Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diampu Oleh:

DR. MUHTAR GOZALI, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Zwidatul Husna (190810201015)


2. Putri Ayu Lestari (190810201022)
3. Ingka Diasevi (190810201028)
4. Vika Syahputri (190810201029)

MATA KULIAH WAJIB UMUM


UNIVERSITAS JEMBER
MARET 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
2.1 Konsep Masyarakat Madani.................................................. 3
2.2 Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat
Madani................................................................................... 4
2.3 Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat................... 6
2.4 Manajemen Zakat, Shadaqah, Infaq, dan Manajemen
Wakaf..................................................................................... 9
2.4.1 Zakat............................................................................ 9
2.4.2 Shadaqah...................................................................... 11
2.4.3 Infaq............................................................................. 12
2.4.4 Waqaf........................................................................... 14
2.5 Implementasi Zakat dalam Kesejahteraan Umat................... 16
2.6 Peran Mahasiswa Islam dalam Mengembangkan
Masyarakat Madani................................................................ 19
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera
sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur
bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan
muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai
tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Namun masih banyak lagi
permasalahan bagi bangsa Indonesia, permasalahan yang timbul tersebut
mengakibatkan banyaknya konflik ataupun kekacauan yang terjadi dimasyarakat.
Permasalahan ini tidak bisa dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat
buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia
belum terlambat mewujudkan masyarakat madani asalkan semua potensi sumber
daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan.
Berbanding terbalik dengan Indonesia, masyarakat Madinah justru dijuluki
sebagai salah satu contoh masyarakat yang mempunyai sifat-sifat baik. Seperti,
pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Allah swt.,
persatuan dan kesatuan. Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”
dan meneladani Nabi Muhammad saw. bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi
sikap yang beliau lakukan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun
dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak
meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan
pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya. Sifat dan sikap tersebut cocok
diterapkan di masyarakat, khususnya masyarakat Muslim. Dengan begitu, Muslim
bersikap seimbang dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap
yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini,
maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja. Mewujudkan masyarakat
madani banyak tantangan yang harus dilalui. Oleh karena itu perlu adanya strategi
peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat manusia
menuju masyarakat madani itu sendiri.

1
Untuk mengangkat martabat manusia perlu melihat salah satu sisi ajaran
islam yang belum ditangani secara serius yaitu penanggulangan kemiskinan
dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dana pendayagunaan sedekah, infaq
dan wakaf dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW serta penerusnya dizaman-zaman islam. Dengan begitu secara
tidak langsung kita dapat menciptakan masyarakat madani modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan konsep masyarakat madani!
2. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?
3. Jelaskan sistem ekonomi islam dan kesejahteraan umat!
4. Jelaskan manajemen zakat,sodaqoh,infaq, dan manajemen wakaf!
5. Jelaskan implementasi zakat dalam kesejahteraan umat!
6. Apa peran mahasiswa islam dalam mengembangkan masyarakat
madani?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep masyarakat madani
2. Untuk lebih mengetahui peran umat islam dalam mewujudkan
masyarakat madani
3. Untuk mengetahui sistem ekonomi islam dalam kesejahteraan umat
4. Untuk mengetahui manajemen zakat,sodaqoh,infaq, dan manajemen
wakaf
5. Untuk mengetahui cara mengimplementasikan zakat dalam
kesejahteraan umat
6. Untuk mengetahui peran mahasiswa islam dalam mengembangkan
masyarakat madani

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Masyarakat Madani

Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman


konsep Civil Society. Tokoh yang pertama kalimengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Pemaknaan Civil Society sebagaimasyarakat madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakatMadinah yang dibangun Nabi Muhammad.
Menurut Nurcholis Majdid, kata “madinah” berasal dari bahasa Arab
“madaniyah” yang berarti peradaban. Karena itu, masyarakat madani berasosiasi
“masyarakat beradab”. Pemaknaan lain masyarakat madani menurut Nurcholis
Majdid, kata “madani”dalam bahasa arab dapat diterjemahkan sebagai kota. 1
Dalam pengertian luas menurut Gellner, masyarakat madani merupakan
sekelompok institusi/lembaga asosiasi yang cukup kuat mencegah tirani politik
baik oleh negara maupun komunitas, juga cirinya yang menonjol adalah adanya
kebebasan individu di dalamnya.
Disamping itu, perkembangan masyarakat madani menurut Gellner,
sebagaimana pemikir barat seperti sejak Ferguson, Hegel, dan Marx
memahaminyamerujuk pada kelompok-kelompok atau kelas-kelas ekonomi yang
kuat yang berada dalam sistem sosial. Dari perkembangan itu, kehadiran
masyarakat modern yang industrial merupakan akibat lahirnya kelas-kelas
ekonomi sebagaimana yang dikritik Marx, yang merupakan sisi gelap kapitalisme.
Kondisi lainnya, adalah berlangsungnya spesialisasi pekerjaan berdasarkan
pembagian kerja sebagaimana yang dilihat Durkheim, dan rasionalisasi
pengorganisasian masyarakat seperti yang diungkapkan Weber sebagai
keunggulan nilai-nilai barat. Semua ini, kalau ditarik bermuara pada pengjaran
kepentingan ekonomi manusia, dimana hal itu diperjuangkan melalui asosiasi-

