasinya dan pada akhirnya membentuk sikapnya
secara total terhadap produk. Asosiasi diukur dengan menggunakan Chi-Square (CS) dan
keeratannya diukur menggunakan Koefisien Kontingensi (CC). Pertama, yaitu antara kognisi
dengan afeksi konsumen, ternyata semua atribut/indikator kognisi berasosiasi dengan afeksi
konsumen secara signifikan. Dengan kata lain, kesukaan konsumen terhadap berbagai merek
wafer ditentukan oleh kognisi (keyakinan dan evaluasi) konsumen terhadap atribut citarasa,
kelayakan harga, kemenarikan kemasan, ketersediaan, kehalalan dan kandungan gizinya. Dilihat
dari sisi keeratannya, kesesuaian rasa adalah yang tertinggi, berturut-turut diikuti oleh atribut
kemenarikan kemasan, ketersediaan, kandungan gizi, kehalalan, dan terakhir yaitu kelayakan
harga. Informasi ini memberikan indikasi bahwa rasa adalah atribut yang paling diperhatikan
oleh konsumen dalam memilih merek wafer, sementara kelayakan harganya adalah
pertimbangan yang terakhir.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 24


Tabel 2
Asosiasi antara kognisi terhadap atribut dengan kesukaan konsumen (afeksi) terhadap berbagai
merek wafer
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Kesesuaian rasa  kesukaan 2772.649*) .878 Asosiasi signifikan - sangat erat
Kelayakan harga  kesukaan 436.984 *)
.589 Asosiasi signifikan – moderat
Kemenarikan kemasan  kesukaan 580.915 *) .643 Asosiasi signifikan – erat
Ketersediaan  kesukaan 541.88 *) .639 Asosiasi signifikan – erat
Kehalalan  kesukaan 411.835*) .610 Asosiasi signifikan – erat
Kandungan Gizi  kesukaan 425.176*) .639 Asosiasi signifikan – erat

Kedua, yaitu asosiasi antara kesukaan konsumen (afeksi) dengan komitmen/niat konsumen
untuk membeli ulang & merekomendasikan (konatif) merek wafer yang disukainya. Hasilnya
yaitu menunjukkan indikator “membeli ulang” yang tidak berasosiasi secara signifikan,
sementara indikator “merekomendasikan” berasosiasi signifikan (Tabel 3). Artinya bila
konsumen menyukai merek wafer tertentu maka peluang merek tersebut akan
direkomendasikan kepada pihak lain jauh lebih besar

Tabel 3
Asosiasi antara kesukaan konsumen (afeksi) dengan kesediaan konsumen untuk membeli ulang
& merekomendasikan (konatif) merek wafer yang disukainya
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Kesukaan  membeli ulang 24,9 .17 Tidak ada asosiasi
kesukaan  merekomendasikan 18,5*) .15 Asosiasi signifikan – tidak erat

Ketiga, asosiasi antara niat berperilaku (behavior) untuk membeli ulang & merekomendasikan
dengan usaha konsumen untuk memperoleh merek wafer yang disukainya (attitude). Hasilnya
menunjukkan bahwa indikator membeli ulang tidak berasosiasi dengan usaha konsumen untuk
memperoleh merek wafer yang disukainya (tabel 4).

Tabel 4
Asosiasi antara aspek konatif/komitmen konsumen dengan usaha konsumen untuk memperoleh
merek wafer yang disukainya (sikap)
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Membeli ulang  mencari/mengganti .848 .15 Tidak berasosiasi
Merekomendasikan  mencari/mengganti 26,3*) .17 Asosiasi signifikan – erat

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 25


Sebaliknya indikator merekomendasikan secara statistik berasosiasi erat dengan tingkat usaha
konsumen untuk memperoleh merek wafer yang disukainya. Secara umum hal ini dapat
ditafsirkan bahwa tingkat komitmen konsumen untuk merekomendasikan merek wafer yang
disukainya akan diikuti oleh dorongan yang kuat untuk memperolehnya. Bagaimana hubungan
antara komponen kognitif dengan niat berperilaku konsumen, tabel 5 berikut menunjukkan
bahwa hanya preferensi kehalalan, rasa, dan kandungan gizi yang berasosiasi erat dengan
keininginan konsumen untuk membeli ulang merek wafer yang disukainya

Tabel 5
Asosiasi antara kognisi konsumen dengan niat membeli ulang merek wafer yang disukai
disukainya (behavioral)
Deskripsi Asosiasi CS CC Interpretasi
Kesesuaian rasa  niat beli ulang 41.26*) .661 Berasosiasi – erat
Kelayakan harga  niat beli ulang 34.37 Tidak berasosasi
Kemenarikan kemasan  niat beli ulang 28.21 Tidak berasosasi
Ketersediaan  niat beli ulang 14.50 Tidak berasosasi
Kehalalan  niat beli ulang 58.11*) .786 Berasosiasi – sangat erat
Kandungan Gizi  niat beli ulang 48.14*) .269 Berasosiasi – lemah

Secara keseluruhan hasil penelitian ini ini mendukung terhadap beberapa teori yang menyatakan
adanya konsistensi asosiasi antara faktor kognisi-afeksi-niat berperilaku dengan sikap sikap
konsumen, namun tentu saja dengan beberapa pengecualian. Bagaimana arah dan keeratan
asosiasi tersebut untuk setiap indikatornya, dapat dijelaskan pada gambar berikut.