1
Nurcholish Madjid, “Menuju Masyarakat Madani”, dalam Jurnal Kebudayaan dan
Peradaban Ulumul Qur’an No. 2/VII/1996,hlm.51-55

3
asosiasi bebas yang merupakan representasi masyarakat madani. Realitas inilah
merupakan sebuah fakta yang berhasil membawa masyarakat barat ke arah
kemajuan seperti sekarang.

2.2. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Sifat kemodernan dalam kaitannya dengan masyarakat madani


munculdengan mengatasi dimensi waktu. Sebagai gantinya, kemodernan sebuah
politik yang sitandai oleh, antara lain, adanya struktur masyarakat madani lebih
merujuk pada sifat-sifat yang dikembangkan oleh bangunan politik tersebut. Hal
ini tidak aneh, karena dari sudut konsepsi, bangunan masyarakat madani ini
memang awalnya dikembangkan oleh para pemikir dan filsuf lama: Plato,
Aristotheles, Hobbes, Locke, Rosseau, Bentham, Hume, dan sebagainya.
Antara lain dari sudut ini pulalah, kita dapat mengaitkan antara islam
dengan masyarakat madani. Ungkapan apresiatif atau yang bersifat menghargai
ini berasal dari kalangan ilmuan non muslim atau barat, yang mengatakan bahwa
ada kesesuaian antara islam dan konsep masyarakat madani, bahkan kenyataan itu
pernah ada dalam kehidupan nyata masyarakat islam, barang kali orang akan
menilai bahwa ini merupakan suatu penilaian yang objektif. Sosiolog terkemuka
dari Amerika Serikat, Robert N. Bellah misalnya mengatakan, bahwa
sesungguhnya bangunan politik yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Ketika berada di Madinah, adalah bersifat sangat modern. Memang bukan
organisasi atau lembaga di luar negara yang berkembang pada waktu itu, tetapi
dimensi-dimensi lain yang ada dalam bangunan konsep masyarakat madani. Hal
itu tercermin dengan jelas dalam mitsaq Al-madinah (perjanjian madinah), yang
oleh para ilmuwan politik, dianggap sebagai konstitusi pertama sebagai negara.
Dalam hal ini, sejumlah persyaratan pokok tumbuhnya kehidupan masyarakat
madani yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad adalah prinsip kesamaan,
keadilan, dan partisipasi. Dalam konstitusi itu disebutkan, bahwa pluralitas suku
yang diikatkan dalam suatu kesepakatan, bersama, dan dianggap sebagai umat.
Tentu, umat disini bukan dalam arti agama tetapi warga negara. Karenanya,
dengan enak bani aus yahudi itu juga disebut dengan umat Madinah. Adanya

4
aturan-aturan yang tegas ini, yang dituangkan secara tertulis dalam perjanjian
madinah, yang mengakui diterapkannya prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan
musyawarah merupakan ciri-ciri awal terbentuknya kehidupan politik modern,
yang antara lain ditandai dengan munculnya semangat masyarakat madani. Disitu,
yang ingin dikembangankan adalah nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara
yang sebanding dengan kehidupan politik demokratis meskipun masih dalam
bentuk dan strukturnya yang sederhana.2
Dalam kerangka ini pernyataan yang muncul kemudian adalah dari mana
sumber transformasi atau perubahan itu berasal. Tak ada satu jawaban yang lebih
pasti bagi kita untuk mengatakan bahwa faktor pendorong itu adalah islam.
Karena sejak muncul dan berlembangnya islam disana meskipun dalam tahap
awal transformasi atau perubahan masayarakat secara besar-besaran terjadi disana,
baik dilihat dari sudut pandang keagamaan (lebih rasional) maupun kehidupan
sosial budaya, ekonomi, dan politik (lebih berperadaban). Dalam bahasa agama
proses perubahan dari situasi jahiliyah ke berperadaban ditegaskan oleh al-Qur’an,
bahwa salah satu fungsi islam adalah membawa atau mengeluarkan masayarakat
dari alam kegelapan menuju alam terang. Dalam kehadiran islam adalah
mengeluarkan umat manusia dari kegelapan ke terang benderang. Sebanding
dengan itu, yang lebih popular adalah kehadiran islam adalah rahmat bagi alam
semesta. Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat
Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan
kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer,
ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi
kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir
pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan
yang lain. Kualitas SDM Umat Islam Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 :