COGNITIVE CONNATIVE
χ2 = 2772,6*)
BEHAVIORAL
RASA
χ2 = 0,84
HARGA

KEMASAN χ2 = 436,9*) MEMBELI ATTITUDE


AFFECTIVE χ2 = 24,9 ULANG
KETER
SEDIAAN χ2 = 580,9*) MEREK WAFER YANG
TINGKAT USAHA KONSUMEN
PALING DISUKAI
KEHA χ2 = 541,9 *) χ2 = 18,5*) UNTUK MEMPEROLEH
LALAN MEREK WAFER
χ2 = 411,8*) YANG DISUKAINYA
NILAI MEREKO
GIZI MENDASI
KAN

χ2 = 425,2*)
χ2 = 26,3*)
*)
χ2 = 21,8
χ2
χ2 == Chi-Square
Chi-Square Value;
Value; *) = significant at 5 percent level

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 26


KESIMPULAN & REKOMENDASI
1) Persaingan bisnis wafer dan biskuit di Indonesia akan makin ketat karena diperkirakan
akan makin banyak “new comer” yang masuk dengan beragam inovasinya. Tingkat
konsumsi/kapita snack yang masih rendah (3,9 kg/thn, Malaysia 6 kg/thn),
meningkatnya jumlah penduduk dan kelas menengah, perubahan gaya hidup yang
menyukai kepraktisan, serta pesatnya pertumbuhan gerai ritel modern, diduga sebagai
pemicu utama yang akan menggerakkan bisnis biscuit di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok konsumen wanita berusia muda (young adult consumer)
merupakan segmen potensial bagi program pemasaran produk wafer.
2) Dari sisi kognisi konsumen, rasa, kelayakan harga, kemenarikan kemasan, ketersediaan,
kehalalan, dan kandungan gizi merupakan atribut penting yang dapat menentukan
kesukaan (affective) konsumen terhadap merek wafer tertentu. Tetapi yang paling
menentukan adalah atribut rasa, sementara yang paling rendah adalah kelayakan harga.
Sedangkan dari sisi kesukaan (affective), konsumen cenderung berhubungan dengan
komitmen (connative) dan kemudian dengan sikap (attitude) positif konsumen terhadap
merek wafer yang disukainya, walaupun dengan derajat yang lebih rendah daripada
asosiasi antara kognisi dengan afeksi konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar
wafer di Indonesia sudah penuh sesak sehingga menjaga komitmen dan kesetiaan
konsumen merupakan tugas berat bagi produsen. Oleh karena itu inovasi dan
pengembangan produk menjadi kunci utama untuk memenangkan persaingan.
3) Konsumen wafer merek Tango & Nissin cenderung memiliki komitmen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan merek lainnya. Konsumen wafer Nissin, Kit-Kat & B-Royal
cenderung memiliki “tanda-tanda awal” loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
merek lainnya. Kesediaan untuk merekomendasikan (connative) merek wafer yang
disukai merupakan prediktor yang lebih baik untuk menjelaskan sikap positif (attitude)
konsumen dibandingkan dengan indikator pembelian ulang.
4) Karena wafer Nissin memiliki kekuatan dalam hal komitmen dan loyalitas
konsumennya, maka strategi komunikasi pemasaran yang fokus terhadap pembangunan
kognisi (cognitive message strategy -CMS) konsumen perlu lebih mendapat prioritas.
CMS harus dirancang dengan tujuan membangun kesadaran (awareness) dan
pengetahuan konsumen (knowledge) tentang atribut-atribut Nissin, terutama atribut rasa.
Menambah varian rasa dari yang ada sekarang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 27


dari strategi ini. Varian rasa wafer Nissin yang beredar saat ini dipersepsikan kurang
berpihak pada “selera anak muda”.
5) Penelitian ini akan lebih bermakna dan implementatif untuk pengambilan keputusan
secara praktis apabila dilanjutkan dengan penelitian-penelitian berikutnya dengan
menggunakan kaidah-kaidah teoritis dan metodologis yang lebih memadai.

DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, G., & Kotler, P. (2015). Marketing: An introduction (12 ed.). Edinburgh Gate:
Pearson.
Chen, I. J., & Yang, C. (2007, November). Using the theory of planned behavior to understand
in-service kindergarten teacher's behaviour to enroll a graduate level academic program.
Journal of College Teaching & Learning, 4(11), 202-230.
Dean, M., Raats, M. M., & Shepherd, R. (2008). Moral Concerns and Consumer Choice of Fresh
and Processed Organic Foods. Journal of Applied Social Psychology, 38(8), 2088-2017.
Dunia Industri. (2015, November). Dunia Industri: New Industrial Community. Retrieved
February 2017, from www.duniaindustri.com: http://duniaindustri.com/tujuh-
perusahaan-pemimpin-pasar-biskuit-perebutkan-market-rp-623-triliun/
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (2007). The Advantages of an Inclusive Definition of Attitude.
Social Cognition, 2(5), 582-602.
Frontier Consulting Group. (2016). ICSA. Retrieved from www.isca-indo.com.
Frontier Consulting Group. (2016). Top Brand Award. Retrieved from http://www.topbrand-
award.com.
Giese, J. L., & Cote, J. A. (2002). Defining Consumer Satisfaction. Academy of Marketing
Science Review, 2000(1).
Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer behavior: building marketing
strategy. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Herni, S. R. (2016, March 26). Portal Berita & Direktori Logistik. Retrieved 2017, from
cargonews.com: http://www.kargonews.com/wow-bisnis-biskuit-rp-18-triliun-jadi-
rebutan
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). A framework for marketing management. Edirnbugh Gate,
England: Pearson Education.
MacInnis, D. J., & Park, C. W. (2005). The Ties That Bind: Measuring the Strength of
Consumers’ Emotional Attachments to Brands. Journal of Consumer Psychology, 15(1),
77-91.
Magni, M., Poh, F., & Razdan, R. (2015). Winning in Indonesia’s consumer-goods market: Best
practices in customer and channel management. New York: McKinsey&Company and
Nielsen.
Mckinsey & Company. (2015, January). Understanding the Indonesian consumer. Mckinsey &
Company.
Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen (Edisi 5 ed., Vol. 1). Jakarta: Erlangga.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 28


Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia.
Oskamp, S., & Schultzs, P. W. (2004). Attitudes and opinions (3rd ed.). New York: Lawrence
Erlbaum Associate, Inc.
Pelosi, M. K., & Sandifer, T. M. (2003). Elementary Statistic. USA: Jhon Wiley & Son, Inc.
Peter, J. P., & Olson, J. C. (2010). Consumer behavior and marketing strategy (9th ed.). New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Price Waterhouse & Coopers. (2015). The 2015-16 Outlooks for the Retail and Consumer
Products Sector in Asia.
Razdan, R., Das, M., & Sohoni, A. (2013). The evolving Indonesian consumer. Asia Consumer
Insights Center. Singapore: McKinsey&Company.
Robson, C. (2002). Real World Research (2nd ed.). Oxford: Blackwell.
Schiffman, L. G., Kanuk, L. L., & Hansen, H. (2012). Consumer Behavior: An European
outlook (2nd ed.). England: Pearson Education Limited.
Thomson, M., MacInnis, D., Park, C. W., & Park, C. W. (2005). The Ties That Bind: Measuring
the Strength of Consumers’ Emotional Attachments to Brands15. Journal of Consumer
Psychology, 15, 77-91. Armstrong, G., & Kotler, P. (2015). Marketing: An introduction
(12 ed.). Edinburgh Gate: Pearson.
Chen, I. J., & Yang, C. (2007, November). Using the theory of planned behavior to understand
in-service kindergarten teacher's behaviour to enroll a graduate level academic program.
Journal of College Teaching & Learning, 4(11), 202-230.
Dean, M., Raats, M. M., & Shepherd, R. (2008). Moral Concerns and Consumer Choice of Fresh
and Processed Organic Foods. Journal of Applied Social Psychology, 38(8), 2088-2017.
Dunia Industri. (2015, November). Dunia Industri: New Industrial Community. Retrieved
February 2017, from www.duniaindustri.com: http://duniaindustri.com/tujuh-
perusahaan-pemimpin-pasar-biskuit-perebutkan-market-rp-623-triliun/
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (2007). The Advantages of an Inclusive Definition of Attitude.
Social Cognition, 2(5), 582-602.
Frontier Consulting Group. (2016). ICSA. Retrieved from www.isca-indo.com.
Frontier Consulting Group. (2016). Top Brand Award. Retrieved from http://www.topbrand-
award.com.
Giese, J. L., & Cote, J. A. (2002). Defining Consumer Satisfaction. Academy of Marketing
Science Review, 2000(1).
Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer behavior: building marketing
strategy. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Herni, S. R. (2016, March 26). Portal Berita & Direktori Logistik. Retrieved 2017, from
cargonews.com: http://www.kargonews.com/wow-bisnis-biskuit-rp-18-triliun-jadi-
rebutan
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). A framework for marketing management. Edirnbugh Gate,
England: Pearson Education.
MacInnis, D. J., & Park, C. W. (2005). The Ties That Bind: Measuring the Strength of
Consumers’ Emotional Attachments to Brands. Journal of Consumer Psychology, 15(1),
77-91.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 29