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َ‫لَ َكانَ َخ ْيرًا لَهُ ْم ِم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬
َ‫اسقُون‬

2
Suryadi, Adi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran, Teori, dan Relevansinya.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

5
Artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
berimankepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka,di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.”

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di
antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnya
dibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yangdimaksud dalam
Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil. Posisi Umat Islam SDM
umat Islam saat ini belum mampu menunjukkankualitas yang unggul. Karena itu
dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang
signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebihdari 85%, tetapi karena kualitas
SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang
proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam.
Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam,
bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.

2.3. Sistem Ekonomi Islam Dan Kesejahteraan Umat

Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial


dan ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Dengan demikian
realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam melainkan
hanya milik Allah saja, sedangkan manusia hanyalah memiliki hak milik nisbi
atau relatif. Pernyataan dan batas-batas hak milik dalam Islam sesuai dengan
sistem keadilan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Islam mempunyai dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun
yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada sekelompok
orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi

6
kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Sebagaimana dalam QS. al-
Syu’ara ayat 183, artinya: “Janganlah kamu merugikan manusia pada hak-
haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan.”

Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan,


keadilan ekonomi dan sosial. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi
pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah
menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa memandang
kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan
sampai tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan
pelayanannya dalam masyarakat. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan, yang
artinya: “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau
memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka
sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.”

Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai


dengan kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus
dibelanjakan sebagai sedekah karena Alah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS.
An-nisa ayat 114, yang artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-
bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan
Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.”

Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus
dipelihara, yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia dalam masyarakat. Dengan melaksanakan kedua hubungan itu dengan
baik, maka hidup manusia akan sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Pada intinya, kesejahteraan sosial menuntut terpenuhinya kebutuhan
manusia yang meliputi kebutuhan primer (primary needs), sekunder (secondary

7
needs) dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer meliputi: pangan (makanan)
sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), kesehatan dan keamanan yang layak.
Kebutuhan sekunder seperti: pengadaan sarana transportasi (sepeda, sepeda
motor, mobil, dsb.), informasi dan telekomunikasi (radio, televisi, telepon, HP,
internet, dan lain sebagainya). Kebutuhan tersier seperti sarana rekereasi, hiburan.
Kategori kebutuhan di atas bersifat materil sehingga kesejahteraan yang tercipta
pun bersifat materil.
Kesejahteraan sosial yang didambakan al-Quran menurut Qurasih Shihab
tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat sebelum mereka
turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti diketahui, sebelum Adam
dan isterinya diperintahkan turun ke bumi, mereka terlebih dahulu ditempatkan di
Surga. Surga diharapkan menjadi arah pengabdian Adam dan Hawa, sehingga
bayang-bayang surga itu bisa diwujudkan di bumi dan kelak dihuni secara hakiki
di akhirat. Masyarakat yang mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah
masyarakat yang berkesejahteraan.
Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara lain dalam QS. Thâhâ/20:117-
119, yang berbunyi : “Hai adam, sesungguhnya ini (Iblis ) adalah musuh bagimu
dan bagi isterimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua
dari Surga, yang akibatnya engkau akan bersusah payah. Sesungguhnya engkau
tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan telanjang, dan
sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun kepanasan”. Dari
ayat menurut ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang diistilahkan
dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya telah terpenuhi di
sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan utama
kesejahteraan sosial. Lebih lanjut dalam Undang-undang Kesejahteraan Sosial,
kriteria masalah sosial yang perlu diatasi meliputi kemiskinan, ketelantaran,
kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban
bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Dalam islam dijelaskan bagaimana cara agar terbentuk suatu masyarakat
yang madani dan tumbuh toleransi antara satu dengan yang lainnya agar
kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik dan tidak ada masalah antara

8
satu individu dengan individu lain atau suatu kelompok dengan kelompok lain.
Masih banyak disekitar kita tauran pelajar, tauran antar komplek, tauran antar desa
dan perang terselubung antar agama, hal ini dikarenakan lemahnya iman
masyarakat da kurangnya pemahaman mengenai masyarakat madani dan belum
mengerti bagaimana pandangan islam mengenai kehidupan bermasyarakat agar
tetap rukun dan damai.