Magni, M., Poh, F., & Razdan, R. (2015). Winning in Indonesia’s consumer-goods market: Best
practices in customer and channel management. New York: McKinsey&Company and
Nielsen.
Mckinsey & Company. (2015, January). Understanding the Indonesian consumer. Mckinsey &
Company.
Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen (Edisi 5 ed., Vol. 1). Jakarta: Erlangga.
Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia.
Oskamp, S., & Schultzs, P. W. (2004). Attitudes and opinions (3rd ed.). New York: Lawrence
Erlbaum Associate, Inc.
Pelosi, M. K., & Sandifer, T. M. (2003). Elementary Statistic. USA: Jhon Wiley & Son, Inc.
Peter, J. P., & Olson, J. C. (2010). Consumer behavior and marketing strategy (9th ed.). New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Price Waterhouse & Coopers. (2015). The 2015-16 Outlooks for the Retail and Consumer
Products Sector in Asia.
Razdan, R., Das, M., & Sohoni, A. (2013). The evolving Indonesian consumer. Asia Consumer
Insights Center. Singapore: McKinsey&Company.
Robson, C. (2002). Real World Research (2nd ed.). Oxford: Blackwell.
Schiffman, L. G., Kanuk, L. L., & Hansen, H. (2012). Consumer Behavior: An European
outlook (2nd ed.). England: Pearson Education Limited.
Thomson, M., MacInnis, D., Park, C. W., & Park, C. W. (2005). The Ties That Bind: Measuring
the Strength of Consumers’ Emotional Attachments to Brands15. Journal of Consumer
Psychology, 15, 77-91.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 30


LAMPIRAN

KUESIONER MINI RISET MAHASISWA 2017

 Penelitian ini berhubungan dgn BISKUIT WAFFER, bukan MARIE, CRACKERS, COOKIES, atau
yg lainnya.
 Merek wafer dibatasi pada 12 merek saja (terlampir)
______________________________________________________________________________

A. IDENTITAS RESPONDEN (Beri tanda 𝑿 pada huruf di muka pilihan yang menurut Anda
paling sesuai)

A.1 Jenis Kelamin : a. Perempuan; b. Laki-laki.


A.2 Usia : a. 18 - 23 tahun; b. 24 – 29; c. > 29 tahun
A.3 Apakah Anda tergolong sering mengkonsumsi WAFFER??
a. Ya, sering; b. Kadang-kadang; c. Tidak pernah
______________________________________________________________________________

B. Cog: (Anda boleh mengisi semuanya dari B1 sd B.7, tetapi boleh juga hanya beberapa
diantaranya. Tergantung pengetahuan Anda terhadap merek wafer tersebut):

Berdasarkan pengalaman, informasi dan evaluasi, maka saya berkeyakinan bahwa dari 12
merek wafer terlampir (tuliskan nomor mereknya saja):
B.1. Merek _____ adalah yang paling enak rasanya.
B.2. Merek _____ adalah yang terjangkau/sesuai harganya
B.3. Merek _____ adalah yang paling menarik kemasannya.
B.4. Merek _____ adalah yang paling mudah diperoleh.
B.5. Merek _____ adalah yang paling terjamin kehalalannya.
B.6. Merek _____ adalah yang paling tinggi kandungan gizinya
B.7. Merek _____ adalah yang paling ………………………………………(tuliskan)
______________________________________________________________________________

C. AFF:
C.1. Dari 12 merek wafer terlampir, yang paling saya sukai adalah: merek ______ (tuliskan)
______________________________________________________________________________
D. Con:
D.1. Apakah Anda akan terus membeli/mengkonsumsi wafer yang paling Anda sukai tersebut??
a. Ya;
b. Belum tentu, tergantung kepada: …………………………………………………

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 31


c. Tidak
D.2. Apakah merek wafer yang Anda paling sukai tersebut juga Anda rekomendasikan kepada
teman/Saudara/
dll, untuk mengkonsumsinya/membelinya?? a. Ya; b. Tidak

E. ATT
E.1. Seandainya merek wafer yang paling Anda sukai tersebut tidak ditemukan di toko/warung
terdekat maka Saya akan:
a. Mencarinya di toko/warung lain;
b. Menggantinya dengan membeli merek lain, yaitu: (b.1.) merek ______, atau (b.2.)
merek _____
E.2. Apabila ada merek wafer yang baru, Saya selalu berusaha ingin mencobanya:
a. Ya; b. Tidak
---------

Output SPSS
PROFIL RESPONDEN

Statistics
Gender Usia Frekuensi_konsumsi
N Valid 822 822 822
Missing 0 0 0

Gender
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 481 58.5 58.5 58.5
b 341 41.5 41.5 100.0
Total 822 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 493 60.0 60.0 60.0
b 216 26.3 26.3 86.3
c 113 13.7 13.7 100.0
Total 822 100.0 100.0

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 32


Frekuensi_konsumsi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 239 29.1 29.1 29.1
b 583 70.9 70.9 100.0
Total 822 100.0 100.0

Gender * Frekuensi_konsumsi
Crosstabulation
Count
Frekuensi_konsumsi
a b Total
Gender a 155 326 481
b 84 257 341
Total 239 583 822

Usia * Frekuensi_konsumsi
Crosstabulation
Count
Frekuensi_konsumsi
A b Total
Usia a 166 327 493
b 56 160 216
c 17 96 113
Total 239 583 822

KOMPONEN KOGNITIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
C_Kesuaian_rasa 822 0 12 3.66 2.367
C_Keterjangkuan_harga 822 0 12 3.87 2.301
C_Kemasan 822 0 12 3.78 2.592
C_Ketersediaan 786 1 12 3.76 1.968
C_Kehalalan 695 0 11 4.45 2.879

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 33


C_Kandungan_gizi 617 0 12 4.24 2.586
Valid N (listwise) 597

C_Kesuaian_rasa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 10 1.2 1.2 1.2
1 39 4.7 4.7 6.0
2 310 37.7 37.7 43.7
3 146 17.8 17.8 61.4
4 143 17.4 17.4 78.8
5 12 1.5 1.5 80.3
6 43 5.2 5.2 85.5
7 7 .9 .9 86.4
8 57 6.9 6.9 93.3
9 46 5.6 5.6 98.9
10 1 .1 .1 99.0
11 4 .5 .5 99.5
12 4 .5 .5 100.0
Total 822 100.0 100.0

C_Kemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 49 6.0 6.0 6.0
1 58 7.1 7.1 13.0
2 190 23.1 23.1 36.1
3 185 22.5 22.5 58.6
4 119 14.5 14.5 73.1
5 29 3.5 3.5 76.6
6 67 8.2 8.2 84.8
7 6 .7 .7 85.5
8 72 8.8 8.8 94.3
9 20 2.4 2.4 96.7
10 4 .5 .5 97.2
11 21 2.6 2.6 99.8

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 34


12 2 .2 .2 100.0
Total 822 100.0 100.0

C_Ketersediaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 19 2.3 2.4 2.4
2 238 29.0 30.3 32.7
3 42 5.1 5.3 38.0
4 378 46.0 48.1 86.1
5 25 3.0 3.2 89.3
6 23 2.8 2.9 92.2
7 8 1.0 1.0 93.3
8 15 1.8 1.9 95.2
9 14 1.7 1.8 96.9
10 4 .5 .5 97.5
11 19 2.3 2.4 99.9
12 1 .1 .1 100.0
Total 786 95.6 100.0
Missing System 36 4.4
Total 822 100.0

C_Kandungan_gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 3 .4 .5 .5
1 23 2.8 3.7 4.2
2 190 23.1 30.8 35.0
3 66 8.0 10.7 45.7
4 157 19.1 25.4 71.2
5 10 1.2 1.6 72.8
6 48 5.8 7.8 80.6
7 20 2.4 3.2 83.8
8 38 4.6 6.2 90.0
9 40 4.9 6.5 96.4
10 2 .2 .3 96.8

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 35


11 18 2.2 2.9 99.7
12 2 .2 .3 100.0
Total 617 75.1 100.0
Missing System 205 24.9
Total 822 100.0

KOMPONEN AFEKTIF

Statistics
Af_Kesukaan
N Valid 822
Missing 0

Af_Kesukaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 43 5.2 5.2 5.2
2 308 37.5 37.5 42.7
3 119 14.5 14.5 57.2
4 184 22.4 22.4 79.6
5 8 1.0 1.0 80.5
6 41 5.0 5.0 85.5
7 5 .6 .6 86.1
8 58 7.1 7.1 93.2
9 47 5.7 5.7 98.9
11 3 .4 .4 99.3
12 6 .7 .7 100.0
Total 822 100.0 100.0

KOMPONEN KONATIF

Statistics
Cn_Membeli_ul Cn_Rekomenda
ang si
N Valid 822 822
Missing 0 0

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 36


Cn_Membeli_ulang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 381 46.4 46.4 46.4
b 381 46.4 46.4 92.7
c 60 7.3 7.3 100.0
Total 822 100.0 100.0

Cn_Rekomendasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 531 64.6 64.6 64.6
b 291 35.4 35.4 100.0
Total 822 100.0 100.0