2.4 Manajemen Zakat, Sadaqah, Infaq, dan Manajemen Wakaf

2.4.1 Zakat
Perkataan zakat berasal dari kata zaka, yang artinya tumbuh dengan subur.
Makna lain kata zaka, sebagaimana diggunakan dalam al-Qur’an adalah suci dari
dosa. Dalam kitab-kitab hukum islam, perkataan zakat itu diartikan dengan suci,
tumbuh dan berkembang serta berkah. Zakat adalah memberikan harta yang telah
mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang
mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap satu
tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang mempunyai harta
cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat, wajiblah membersihkan
hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya. 3
Allah berfirman dalam At-Taubah: 103

َ َ‫صلَ ٰوت‬
‫ك َس َك ٌن‬ َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ۖ إِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُزَ ِّكي ِهم بِهَا َو‬
‫لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:

3
Ali, Mohammad Daud. 2012. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta.
Universitas Indonesia

9
1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz
Berikut ini macam-macam zakat beserta besarannya:
1. Zakat Fitrah: Adalah zakat yang dikeluarkan menjelang hari Raya Idul Fitri
oleh setiap individu. Besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter beras yang biasa
dikonsumsi. Pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan cara
membayarkan harga dari makanan pokok.
2. Zakat penghasilan/profesi: Adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
profesi jika sudah mencapai nilai tertentu (nisab). Cara menghitung zakat
profesi : nisab sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah atau setara dengan 520 kg
beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5 persen.
3. Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari
hasil investasi. Zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan
modalnya tidak dikenakan zakat. Besar zakat investasi yang dikeluarkan 5%
untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.
4. Zakat saham dan deposito: Saham atau deposito yang telah mengendap selama
satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
5. Zakat tabungan: Uang simpanan yang telah mengendap selama satu tahun dan
mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar 2,5 persen.
6. Zakat emas atau perak: Nishab emas 85 gram, sedangkan perak 595 gram.
Besar zakat 2,5 persen.
7. Zakat hadiah dan sejenisnya. Hadiah terkait dengan gaji, ketentuannya sama
dengan zakat profesi dan dikeluarkan saat menerima.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.

10
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya
sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat
untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha
untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan
membayarnya.
7. Fi-sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan
yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
2.4.2 Sadaqah
Sedekah menurut KBBI berarti pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau
yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan
kemampuan pemberi. Pengertian secara umum shadaqah atau sedekah adalah
mengamalkan harta di jalan Allah dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan,
dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya sebagai bukti kebenaran iman
seseorang.  Istilah lain sedekah adalah derma dan donasi. Dalam surat Al-Baqarah
ayat 245
ۖ
•ُُۣ ‫ُض ِعفَهٗ لَهٗ ٓ اَضْ َعافًا• َكثِ ْي َرةً ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْقبِضُ َويَ ْب‬
‫ۣصطُ َواِلَ ْي ِه‬ ً ْ‫َم ْن َذا الَّ ِذيْ يُ ْق ِرضُ هّٰللا َ قَر‬
ٰ ‫ضا• َح َسنًا فَي‬
َ‫تُرْ َجعُوْ ن‬
Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Macam macam sadaqah antara lain:
a Tasbih, tahlil, tahmid
b Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarga
c Sadaqah harta materi4
4
KitaBisa. 2019. Pengertian Shadaqah Keutamaan dan Macam-macam Shadaqah.
https://blog.kitabisa.com/pengertian-shadaqah-keutamaan-dan-macam-macam-
shadaqah/

11
2.4.3 Infaq
Pengertian infaq adalah berasal dari kata anfaqa–yunfiqu yang artinya
membelanjakan atau membiayai yang berhubungan dengan usaha realisasi
perintah-perintah Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kelima
infaq adalah pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib)
untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian
dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan dalam ajaran Islam.
َ‫س ِه فَأُو ٰلَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُحون‬
ِ ‫ق ش َُّح نَ ْف‬ ِ ُ‫س َم ُعوا َوأَ ِطي ُعوا َوأَ ْنفِقُوا َخ ْي ًراأِل َ ْنف‬
َ ‫س ُك ْم ۗ َو َمنْ يُو‬ ْ ‫فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا‬
ْ ‫ستَطَ ْعتُ ْم َوا‬
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS. At-Tagabun: 16)5
Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam, diantaranya adalah sebagai
berikut
1. Infaq Adalah Mubah
Jenis Infaq mubah merupakan sebuah tindakan mengeluarkan harta untuk
perkara mubah seperti berdagang dan bercocok tanam.

2. Infaq Adalah Wajib


Bentuk Infaq wajib merupakan pengeluaran harta untuk perkara yang wajib
seperti membayar mahar (maskawin), menafkahi istri, dan menafkahi istri
yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah.
3. Infaq Adalah Haram
Jenis Infaq haram merupakan sebuah tindakan mengeluarkan harta dengan
tujuan yang diharamkan Allah, seperti:

5
KitaBisa. 2019. Pengertian Infaq dan Pembagiannya dalam Islam.
https://blog.kitabisa.com/pengertian-infaq-dan-pembagiannya-dalam-islam/

12
a. Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam
Seperti firman Allah SWT dalam Surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi:

ُ َ‫ون أَ ْم َوالَهُ ْم لِي‬


‫ص ُّدوا َع ْن َسبِي ِل هَّللا ِ ۚ فَ َسيُ ْنفِقُونَهَا ثُ َّم‬ َ ُ‫ين َكفَرُوا يُ ْنفِق‬ َ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬
َ ‫ين َكفَرُوا إِلَ ٰى َجهَنَّ َم يُحْ َشر‬
‫ُون‬ َ ‫ُون ۗ َوالَّ ِذ‬
َ ‫ون َعلَ ْي ِه ْم َح ْس َرةً ثُ َّم يُ ْغلَب‬ُ ‫تَ ُك‬
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
mengahalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan
kedalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal
[8]: 36)
b. Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah.
Berdasarkan firman Allah SWT di dalam Surat An-Nisa ayat 38, yang berbunyi:

‫ون بِاهَّلل ِ َواَل بِ ْاليَ ْو ِم‬


َ ُ‫اس َواَل ي ُْؤ ِمن‬ ِ َّ‫ون أَ ْم َوالَهُ ْم ِرئَا َء الن‬
َ ُ‫ين يُ ْنفِق‬َ ‫َوالَّ ِذ‬
ُ َ‫ َو َم ْن يَ ُك ِن ال َّش ْيط‬  ۗ‫اآْل ِخ ِر‬
‫ان لَهُ قَ ِرينًا فَ َسا َء قَ ِرينًا‬
Artinya:
“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya
kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada
hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka
syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. An-Nisa [4]: 38)
4. Infaq Sunnah
Infaq sunnah ini yaitu mengeluarkan harta dengan niat shadaqah. Jenis ini
terbagi kedalam dua kategori, yaitu; infaq untuk jihad dan infaq kepada yang
membutuhkan.

2.4.4 Wakaf
Istilah wakaf berasal dari “waqb” artinya menahan. Wakaf adalah
menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau
nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa badan pengelola
dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang

13
sesuai dengan syari’at Islam .6 Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang
menerangkan tentang wakaf ini ialah: Al-Baqarah ayat 267:
َ ِ‫•وا ْٱل َخب‬۟ •‫ت م••ا َك َس• ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا أَ ْخ َرجْ نَ••ا لَ ُكم ِّمنَ ٱأْل َرْ ض ۖ َواَل تَيَ َّم ُم‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا أَنفِق‬
ُ‫يث ِم ْن•ه‬ ِ َ ِ َ‫طيِّ ٰب‬
َ ‫وا ِمن‬ َ
‫•••••••••••و ۟ا أَ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي••••••••••• ٌد‬
ٓ ۟ •••••••••••‫ض‬
‫وا فِي••••••••••• ِه ۚ َوٱ ْعلَ ُم‬ ُ ‫تُنفِقُ•••••••••••ونَ َولَ ْس•••••••••••تُم بِٔـََٔ•ا ِخ ِذي ِه إِٓاَّل أَن تُ ْغ ِم‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Adapun beberapa rukun wakaf ialah:
1. Yang berwakaf, syaratnya:
 Berhak berbuat kebaikan walau bukan Islam sekalipun
 Kehendak sendiri, tidak sah karena dipaksa
2. Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya:
 Kekal, bila diambil manfaatnya, barangnya tidak rusak.
 Kepunyaan yang mewakafkan.
3. Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu).
4. Lafadz wakaf, seperti: “saya wakafkan ini kepada orang-orang miskin dan
sebagainya.
Adapun Syarat wakaf ada tiga, yaitu:
1. Ta’bid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya.
2. Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul.
3. Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga

Wakaf dapat dibedakan menjadi wakaf keluarga atau wakaf ahli yang disebut juga
wakaf khsus dan wakaf umum atau wakaf khairi.

1. Wakaf Ahli atau Dzurri

6
Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

14
Wakaf ahli disebut juga wakaf keluarga. Yang dimaksud dengan wakaf
keluarga adalah wakaf yang dikhususkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau
lebih, baik ada ikatan keluarga dengan wakif atau pun tidak. (Hendi Suhendi,
2008: 224).7 Sayyid Sabiq menambahkan bahwa tidak sah wakaf kecuali kepada
orang yang tertentu dan untuk kebaikan. Wakaf harus diberikan kepada orang
yang dikenal dengan baik, seperti anak, kerabat dan orang tertentu dan harus
ditujukan untuk hal-hal yang baik, seperti membangun masjid, jembatan,
pesantren, kitab-kitab fiqh, ilmu dan al-Qur’an (Skripsi Uden Winajat, 1996: 24).8
2.  Wakaf Khairi (Kebajikan)
Lain halnya dengan wakaf ahli, wakaf khairi ialah suatu bentuk wakaf yang
sejak semula diikrarkan oleh si wakif untuk tujuan atau kepentingan umum
(limashalih al-ummat). Pengertian ini diantaranya dikemukakan oleh Hendi
Suhendi (2008: 245), Juhaya S. Praja dalam skripsi Uden Winajat (1996: 26-27),
dan Saroso dan Nico Ngani dalam buku Hukum Perwakafan di Indonesia
[karangan Rachmadi Usman] (2009: 59). Faishal Haq dan Syaiful Anam
memberikan pengertian bahwa wakaf khairi adalah wakaf yang secara tegas untuk
kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (Skripsi Uden Winajat,
1996: 27).

2.5 Implementasi Zakat dalam Kesejahteraan Umat

Pada intinya, kesejahteraan sosial menuntut terpenuhinya kebutuhan


manusia yang meliputi kebutuhan primer (primary needs), sekunder (secondary
needs) dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer meliputi: pangan (makanan)
sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), kesehatan dan keamanan yang layak.
Kebutuhan sekunder seperti: pengadaan sarana transportasi (sepeda, sepeda
motor, mobil, dsb.), informasi dan telekomunikasi (radio, televisi, telepon, HP,
internet, dan lain sebagainya). Kebutuhan tersier seperti sarana rekereasi, hiburan.

7
Suhendi, Hendi. 2008. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
8
Winajat, Uden. 1996. “Sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur”

15
Kategori kebutuhan di atas bersifat materil sehingga kesejahteraan yang tercipta
pun bersifat materil.
Kesejahteraan sosial yang didambakan al-Quran menurut Qurasih Shihab
tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat sebelum mereka
turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti diketahui, sebelum Adam
dan isterinya diperintahkan turun ke bumi, mereka terlebih dahulu ditempatkan di
Surga. Surga diharapkan menjadi arah pengabdian Adam dan Hawa, sehingga
bayang-bayang surga itu bisa diwujudkan di bumi dan kelak dihuni secara hakiki
di akhirat. Masyarakat yang mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah
masyarakat yang berkesejahteraan. Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara
lain dalam QS. Thâhâ/20:117-119, yang berbunyi : “Hai adam, sesungguhnya ini
(Iblis ) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali jangan sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari Surga, yang akibatnya engkau akan bersusah
payah. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan
telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun
kepanasan”. Dari ayat menurut ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang
diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya telah
terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan
utama kesejahteraan sosial. Lebih lanjut dalam Undang-undang Kesejahteraan
Sosial, kriteria masalah sosial yang perlu diatasi meliputi kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Dalam islam dijelaskan bagaimana cara agar terbentuk suatu masyarakat
yang madani dan tumbuh toleransi antara satu dengan yang lainnya agar
kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik dan tidak ada masalah antara
satu individu dengan individu lain atau suatu kelompok dengan kelompok lain.
Masih banyak disekitar kita tauran pelajar, tauran antar komplek, tauran antar desa
dan perang terselubung antar agama, hal ini dikarenakan lemahnya iman
masyarakat da kurangnya pemahaman mengenai masyarakat madani dan belum
mengerti bagaimana pandangan islam mengenai kehidupan bermasyarakat agar
tetap rukun dan damai.

16
Pengimplementasian zakat
Zakat sejatinya untuk menyucikan harta yang kita terima dan kita simpan
selama ini. Banyak sekali kenikmatan dan kesenangan yang sudah kita rasakan.
Tentunya rasa ini juga harus sama dirasakan oleh kaum muslimin lainnya di muka
bumi ini. Apalagi bagi saudara kita yang masih belum beruntung ketika menjelang
Idul Fitri.
Ramadhan menjadi bulan penggerak hati untuk mengajak jiwa meringankan
tangan membagikan sebagian yang kita miliki sebagai wujud pelaksanaan
kewajiban sebagai seorang muslim. Salah satu perintah Allah dalam berpuasa
Ramadhan adalah perintah mengeluarkan zakat, baik zakat harta maupun zakat
fitrah. Zakat harta berfungsi menyucikan harta kita dari bercampur dengan harta
yang haram, sedangkan zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan diri kita dari
debu-debu dosa yang melekat dalam diri dan jiwa kita. Hendaknya kita segera
mengeluarkan zakat sebelum Allah SWT menggunakan caranya mencabut segala
kenikmatan dan kepunyaan harta yang telah Allah titipkan kepada kita.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: “Dan dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu
kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha
Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S:2 : 110).
Kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan zakat merupakan
bentuk usaha kebaikan dan mendapat ganjaran pahala. Tentunya, dampak
kebaikan ini akan semakin menumbuhkan rasa kasih sayang sesama insan.
Dengannya terjalin hubungan emosional yang semakin erat sehingga akan
mengundang tumbuhnya persatuan dan kekuatan di kalangan kaum muslim.
Suasana penuh kegembiraan di hari nan fitri tidak hanya dari rumah orang-
orang kaya dengan fasilitas mewah dan lengkap, tapi asap juga akan mengepul
dari rumah yang berdinding tipis dengan atap daun rumbia. Rasa suka dengan
iringan sayup takbir di pagi Raya akan semakin menambah kekhidmatan dan
kesyahduan di hari kemenangan.
Zakat memiliki fungsi strategis dalam membangun ikatan dan kekuatan.
Karena adanya transaksional akad yang jelas antara si pembayar dan si penerima.

17
Tumbuh mahabbah terhadap sesama insan akan menjadi perasa dan perekat dan
pengikat dari rasa kepedulian. Ketika semua orang muslim dalam keadaan
kenyang, maka usaha dan kerja dakwah akan mudah untuk disebarluaskan.
Sementara, jika masih ada kaum muslimin yang fakir, maka sulit usaha dan
kerja dakwah untuk diteruskan karena mereka cenderung ke arah kekufuran dan
sangat mudah untuk diperdaya. Pilihan hidup mereka cenderung kepada
kepentingan sesaat. Tidak memperdulikan lagi halal haram apa yang mereka
dapatkan. Asalkan perutnya kenyang. Sehebat apapun metode dan strategi dakwah
yang disampaikan akan sulit masuk ke alam fikiran dan jiwa mereka. Berujung
pada krisis kepercayaan terhadap sesama muslim. Mereka menganggap bahwa
orang-orang mampu hanya menyenangkan diri dan sanak keluarga mereka
masing-masing. Tidak ada rasa kepedulian sedikit pun.
Disamping itu zakat adalah juga berfungsi untuk membantu meringankan
beban saudara kita yang miskin, dimana hari ini mereka juga ingin berbahagia
bersama kita. Alangkan sedihnya si miskin dan anak yatim, di hari kemenangan
ini mereka meratap dan bersedih disebabkan karena tidak mempunyai apa-apa.
Jangankan untuk membeli pakain baru, untuk makan saja tidak cukup.
Sesuai ketentuannya, zakat fitrah yang merupakan kewajiban, harus
dibayarkan sebelum shalat Idul Fitri adalah untuk penyucian diri dari dosa. Ada
yang berpendapat amal puasa seorang mukmin selama Ramadhan dalam posisi
tergantung antara langit dan bumi. Zakatlah sebagai katalisator supaya amal puasa
dan kebaikan selama Ramadhan sampai kepada sang pemilik kehidupan yang
maha kekal.
Ditinjau dari sisi si penerima zakat (mustahiq), baik zakat harta maupun
zakat fitrah yang diterimanya tentu dapat memenuhi kebutuhan konsumtif mereka
dalam mengatasi persoalan hidup. Mustahiq seharusnya dapat memahami bahwa
dalam kurun waktu ketidakberuntungan kehidupannya masih ada Allah
memberikan kasih sayangnya lewat tangan-tangan muzakki.
Mereka hendaknya berpikir agar segera dapat keluar dari kondisi krisis
panjang yang dialaminya. Setiap bantuan yang mereka terima menjadi bahan

18
renungan dan motivasi agar dirinya bisa berubah status dari mustahiq menjadi
muzakki.
Ditinjau dari sisi sebagai muzakki. Terlaksananya zakat karena ada
komponen penting, yaitu pembayar zakat (muzakki). Keberadaan muzakki dalam
suatu wilayah atau zonasi harus dilakukan pendataan secara komprehensif. Insan
yang faham tentang posisi dirinya sebagai muzakki tentu akan berupaya mencari
tahu keberadaan si penerima zakat (mustahiq).

2.6 Peran Mahasiswa Islam dalam Mengembangkan Masyarakat Madani


Sebagai mahasiswa sudah semestinya kita melakukan berbagai macam
gerakan perubahan dalam masyarakat. Salah satunya mengembangkan masyarakat
madani. Dan inilah peran mahasiswa dalam mengembangkan masyarakat madani.
1) Menciptakan sebuah bentuk sikap yang dimana akan selalu saling
memberikan pengertian yang dimana berada dinata sesama umat beragama.
Peran tersebut akan dapatlah dilakukan dengan cara mengciptakan sebuah
dialog intensif. Sebagai mahasiswa kita harus berbaur dengan semua teman
dan lingkungan sekitar tidak peduli dari kalangan seperti apa mereka berasal.
Menghormati semua perbedaaan dan membangaun persatuan dan kerjasama
dengan membentuk sebuah organisasi remaja tertentu, hal ini dapat
mewujudkan masyarakat madani.
2) Melakukan sebuah bentuk dari studi dibidang agama dengan cara
menciptakan sebuah tujuan dari kerukunan akan umat beragama. Sebagai
mahasiswa kita bisa menjaga hubungan baik dengan semua teman dari suku
agama dan ras yang berbeda dan tidak membedakan mereka sehingga
kerukunan akan terjalin.
3) Melakukan segala macam bentuk usaha untuk melakukan penumbuhan dari
sikap demokratis, dimana mahasiswa dapat ikut dalam kegiatan pemilihan
ketua organisasi atau pun dapat berpartisipasi dalam organisasi tersebut dan
berusaha untuk mencetak prestasi di dalamnya.
4) Pluralis hingga toleran dari kepada sesama dari umat beragama pada masa
sejak dini untuk melalui sebuah pendidikan Islam yang dimana mewajibkan

19
dari umatnya guna untuk melakukan pendakwaan. Bagi mahasiswa kegiatan
pendakwaan dapat dilakukan dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa
berbasis keagamaan dan dapat mengikuti lomba-lomba syiar islam.9

9
Khalim. 2014. Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradap dan
Sejahterah. http://kangkhalim.blogspot.com/2014/11/peran-umat-beragama-dalam-
mewujudkan.html

20
BAB III

KESIMPULAN

Terdapat kaitan antara islam dengan masyarakat madani karena ada


kesesuaian antara islam dan konsep masyarakat madani, bahkan kenyataan
tersebut pernah ada dalam kehidupan nyata masyarakat islam. Dalam islam
terdapat cara agar terbentuk suatu masyarakat yang madani dan tumbuh toleransi
antara satu dengan lainnya agar kehidupan berjalan dengan baik dan tidak ada
masalah antara satu individu dengan individu lainnya atau kelompok dengan
kelompok lain, sehingga islam merupakan agama yang memiliki komitmen
terhadap persaudaraan, keadilan ekonomi dan sosial.

Dalam islam terdapat ajaran mengenai penanggulangan kemiskinan dengan


cara mengoptimalkan pengumpulan dana, pendayagunaan sedekah, infaq dan
wakaf. Hal tersebut sebagai pedoman dan praktik kehidupan sehari hari dalam
peningkatan kesejahteraan sosial umat islam. Sehingga islam merupakan agama
yang kompleks sekaligus menjunjung nilai nilai normatif dalam mengatasi
masalah berbagai bidang kehidupan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 2012. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Nurcholish Madjid. 1996. “Menuju Masyarakat Madani”. Jurnal Kebudayaan dan


Peradaban Ulumul Qur’an. No. 2/VII/1996: 51-55.

Suhendi, Hendi. 2008. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryadi, Adi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran, Teori, dan Relevansinya.


Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Khalim. 2014. Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradap


dan Sejahterah. http://kangkhalim.blogspot.com/2014/11/peran-umat-
beragama-dalam-mewujudkan.html.

KitaBisa. 2019. Pengertian Shadaqah Keutamaan dan Macam-macam Shadaqah.


https://blog.kitabisa.com/pengertian-shadaqah-keutamaan-dan-macam-
macam-shadaqah/

KitaBisa. 2019. Pengertian Infaq dan Pembagiannya dalam Islam.


https://blog.kitabisa.com/pengertian-infaq-dan-pembagiannya-dalam-islam/

Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar


Grafika.

Winajat, Uden. 1996. “Sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan


Warungkondang Kabupaten Cianjur”

22

Anda mungkin juga menyukai