Beli_ulang_rekomendasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 27 3.3 3.3 3.3
4 172 20.9 20.9 24.2
5 367 44.6 44.6 68.9
6 256 31.1 31.1 100.0
Total 822 100.0 100.0

SIKAP

Att_cari_ganti
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 370 45.0 45.0 45.0
b 452 55.0 55.0 100.0
Total 822 100.0 100.0

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 37


TERM OF REFFERENCE
MINI RISET MAHASISWA & COMPANY VISIT FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

A. Pendahuluan
Mini riset & Company Visit Program merupakan merupakan kegiatan
tahunan mahasiswa yang yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester
VIII dengan bobot 2 sks. Program ini ditujukan untuk meningkatkan
eksposur mahasiswa melalui kegiatan riset bisnis yang diharapkan dapat
mengantarkan mahasiswa untuk memperoleh gambaran kompleksitas dunia
bisnis secara nyata, kemudian didiskusikan dan diolah dalam periode
delinking di kelas, untuk selanjutnya menyiapkan proses linking di
kemudian hari. Satu kali dayung dua tiga pulau terlampaui, data mini riset
mahasiswa ini kemudian diolah kembali, diperdalam dan diperluas sehingga
sehingga dihasilkan by product dalam bentuk karya penelitian kelompok
dosen dan artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Ekubis terbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Nusantara.
Selain itu, program ini disiapkan sebagai penciri (distinction) yang
membedakan antara lulusan FE-UNINUS dengan perguruan tinggi lainnya,
yaitu memiliki pengetahuan dan pengalaman dasar dalam merancang dan
melaksanakan riset dalam berbagai aspek kajian bidang bisnis. Penciri
lainnya yaitu karena hasil mini riset ini kemudian dipresentasikan oleh
mahasiswa sendiri dihadapan pihak manajemen perusahaan secara
langsung pada saat kegiatan company visit. Pada saat mempresentasikan
hasil mini riset dan diskusi dengan pihak manajemen, mahasiswa
memperoleh banyak masukan kritis dari pihak manajemen, dan sebaliknya
pihak manajemen pun mengapresiasi atas beberapa temuan penting yang
terungkap dari hasil mini riset tersebut. Akhirnya setelah dilakukan
perbaikan seperlunya, laporan mini riset kemudian disampaikan kepada
pihak manajemen perusahaan.
Kegiatan mini riset ini rata-rata memerlukan waktu sekira 4-5 bulan, dan
dilanjutkan dengan kegiatan company visit selama 3 hari. Tercatat beberapa
perusahaan yang telah menjadi obyek kajian mini riset mahasiswa,
diantaranya: PT Djarum Kudus, PT Sari Husada, Tbk (SGM), PT Hartono
Istana Teknologi (Polytron), PT Sido Muncul, Tbk. PT. Nyonya Meneer, PT.
Nippon Indosari Corpindo, Tbk (Sari Roti), PT. Nissin Food Indonesia, Tbk
dan PT Victoria Care Indonesia (VCI).
Agar dapat dinikmati oleh khalayak dan sekaligus sebagai wahana untuk
memperoleh respon perbaikan, setiap laporan mini riset selalu kami simpan
di www.researchgate.net. Hasilnya cukup mengejutkan, karena sejak
pertama kali diunggah pada bulan Nopember 2017, hingga bulan April 2018

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 38


sudah dibaca oleh 1.148 orang. Oleh karena itu agar penampilannya
menjadi lebih baik, maka Pedoman Mini Riset & Company Visit yang ada
perlu ditinjau kembali.

B. Dasar Pemikiran
Kesangsian terhadap peran pendidikan tinggi di Indonesia yang berkisar
pada rendahnya kualitas lulusan yang dihasilkannya, merupakan salah satu
alasan penting mengapa pembinaan sumber daya di sektor ini perlu
mendapat porsi khusus. Apalagi kalau isu ketidak padanan (mismatch)
antara kualifikasi lulusan dengan tuntunan pasar tenaga kerja yang
sekarang sedang menjadi polemik ikut kita pertimbangkan. Oleh karena itu
upaya peningkatan sumber daya manusia harus selalu diperhitungkan
dalam setiap strategi dan program pengembangan suatu perguruan tinggi.
Keharusan bagi setiap perguruan tinggi untuk memikirkan dan
membangun strategi agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas
dan sesuai dengan ketentuan pasar, kelihatannya tidak dapat ditunda-tunda
lagi manakala kita mencermati betapa pesatnya perkembangan ilmu dan
teknologi mutakhir yang terjadi hampir disemuasektor. Di masa mendatang
kontribusi suatu perguruan tinggi tidak akan lagi ditentukan oleh berapa
jumlah lulusan yang dihasilkannya tetapi oleh berapa banyak lulusan yang
mampu diserap oleh pasar tenaga kerja. Berdasarkan pertimbangan di atas
serta tuntunan zaman yang ditandai oleh arus globalisasi yang melanda
semua aspek kehidupan, maka tampaknya gerak perkembangan suatu
perguruan tinggi harus segera bergeser menyeimbangkan diri dari yang
semula lebih menekankan pada kerangka berpikir konseptual kearah
tindakan-tindakan nyata dan bertumpu pada program yang ditata
berdasarkan perencanaan analitis. Tindakan-tindakan nyata tersebut harus
mampu mendorong pertumbuhan dan peran perguruan tinggi dengan
memperhatikan masalah pokok yang dihadapi yaitu terutama kualitas,
relevansi dan masa depan yang diinginkan.
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara (UNINUS) di Bandung
sebagai salah satu perguruan tinggi yang selama ini ikut andil dalam
mempersiapkan, mendidik dan mengembangkan sumberdaya manusia
bidang manajemen bisnis di Indonesia, secara terencana dan bertahap mulai
memikirkan bagaimana menerapkan model pembelajaran yang tepat agar
kompetensi lulusannya compatible dengan lingkungan bisnis. Salah satu
metode pengajaran terbaik yang dapat mengkaitkan antara teori dan
praktik, serta menjamin terselenggaranya pendidikan bisnis yang relevan
dan mutakhir bagi mahasiswa adalah menugaskan mahasiswa melakukan
riset ril plus company visit dengan obyek penelitian perusahaan terpilih.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 39


Melalui kegiatan ini diharapkan proses transfer pengetahuan bisnis praktis
dapat secara langsung dicerna oleh mahasiswa.
Agar program ini menjadi lebih baik, lebih terarah dan memberikan
kejelasan kepada mahaiswa, fakultas telah merumuskan pedoman
pelaksanaannya (edisi revisi) yang diharapkan dapat dijadikan acuan pokok
bagi semua pihak. Terutama bagi perusahaan yang akan dijadikan target
program ini kiranya akan cukup memberikan kejelasan arah, tujuan dan
manfaat program mini riset & company visit program, sehingga dapat
menghapus sedikit keraguan dalam menerima dan memberikan kesempatan
kunjungan kepada mahasiswa.
Ekposur lulusan pendidikan tinggi bidang manajemen bisnis tidak hanya
ditentukan oleh sejauhmana kualitas proses pendidikan di bangku kuliah,
tetapi juga sangat tergantung apakah mahasiswa memiliki kesempatan
untuk memahami proses dan dinamika bisnis secara ril. Oleh karena itu
peran dan dukungan dari kalangan atau praktisi bisnis sangat diharapkan.
Dengan demikian kesediaan pihak perusahaan untuk memfasilitasi
mahasiswa kami untuk melakukan mini riset dan company visit merupakan
kontribusi berharga bagi pengembangan Fakultas Ekonomi Universitas
Nusantara.

C. Tujuan
1. Melalui pendekatan Mini Riset & Company Visit Program ini
diharapkan dapat meningkatkan eksposur mahasiswa terhadap
pengalaman pembelajaran dan praktik bisnis yang sebenarnya;
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih memahami
praktik bisnis ril sehingga dapat membandingkan antara konsep atau
teori yang diperoleh di kelas dengan yang terjadi di lingkungan
sebenarnya.

D. Keluaran (output)
1. Terlaksananya kegiatan mini riset dan Company Visit Program yang
diikuti oleh mahasiswa semester VIII Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Nusantara sesuai dengan program yang telah ditetapkan;
2. Tersedianya laporan mini riset & company visit program yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau materi perkuliahan yang berwawasan
praktik.

E. Hasil yang diharapkan (outcome)


1. Pelaksanaan mini riset & Company Visit Program diharapkan dapat
menambah kemampuan dan wawasan praktis mahasiswa, sehingga

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 40


diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan mendekati
tuntutan pasar kerja;
2. Hasil mini riset & Company Visit Program dapat dijadikan umpan
balik bagi Fakultas, khususnya yang dikaitkan dengan wawasan
kemampuan praktis tenaga pengajar, muatan kurikulum, serta materi
perkuliahan;
3. Terbinanya jalinan kemitraan yang saling mendukung antara Fakultas
Ekonomi UNINUS khususnya dengan kalangan perusahaan.

F. Peserta
1. Program mini riset & company visit wajib diikuti oleh mahasiswa
semester VIII semua program studi;
2. Mahasiswa peserta dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1) kelompok kajian literatur;
2) kelompok kajian lingkungan bisnis yang relevan dengan topik
mini riset;
3) kelompok tabulasi data & analisis statistik, dan
4) kelompok penyusunan laporan serta materi presentasi. Sedangkan
dalam hal pengumpulan data survey, wajib dilakukan oleh semua
kelompok.
3. Setiap kelompok dibimbing oleh tim dosen yang ditunjuk oleh
Fakultas.

G. Waktu Pelaksanaan & Fokus Kegiatan


1. Kegiatan mini riset & company visit dilaksanakan pada semester VIII
setiap tahunnya dengan alokasi waktu sebagai berikut:

Bulan ke:
Kegiatan
1 2 3 4 5
Pembagian tugas & pematangan desain mini
riset
Pengumpulan data & tabulasi
Analisis data & penyusunan laporan
Company visit & presentasi mini riset di
perusahaan
Revisi laporan & penyerahan ke perusahaan

2. Kegiatan pokok Compay Visit Program yaitu:


1) melakukan observasi di lokasi pabrik (proses produksi).
2) presentasi & diskusi tentang profil & strategi bisnis oleh pihak
perusahaan;

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 41


3) presentasi dan diskusi hasil mini riset mahasiswa dihadapan
manajemen perusahaan; dan
4) Hasil 1) – 3) nantinya dijadikan bahan masukkan untuk merevisi
laporan mini riset.
3. Direncanakan agar setiap kegiatan diskusi dengan pihak manajemen
mengambil porsi sekira 80% dari total waktu kunjungan yang
disediakan. Oleh karena itu diharapkan agar pihak perusahaan dapat
menyediakan nara sumber yang memiliki kompetensi dalam bidang
yang sesuai dengan topic mini riset;
4. Kepastian agenda kegiatan yang lebih rinci akan disampaikan satu
minggu sebelum pemberangkatan dan setelah menerima kepastian
penerimaan dari perusahaan.

H. Laporan
1. Setiap kelompok mahasiswa diwajibkan membuat laporan tertulis
untuk selanjutnya diseminarkan, dan kemudian dikonsolidasikan ke
dalam laporan akhir mini riset;
2. Tata cara penulisan laporan harus mengikuti ketentuan yang umum
digunakan dalam sebuah laporan karya ilmiah. Penulisan laporan
direkomendasikan menggunakan ketentuan dari American Psychology
Association (APA);
3. Laporan mini riset dan company visit program diantaranya akan
disampaikan kepada pihak manajemen perusahaan target;
4. Laporan mini riset dipublikasikan di www.researchgate.net;
5. Kerangka laporan setidaknya terdiri atas kelengkapan awal, isi dan
kelengkapan akhir. Kelengkapan awal (Halaman judul/halaman
cover, halaman pengesahan, abstract & abstrak, kata pengantar
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran).
Kemudian kelengkapan isi yang meliputi: Bagian I: Pendahuluan
(Latar belakang penelitian perumusan masalah, maksud dan tujuan
penelitian, kegunaan penelitian kerangka pemikiran & hipotesis, dan
lokasi serta jadual Penelitian, Bagian II: Telaah Teoritis, Bagian III:
Metode Penelitian (desain penelitian, variabel, dimensi & indikator
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, analisis
data dan pengujian hipotesis), Bagian IV: Hasil dan Diskusi
(Lingkungan bisnis produk/jasa obyek mini riset, profil perusahaan,
profil responden, analisis deskriptif data dan hasil pengujian
hipotesis, dan Bagian V (kesimpulan & rekomendasi). Sedangkan
kelengkapan akhir meliputi: daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang relevan.

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 42


I. Evaluasi
1. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti semua tahapan
kegiatan mini riset & campany visit sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan.
2. evaluasi kegiatan mini riset & campany visit dilakukan sekurang-
kurangnya dalam empat aspek, yaitu kehadiran (bobot 20%),
partisipasi aktif (bobot 20%), kualitas data survey (bobot 25%) dan
laporan tugas kelompok (bobot 35%);
3. Hasil akhir penilaian kegiatan mini riset & campany visit diperoleh
dengan cara mengkonversikan jumlah skor mentah (skor terbobot)
menjadi angka mutu dan huruf sebagai berikut.

Σ SKOR MENTAH ANGKA MUTU HURUP MUTU KUALIFIKASI


81 - 100 4 A Sangat Baik
66 – 80 3 B Baik
61 – 65 2 C Cukup
46 - 60 1 D Kurang
0 - 45 0 E Kurang sekali

4. Mahasiswa dinyatakan lulus program ini apabila memperoleh huruf


mutu minimal B.

J. Ringkasan prosedur

Menentukan
perusahaan target
alternatif

Tidak

Mahasiswa Fakultas
Pelaksanaan
menentukan topik mengajukan Konfirmasi dari
Ya mini riset
mini riset & perizinan ke perusahaan
(3-4 bulan)
perusahaan target prusahaan target

Company visit &


Penyampaian Diskusi hasil &
Revisi laporan presentasi mini riset
laporan mini riset penyusunan
mini riset di perusahaan target
final ke perusahaan laporan
(3 hari)

-----------------

Laporan Mini Riset Mahasiswa-2017 | 43

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai