Anda di halaman 1dari 63

MEMBANGUN HAM, DEMOKRASI AGAMA, DAN NEGARA

Oleh :
Izzat Chairie (0701032001
5)
Khairul Atfal (07040320127)
Nailil Muhimmah (07020320067)
Novita Hernilia Putri (07020320069)
Moch. Hafidz Muwaffaq (07040320130)

Dosen Pengampu :
Dr. H. Ismail, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur senantiasa tak akan pernah lupa kepada Ilhi Rabb Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Negara”
ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan banyak perbaikan. Karena manusia tak pernah luput dari tempatnya salah dan lupa.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini. Dan juga kami tak lupa untuk berterima kasih kepada orang tua penyusun,
Bapak/Ibu guru selaku Dosen, dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan
partisipasinya dalam kesuksesan penyusunan makalah ini baik secara moril maupun materiil.

Kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi ladang
pahala bagi kami selaku penyusun, serta untuk para pembaca sebagai penambah ilmu, wawasan,
dan menjadi sumber referensi yang akurat.

Surabaya, 11 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

MEMBANGUN HAM, DEMOKRASI AGAMA, DAN NEGARA..........................1


A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Pengertian Membangun.........................................................................................................6
C. Pengertian HAM....................................................................................................................6
D. Pengertian Demokrasi............................................................................................................7
E. Pengertian Agama................................................................................................................10
F. Pengertian Negara................................................................................................................11
G. Membangun Hak Asasi Manusia, Demokrasi, Agama, dan Negara....................................12
1. Membangun Hak Asasi Manusia dalam beragama..............................................................12
2. Membangun Hak Asasi Manusia dalam bernegara.............................................................15
3. Membangun Hak Asasi Manusia dalam Demokrasi............................................................17
H. Studi Kasus Berkaitan dengan Membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Negara.........20
1. Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT)...............................................................20
2. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).............................................................................................23
3. Partai Komunis Indonesia....................................................................................................26
4. Aliran Ahmadiyah...............................................................................................................28
5. Terjadinya konflik sunni-syiah Sampang Maulid atau Cara................................................28

RINGKASAN...........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................53
MEMBANGUN HAM, DEMOKRASI AGAMA, DAN NEGARA

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan. Mulai dari ras, suku, agama, dan
budaya semuanya memiliki ciri khas masing-masing di wilayahnya. Hal ini didukung karena
bentuk negara Indonesia sebagai negara kepulauan. Sebagaimana tertulis didalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 25A bahwa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah
yang batas- batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Karena wilayahya
berbentuk kepulauan dan merupakan daerah lintas perdagangan dunia, ditinjau dari segi sejarah,
sudah banyak bangsa asing yang datang ke nusantara dahulu sebelum bangsa ini merdeka.
Melalui motonya 3G (Gold, Glory, Gospel) bangsa asing mulai melakukan pelayaran ke
berbagai wilayah di belahan dunia untuk mencari bahan baku yang tidak tersedia di wilayahnya
dan juga melakukan transaksi perdangan sebagai modal untuk mencari keuntungan dan tak lupa
mencari wilayah baru sebagai perluasan wilayah untuk kejayaan yang diselipi didalamnya untuk
menyebarkan keyakinannya dalam berketuhanan kepada masyarakat di wilayah yang
dikunjunginya.
Ini merupakan salah satu faktor berkembangnya banyak ras, suku, agama, dan budaya
yang dapat kita temukan di setiap wilayah di Indonesia disamping berdirinya kerajaan kuno yang
membawa keyakinan dan paham yang berbeda-beda di zamannya. Namun perlu diketahui bahwa
tidak semua perbedaan itu membawa dampak yang baik bagi bangsa, akan tetapi bisa saja
muncul perpecahan dari perbedaan yang ada. Misalnya banyak terjadi perang antar suku seperti
Dayak dengan Madura, perang antar agama yang pernah terjadi di Poso, serta konflik lainnya.
Hal ini menyebabkan kekerasan dan pertumpahan darah antar manusia yang menyalahi
pada Hak Asasi Manusia sebagai pondasi utama untuk melindungi hak-hak manusia yang
beragam bentuknya sebagai kebebasan dirinya untuk hidup sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Akan tetapi, tanpa dasar demokrasi semua itu tak akan pernah selesai sebagai dasar Pasal 1 ayat
(2) UUD 45 mengatakan: ”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Hal ini juga didasari pada sumber didalam Al-Qur’an yang banyak
menyebut tentang demokrasi dan toleransi antar perbedaan yang ada seperi didalam Q.S Ali
Imran ayat 159 yang berbunyi :
‫اورْ هُ ْم فِى‬ ِ S‫تَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬S‫ٱعْفُ َع ْنهُ ْم َوٱ ْس‬Sَ‫ك ۖ ف‬
۟ S‫ض‬
َ Sِ‫وا ِم ْن َحوْ ل‬ ِ ‫ظَ ٱ ْلقَ ْل‬S‫ا َغلِي‬Sًّ‫وْ ُكنتَ فَظ‬SSَ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ٱهَّلل ِ لِنتَ لَهُ ْم ۖ َول‬
ُّ َ‫ب لَٱنف‬
َ‫ٱأْل َ ْم ِر ۖ فَإ ِ َذا َعزَ ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ٱ ْل ُمت ََو ِّكلِين‬

1
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S Ali Imran : 159).
Jikalau dasar-dasar ini diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka akan
terciptanya demokrasi didalam suatu bangsa yang berisi kerukunan dan ketenangan didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Berkaitan dengan sejarah lahirnya hak asasi manusia bermula dari seorang filsuf Inggris
yang bernama John Locke pada abad ke-17 yang menyatakan adanya hak melakt pada setiap diri
manusia, yaitu ha katas hidup, hak-hak kebebasan, dan hak milik. Sejarah perkembangan hak
asasi manusia juga ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat yaitu magna
charta, revolusi Amerika, dan revolusi Perancis. Sejarah mencatat bahwa sistem pemikiran HAM
muncul dalam rangka memperjuangkan HAM untuk diakui, dihormati, dilindungi, dan
ditegakkan demi harga diri dan martabat manusia serta keberlangsungannya sebagai landsan
moral dalam pergaulan kehidupan manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
maupun bernegara.1
Pada abad pertengahan, doktrin hukum menjadi sangat penting dengan pemikiran-
pemikiran tentang hak-hak alam (natural rights). Menurut ajaran ini bahwa hukum berlaku
universal dan abadi yang bersumber pada Tuhan dan sumber dari akal manusia. Menurut
Frietman yang dikutip oleh Lili Rasjidi bahwa sejarah tentang hukum alam merupakan sejarah
manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang dinamakan keadilan mutlak yang
kemudian hari disebut HAM.
Ide-ide HAM yang pada masa itu masih dipahami sebagi hak-hak alam yang merupakan
suatu kebutuhan dan realita sosial yang bersifat umum, kemudian mengalami berbagai perubahan
sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam keyakinan-keyakinan dan praktek-
praktek dalam masyarakat. Karenanya pada abad ke-13 hingga masa perdamaian Wesphalia
(1648) dan masa renaissance. Dalam periode ini terjadinya kegagalan dalam penguasa untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum alam.
Pada intinya dapat dikatakan bahwa ide-ide HAM memainkan peranan kunci pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19 dalam perjuangan melawan absolutisme politik. Hal ini
disebabkan adanya kegagalan para penguasa untuk menghormati prinsip-prinsip kebebasan dan
persamaan, yang merupakan suatu hal penting dari makna hukum alam. Namun demikian, ide-
ide tentang HAM sebagai hak alam juga memiliki penentang disisi lainnya sehingga lama
kelamaan menjadi kurang dapat diterima oleh kaum liberal.
Kemudian dalam perjanjian pendirian perserikatan bangsa-bangsa (PBB) semua negara
sepakat untuk bersama-sama mencapai kepekaaan umum, hak asasi, dan kemerdekaan tanpa
diskriminasi dalam berbagai bidang. Lalu, pada deklarasi universal tahun 1948 seluruh negara

1
Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia,(Bandung:Andi Offset, 2017), hal.4.

2
sepakat untuk mendukung hak-hak yang didalamnya terdapat standar umum peraturan
untuk perorangan dan organisasi, keperluan ekonomi, sosial, dan kebudayaan, serta politik yang
telah disetujui majelis umum PBB ditahun 1976 dan diberlakukan sampai saat ini.2
HAM sebagai gagasan tidak lahir secara tiba-tiba namun melalui kesepakatan bersama
sebagimana “Universal Declaration of Human Right” 10 Desember 1948, tetapi melalui proses
yang panjang dalam sejarah peradaban manusia. Perspektif sejarah deklarasi yang ditandatangani
oleh majelis umum PBB sebagai pengakuan Yuridis formal dan merupakan titik perjuangan
sebagian besar umat manusia dibelahan dunia khususnya yang bergabung dalm PBB.
Upaya konseptualitas hak asasi baik barat maupun timur masih bersifat local, parsial, dan
sporadikal. Pada zaman yunani kuno plato telah memaklumkan pada warga bahwa kesejahteraan
bersama akan tercapai manakala setiap warganya melaksanakan hak dan kewajiban masing-
masing. Dalam akar kebudayaan bangsa Indonesia, pengakuan serta penghormatan tentang HAM
sudah dimulai sejak berkembang seperti halnya dalam masyarakat jawa dikenal degan “hak
pepe” yaitu hak warga desa yang diakui dan dohormati oleh penguasa seperti hak
mengemukakan pendapat walaupun hak itu bertentangan dengan kemauan penguasa.
Perjuangan HAM sudah dimulai diberbagai negara terutama untuk perjuangan
eksistensinya sebagai manusia seperti di negara Mesir, Babylonia, Arab, Yunani, Inggris,
Amerika, Perancis, Declaration of Human Right PBB, Indoenesia, dan ikuti selanjutnya sampai
sekarang oleh negara-negara lain.
Diketahui, bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan
nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang
buruk yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku dalam menjalani
kehidupannya. Dengan akal budi dan nuraninya itu, maka manusia memiliki kebebasan
untuk memutuskan sendiri perilaku atau perbuatannya. Di sampaing itu, untuk
mengimbangi kebebasan tersebut manusia memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab
atas semua tindakan yang dilakukannya. Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang
disebut hak asasi manusia yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari. Pengingkaran terhadap hak tersebut
berarti mengingkari martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau
organisasi apapun mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia
pada setiap manusia tanpa kecuali. Ini berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu
menjadi titik tolak, dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bemegara.3
Sejalan dengan pandangan di atas, Pancasila sebagai dasar negara mengandung
pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua
aspek yakni, aspek individualitas (pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena
itu, kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti bahwa setiap orang
mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain.
2
Lili Rasjidi, Negara Hukum Indonesia,(Jakarta: UI-Press), hal 19-10.
3
Penjelasan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

3
Kewajiban ini juga berlaku bagi setiap organisasi pada tataran manapun, terutama negara
dan pemerintah, Dengan demikian, negara dan pemerintah bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap warga
negara dan penduduknya tanpa diskriminasi.4
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 5 Hak yang melekat pada
keberadaan manusia ini yang kemudian memunculkan konsep kebebasan.
Ketika orang membicarakan kebebasan, maka sering kali melupakan bahwa ada
empat hal tentang kebebasan, yaitu: kebebasan beragama dan beribadah, kebebasan
berserikat dan berpendapat, kebebasan memperoleh kesejahteraan dan kebebasan dari
ketakutan dan rasa aman. Meskipun ini semua merupakan kebebasan manusia, akan tetapi
senyatanya bahwa semua selalu berada di dalam koridor hukum, sebab HAM dan kebebasan di
era sekarang sesungguhnya terkait dengan hukum (positif).
Terkait mengenai kebebasan beragama dan beribadah yang akhirnya bermuara pada
kehidupan bertoleransi dalam beragama itu sendiri kadangkala sering menjadi bersoalan.
toleransi beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik.
Keduanya tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah
satunya, yaitu penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi, dan usaha untuk
merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan bergama dan
toleransi beragama merupakan sesuatu yang penting.
Di dalam kerangka kebebasan beragama, maka ada dua hal yang mesti
diperhitungkan, yaitu: freedom to be dan freedom to act. Freedom to be terkait dengan kebebasan
agama yang asasi, yaitu kebebasan menjadi beragama. Di sini maka orang bebas untuk
mengekspresikan agamanya dalam ranah individunya dan negara tidak bisa campur tangan
terhadapnya. Misalnya, ketika orang Islam harus menyebut nama Tuhannnya dengan sebutan
Allah, yang berbeda dengan cara orang Katolik atau Protestan menyebutnya atau orang Budha
atau Hindu harus menyebutnya. Begitu pula cara orang melakukan relasi dengan Tuhannya
melalui ritual-ritual agamanya. Semua ini tidak bisa diintervensi oleh siapapun termasuk negara.6
Akan tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah freedom to act, yaitu kebebasan
yang terkait dengan orang banyak atau masyarakat. Di sini maka ada hak dan kewajiban.
Orang tidak bisa mengekspressikan agamanya di depan orang banyak atau masyarakat
dengan semau-maunya. Demikian pula apa yang dilakukan juga tidak boleh membuat
orang lain sakit hati atau merasa ternodai. Di sinilah negara bisa melakukan intervensi,

4
ibid
5
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
6
Prof. Dr. Nur Syam, M. Si, Perspektif Ham Terhadap Kebebasan Beragama, (www.google.com)

4
misalnya dalam bentuk aturan perundang-undangan dan menciptakan kehidupan
bertoleransi di Indonesia.7
Makanya, empat kebebasan di atas juga terkait dengan Undang-Undang, sebab dia
tidak berdiri sendiri akan tetapi terkait dengan orang lain. Tentang kebebasan berserikat dan
berpendapat, maka juga di atur oleh Undang-Undang, demikian pula tentang kebebasan
memperoleh kesejahteraan dan kebebasan akan rasa aman dan dari ketakutan. . Dan yang paling
krusial tentu saja adalah tentang kebebasan beragama dan toleransi beragama.
Di Indonesia Kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip perlindungan HAM harus
berdasarkan Pancasila, yang menurut Satjipto Rahardjo, Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber Hukum, yang ditarik kedalam kehidupan kenegaraan, kehidupan
politik, praktek dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang bertumpu pada tatanan
kehidupan yang adil, makmur, materiil maupun spirituil sehingga terwujud manusia
Indonesia seutuhnya sebagaimana manusia yang diinginkan dewasa ini.
Dengan hal yang diuraikan tadi pemakalah akan membuat pemaparan dalam suatu
makalah mengenai “Membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Bangsa” sebagai judul makalah
kali ini.

5
B. ibidPengertian Membangun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membangun berasal dari kata bangun yang
8
mendapat imbuhan dari kata mem-, yang berarti 1. bangkit; berdiri (dari duduk, tidur, dan
sebagainya), 2. jaga (dari tidur), 3. belum (tidak) tidur; jaga, 4. siuman dari pingsan; mendusin,
5. mulai sadar (insaf) akan nasibnya, 6. mulai memuai (tentang adonan), 7. mulai menjadi cair
(tentang minyak kelapa yang beku).
Menurut para ahli membangun tersirat dari kata pembangunan yaitu :
 Menurut Seers (seorang ekonom Inggris yang berspesialisasi dalam ekonomi
pembangunan), “Dapat dipastikan sebagai sebuah istilah teknis, yaitu seni dalam
membangkitkan masyarakat di berbagai negara berkembang dari kemiskinan, tingkat
melek huruf yang rendah, tingginya angka pengangguran, dan ketidakadilan dalam
bidang social.”
 Menurut Benny H. Hoed (seorang pakar linguistik Indonesia, guru besar emeritus
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia), “pembangunan dapat diartikan setiap
upaya sistematis yang dilaksanakan untuk melepaskan diri dari ketertinggalan, dan upaya
untuk meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.”
C. Pengertian HAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan, “HAM sebagai hak yang
dilindungi oleh PBB, yang termasuk di dalamnya adalah hak untuk merdeka, hak untuk memiliki
pendapat, termasuk juga hak untuk mengeluarkannya, serta hak untuk hidup. Pengertian ini
mengacu juga pada deklarasi Internasional yang dikeluarkan oleh PBB.”
Menurut UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah penghormatan
kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa Esa yang mengemban tugas
mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab
untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk menjamin
keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
Menurut Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998, hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang
sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk

8
Adzikra Ibrahim,”Pengertian Pembangunan Menurut Para Ahli”,(http://pengertiandefinisi.com/pengertian-
pembangunanmenurutparaahli/#:~:text=Menurut%20Mohamma%20Ali%2C%20pembangunan%20merupakan,%2 C
%20kesejahteraan%%20dan%20kualitas%20manusia., diakses pada 11 Oktober 2020, 21.30)

6
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak
boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh siapapun.
Menurut Piagam Hak Asasi Internasional Konsepsi HAM yang tercantum dalam
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) sebenarnya merupakan perkembangan dari
ajaran F.D. Roosevelt, yaitu The four Freedom yang terdiri atas: Kebebasan mengeluarkan
pendapat dan berkarya (Freedom of Speech), Kebebasan beragama (Fredoom of Religion),
Kebebasan dari rasa takut (Freedom from Fear), dan Kebebasan dari kemiskinan (Freedom from
Want).

Menurut para ahli yaitu :


 John Locke (seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari
pendekatan empirisme dan dikenal sebagai filsuf negara liberal), “Hak asasi adalah hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya,
sehingga sifatnya suci.”
 Austin Ranney (seorang ilmuwan politik Amerika dan pakar tentang partai-partai politik
di Amerika Serikat), “HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara
jelas dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
 Haar Tilar (seorang tokoh pendidikan Indonesia), “HAM adalah hak yang melekat pada
diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak itu maka setiap insan tersebut
tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
 Prof. Koentjoro Poerbopranoto (seorang Dekan Fakultas Hukum Universitas Surabaya
pada tahun 1977-1978 dan Rektor Universitas Surabaya pada tanggal 1 Juli 1976), “Hak
asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap
manusia dengan berdasarkan kodratnya yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM
bersifat suci.”
 Muladi (Gubernur Lemhannas terlama, dan mantan Menteri Kehakiman merangkap
Menteri Sekretaris Negara pada masa Kabinet Reformasi Pembangunan. Sebelum
menjabat menteri, dan seorang Rektor Universitas Diponegoro)., “Hak asasi manusia
adalah segala hak pokok atau mendasar yang melekat pada diri setiap manusia dalam
kehidupannya.”
 Oemar Seno Adji (mantan Ketua Mahkamah Agung RI periode 1974-1982), “Yang
dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia
sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh
siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.”
 Abdullohi Ahmed An-Naem intelektual muslim kontemporer asal sudan,”hak-hak yang
harus dinikmati oleh setiap orang berdasarkan kenyataan bahwa iya adalah seorang
manusia.”9
D.Pengertian Demokrasi

9
Komaruddin Hidayat dan Anas Urbaningrum, “Islam dan Hak Asasi Manusia”, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama , 2011), hal.38.

7
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat
gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung
makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.10
Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",11 yang
terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini
merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.12 Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas
dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik.
Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan
demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara
demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan
20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa
Prancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama. Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang
dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke IV SM sampai dengan abad ke VI SM.
Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy),
artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh rakyat atau warga negara.13
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya
dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini14 sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan
monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda
dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk
mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.15
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan
cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah
demokrasi
10
Gunawan Sumodiningrat & Ary Ginanjar Agustian, Mencintai Bangsa dan Negara Pegangan dalam Hidup
Berbangsa dan Bernegara di Indonesia, (Bogor: PT. Sarana Komunikasi Utama, 2008), hlm. 44.
11
δημοκρατία in Henry George Liddell, Robert Scott, "A Greek-English Lexicon", at Perseus
12
Wilson, N. G. (2006). Encyclopedia of ancient Greece. New York: Routledge. p. 511. ISBN 0-415-97334-1.
13
Nur Sayid Santoso Kristeva, Manifesto Wacana Kiri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 74.
14
Barker, Ernest (1906). “The Political Thought of Plato and Aristotle”. Chapter VII, Section 2: G. P. Putnam's Sons.
15
Jarvie, 2006, pp. 218–9

8
langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan
keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak
langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan
muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era
Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Prancis.16
Menurut KBBI, 1. (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat, 2. gagasan atau pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara.
Pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan memberikan
kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan. Dimana keputusan itu
akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat. Arti lainnya adalah rakyat bertindak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi.
Sistem pemerintahan ini, mengizinkan seluruh warga negara untuk berpartisipasi aktif.
Peran serta itu bisa diwakilkan atau secara langsung dalam perumusan, pengembangan, dan
penetapan undang-undang.
Setiap ahli memiliki penafsiran tersendiri terhadap demokrasi. Meskipun bermuara pada
tujuan yang sama yaitu :17
 Abraham Lincoln berpendapat kalau demokrasi merupakan sistem pemerintahan,
yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
 Charles Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik, yang membatasi
kekuasaan pemerintah dengan hukum. Demi melindungi hak selruuh warga
negara.
 Nurcholish Majid, seperti yang dikutip Nasaruddin mengatakan, bahwa suatu
negara disebut demokratis sejauhmana negara tersebut menjamin hak asasi
manusia (HAM), antara lain: kebebasan menyatakan pendapat, hak berserikat dan
berkumpul. Karena demokrasi menolak dektatorianisme, feodalisme dan
otoritarianisme.
 Yusuf Al-Qhardawi ,”Demokrasi yaitu warga masyarakat bisa menunjuk
seseorang buat mengurus atau mengatur segala urusan mereka melalui suatu
wadah.”
 Abdul Ghani Ar Rahhal,”Demokrasi yaitu suatu bentuk kekuasaan rakyat oleh
rakyat, artinya rakyat merupakan sumber kekuasaan.”
 Sumarno AP dan Yeni R. Lukiswara,” demokrasi artinya sebagai pemerintahan
oleh rakyat. Dalam Declaration of Independent, demokrasi berarti of the people,
for the people, and by the people.”
Ciri-ciri pemerintahan yang demokratis yaitu:

16
"Democracy". Encyclopædia Britannica.
17
Adhitya Rangga, “pengertian demokrasi menurut para ahli” dari web cerdika.com
(https://cerdika.com/pengertian- demokrasi-menurut-para-ahli/, Diakses pada 14 Oktober 2020, 17:35).

9
 Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat
 Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaaan misalnya: pembagian kekuasaaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Adanya tanggung jawab pelaksana kegiatan atau
pemerintahan.18
Dalam negara demokrasi, hubungan antara penguasa dan rakyat bukanlah hubungan
kekuasaan melainkan berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).
E. Pengertian Agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatana kehidupan.19 Banyak agama memiliki mitologi, simbol,
dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup yang menjelaskan asal-usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang
memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa
perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "Agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti "tradisi".21 Kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan.
Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi,
dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya,
definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan, serta
mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.
Menurut Para Ahli :
 Anthoni F. C. Wallace

18
Aim Abdullah, “Pendidikan Kewarganegaraan”,(T.Tt : Grafindo, T .Th), hal. 109
19
Sementara agama susah untuk didefinisikan, sebuah model standar dari agama, digunakan dalam
perkuliahan religious studies, diajukan oleh Clifford Geertz, yang dengan sederhana menyebutnya sebagai sebuah
"sistem kultural" (Clifford Geertz, Religion as a Cultural System, 1973). Sebuah kritikan untuk model Geertz
oleh Talal Asad mengategorikan agama sebagai "sebuah kategori antropologikal." (Talal Asad, The Construction of
Religion as an Anthropological Category, 1982.)
20
The Everything World's Religions Book: Explore the Beliefs, Traditions and Cultures of Ancient and Modern
Religions, page 1 Kenneth Shouler - 2010
21
Menurut kamus Sanskerta-Inggris Monier-Williams (cetakan pertama tahun 1899) pada entri āgama: ...a
traditional doctrine or precept, collection of such doctrines, sacred work [...]; anything handed down and fixed by
tradition (as the reading of a text or a record, title deed, &c.)

10
“Pengertian agama adalah seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui adanya mitos
dan menggerakkan kekuatan supranatural agar terjadi perubahaan keadaan pada manusia dan
alam semesta.”
 Émile Durkheim
“Arti agama adalah suatu sistem yang terdiri dari kepercayaan serta praktik yang berhubungan
dengan hal suci dan menyatukan para penganutnya dalam suatu komunitas moral (umat).”
 Nicolaus Driyarkara SJ
“Pengertian agama adalah suatu kenyakinan karena adanya kekuatan supranatural yang mengatur
serta menciptakan alam dan seisinya.”
 Jappy Pellokila
“Pengertian agama adalah suatu keyakinan yang percaya dengan adanya tuhan yang maha esa
serta mempercayai hukum-hukumnya.”
 Damianus Hendropuspito
“Pengertian agama adalah suatu sistem nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan
alam semesta yang memiliki keterkaitan dengan keyakinan.”
 Max Müller,
“akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk
yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal
ilahi, kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan ").22
Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India,
sebagai bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa
yang disebut agama kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum.”23
F. Pengertian Negara
Menurut KBBI adalah 1. Organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. 2. kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya
Menurut Para Ahli :24
 Roger F. Soltau, “Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.”

22
Max Müller, Natural Religion, p.33, 1889
23
Max Müller. Introduction to the science of religion. p. 28.
24
Situs web belajar online,”Arti definisi pengertian negara dan fungsi negara”,
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-definisi-pengertian-negara-dan-fungsi-negara-pendidikan-kewarganegaraan-
pkn.html#.X4cVAqj7TIV, diakses pada 11 Oktober 2020, 20.15)

11
 Georg Jellinek, “Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang
telah berdiam di suatu wilayah tertentu.”
 Prof. R. Djokosoetono, “Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia
yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.”
Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang
melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu.25
Negara merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku
bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen. Syarat primer sebuah
negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, 26 dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.
Negara juga merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai
tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut.
Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-
sama.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui
oleh dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang
luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa.
Jadi pengertian secara keseluruhan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Negara ialah membangkitkan atau mewujudkan hak
hak manusia sebagai ciptaaan tuhan dengan dasar demokrasi yaitu melalui tinjauan dasar dari
masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang kaya akan perbedaan
pendapat berdasarkan budaya dan keyakinan yang dianut sebagai tiang dasar dan kokohnya suatu
bangsa agar terjalin hubungan yang harmonis dan rukun diantara perbedaan tersebut sebagai
faktor untuk memajukan suatu bangsa agar tak tertinggal dengan arus perkembangan zaman.
G. Membangun Hak Asasi Manusia, Demokrasi, Agama, dan Negara
1. Membangun Hak Asasi Manusia dalam beragama
Membangun HAM dalam beragama maksudya adalah memberikan kebebasan hak
kepada manusia atau dalam konteksnya masyarakat untuk melaksanakan peribadatan dan ritual
keagamaan berdasarkan agama atau kepercayaan yang dianut.
Kebebasan beragama atau keyakinan (freedom of religion or belief ) merupakan salah
satu bagian yang penting dari Hak Asasi Manusia (HAM). Meski hampir tidak ada lagi
perdebatan substantif tentang esensialnya subjek ini. Akan tetapi kebebasan beragama dan
keyakinan masih menghadapi masalah dan kendala tertentu di berbagai belahan dunia, termasuk
Indonesia. Karena
25
^ Sabon, Max Boli (2019). Ilmu Negara: Bahan Pendidikan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Unika Atma Jaya
Jakarta. hlm. 28. ISBN 978-602-5526-82-4. G.S. Dipolono di dalam Ilmu Negara (1975) menulis sebagai berikut:
"Pada hemat kita negara suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat, yang dengan tata pemerintahan melaksanakan
tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu. Bagaimana bentuk dan coraknya, negara selalu merupakan
organisasi kekuasaan. Organisasi kekuasaan ini selalu mempunyai tata pemerintahan. Dan tata pemerintahan ini
selalu melaksanakan tata tertib atas suatu umat di daerah tertentu".
26
Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses tanggal 2008-11-12.

12
itu kebebasan dalam bergama atau berkeyakinan masih perlu perjuangan secara terus menerus
pada berbagai level kehidupan.27
Salah satu hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun adalah
hak beragama, bahkan setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut
kepercayaannya. Negara menjamin kemerdekaan memeluk agama, sedangkan pemerintah
berkewajiban melindungi penduduk dalam melaksanakan ajaran agama dan ibadat, sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai
agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum. Tugas pemerintah harus
memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran
agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar dan tertib baik intern maupun antar umat
beragama.28
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya toleransi
antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada toleransi antar umat
beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah
Tuhan, diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak
dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya,
misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan
dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan
toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat.29
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama
tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti
ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi,
toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-
agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-
masing.
Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran diajukan orang untuk
mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama. Pertama, sinkretisme, yaitu
pendapat yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama. Kedua, reconception,
27
M Nurul Ikhsan Saleh dikutip dari http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:fhLIEkXpWoJ:blog.beswandjarum.com/nurulikhsan/2011/
1/07/kebebasanberagamdanberkeyakinan/+kebebasan+beragama+atau+berkeyakinan&cd=7&hl=en&ct=clnk&clie-a
28
A. Hamdan,Kerukunan Umat Beragama, www.win2pdf.com
29
Ust. Syamsul Arifin Nababan,Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Perspektif al-Qur’an dan al- sunnah,
http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204051

13
yaitu menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam konfrontasi dengan agama-
agama lain. Ketiga, sintesis, yaitu menciptakan suatu agama baru yang elemen-elemennya
diambilkan dari pelbagai agama, supaya dengan demikian tiaptiap pemeluk agama merasa
bahwa sebagian dari ajaran agamanya telah terambil dalam agama sintesis
(campuran) itu. Keempat, penggantian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri itulah yang
benar, sedang agama-agama lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-orang yang
lain agama masuk dalam agamanya. Kelima, agree in disagreement (setuju dalam
perbedaan), yaitu percaya bahwa agama yang dipeluk itulah agama yang paling baik, dan
mempersilahkan orang lain untuk mempercayai bahwa agama yang dipeluknya adalah
agama yang paling baik. Diyakini bahwa antara satu agama dan agama lainnya, selain
terdapat perbedaan, juga terdapat persamaan.30
Mukti Ali sendiri setuju dengan jalan “agree in disagreement”. Ia mengakui
jalan inilah yang penting ditempuh untuk menimbulkan kerukunan hidup beragama.
Orang yang beragama harus percaya bahwa agama yang ia peluk itulah agama yang
paling baik dan paling benar, dan orang lain juga dipersilahkan, bahkan dihargai,
untuk percaya dan yakin bahwa agama yang dipeluknya adalah agama yang paling
baik dan paling benar.31
Secara terperinci jaminan kebebasan beragama dan/atau berkeyakinan dapat
kita simak pada sejumlah kebijakan sebagaimana tersebut di bawah ini:32
1. UUD 1945 Pasal 28 E, ayat (1): Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya. Ayat (2): Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
2. UUD 1945 Pasal 29, ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
3. UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Sipil Politik Pasal 18 ayat (1): Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir,
berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut atau
menerima suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan
kebebasan, baik secara individu maupun bersama-sama dengan orang lain, dan
baik di tempat umum atau tertutup untuk menjalankan agama atau kepercayaan
dalam kegiatan ibadah, ketaatan, pengamalan dan pengajaran. Pasal 18 ayat (2)
Tidak seorang pun boleh dipaksa sehingga
30
Mukti Ali, “Dialog between Muslims and Christians in Indonesia and its Problems” dalam Al-Jami’ah, No. 4 Th.
XI Djuli 1970, hlm. 55.
31
A. Mukti Ali, “Ilmu Perbandingan Agama, Dialog, Dakwah dan Misi”, dalam Burhanuddin Daja dan Herman
Leonard Beck (red.), Ilmu Perbandingan agama di Indonesia dan Belanda, (Jakarta : INIS, 1992), hlm. 227-229.
32
Chandra Setiawan dan Asep Mulyana (ed), Kebebasan Beragama atau Berkepercayaan di Indonesia, (Jakarta;
Komnas HAM, 2006) hal 4-5.

14
mengganggu kebebasannya untuk menganut atau menerima suatu agama atau
kepercayaannya sesuai dengan pilihannya.
4. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Pasal 22 ayat (1): Setiap orang bebas
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Pasal 22 ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan setiap
orang memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
5. UU No. 1/PNPS/1965, jo. UU No. 5/1969 tentang Pencegahan Penyalah gunaan
dan atau Penodaan Agama, pada penjelasan Pasal 1 berbunyi: “Agama-agama
yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha dan Khonghucu (Confucius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah
perkembangan agama di Indonesia. Karena enam macam Agama ini adalah agama-
agama yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia.
6. Maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 UUD
juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh
pasal ini”. Namun perlu dicatat bahwa penyebutan keenam agama tersebut tidaklah
bersifat pembatasan yang membawa implikasi pembedaan status hukum tentang agama
yang diakui melainkan bersifat konstatasi tentang agama-agama yang banyak dianut di
Indonesia. Hal ini diperjelas oleh penjelasan UU itu sendiri yang menyatakan bahwa, “Ini
tidak berarti bahwa agama-agama lain seperti Yahudi, Zarasustrian, Shinto, Taoism di
larang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan pasal 29
ayat (2) dan mereka dibiarkan adanya”.
Beberapa landasan hukum di atas inilah yang menjadi landasan hukum dalam
kebebasan beragama, dengan artikata kebebasan beragama itu tidak akan berjalan
dengan baik tanpa adanya rasa menjunjung tinggi HAM didalam kehidupan beragama dengan
adanya bantuan dari pihak yang ada khususnya pemerintah sendiri melalui kebijakannya dan
masyarakat untuk selalu menjujung tinggi toleransi dalam beragama. Hal ini perlu dilaksanakan
mengingat negara kita multi agama, sehingga jika toleransi beragama tidak ada maka otomatis
terjadi pelanggaran terhadap HAM seseorang.
2. Membangun Hak Asasi Manusia dalam Bernegara
Pada awalnya di masa pemerintahan Soeharto, berupa rezim demokratis baru yang
menggantikan presiden Soekarno didesak oleh kekuatan pro demokrasi dalam negeri dan dunia
internasional untuk melakukan penyelidikan dan mengharapkan agar pelakunya diproses secara
hukum, sementara korban diberikan ganti rugi dan rehabilitasi.
Kemudian di tahun 1949 sampai 2001, Komisi Hukum Internasional (Internasional Law
Commision-ILC), menegaskan bahwa satu prinsip bahwa setiap tindakan salah yang dilakukan
oleh intuisi negara, termasuk didalamnya institusi-institusi negara, menimbulkan tanggung jawab
negara sekedar untuk memulihkannya. Akibat adanya pelanggaran negara terhadap kewajiban

1
internasional untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, merupakan prinsip
fundamental dalam hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan persamaan
hak antar negara, bai katas perjanjian internasional ataupun hukum kebiasaan internasional.33
C. Dee Rover mengungkapkan bahwa tanggung jawab negara melekat pada suatu negara
mempunyai kewajiban untuk memberikan ganti rugi manakala negara tersebut menimbulkan
atau menyebabkan kerugian pada negara lain. Hal itu dinyatakan oleh Mahkamah Internasional
Permanen (Permanent Court of Internasional Justice/PCII) dalam putusannya bahwa :
Sifat melekatnya kewajiban negara untuk bertanggung jawab, menimbulkan kerugian
untuk membayar ganti rugi, misalnya diatur dalam pasal 2 ayat (3) perjanjian internasional
tentang hak sipil dan hak politik. Pasal tersebut mengatur bahwa korban pelanggaran HAM harus
mendapatkan pemulihan efektif, meskipun pelanggaran tersebut dilakukan oleh pejabat resmi
negara. Ini mewajibkan negara untuk mengizinkan aksi sipil dalm bentuk mengganti kerugian
terhadap pelanggaran yang dilakukannya, yang tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan, sebab
diyakini tidak ada vonis pengadilan yang dapat menghukum secara efektif kejahatan seperti itu.
Pengadilan Nuremberg menegaskan pentingnya kewajiban negara untuk melakukan
pengusutan (to investigate), penghukuman (to investigate), penghukuman (to posecute) terhadap
pelaku kejahatan serius, seperti genosida dan kejahatan kemanusiaan serta kejahatan
perang.kewajiban negara untuk bertanggung jawab atas adanya pelanggran HAM yang bersifat
imperatif dan harus dilaksanakan, sebab jika tidak negara bersangkutan dikatagorikan sebagai
negara pelanggar hukum internasional dan anti terhadap perlindungan kemanusiaan.
Pengertian tanggung jawab negara atas pelanggaran HAM adalah melakukan pengusutan,
pengadilan, dan penghukuman, termasuk mengungkapkan kebenaran demi keadilan bagi para
korban atau keluarganya, dan bukan pemberian ampuan atau pemaafan (amnesti), karena amnesti
tidak diberikan kepada negara dengan negara, akan tetapi kepada individu yang melawan negara,
dan bukan juga kejahatan individu terhadap individu. Tanggung jawab negara langsung
mengarah pada penyelesaian pelanggaran HAM adalah dikeluarkannya UU No. 39 Tahun 1999
yang memperkuat kelembagaan dan kewajiban Komnas HAM, serta UU No. 26 Tahun 2000
yang menjadi dasar dilakukannya proses hukum terhadap pelanggaran HAM melalui pengadilan
HAM, serta melalui KKR dengan UU No. 27 Tahun 2004.34
Tujuan yang ingin dicapai atas penegakan HAM dalam bernegara yang menjujung ringgi
sistem hukum adalah untuk memperkuat kepastian hukun, menciptakan keadilan dan kejujuran,
mengefektifkan fungsi kesamaan derajat, mencegah penyalahgunaan kekuasaan, dan
memperkokoh peraturan hukum. Karena asas ini sangat efektif untuk melindungi rakyat dari
perlakuan sewenang-wenang kekuasaaan tetapi dirasa kurang efektif bagi penegak hukum dalam
merespon pesatnya kejahatan atas kekuasaan, bahkan kurang dari melindungi kepentingan-

33
M. Ghufran, “HAM Kejahatan Manusia dan Perang”, (Surabaya: Graha Ilmu,2013), Cetakan Pertama, hal 224.
34
Suparman Marzuki, “Pengadilan HAM di Indonesia”, (Surabaya: Erlangga, 2017 ), hal. 46

2
kepentingan kelompok tertentu karena memungkinkan dibebaskannya pelaku kejahatan sejatinya
merupakan tindakan penguasa.
3. Membangun Hak Asasi Manusia dalam Demokrasi
Hubungan HAM dengan demokrasi memiliki hubungan yang bersifat erat. HAM tidak
mungkin eksis di negara yang berdifat otoriter namun sebaliknya negara demokratis pastilah
menjamin eksistensi HAM. Suatu negara belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak
menghormati dan melindungi hak asasi manusia. Makna tersimpan dalam demokrasi adalah
kedaulatan rakyat yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu
negara. Hak asasi manusia dengan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan
konsep negara hukum.35
Negara hukum berprinsip kepada kesamaan martabat, hukum tertinggi, dan adanya
jaminan hak asasi manusia. Melalui cara yang demoratis konstitusional yaitu hukum yang dibuat
oleh negara isinya mencerminkan tentang kemauan bersama. Jadi jika ingin meningkatkan hak
asasi manusia, maka tegakkanlah demokrasi dengan baik, serta menghormati hukum yang
berlaku.
Hubungan Demokrasi dan HAM
Demokrasi dan HAM dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Didalam
Negara yang menganut asas Demokrasi kedudukan rakyat sangat penting, sebab
didalam negara tersebut rakyatlah yang memegang kedaulatan kepentingan dan hak
asasi rakyat diakui dan dilindungi oleh negara, yaitu dengan kata lain negara
melindungi Hak asasi manusia yang diatur dalam konstitusinya, atau kedaulatan
adalah kekuasaan yang penuh dan langgeng ada pada masyarakat. Di dalam negara
Demokrasi suatu negara dianggap milik masyarakat karena secara formal negara itu
didirikan dengan perjanjian masyarakat (dalam Moh. Mahfut MD. 1993:17).

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian, bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupan,
termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara oleh karena kebijaksanaan tersebut menentukan
kehidupan rakyat. Jadi negara Demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi ia berarti suatu
pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Sistem demokrasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini pada hakekatnya berasal
dari filosofis bahwa manusia adalah mahluk yang bebas karena manusia mempunyai hak dan
kemampuan untuk mengatur dan menentukan hidupnya sendiri. Dengan demikian hubungnnya
dengan bernegara, demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat untuk menentukan
adanya jaminan terhadap penyelenggaraan negara, serta jaminan dan perlindungan terhadap
HAM.
Dalam tahap perkembanganya, demokrasi mengalami berbagai penyesuaian terhadap
situasi dan keadaan. Demokrasi dalam pengertian Yunani dan Athena Kuno berbeda dengan
35
Tim Penyusun Kadeham, “Pendidikan Kadeham”. Universitas Trisakti, Cetakan Pertama, 2003.

3
pengertian demokrasi moderen walaupun mungkin pada prinsip dasarnya tetap sama. Hakekat
demokrasi adalah bahwa kekuasaan ada ditangan rakyat atau dengan kata lain negara
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Selanjutnya harus dipahami bahwa
demokrasi sebagai sistem politik bernegara berkaitan dengan standar tertentu, yaitu standar
demokrasi. Di negara-negara maju standar demokrasi cukup tinggi, disini demokrasi tidak hanya
menunjuk pada mekanisme politik bernegara, melainkan juga cara hidup (way of life).
Sebaliknya pada negara-negara dimana demokrasi belum diterapkan secara mantap
standar demokrasi lebih rendah ukurannya, yang ditonjolkan dalam hal ini adalah mekanismenya
dan bukan pencapaiannya. Pada situasi demikian demokrasi sematamata dipandang sebagai
pengaturan politik bernegara dan tidak memasukkan unsurunsur pesamaan didalam masyarakat.
Namun demikian, perumusan konsep hak asasi manusia dalam setiap konstitusi dari masing-
masing negara yang demokrasi mau tidak mau dipengaruhi oleh pandangan hidup, pengalaman
dan kepentingan masyarakat dari masing-masing negara di dunia. Yang itu berarti pelaksanaan
atau perwujudan hak asasi manusia di tiap-tiap negara sangat dipengaruhi oleh sejarah
perkembangan masyarakat dari masing-masing negara tersebut.
Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri (1987:2), tidak ada satupun negara yang
demokrasi didunia ini yang tidak memiliki konstitusi, karena negara dan konstitusi
merupakan dua institusi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Negara
merupakan organisasi kekuasaan, sedangkan kekuasaan itu mempunyai
kecenderungan untuk disalah gunakan. Supaya hal tersebut tidak terjadi harus
diupayakan untuk mencegah penyalah-gunaan kekuasaan dengan mempersiapkan
konstitusinya atau undang-undang dasarnya, yang menurut A. Hamid Attamimi (1990:215)
mengatakan, konstitusi atau undang-undang dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Selanjutnya apabila kita pelajari semua konstitusi yang berlaku disetiap negara,
didalamnya secara umum selalu terdapat tiga kelompok materi muatan yaitu:
a. Pengaturan tentang jaminan dan perlindungan terhadap HAM
b. Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
c. Pengaturan tentang pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang
juga bersifat mendasar.
Demikian juga halnya di Indonesia pasang surut perkembangan demokrasi dan HAM
dapat ditelusuri pengaturannya didalam konstitusinya pada perkembangan sejarah
kehidupan bermasyarakat dan bernegara sejak berdirinya republik ini yang dikuasai
oleh beberapa rezim. Mulai dari rezim orde lama, orde baru dan orde reformasi.
Kuatnya pengaruh perkembangan demokrasi dan HAM didunia Internasional
mendapat respon positip dari penyelenggara negara.
Sebelum UUD 1945 yang berlaku sekarang ini, di Indonesia juga pernah berlaku
Konstitusi RIS 1949 dan UUS 1950. Seperti kita ketahui UUD 1945 hanya memuat 5
pasal yang mengatur tentang HAM, yaitu pasal 27 sampai pasal 31, bila hal ini kita

4
bandingkan dengan kontitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 ternyata kedua konstitusi
yang disebut terakhir lebih maju dalam pengaturan HAM, karena kedua konstitusi itu
sudah mengaturnya secara rinci dalam banyak pasal. Konstitusi RIS 1949 mengatur
dalam 35 pasal, yaitu pasal 7 sampai dengan pasal 41, sedangkan UUDS 1950
mengatur dalam 37 pasal, yaitu pasal 7 sampai dengan pasal 43. Konstitusi RIS 1949
dan UUDS 1950 mengatur masalah HAM dengan pasal-pasal yang terperinci, jelas
dan tegas. Hal tersebut tidak terdapat dalam UUD 1945 yang jauh lebih sedikit
jumlah pasalnya, tidak terperinci dan hanya mengatur beberapa persoalan saja.
Setelah amandemen kedua UUD 1945 dan keluarnya Ketetapan MPR RI No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, perkembangan HAM di Indonesia semakin
pesat.
Dalam upaya pengembangan HAM di Indonesia, kita selalu berpegang pada prinsip sebagai
berikut:
 Ratifikasi berbagai instrumen PBB tentang HAM hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
 Hak Asasi Manusia dibatasi oleh hak dan kebebasan orang lain, moral, keamanan dan
ketertiban umum (TAP MPR No. XVII/MPR/1998).

Berdasarkan hal tersebut dan sesuai dengan kesepakatan Internasional, pelaksanaan


HAM adalah wewenang dan tanggung jawab setiap Pemerintah Negara dengan
memperhatikan sepenuhnya keaneka ragaman tata nilai, sejarah, kebudayaan, sistem
politik, tingkat pertumbuhan sosial dan ekonomi, serta faktor-faktor lain yang dimiliki bangsa
yang bersangkutan. Dengan demikian Harmonisasi peraturan perundangundangan nasional
Indonesia dibidang HAM, dilakukan antara lain :
d. Dengan merevisi perundang-undangan yang berlaku
e. Merancang Undang-Undang yang baru sesuai Isi Intrumen Internasional HAM yang
telah di Ratifikasi.

Dengan demikian upaya yang telah dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Melakukan perubahan kedua atas UUD 1945, berkenaan dengan HAM,
dengan menambahkan Bab X A dengan judul Hak Asasi Manusia. Bab ini terdiri
dari 10 pasal, yaitu pasal 28 A sampai pasal 28 J.
2. Menetapkan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,
yang antara lain memuat sebagai berikut:
 Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah
untuk menghormati, menegakkan dan meyebarluaskan pemahaman tentang hak asasi
manusia kepada seluruh warga masyarakat.
 Menugaskan kepada Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk
segera meratifikasi berbagai intrumen Internasional tentang hak asasi manusia sepanjang
tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

5
3. Mengundangkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang
merupakan tonggak sejarah penting atas pengakuan dan perlindungan HAM. Salah satu
pertimbangan dari pembentukan undang-undang ini adalah salah satu kesadaran bahwa
pelaksanaan, penghormatan, perlindungan dan penegakan HAM selama ini sangat lemah.
4. Mengundangkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. Pengadilan HAM adalah Pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat
yang meliputi kejahatan terhadap genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan kemanusian.
Prinsip- prinsip yang tertuang dalam undang-undang ini diantarang diadopsi dari The Convention
and punishment of the crime of genocide (1948).
H. Studi Kasus Berkaitan dengan Membangun HAM, Demokrasi Agama, dan
Negara.
1. Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT)
Memperhatikan fenomena kehidupan sekarang ini yang ada di tengah-tengah kita yaitu
perilaku yang menyimpang dari perilaku umum yang ada pada kehidupan masyarakat yang
sangat bdinamis ini.Perilaku Lesbian, Guy, Biseksual, dan Transgender (LGBT) muncul kembali
sesuai dengan arus globalisasi dengan mengatasnamakan hak asasi manusia.Banyak istilah-
istilah yang dipakai berkaitan dengan isu-isu gender ini,maka untuk menyamakan persepsi maka
akan diuraikan pengertian masing-masing.
Istilah yang berkaitan dengan LGBT adalah homoseksual,yaitu sesorang yang cenderung
mengutamakan orang yang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual disebut
homoseksual.Senada dengan pengertian tersebut Oetomo ,2001 mendefinisikan sebagai orientasi
atau pilihan atau pilihan seks yang diarahkan pada sesorang atau orang-orang dari jenis kelamin
sama.LGBT adalah penyimpangan sosial yang memiliki orientasi yang bersimpangan dengan
fitrah manusia,agama dan adat istiadat masyarakat Indonesia.Menurut Swan Keith W,LGBT
merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki kepuasan berhubungan seksual sesame
gender (gay,lesbian) ataupun biseksual.
Dapat disimpulkan homoseksual merupakan penyimpangan sosial yang memiliki
orientasi atau pilihan kepuasan berhubungan seksual dan cenderung mengutamakan orang yang
berjenis kelamin sama dengan bersimpangan dengan fitrah manusia,agama,dan adat istiadat
masyarakat Indonesia.
Homoseksual laki-laki disebut “gay”,sedangkan homoseksual perempuan disebut
“lesbian”.Biseksual adalah seseorang yang tertarik kepada dua jenis kelamin sekaligus,tertarik
kepada laki-laki dan juga perempuan.Sementara Transgender merupakan istilah berperilaku atau
penampilan tidak sesuai dengan jenis kelamin misalnya laki-laki bertingkah laku seperti
perempuan,berpakain seperti pakaian perempuan.Atau sebaliknya perempuan bertingkah laku
seperti laki-laki dan berpenampilan seperti laki-laki

6
Resolusi tentang pengakuan atas hak-hak LGBT adalah resolusi PBB yang pertama yang
secara spesifik mengangkat isu pelanggaran HAM berdasarkan orientasi seksual dan identitas
gender.Resolusi tentang pengakuan hak-hak LGBT inilah yang dijadikan sebagai landasan
tuntutan bagi kaum LGBT dalam menuntut hak-hak mereka dengan mengatasnamakan hak asasi
manusia.Namun demikian,di Indonesia tentunya berbicara mengenai penegakkan hak asasi
manusia,khususnya yang diperjuanhgkan oleh komunitas LGBT,penegakkannya harus
disesuaikan dengan aturan hokum dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan landasan
falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara.LGBT yang merupakan penyimpangan dari kodrat
dan fitrah manusia.Manusia sejatinya diciptakan dalam dua jenis untuk berpasangan yaitu pria
dan wanita.Konsepsi itu jelas dianut ileh UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.Perkawinan
menurut Pasal 1 undang-undang tersebut,hanya antara pria dan wanita.Dengan
begitu,perkawinan sejenis bertentangan dengan hukum Indonesia.Adapun dalam hadist Yng
merujuk pada Nabi Saw,antara lain dari Ibnu Abbas:
،‫ا ِء‬SS‫ ا ِل بِالنِّ َس‬SS‫بِّ ِهينَ ِمنَ ال ِّر َج‬SS‫لَّ َم ال ُمت ََش‬SS‫ ِه َو َس‬SSْ‫لَّى هللاُ َعلَي‬SS‫ص‬
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬SS‫ «لَ َعنَ َر ُس‬:‫ا َل‬SSَ‫ا ق‬SS‫ َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم‬SS‫ض‬ ٍ ‫ع َِن ا ْب ِن َعبَّا‬
ِ ‫س َر‬
‫ال‬
ِ ‫ِّج‬ ِّ
َ ‫ت ِمنَ الن َسا ِء بِالر‬ ِ ‫» َوال ُمتَ َشبِّهَا‬
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki”.Ibnu Hajar al-
Asqallani,Fathu al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari.36
Pada tahun 2016,kelompok LGBT telah secara sporadic menghadapi retorika penuh
kebencian dan serangan kekerasan selama tiga decade sebelum tahun ini,mereka masih mampu
mendapatkan pijakan dan semakin mendapat pengakuan dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk ini.Dan sekalipun tidak ada undang-udang nasional yang secara spesifik melindungi
mereka dari diskriminasi,pemerintah pusat tak pernah mengkriminalisasi mereka. Akan
tetapi,sejak tahun awal Januari 2016,serangkain pernyataan public anti-LGBT yang dilontarkan
pejabat pemerintah telah berkembang menjadi riam ancaman dan kebencian terhadap LGBT
Indonesia,baik yang dinyatakan oleh komisi Negara,kaum Islamis militant,dan organisasi
keagamaan arus utama.Derasnya arus intoleransi ini mengakibatkan pengusulan rancangan
undang-undang yang akan menjadi ancaman jangka panjang yang serius untuk hak-hak dan
keselamatan LGBT Indonesia.
Dalam komnas HAM,Natalius Pigai mengatakan negara mempunyai kewajiban
melindungi rakyat warga negara Indonesia apapun jenisnya,suku,agama,ras ,etnik,atau kaum
minoritas dan kelompok rentan(maksudnya rentan dari kekerasan).Negara mempunyai kewajiban
untuk memenuhi semua kebutuhan hak asasi semua warga negara Indonesia tanpa membedakan
suku,agama,termasuk kaum minoritas dan kelompok rentan termasuk LGBT.
Adapun perlindungan,yang harus dijamin dan diberikan dalam konteks LGBT ini dari
perspektif HAM adalah perlindungan hak asasi mereka berupa jaminan perawatan atau
pengobatan terhadap LGBT tersebut.Bukan HAM dalam pengakuan atau melegalkan terhadap
orientasi seksual mereka yang menyimpang.

36
Mesir,Maktabah,Masrh,2001M/1421 H),cetakan.I,Jus X,Hadist No.5885,hal. 470.

7
Kewajiban dasar yang dimiliki seseorang (termasuk kelompok LGBT) sebagai bentuk
penghormatan terhadap hak asasi orang lain yang dapat pula diartikan sebagai pembatasan
terhadap hak asasi seseorang harus ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagaimana diatur
pada Pasal 70 dan 73 UU.No 39 Tahun 1999.Dari ketentuan tersebut,pemerintah sangat berperan
menentukan regulasi dan aturan hukum untuk membatasi kebebasan HAM LGBT ,untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang
lain,kesusilaan,ketertiban umum,dan kepentingan bangsa.Dalam konteks LGBT ini pemerintah
dapat mengeluarkan Undang-undang atau peraturan pemerintah,tentang pelarangan terhadap
gerakan atau aktivitas penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kelompok atau komunitas
LGBT di Indonesia.
Perilaku LGBT yang dilakukan sejumlah orang mengundang kontroversi (pro dan
kontra) serta polemik pada kalangan masayarakat luas baik secara internasional maupun
nasional.Kalangan yang mendukung (pro) LGBT berdalih pada hak asasi
manusia(HAM),sedangkan kalangan yang tidak mendukung (kontra) berdalih pada aturan agama
dan moral.Pro-kontra ini,bisa jadi diakibatkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang
hal ini,padahal persoalan ini justru berkaitan dengan ketentraman masyarakat.
Adapun hadist Nabi Saw yang berkaitan dengan homoseksual,diantaranya adalah:
Pertama,hadist yang berasal dari Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa Rasul Saw bersabda
Bِ B‫ ا‬Bَ‫ ف‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ ل‬Bُ‫ ت‬B‫ ْق‬B‫ ا‬Bَ‫ ف‬B‫ط‬
Bِ‫ ه‬Bِ‫ ب‬B‫ َل‬B‫ و‬B‫ ُع‬B‫ ْف‬B‫ َم‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ َل‬B‫ع‬ Bٍ B‫ و‬Bُ‫ ل‬B‫م‬Bِ B‫و‬Bْ Bَ‫ ق‬B‫ َل‬B‫ َم‬B‫ َع‬B‫ ُل‬B‫ َم‬B‫ ْع‬Bَ‫ ي‬Bُ‫ه‬B‫ و‬B‫ ُم‬Bُ‫ ت‬B‫ ْد‬B‫ج‬Bَ B‫ َو‬B‫ن‬Bْ B‫ َم‬Bَ‫ ي‬B‫ض‬
Bِ B‫ر‬Bَ B‫ن‬Bْ B‫ َم‬B‫َو‬
“Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth,maka bunuhkah kedua
pelakunya,”. (H.R Abu Dawud)37
‫إن أخوف ما أخاف على أمتي عمل قوم لوط‬
“Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth.”(Sunan
at-Turmuzi).38
Hukum Islam meyebutkan homoseks antara sesame pria dengan istilah liwath ,sebagai
kata yang akar katanya sama dengan akar kata luth.Perbuatannya disebut dengan liwath karena
perbuatan tersebut pernah dilakukan oleh kaum yang durhaka kepada seruan Nabi Luth
as.Homoseks(liwath) dan yangbberkaitan dengannya merupakan perbuatan keji dan termasuk
dosa besar.Homoseks juga termasuk salah satu perbuatan yang merusak unsur etika,fitrah
manusia,agama,dunia bahkan merusak kesehatan jiwa.Allah SWT telah mengecam homoseks
dengan siksa yang maksimal.Allah SWT telah membalikkan bumi terhadap kaum Luth yang
telah keterlaluan melakukan homoseks.Dan Allah SWT telah menhujani batu yang menyala
kepada mereka sebagai balasan atas perbuatan mereka yang menjijikkan tersebut.(Sabiq,t.th. :
272).

37
(Abu Dawud , Jus. XIII,1416/1996: 131)
38
(Sunan at-Turmuzi , Jus. VI,t.th.:41)

8
Tuntutan LGBT terhadap pemenuhan hak asasi manusia,tentunya harus disesuaikan
dengan nilai-nilai dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia.Di sisi lain dengan pandangan
Charles W.Socarides MD bahwa gay bukan bawaan sejak lahir (genetik). Seseorang menjadi gay
karena wawasan dan pikiran secara sadar.Pengaruh fakta biologis tidak begitu dominan karena
nampaknya factor psikososial atau masa perkembangan yang dialami oleh seorang anak sejak
lahir akan berpengaruh lebuh besar terhadap keberadaan gay.
Perkembangan HAM secara kontemporer telah dibentuk oleh pemikiran Barat dan
dalam hal ini,banyak konsep yang sering digunakan dalam perdebatan politik seperti: demokrasi,
keadilan,kebebasan,kesetaraan dan martabat manusia.Dengan demikian sebagai upaya untuk
menghentikan penggunaan kata-kata tersebut agar tidak secara otomatis disosiasikan dengan
konsep HAM,maka tugas kita sebagai orang Indonesia yang memiliki tata nilai dan tata kelakuan
yang berbeda dengan bangsa Barat adalah melonggarkan konsep-konsep HAM dari belenggu
modernitas Barat dan merekontruksi konsep-konsep HAM berdasarkan pemikiran dan nilai-nilai
bangsa Indonesia.
2. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
A. Pengertian Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir (HT) adalah organisasi politik berideologi Islam berskala Internasional
yang didirikan oleh seorang Ulama besar yaitu Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani di Palestina
.Berdirinya HTI dilatar belakangi oleh sejarah panjang yang dialami Palestina, yaitu kerusakan
dalam hal pemerintahan dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di Palestina.HT bertujuan
melanjutkan kembali kehidupan Islam dan menyebar dakwah Islam ke penjuru
dunia,menyerukan Khilafah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang Khalifah.
Bentuk pemerintahan dalam kekhalifahan tidak memiliki batas-batas negara. Sistem
khalifah dapat mencegah hagemoni dan dominasi suatu negara terhadap negara lain baik dalam
bentuk koloniasme fisik maupun non-fisik.Berdirinya Hizbut Tahrir ,sebagaimana telah
disebutkan,adalah dalam rangka memenuhi seruan Allah dalam QS.Ali Imran, “Hendaklah ada
diantara kalian segolongan umat.”.Dalam ayat ini sesungguhnya Allah telah memerintahkan
umat Islam agar diantara mereka ada suatu jamaah (kelompok) yang terorganisasi..Kelompok ini
memiliki dua tugas :
 Mengajak pada al-Khayr ,yakni mengajak pada al-islam.
 Memerintahkan kebajikan (melaksanakan syariat) dan mencegah kemungkaran
(mencegah pelanggaran dalam syariat).

B. Penyebaran Dakwah Hizbut Tahrir di Indonesia

Penyebaran pemikiran dan gagasan HT kemudian menyebar hingga ke Indonesia pada


tahun 1983. Abdurrahman al-Baghdadi dan Abdullah bin Nuh menjadi cikal bakal berdirinya HT
di Indonesia yang kemudian disebut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).Awal mula masuknya HTI

9
adalah dengan mengajarkan pemahamannya kepada beberapa kampus di Indonesia hingga dapat
menghimbun anggota yang cukup banyak.Tujuan pertama untuk menyebarkan dakwah mengenai
Hizbut Tahrir adalah Bogor,tepatnya pondok pesantren Al-Ghazali ,lalu ke masjid Al-Ghifari di
Institut Pertanian Bogor kepada mahasiswa,yang kemudian diberi misi juga untuk
menyebarkannya di mahasiswa kampus lainnya.Kemudian lembaga dakwah kampus yang telah
dipaparkan ide-ide Hizbut Tahrir membentuk Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus
pada tahun 1986.
Ada beberapa tahapan dakwah HTI,pertama yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan
yang dilakukan untuk membentuk kader-kader yang percaya kepada pemikiran dan metode
HTI,kedua yaitu tahapan menjalin interaksi dengan umat agar ikut memikul kewajiban dakwah
Islam,menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya dan mewujudkannya dalam realitas
kehidupan.Ketiga,yaitu tahap penerimaan kekuasaan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh
dan menyiarkan risalah Islam ke dunia.
Dakwah HTI sejak it uterus berlanjut dengan menggunakan berbagai sarana,termasuk
media cetak seperti majalah,tabloid,bulletin,selebaran juga booklet yang terbit secara berkala
untuk melebarkan sayap dan menjaring banyak anggota hingga menyebar tidak saja ke kampus
tapi juga masyarakat.HTI menerima anggota dari kalangan pria maupun wanita yang beragama
Islam,menjalankan organisasinya dan mengemukakan pandangan-pandangan yang berbasis
ajaran Islam.Pembinaan anggota wanita HTI dipisahkan dari halaqoh para anggota pria,dengan
para wanita dipimpin oleh suaminya,atau dipimpin oleh sesama wanita lainnya.
Perkembangan dakwah HTI walaupun awalnya lambat,kemudian mulai tumbuh dan
berkembang dengan pasti.Pada awalnya HTI hanya berjumlah belasan kader di satu
kota,kemudian pada tahun 1990 sampai tahun 2000 HTI sudah berkembang ke seluruh wilayah
Indonesia,kemudian di pertengahan 10 tahun ketiga sudah menyebar di 33 Provinsi,lebih dari
300 kota dan kabupaten yang telah dakwahnya,bahkan sebagian hingga ke pelosok daerah.
HTI sejak awal dibentuk sebagai organisasi politik ,tetapi HTI tidak mendaftarkan diri
secara formal sebagai partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum.39 HTI lebih berfokus
pada pembentukan kader dan pembinaan umat.HTI aktif dalam pembentukan opini publik yang
kaitannya mengarah pada prespektif Islam.Dengan demikian,fokus dari gerakan politik HTI ini
bukan untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemilu,melainkan penumbuhan kesadaran umat
terhadap kehidupan Islami,karena menurut HTI pemilu dapat mendorong perpecahan suara
apabila banyak jumlah partai yang ikut berkonsentrasi pada pemilu.40
C. Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia

39
Afdlal,dkk.,”Islam dan Radikalisme di Indonesia”, hal. 266.

40
Afdlal,dkk.,Islam dan Radikalisme di Indonesia, hal. 274-275.

10
Beberapa aksi sempat dilakukan dalam sejarah berdirinya Hizbut Tahrir ,antara lain
Konferensi Khilafah Internasional pada 12 Agustus 2007 di Gelora Bung Karno Jakarta yang
dihadiri oleh lebih dari 100 ribu orang dianggap sebagai konferensi luar biasa karena jumlah
pesertanya dan juga mengusung tema yang cukup provokatif yaitu “Saatnya Khilafah Memimpin
Dunia”.Lalu ada aksi bela ulama pada 5 Februari 2007 bertema ‘Aksi Umat Peduli Jakarta’ yang
dihadiri sejumlah ribuan orang ,bertempat di Patung Kuda,Monas,Jakarta.Kemudian aksi long
mearch bertema ‘Khilafah Kewajiban Syar’I.41 Jalan Kebangkitan Umat di Surabaya pada April
2007 yang dibubarkan polisi karena tidak berizin.Lalu ada juga Mukhtammar Khilafah HTI pada
2 Juni 2013 di stadium utama Gelora Bung Karno Jakarta.HTI juga terdaftar di Kemenkumham
sebagai Badan Hukum Perkumpulan pada 2 Juli 2014 ,dimana proses pendaftaran dilakukan
melalui website Kemenkumham.
Namun disamping perkembangannya dalam sejarah berdirinya Hizbut Tahrir ,banyak
negara-negara di dunia juga menolak keberadaan Hizbut Tahrir dan mengeluarkan larangan serta
menganggapnya sebagai organisasi ilegal seperti Malaysia, Yordania, Suriah, Turki, Libya, Arab
Saudi, Bangladesh, Mesir, Kazakhstan, Pakistan, Rusia, dan banyak lagi negara – negara di
Eropa. Pandangan HTI mengenai penegakan ideologi Islam secara kesatuan lambat laun di
Indonesia diartikan sebagai pembentukan negara syariah dan tidak sesuai dengan Undang
Undang Dasar 1945 dan amanat dalam Pancasila oleh pemerintah.
Aksi – aksi HTI mengundang orang – orang yang kontra dan menganggap bahwa gagasan
mengenai khilafah bertentangan dengan Pancasila dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Berbagai demo menolak keberadaan HTI pada akhirnya bermunculan,
sehingga pada akhirnya dianggap sebagai organisasi anti Pancasila oleh pemerintah.
Sejarah berdirinya Hizbut Tahrir akhirnya mencapai masa ketika HTI resmi dibubarkan
pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perppu) no.2 tahun 2017
tentang Organisasi Kemasyarakatan, pada tanggal 19 Juli 2017.Pembubaran HTI dilandasi atas
ideology yang mereka bawa,pendirian negara syariah,dinilai tidak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD 1945.Organisasi radikal HTI dianggap mengancam eksistensi demokrasi
yang telah dinikmati bangsa Indonesia sejak runtuhnya orde baru. Adapun alasan umum HTI
dibubarkan mengingat HTI dianggap telah melakukan pelanggaran UU Ormas yaitu:
Pertama, HTI melanggar kewajiban dalam Pasal 21 huruf b yaitu ormas berkewajiban
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Aktivitas HTI yang di muka umum menyatakan mengusung ideologi khilafah yang berarti
meniadakan NKRI jelas merupakan pelanggaran atas kewajiban ini.
Kedua,HTI melanggar kewajiban dalam Pasal 21 huruf f yang menyebutkan ormas
berkewajiban berpartisipasi dalam pencapaian tujuan negara. Tentu saja partisipasi ini dapat
tercapai jika ormas percaya kepada sistem nation state yang dipilih oleh para pendiri NKRI sejak

41
Jones,Sydney.2015 .Sisi Gelap Demokrasi:Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia.Jakarta:Pusat Paramadina.

11
17 Agustus 1945. Tidak mungkin ormas yang tidak percaya dengan NKRI dan ingin
menggantinya dengan sistem yang lain kemudian dapat menjalankan kewajiban berpartisipasi
untuk mencapai tujuan NKRI.
Ketiga, HTI melanggar larangan dalam Pasal 59 ayat (2) huruf c yang mengatur ormas
dilarang melakukan kegiatan separatis yang mengancam kedaulatan NKRI. Pengertian separatis
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah "orang (golongan) yang menghendaki
pemisahan diri dari suatu persatuan/golongan (bangsa) untuk mendapat dukungan". Pengertian
separatis tidak harus selalu diartikan mengangkat senjata untuk memisahkan diri membentuk
negara baru. Bentuk kampanye di muka umum untuk mengajak orang (masyarakat) mengganti
sistem negara (NKRI) dan menggantinya dengan sistem lain yaitu khilafah pada dasarnya telah
masuk kategori separatis yang mengancam kedaulatan NKRI.
Dengan demikian sejarah berdirinya Hizbut Tahrir akhirnya mencapai masa ketika HTI
resmi dibubarkan pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
no.2 tahun 2017 tentang organisasi Kemasyarakatan ,pada tanggal 17 Juli 2017.
3. Partai Komunis Indonsia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah partai politik di Indonesia yang telah
bubar.PKI adalah partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan
Tiongkok.
Seperti pada faktanya itu, perisitiwa G-30 S/PKI bercerita tentang pembantaian secara
besar-besaran dan yang menjadi korban pembantaiannya merupakan anggota PKI serta orang-
orang yang dituduh komunis. Dan sekitar 7 orang tokoh penting serta ribuan masyarakat dari
daerah lain.Dengan kata lain,manusia sebenarnya tidak pantas untuk dibantai secara kekerasan
,sebab setiap manusia memiliki HAM. HAM itu sendiri adalah sebuah prinsip atau norma yang
menunjukkan sebuah standar tertentu berdasarkan tingkah laku manusia dan sangat dihargain
sebab dilindungi dan dalam undang-undang.
Di masa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh kesempatan yang besar untuk meraih
cita- citanya. PKI bercita-cita merubah NKRI berdasarkan Pancasila dengan negara yang
berideologi komunis. D.N Aidit sebagi pimpinan PKI mendukung konsep demokrasi terpimpin
yang berporoskan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom). PKI melakukan berbagai
kegiatan untuk memperoleh simpati dan dukungan luas dari rakyat. Operasi itu dilakukan oleh
Komandan Batalyon 1 Cakrabirawa, satu Batalyon dari divisi Diponegoro, satu Batalyon Divisi
Brawijaya, serta orang-orang sipil dan rakyat. Para perwira tinggi yang diculik dan dibunuh
adalah Letnan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor Jendral M.T. Haryono,
Mayor Jendral S. Parman, Brigadir Jendral D.I Panjaitan, Brigadir Jendral Sutoyo Siswomiharjo.
Jendral Nasution yang menjadi sasaran utama penculikan berhasil meloloskan diri tetapi
menewaskan Letnan Satu Piere A. Tandean serta Brigadir Karel Setsuit Tubun.
PKI telah menguasai studio RRI pusat dan Gedung telekomunikasi. Melalui RRI pada
tanggal 1 Oktober 1965, Letkol Untung menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September

12
yang ditujukan kepada jendral-jendral anggota Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta
(perebutan kekuasaan). Presiden Soekarno segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat
Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan, serta memeliraha kesatuan dan
persatuan bangsa.
Sementara itu, di Yogyakarta pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Mayor Mulyono
menculik Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono. Kedua perwira ini dibunuh di asrama Batalyon
L, di Desa Keuntungan. Kemudian pada masa selanjutnya terjadi operasi penumpasan Gerakan
30 September 1965 PKI yang dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jendrala
Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat mengambil alih
Komando Angkatan Darat, karena Letjen Ahmad Yani belum diketahui nasibnya. Atas petunjuk
Sukitman (seorang polisi) diketahui sebagi pewira-perwira Angkatan Darat yang diculik dan
dibunuh telah dikuburkan atau ditanam di Lubang Buaya. Pada tanggal 3 Oktober 1965
ditemukan tempat kuburan para jendral itu.
Untuk menumpas habis sisa-sisa anggota Gerakan 30 September 1965 PKI dilakukan
operasi-operasi penumpasan, diantaranya yaitu Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan oleh
RP-KAD dipimpin oleh Kolonel Surwo Edhi Wibowo, Operasi Trisula di Blitar dilakukan
Kodam VIII/ Brawijaya yang dipimpin oleh Mayor Jendral M. Yasin dan Kolonel Witarmin,
serta Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan adanya operasi para
pemimpin tokoh PKI bisa ditangkap dan ditembak mati. Dalam rangka menyelesaikan Gerakan
30 September 1965 PKI, pada tanggal 06 Oktober 1965 Presiden Soekarno mengadakan sidang
Paripurna Kabinet Dwikora.42
Pada masa pemerintahan Orde Baru,PKI dibubarkan dengan dikeluarkannnya Keputusan
Presiden Nomor 1/3/1966 .Langkah ini merupakan kebijakan pertama Soeharto setelah
menerima Surat Perintah 11 Maret sebagai upaya mengembalikan stabilitas negara.Pada tanggal
12 Maret 1966,dengan mengatasnamakan Presiden Soekarno melalui Surat Perintah 11 Maret
1966,Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 perihal pembubaran Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pembubaran PKI ini termasuk bagian-bagian organisasinya dari
tingkat pusat sampai ke daerah beserta semua organisasi yang satu asas atau berlindung
dibawahnya serta pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Isi dari keputusan Presiden tersebut adalah sebagai berikut :
 Pertama ,membubarkan Partai Komunis Indonesia termasuk bagian-bagian organisasinya
dari tingkat pusat ke daerah beserta semua organisasi yang seas as,berlindung,dan
bernaung dibawahnya.
 Kedua, Soeharto menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah
kekuasaan negara Republik Indonesia.

42
Rosyihan Anwar,”Soekarno, Tentara dan PKI”,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hal. 103-104.

13
Dan pada akhirnya PKI dibubarkan pada tahun 1965 dan dinyatakan sebagai partai terlarang pada
tahun berkutnya.
4. Aliran Ahmadiyah
Aliran Ahmadiyah ini adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza
Ghulam Ahmad pada tahun 1889 di sebuah kota kecil yang bernama Qadien di negara bagian
Punjab India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai mujaddid, Al- Masih dan al- Mahdi. Para
pengikut Ahmadiyah disebut sebagai Al Mahdi yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama ialah "ahmadiyah muslim jamaat" pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk
organisasi bernama jemaat ahmadiyah Indonesia yang telah terbadan hukum sejak 1953.
Kelompok kedua ialah Ahmadiyah anjuman isha’at e-islam Lahore (Ahmadiyah Lahore)
di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama gerakan Ahmadiyah
Indonesia dari segi eksistensi Ahmadiyah adalah sebuah gerakan kebangkitan Islam dan mazhab
atau aliran baru dalam Islam, baru lahir dari 1 abad yang lalu, yang tidak lepas dari kontroversi.
Hal ini yang membedakan antara Islam dengan Ahmadiyah.
Aliran Ahmadiyah ini melanggar hak asasi manusia karena aliran Ahmadiyah ini
dianggap aliran sesat dan aliran Ahmadiyah ini menyalahi dari aturan Pancasila dalam sila
pertama yang berbunyi ketuhanan yang maha esa dan aliran Ahmadiyah ini masuk dalam agama
Islam, padahal ajaran agama Islam tidak ada ajaran sesat seperti itu yang menganggap adanya
nabi setelah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
5. Terjadinya konflik sunni-syiah Sampang Maulid atau Cara
Pada 4 April 2011, IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) Sampang, pimpinan
Ustadz Tajul Muluk yang berpusat di dusun Nangkrenang Desa Darang Gayam Kecamatan
Omben Sampang akan mengadakan acara maulid nabi. Acara ini sejak awal mendapatkan
resistensi yang sangat keras dari masyarakat sekitar. Sejak sebelum hari H, masyarakat sekitar
yang mengidentifikasi diri sebagai sunni melakukan berbagai upaya untuk menggagalkannya.
Masa memblokade tempat acara. Dengan bersenjatakan clurit, parang golok, pentungan, dan
senjata tajam lainnya mereka menghadang jamaah yang hendak menghadiri acara maulid nabi.
Jika jamaah Syiah tetap bersikukuh melangsungkan acara maulid nabi sangat mungkin ada carok
massal. Ancaman ini tidak main-main. Sejak awal, masyarakat menunjukkan kebenciannya
terhadap keberadaan Syiah di wilayahnya.
Tokoh-tokoh sunni dengan berbagai posisi sosial keagamaannya, yang terlibat dalam
drama konflik ini, sesungguhnya adalah para kyai dan tokoh NU. Massa yang melakukan
intimidasi dan kekerasan adalah juga masyarakat umum yang merupakan warga NU setempat
yang keislamannya sangat ditentukan oleh pandangan para kyainya. Pusat Tajul Muluk dan
komunitas Syiah Sampang tetap melanjutkan aktivitasnya, tokoh-tokoh MUI, PNU, dan Basra
(Badan Silaturahmi Ulama Madura) menuduh bahwa Ustad Tajul Muluk sudah melanggar
kesepakatan yang sebenarnya tidak pernah ada.
Tuduhan tersebut tentu tidak bisa diterima oleh Ustad Tajul Muluk. Pertama, dia merasa
tidak pernah menyepakati desakan ulama di Ombe, untuk menghentikan aktivitas dakwahnya.

14
Kedua, dakwah yang dilakukannya hanya berlangsung di jamaah IJABI. Dia tidak pernah
mempengaruhi orang lain untuk pindah menjadi penganut Syiah, dan bahwa yang dilakukannya
selama ini tidak lebih dari penguat internal jamaah Syiah sendiri. Sebelum peristiwa maulid nabi
itu, pada Desember 2010 sesungguhnya ada peristiwa lain yang memanaskan situasi hubungan
Sunni-Syiah Sampang.
a. Sumber Integrasi dan konflik
Saat ini, ketika kekerasan agama marak di mana-mana banyak kalangan yang
berpendapat bahwa ini semua terjadi karena negara tidak berbuat tegas. Pendapat ini dalam
banyak hal bisa dibenarkan, tetapi itu tidak bisa menyelesaikan akar masalahnya. Sumber
masalah politik keagamaan berada di jantung klaim kebenaran absolut dari sebuah agama.
Pemeluk agama mengembangkan pandangan sedemikian rupa yang membagi kosmos ini dalam
menjadi dua belahan: baik dan buruk. Pemeluk agama akan marah terhadap sesuatu yang
dianggap sebagai kebatilan dan akan berjuang dalam rangka menegakkan kebenaran. Dalam
balutan keyakinan agama yang semuanya serba absolut, perjuangan menegakkan kebenaran ini
bisa berarti tindakan kekerasan jika diperlukan.
Konflik keagamaan, sebagaimana kekerasan agama, bisa juga berkombinasi dengan
faktor- faktor non agama. Ketika ia muncul, ia bisa berkombinasi dengan berbagai faktor lain
sesuai dengan konteks sosial budaya politik yang ada. Dengan kata lain, klaim kebenaran absolut
oleh suatu kelompok keagamaan membutuhkan konteks sosial politik tertentu untuk meletus
menjadi konflik terbuka. Konflik itu sudah dibungkus dengan idiom-idiom agama, maka dia
memiliki daya dorong yang sangat dahsyat apa yang bisa dilihat dalam konflik Sunni-Syiah di
Sampang adalah fungsi agama sebagai faktor integratif.
Munculnya komunitas syiah di desa Karang Gayam dianggap sebagai pengingkaran
terhadap kehidupan bersama masyarakat Sampng yang diikat oleh nilai-nilai ke-NU-an sebagai
common values nya. Sejak awal, berbagai upaya dilakukan untuk menarik kembali Ustad Tajul
Muluk dan jamaah Syiahnya untuk meninggalkan aqidahnya dan kembali menjadi Sunni/NU.
Ketika komunitas baru ini tetap tidak mau, maka dihilangkan adalah satu satu pilihan yang
tersedia. Hilang di sini bisa mati atau pergi. Untuk melegitimasi hukuman sosial atau kelompok
berbeda ini, maka dikembangkan instrumen pengabsah, yaitu melabeli Syi'ah sebagai kesesatan,
sedang Sunii/NU adalah kebenaran.43
b. Perebutan Basis Otoritas Antar Kelompok Konflik
Terlepas dari gerakan massa yang secara aktif menolak keberadaan syiah di Sampang,
konflik Sunni-Syiah di Sampang perlu dilihat dari rebutan otoritas keagamaan antara pemimpin
agama. Definisi Coser tentang konflik sangat membantu bahwa perbedaan itu sendiri tidak
dengan sendirinya melahirkan konflik. Konflik hanya terjadi jika ada pihak yang sedang berebut
sumber terbatas. Dalam kasus Sampang terlihat bahwa kyai-kyai Sunni/NU merasa tergerogoti
legitimasi keagamaannya. Hal ini bisa dilihat pada upaya awal Kyai Karar yang memaksa Ustad
Tajul Muluk agar tetap berada di dalam barisan NU. Ketika seorang tajul muluk berhasil
membangun sebuah

43
Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia (Surabaya: Pustaka Al- Kautsar, 2018), hal 14.

15
komunitas baru dengan nilai-nilai yang berbeda maka kehadirannya bisa dianggap sebagai upaya
untuk mendelegitimasi basis otoritas kyai-kyai Sunni/NUtersebut.
Kyai-kyai Sunni/NU yang dalam kasus ini berkedudukan sebagai kelompok koordinat
atau berkuasa berusaha sekuat tenaga untuk memaksakan nilai-nilai keagamaannya agar tetap
menjadi nilai yang dipatuhi. Nilai-nilai kesenian di ideologisasi sedemikian rupa sehingga ia
menjadi nilai bersama, sedangkan nilai yang lain dianggap menyimpang dan tidak absah.
Kegagalan mengideologisasi nilai-nilai kelompok ordinat berarti kegagalan mempertahankan
otoritas kepemimpinan yang selama ini dinikmati. Oleh karena itu, maka mereka mati-matian
memaksa Ustad Tajul Muluk untuk tetap mengakui basis keyakinan Sunni sebagai akidah yang
benar, atau kalau tidak, dia harus hilang. Jelas bahwa apa yang kita lihat dalam drama konflik
sunni-syiah di Sampang Madura adalah drama perebutan otoritas keagamaan antara kelompok
koordinat kiai-kiai NU dan dengan kelompok ordinat Tajul Muluk dan jamaah Syiah.
Klaim sesat terhadap Syiah dibangun dalam rangka ideologisasi nilai-nilai ke-Sunni-
an/ke- NU-an untuk tetap menjadi nilai kebiasaan yang absah. Penghakiman terhadap Syiah dan
pengusiran komunitas Syiah adalah dalam rangka tetap mempertahankan otoritas kepemimpinan
keagamaan kyai NU.
c. Solusi Mengatasi Konflik Syiah-Sunni
Alih-alih melakukan mediasi, pertemuan itu justru memojokkan Ustad Tajul Muluk dan
jamaah Syiah. Pihak Muspida justru ikut menghakimi keyakinan jamaah Syiah. Mereka juga
turut mendesak tajul muluk agar menerima opsi yang ditawarkan oleh MUI, PCNU dan Basra,
yaitu:
i. Denghentikan semua aktivitas yang di wilayah Sampang dan kembali
ke paham sunni.
ii. Diusir ke luar wilayah Sampang tanpa ganti rugi lahan atau aset yang
ada, dan
iii. Jika salah satu dari dua objek tersebut di atas tidak dipenuhi maka
berarti jamaah Syiah Sampang harus mati.
Tiga opsi yang ditawarkan di atas menunjukkan betapa kuatnya konflik ini. Opsi itu
tertentu saja tidak hanya menjadi ancaman serius bagi komunitas syiah di Sampang, tetapi juga
menempatkan pemerintah pada posisi yang sangat sulit. Tidak menuruti desakan kelompok
mayoritas akan berarti membuat pemerintah tidak populer, tetapi jika opsi itu dituruti,
pemerintah akan segera terang-terangan melanggar HAM.
Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, pada tanggal 28 Mei 2011 MUI Madura secara resmi
mengeluarkan sikap yang isinya adalah sebagai berikut :

iv. Gayam itu sesat dan menyesatkan


v. Kami MUI Madura meminta kepada pemerintah agar Tajul mMuluk
segera direlokasi.
Tidak hanya pemerintah Kabupaten Sampang, pemerintah provinsi Jawa Timur juga
didesak untuk segera mengusir Ustad Tajul Muluk dari tanah Sampang dengan alasan ajaran
16
yang dibawanya sesat. Bupati Sampang, Nur Cahya, mengaku bahwa dia sudah berkoordinasi
dengan gubernur Jawa Timur, Soekarno, yang intinya adalah bahwa pemerintah Kabupaten
Sampang siap

17
untuk merelokasi jama'ah Syi'ah pimpinan Ustad Tajul Muluk ke lokasi yang mereka inginkan.
Relokasi tersebut diajukan dalam rangka memberikan keamanan dan kebebasan bagi mereka
dalam menjalankan kepercayaannya. Kebijakan ini pun disetujui oleh Soekarno dan ketua umum
MUI, KH. Bukhori Maksum. Namun, ketika kebijakan itu diputuskan, Ustad Tajul Muluk sendiri
sudah tidak lagi berada di Sampang. Sejak tanggal 16 april 2011, dia sudah dipindah ke Malang,
setelah sebelumnya selama dua minggu diamankan di polres Sampang. Kemudian diberikan
penyuluhan terkait akidah yang dianutnya, agar mereka Kembali menjadi penganut akidah Ahlu
Sunnah Wal Jama’ah.

18
RINGKASAN
Pengertian Membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Negara
A. Pengertian Membangun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membangun berasal dari kata bangun yang
1
mendapat imbuhan dari kata mem-, yang berarti 1. bangkit; berdiri (dari duduk, tidur, dan
sebagainya), 2. jaga (dari tidur), 3. belum (tidak) tidur; jaga, 4. siuman dari pingsan; mendusin,
5. mulai sadar (insaf) akan nasibnya, 6. mulai memuai (tentang adonan), 7. mulai menjadi cair
(tentang minyak kelapa yang beku).
Menurut para ahli membangun tersirat dari kata pembangunan yaitu :
 Menurut Seers (seorang ekonom Inggris yang berspesialisasi dalam ekonomi
pembangunan), “Dapat dipastikan sebagai sebuah istilah teknis, yaitu seni dalam
membangkitkan masyarakat di berbagai negara berkembang dari kemiskinan, tingkat
melek huruf yang rendah, tingginya angka pengangguran, dan ketidakadilan dalam
bidang social.”
 Menurut Benny H. Hoed (seorang pakar linguistik Indonesia, guru besar emeritus
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia), “pembangunan dapat diartikan setiap
upaya sistematis yang dilaksanakan untuk melepaskan diri dari ketertinggalan, dan upaya
untuk meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.”
B. Pengertian HAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan, “HAM sebagai hak yang
dilindungi oleh PBB, yang termasuk di dalamnya adalah hak untuk merdeka, hak untuk memiliki
pendapat, termasuk juga hak untuk mengeluarkannya, serta hak untuk hidup. Pengertian ini
mengacu juga pada deklarasi Internasional yang dikeluarkan oleh PBB.”
Menurut UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah penghormatan
kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa Esa yang mengemban tugas
mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab
untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk menjamin
keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
Menurut Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998, hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang
sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk

1
Adzikra Ibrahim,”Pengertian Pembangunan Menurut Para Ahli”,(http://pengertiandefinisi.com/pengertian-
pembangunanmenurutparaahli/#:~:text=Menurut%20Mohamma%20Ali%2C%20pembangunan%20merupakan,%2 C
%20kesejahteraan%%20dan%20kualitas%20manusia., diakses pada 11 Oktober 2020, 21.30)

19
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak
boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh siapapun.
Menurut Piagam Hak Asasi Internasional Konsepsi HAM yang tercantum dalam
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) sebenarnya merupakan perkembangan dari
ajaran F.D. Roosevelt, yaitu The four Freedom yang terdiri atas: Kebebasan mengeluarkan
pendapat dan berkarya (Freedom of Speech), Kebebasan beragama (Fredoom of Religion),
Kebebasan dari rasa takut (Freedom from Fear), dan Kebebasan dari kemiskinan (Freedom from
Want).

Menurut para ahli yaitu :


 John Locke (seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari
pendekatan empirisme dan dikenal sebagai filsuf negara liberal), “Hak asasi adalah hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya,
sehingga sifatnya suci.”
 Austin Ranney (seorang ilmuwan politik Amerika dan pakar tentang partai-partai politik
di Amerika Serikat), “HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara
jelas dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
 Haar Tilar (seorang tokoh pendidikan Indonesia), “HAM adalah hak yang melekat pada
diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak itu maka setiap insan tersebut
tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
 Prof. Koentjoro Poerbopranoto (seorang Dekan Fakultas Hukum Universitas Surabaya
pada tahun 1977-1978 dan Rektor Universitas Surabaya pada tanggal 1 Juli 1976), “Hak
asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap
manusia dengan berdasarkan kodratnya yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM
bersifat suci.”
 Muladi (Gubernur Lemhannas terlama, dan mantan Menteri Kehakiman merangkap
Menteri Sekretaris Negara pada masa Kabinet Reformasi Pembangunan. Sebelum
menjabat menteri, dan seorang Rektor Universitas Diponegoro)., “Hak asasi manusia
adalah segala hak pokok atau mendasar yang melekat pada diri setiap manusia dalam
kehidupannya.”
 Oemar Seno Adji (mantan Ketua Mahkamah Agung RI periode 1974-1982), “Yang
dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia
sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh
siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.”
 Abdullohi Ahmed An-Naem intelektual muslim kontemporer asal sudan,”hak-hak yang
harus dinikmati oleh setiap orang berdasarkan kenyataan bahwa iya adalah seorang
manusia.”2
C. Pengertian Demokrasi

2
Komaruddin Hidayat dan Anas Urbaningrum, “Islam dan Hak Asasi Manusia”, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama , 2011), hal.38.

20
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat
gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung
makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.3
Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",4 yang
terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini
merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.5 Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas
dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik.
Menurut KBBI, 1. (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat, 2. gagasan atau pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara.
Setiap ahli memiliki penafsiran tersendiri terhadap demokrasi. Meskipun bermuara pada
tujuan yang sama yaitu :6
D. Abraham Lincoln berpendapat kalau demokrasi merupakan sistem pemerintahan, yang
dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
E. Charles Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik, yang membatasi
kekuasaan pemerintah dengan hukum. Demi melindungi hak selruuh warga negara.
F. Nurcholish Majid, seperti yang dikutip Nasaruddin mengatakan, bahwa suatu negara
disebut demokratis sejauhmana negara tersebut menjamin hak asasi manusia (HAM),
antara lain: kebebasan menyatakan pendapat, hak berserikat dan berkumpul. Karena
demokrasi menolak dektatorianisme, feodalisme dan otoritarianisme.
G. Yusuf Al-Qhardawi ,”Demokrasi yaitu warga masyarakat bisa menunjuk seseorang buat
mengurus atau mengatur segala urusan mereka melalui suatu wadah.”
H. Abdul Ghani Ar Rahhal,”Demokrasi yaitu suatu bentuk kekuasaan rakyat oleh rakyat,
artinya rakyat merupakan sumber kekuasaan.”

3
Gunawan Sumodiningrat & Ary Ginanjar Agustian, Mencintai Bangsa dan Negara Pegangan dalam Hidup
Berbangsa dan Bernegara di Indonesia, (Bogor: PT. Sarana Komunikasi Utama, 2008), hlm. 44.
4
δημοκρατία in Henry George Liddell, Robert Scott, "A Greek-English Lexicon", at Perseus
5
Wilson, N. G. (2006). Encyclopedia of ancient Greece. New York: Routledge. p. 511. ISBN 0-415-97334-1.
6
Adhitya Rangga, “pengertian demokrasi menurut para ahli” dari web cerdika.com (https://cerdika.com/pengertian-
demokrasi-menurut-para-ahli/, Diakses pada 14 Oktober 2020, 17:35).

21
I. Sumarno AP dan Yeni R. Lukiswara,” demokrasi artinya sebagai pemerintahan oleh
rakyat. Dalam Declaration of Independent, demokrasi berarti of the people, for the
people, and by the people.”
Ciri-ciri pemerintahan yang demokratis yaitu:
 Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat
 Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaaan misalnya: pembagian kekuasaaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Adanya tanggung jawab pelaksana kegiatan atau
pemerintahan.7
D. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "Agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti "tradisi".8 Kata lain untuk menyatakan
konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-
ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi,
dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya,
definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan, serta
mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.
Menurut Para Ahli :
 Anthoni F. C. Wallace
“Pengertian agama adalah seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui adanya mitos
dan menggerakkan kekuatan supranatural agar terjadi perubahaan keadaan pada manusia dan
alam semesta.”
 Émile Durkheim
“Arti agama adalah suatu sistem yang terdiri dari kepercayaan serta praktik yang berhubungan
dengan hal suci dan menyatukan para penganutnya dalam suatu komunitas moral (umat).”
 Nicolaus Driyarkara SJ
“Pengertian agama adalah suatu kenyakinan karena adanya kekuatan supranatural yang mengatur
serta menciptakan alam dan seisinya.”

7
Aim Abdullah, “Pendidikan Kewarganegaraan”,(T.Tt : Grafindo, T .Th), hal. 109
8
Menurut kamus Sanskerta-Inggris Monier-Williams (cetakan pertama tahun 1899) pada entri āgama: ...a traditional
doctrine or precept, collection of such doctrines, sacred work [...]; anything handed down and fixed by tradition (as
the reading of a text or a record, title deed, &c.)

22
 Jappy Pellokila
“Pengertian agama adalah suatu keyakinan yang percaya dengan adanya tuhan yang maha esa
serta mempercayai hukum-hukumnya.”
 Damianus Hendropuspito
“Pengertian agama adalah suatu sistem nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan
alam semesta yang memiliki keterkaitan dengan keyakinan.”
 Max Müller,
“akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk
yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal
ilahi, kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan ").9
Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India,
sebagai bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa
yang disebut agama kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum.”10
E. Pengertian Negara
Menurut KBBI adalah 1. Organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. 2. kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya
Menurut Para Ahli :11
 Roger F. Soltau, “Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.”
 Georg Jellinek, “Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang
telah berdiam di suatu wilayah tertentu.”
 Prof. R. Djokosoetono, “Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan
manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.”
Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang
melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu.12

9
Max Müller, Natural Religion, p.33, 1889
10
Max Müller. Introduction to the science of religion. p. 28.
11
Situs web belajar online,”Arti definisi pengertian negara dan fungsi negara”,
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-definisi-pengertian-negara-dan-fungsi-negara-pendidikan-kewarganegaraan-
pkn.html#.X4cVAqj7TIV, diakses pada 11 Oktober 2020, 20.15)
12
^ Sabon, Max Boli (2019). Ilmu Negara: Bahan Pendidikan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Unika Atma Jaya
Jakarta. hlm. 28. ISBN 978-602-5526-82-4. G.S. Dipolono di dalam Ilmu Negara (1975) menulis sebagai berikut:
"Pada hemat kita negara suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat, yang dengan tata pemerintahan melaksanakan
tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu. Bagaimana bentuk dan coraknya, negara selalu merupakan
organisasi kekuasaan. Organisasi kekuasaan ini selalu mempunyai tata pemerintahan. Dan tata pemerintahan ini
selalu melaksanakan tata tertib atas suatu umat di daerah tertentu".

23
Negara merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku
bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen. Syarat primer sebuah
negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah,13 dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.
Jadi pengertian secara keseluruhan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Negara ialah membangkitkan atau mewujudkan hak
hak manusia sebagai ciptaaan tuhan dengan dasar demokrasi yaitu melalui tinjauan dasar dari
masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang kaya akan perbedaan
pendapat berdasarkan budaya dan keyakinan yang dianut sebagai tiang dasar dan kokohnya suatu
bangsa agar terjalin hubungan yang harmonis dan rukun diantara perbedaan tersebut sebagai
faktor untuk memajukan suatu bangsa agar tak tertinggal dengan arus perkembangan zaman.

F. Membangun Hak Asasi Manusia, Demokrasi , Agama, dan Negara

1. Membangun Hak Asasi Manusia beragama


Membangun HAM dalam beragama maksudya adalah memberikan kebebasan hak
kepada manusia atau dalam konteksnya masyarakat untuk melaksanakan peribadatan dan ritual
keagamaan berdasarkan agama atau kepercayaan yang dianut.
Kebebasan beragama atau keyakinan (freedom of religion or belief ) merupakan salah
satu bagian yang penting dari Hak Asasi Manusia (HAM). Meski hampir tidak ada lagi
perdebatan substantif tentang esensialnya subjek ini. Akan tetapi kebebasan beragama dan
keyakinan masih menghadapi masalah dan kendala tertentu di berbagai belahan dunia, termasuk
Indonesia. Karena itu kebebasan dalam bergama atau berkeyakinan masih perlu perjuangan
secara terus menerus pada berbagai level kehidupan.14
Salah satu hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun adalah
hak beragama, bahkan setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut
kepercayaannya. Negara menjamin kemerdekaan memeluk agama, sedangkan pemerintah
berkewajiban melindungi penduduk dalam melaksanakan ajaran agama dan ibadat, sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai
agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum. Tugas pemerintah harus
memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran
agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar dan tertib baik intern maupun antar umat
beragama.15

Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya toleransi


antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada toleransi antar umat
beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk

13
Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses tanggal 2008-11-12.
14
M Nurul Ikhsan Saleh dikutip dari http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:fhLIEkXpWoJ:blog.beswandjarum.com/nurulikhsan/2011/
1/07/kebebasanberagamdanberkeyakinan/+kebebasan+beragama+atau+berkeyakinan&cd=7&hl=en&ct=clnk&clie-a
24
15
A. Hamdan,Kerukunan Umat Beragama, www.win2pdf.com

25
menyembah Tuhan, diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh
mencabutnya.
Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran diajukan orang untuk
mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama.
 Pertama, sinkretisme, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa semua agama
adalah sama.
 Kedua, reconception, yaitu menyelami dan meninjau kembali agama sendiri
dalam konfrontasi dengan agama-agama lain.
 Ketiga, sintesis, yaitu menciptakan suatu agama baru yang elemen-elemennya
diambilkan dari pelbagai agama, supaya dengan demikian tiaptiap pemeluk agama
merasa bahwa Sebagian dari ajaran agamanya telah terambil dalam agama sintesis
(campuran) itu.
 Keempat, penggantian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri itulah yang
benar, sedang agama-agama lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-orang
yang lain agama masuk dalam agamanya.
 Kelima, agree in disagreement (setuju dalam perbedaan), yaitu percaya bahwa
agama yang dipeluk itulah agama yang paling baik, dan mempersilahkan orang
lain untuk mempercayai bahwa agama yang dipeluknya adalah agama yang paling
baik. Diyakini bahwa antara satu agama dan agama lainnya, selain terdapat
perbedaan, juga terdapat persamaan.16
Secara terperinci jaminan kebebasan beragama dan/atau berkeyakinan dapat
kita simak pada sejumlah kebijakan sebagaimana tersebut di bawah ini:17
 UUD 1945 Pasal 28 E, ayat (1): Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya. Ayat (2): Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
 UUD 1945 Pasal 29, ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
 UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Sipil Politik Pasal 18 ayat (1): Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir,
berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut atau
menerima suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan
kebebasan, baik secara individu maupun bersama-sama dengan orang lain, dan
baik di tempat umum atau tertutup untuk menjalankan agama atau kepercayaan
dalam kegiatan ibadah, ketaatan, pengamalan dan
16
Mukti Ali, “Dialog between Muslims and Christians in Indonesia and its Problems” dalam Al-Jami’ah, No. 4 Th.
XI Djuli 1970, hlm. 55.
17
Chandra Setiawan dan Asep Mulyana (ed), Kebebasan Beragama atau Berkepercayaan di Indonesia, (Jakarta;
Komnas HAM, 2006) hal 4-5.

26
pengajaran. Pasal 18 ayat (2) Tidak seorang pun boleh dipaksa sehingga mengganggu
kebebasannya untuk menganut atau menerima suatu agama atau kepercayaannya sesuai
dengan pilihannya.
 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Pasal 22 ayat (1): Setiap orang bebas
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Pasal 22 ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan setiap
orang memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
 UU No. 1/PNPS/1965, jo. UU No. 5/1969 tentang Pencegahan Penyalah gunaan
dan atau Penodaan Agama, pada penjelasan Pasal 1 berbunyi: “Agama-agama
yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha dan Khonghucu (Confucius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah
perkembangan agama di Indonesia. Karena enam macam Agama ini adalah agama-
agama yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia.
 Maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 UUD
juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh
pasal ini”. Namun perlu dicatat bahwa penyebutan keenam agama tersebut tidaklah
bersifat pembatasan yang membawa implikasi pembedaan status hukum tentang agama
yang diakui melainkan bersifat konstatasi tentang agama-agama yang banyak dianut di
Indonesia. Hal ini diperjelas oleh penjelasan UU itu sendiri yang menyatakan bahwa, “Ini
tidak berarti bahwa agama-agama lain seperti Yahudi, Zarasustrian, Shinto, Taoism di
larang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan pasal 29
ayat (2) dan mereka dibiarkan adanya”.
Beberapa landasan hukum di atas inilah yang menjadi landasan hukum dalam
kebebasan beragama, dengan artikata kebebasan beragama itu tidak akan berjalan
dengan baik tanpa adanya rasa menjunjung tinggi HAM didalam kehidupan beragama dengan
adanya bantuan dari pihak yang ada khususnya pemerintah sendiri melalui kebijakannya dan
masyarakat untuk selalu menjujung tinggi toleransi dalam beragama.
2. Membangun Hak Asasi Manusia dalam Bernegara

Pada awalnya di masa pemerintahan Soeharto, berupa rezim demokratis baru yang
menggantikan presiden Soekarno didesak oleh kekuatan pro demokrasi dalam negeri dan dunia
internasional untuk melakukan penyelidikan dan mengharapkan agar pelakunya diproses secara
hukum, sementara korban diberikan ganti rugi dan rehabilitasi.
Kemudian di tahun 1949 sampai 2001, Komisi Hukum Internasional (Internasional Law
Commision-ILC), menegaskan bahwa satu prinsip bahwa setiap tindakan salah yang dilakukan
oleh intuisi negara, termasuk didalamnya institusi-institusi negara, menimbulkan tanggung jawab
negara sekedar untuk memulihkannya. Akibat adanya pelanggaran negara terhadap kewajiban
internasional untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, merupakan prinsip

27
fundamental dalam hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan persamaan
hak antar negara, bai katas perjanjian internasional ataupun hukum kebiasaan internasional.18
C. Dee Rover mengungkapkan bahwa tanggung jawab negara melekat pada suatu negara
mempunyai kewajiban untuk memberikan ganti rugi manakala negara tersebut menimbulkan
atau menyebabkan kerugian pada negara lain. Hal itu dinyatakan oleh Mahkamah Internasional
Permanen (Permanent Court of Internasional Justice/PCII) dalam putusannya bahwa :
Sifat melekatnya kewajiban negara untuk bertanggung jawab, menimbulkan kerugian
untuk membayar ganti rugi, misalnya diatur dalam pasal 2 ayat (3) perjanjian internasional
tentang hak sipil dan hak politik. Pasal tersebut mengatur bahwa korban pelanggaran HAM harus
mendapatkan pemulihan efektif, meskipun pelanggaran tersebut dilakukan oleh pejabat resmi
negara. Ini mewajibkan negara untuk mengizinkan aksi sipil dalm bentuk mengganti kerugian
terhadap pelanggaran yang dilakukannya, yang tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan, sebab
diyakini tidak ada vonis pengadilan yang dapat menghukum secara efektif kejahatan seperti itu.

Pengadilan Nuremberg menegaskan pentingnya kewajiban negara untuk melakukan


pengusutan (to investigate), penghukuman (to investigate), penghukuman (to posecute) terhadap
pelaku kejahatan serius, seperti genosida dan kejahatan kemanusiaan serta kejahatan
perang.kewajiban negara untuk bertanggung jawab atas adanya pelanggran HAM yang bersifat
imperatif dan harus dilaksanakan, sebab jika tidak negara bersangkutan dikatagorikan sebagai
negara pelanggar hukum internasional dan anti terhadap perlindungan kemanusiaan.
Pengertian tanggung jawab negara atas pelanggaran HAM adalah melakukan pengusutan,
pengadilan, dan penghukuman, termasuk mengungkapkan kebenaran demi keadilan bagi para
korban atau keluarganya, dan bukan pemberian ampuan atau pemaafan (amnesti), karena amnesti
tidak diberikan kepada negara dengan negara, akan tetapi kepada individu yang melawan negara,
dan bukan juga kejahatan individu terhadap individu. Tanggung jawab negara langsung
mengarah pada penyelesaian pelanggaran HAM adalah dikeluarkannya UU No. 39 Tahun 1999
yang memperkuat kelembagaan dan kewajiban Komnas HAM, serta UU No. 26 Tahun 2000
yang menjadi dasar dilakukannya proses hukum terhadap pelanggaran HAM melalui pengadilan
HAM, serta melalui KKR dengan UU No. 27 Tahun 2004.19
Tujuan yang ingin dicapai atas penegakan HAM dalam bernegara yang menjujung ringgi
sistem hukum adalah untuk memperkuat kepastian hukun, menciptakan keadilan dan kejujuran,
mengefektifkan fungsi kesamaan derajat, mencegah penyalahgunaan kekuasaan, dan
memperkokoh peraturan hukum. Karena asas ini sangat efektif untuk melindungi rakyat dari
perlakuan sewenang-wenang kekuasaaan tetapi dirasa kurang efektif bagi penegak hukum dalam
merespon pesatnya kejahatan atas kekuasaan, bahkan kurang dari melindungi kepentingan-

18
M. Ghufran, “HAM Kejahatan Manusia dan Perang”, (Surabaya: Graha Ilmu,2013), Cetakan Pertama, hal 224.
19
Suparman Marzuki, “Pengadilan HAM di Indonesia”, (Surabaya: Erlangga, 2017 ), hal. 46

28
kepentingan kelompok tertentu karena memungkinkan dibebaskannya pelaku kejahatan sejatinya
merupakan tindakan penguasa.
3. Membangun Hak Asasi Manusia dalam Demokrasi

Hubungan HAM dengan demokrasi memiliki hubungan yang bersifat erat. HAM tidak
mungkin eksis di negara yang berdifat otoriter namun sebaliknya negara demokratis pastilah
menjamin eksistensi HAM. Suatu negara belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak
menghormati dan melindungi hak asasi manusia. Makna tersimpan dalam demokrasi adalah
kedaulatan rakyat yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu
negara. Hak asasi manusia dengan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan
konsep negara hukum.20

Hubungan Demokrasi dan HAM


Demokrasi dan HAM dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Didalam
Negara yang menganut asas Demokrasi kedudukan rakyat sangat penting, sebab
didalam negara tersebut rakyatlah yang memegang kedaulatan kepentingan dan hak
asasi rakyat diakui dan dilindungi oleh negara, yaitu dengan kata lain negara
melindungi Hak asasi manusia yang diatur dalam konstitusinya, atau kedaulatan
adalah kekuasaan yang penuh dan langgeng ada pada masyarakat. Di dalam negara
Demokrasi suatu negara dianggap milik masyarakat karena secara formal negara itu
didirikan dengan perjanjian masyarakat (dalam Moh. Mahfut MD. 1993:17).

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian, bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupan,
termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara oleh karena kebijaksanaan tersebut menentukan
kehidupan rakyat. Jadi negara Demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi ia berarti suatu
pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Sistem demokrasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini pada hakekatnya berasal
dari filosofis bahwa manusia adalah mahluk yang bebas karena manusia mempunyai hak dan
kemampuan untuk mengatur dan menentukan hidupnya sendiri. Dengan demikian hubungnnya
dengan bernegara, demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat untuk menentukan
adanya jaminan terhadap penyelenggaraan negara, serta jaminan dan perlindungan terhadap
HAM.
Dalam tahap perkembanganya, demokrasi mengalami berbagai penyesuaian terhadap
situasi dan keadaan. Demokrasi dalam pengertian Yunani dan Athena Kuno berbeda dengan
pengertian demokrasi moderen walaupun mungkin pada prinsip dasarnya tetap sama. Hakekat
demokrasi adalah bahwa kekuasaan ada ditangan rakyat atau dengan kata lain negara
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Selanjutnya harus dipahami bahwa
demokrasi sebagai sistem politik bernegara berkaitan dengan standar tertentu, yaitu standar

20
Tim Penyusun Kadeham, “Pendidikan Kadeham”. Universitas Trisakti, Cetakan Pertama, 2003.

29
demokrasi. Di negara-negara maju standar demokrasi cukup tinggi, disini demokrasi tidak hanya
menunjuk pada mekanisme politik bernegara, melainkan juga cara hidup (way of life).
Sebaliknya pada negara-negara dimana demokrasi belum diterapkan secara mantap
standar demokrasi lebih rendah ukurannya, yang ditonjolkan dalam hal ini adalah mekanismenya
dan bukan pencapaiannya. Pada situasi demikian demokrasi sematamata dipandang sebagai
pengaturan politik bernegara dan tidak memasukkan unsurunsur pesamaan didalam masyarakat.
Namun demikian, perumusan konsep hak asasi manusia dalam setiap konstitusi dari masing-
masing negara yang demokrasi mau tidak mau dipengaruhi oleh pandangan hidup, pengalaman
dan kepentingan masyarakat dari masing-masing negara di dunia. Yang itu berarti pelaksanaan
atau perwujudan hak asasi manusia di tiap-tiap negara sangat dipengaruhi oleh sejarah
perkembangan masyarakat dari masing-masing negara tersebut.
Selanjutnya apabila kita pelajari semua konstitusi yang berlaku disetiap negara,
didalamnya secara umum selalu terdapat tiga kelompok materi muatan yaitu:
 Pengaturan tentang jaminan dan perlindungan terhadap HAM
 Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
 Pengaturan tentang pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat mendasar.
Demikian juga halnya di Indonesia pasang surut perkembangan demokrasi dan HAM
dapat ditelusuri pengaturannya didalam konstitusinya pada perkembangan sejarah
kehidupan bermasyarakat dan bernegara sejak berdirinya republik ini yang dikuasai
oleh beberapa rezim. Mulai dari rezim orde lama, orde baru dan orde reformasi.
Kuatnya pengaruh perkembangan demokrasi dan HAM didunia Internasional
mendapat respon positip dari penyelenggara negara.
G. Studi Kasus Berkaitan dengan Membangun HAM, Demokrasi Agama, dan Negara.

1. Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT)


Istilah yang berkaitan dengan LGBT adalah homoseksual,yaitu sesorang yang cenderung
mengutamakan orang yang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual disebut
homoseksual.Senada dengan pengertian tersebut Oetomo ,2001 mendefinisikan sebagai orientasi
atau pilihan atau pilihan seks yang diarahkan pada sesorang atau orang-orang dari jenis kelamin
sama.LGBT adalah penyimpangan sosial yang memiliki orientasi yang bersimpangan dengan
fitrah manusia,agama dan adat istiadat masyarakat Indonesia.Menurut Swan Keith W,LGBT
merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki kepuasan berhubungan seksual sesame
gender (gay,lesbian) ataupun biseksual.
Dapat disimpulkan homoseksual merupakan penyimpangan sosial yang memiliki
orientasi atau pilihan kepuasan berhubungan seksual dan cenderung mengutamakan orang yang
berjenis kelamin sama dengan bersimpangan dengan fitrah manusia,agama,dan adat istiadat
masyarakat Indonesia.

30
Homoseksual laki-laki disebut “gay”,sedangkan homoseksual perempuan disebut
“lesbian”.Biseksual adalah seseorang yang tertarik kepada dua jenis kelamin sekaligus,tertarik
kepada laki-laki dan juga perempuan.Sementara Transgender merupakan istilah berperilaku atau
penampilan tidak sesuai dengan jenis kelamin misalnya laki-laki bertingkah laku seperti
perempuan,berpakain seperti pakaian perempuan.Atau sebaliknya perempuan bertingkah laku
seperti laki-laki dan berpenampilan seperti laki-laki.
Resolusi tentang pengakuan atas hak-hak LGBT adalah resolusi PBB yang pertama yang
secara spesifik mengangkat isu pelanggaran HAM berdasarkan orientasi seksual dan identitas
gender.Resolusi tentang pengakuan hak-hak LGBT inilah yang dijadikan sebagai landasan
tuntutan bagi kaum LGBT dalam menuntut hak-hak mereka dengan mengatasnamakan hak asasi
manusia.
Namun demikian,di Indonesia tentunya berbicara mengenai penegakan hak asasi
manusia,khususnya yang diperjuanhgkan oleh komunitas LGBT, penegakannya harus
disesuaikan dengan aturan hokum dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan landasan
falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara.LGBT yang merupakan penyimpangan dari kodrat
dan fitrah manusia.
Manusia sejatinya diciptakan dalam dua jenis untuk berpasangan yaitu pria dan
wanita.Konsepsi itu jelas dianut ileh UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.Perkawinan
menurut Pasal 1 undang-undang tersebut,hanya antara pria dan wanita.Dengan
begitu,perkawinan sejenis bertentangan dengan hukum Indonesia.Adapun dalam hadist Yng
merujuk pada Nabi Saw,antara lain dari Ibnu Abbas:
،‫ا ِء‬SS‫ ا ِل بِالنِّ َس‬SS‫بِّ ِهينَ ِمنَ ال ِّر َج‬SS‫لَّ َم ال ُمت ََش‬SS‫ ِه َو َس‬SSْ‫لَّى هللاُ َعلَي‬SS‫ص‬
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬SS‫ «لَ َعنَ َر ُس‬:‫ا َل‬SSَ‫ا ق‬SS‫ َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم‬SS‫ض‬ ٍ ‫ع َِن ا ْب ِن َعبَّا‬
ِ ‫س َر‬
‫ال‬ َ ‫ت ِمنَ النِّ َسا ِء بِالر‬
ِ ‫ِّج‬ ِ ‫» َوال ُمتَ َشبِّهَا‬

“Rasulullah melaknat seorang laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang
menyerupai laki-laki ”.Ibnu Hajar al-Asqallani,Fathu al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari.21

Pada tahun 2016,kelompok LGBT telah secara sporadic menghadapi retorika penuh
kebencian dan serangan kekerasan selama tiga dekade sebelum tahun ini,mereka masih mampu
mendapatkan pijakan dan semakin mendapat pengakuan dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk ini.Dan sekalipun tidak ada undang-udang nasional yang secara spesifik melindungi
mereka dari diskriminasi,pemerintah pusat tak pernah mengkriminalisasi mereka. Akan
tetapi,sejak tahun awal Januari 2016,serangkain pernyataan public anti-LGBT yang dilontarkan
pejabat pemerintah telah berkembang menjadi riam ancaman dan kebencian terhadap LGBT
Indonesia,baik yang dinyatakan oleh komisi Negara, kaum Islamis militant, dan organisasi
keagamaan arus utama.Derasnya arus intoleransi ini mengakibatkan pengusulan rancangan
undang-undang yang akan menjadi ancaman jangka panjang yang serius untuk hak-hak dan
keselamatan LGBT Indonesia.

21
Mesir,Maktabah,Masrh,2001M/1421 H),cetakan.I,Jus X,Hadist No.5885,hal. 470.

31
Kewajiban dasar yang dimiliki seseorang (termasuk kelompok LGBT) sebagai bentuk
penghormatan terhadap hak asasi orang lain yang dapat pula diartikan sebagai pembatasan
terhadap hak asasi seseorang harus ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagaimana diatur
pada Pasal 70 dan 73 UU.No 39 Tahun 1999.Dari ketentuan tersebut,pemerintah sangat berperan
menentukan regulasi dan aturan hukum untuk membatasi kebebasan HAM LGBT ,untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang
lain,kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa. Dalam konteks LGBT ini pemerintah
dapat mengeluarkan Undang-undang atau peraturan pemerintah,tentang pelarangan terhadap
gerakan atau aktivitas penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kelompok atau komunitas
LGBT di Indonesia.
2. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

A. Pengertian Hizbut Tahrir Indonesia


Hizbut Tahrir (HT) adalah organisasi politik berideologi Islam berskala Internasional
yang didirikan oleh seorang Ulama besar yaitu Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani di Palestina
.Berdirinya HTI dilatar belakangi oleh sejarah panjang yang dialami Palestina, yaitu kerusakan
dalam hal pemerintahan dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di Palestina.HT bertujuan
melanjutkan kembali kehidupan Islam dan menyebar dakwah Islam ke penjuru
dunia,menyerukan Khilafah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang Khalifah.
Bentuk pemerintahan dalam kekhalifahan tidak memiliki batas-batas negara. Sistem
khalifah dapat mencegah hagemoni dan dominasi suatu negara terhadap negara lain baik dalam
bentuk koloniasme fisik maupun non-fisik.Berdirinya Hizbut Tahrir ,sebagaimana telah
disebutkan,adalah dalam rangka memenuhi seruan Allah dalam QS.Ali Imran, “Hendaklah ada
diantara kalian segolongan umat.”.Dalam ayat ini sesungguhnya Allah telah memerintahkan
umat Islam agar diantara mereka ada suatu jamaah (kelompok) yang terorganisasi..Kelompok ini
memiliki dua tugas :
 Mengajak pada al-Khayr ,yakni mengajak pada al-islam.
 Memerintahkan kebajikan (melaksanakan syariat) dan mencegah kemungkaran
(mencegah pelanggaran dalam syariat).

B. Penyebaran Dakwah Hizbut Tahrir di Indonesia

Penyebaran pemikiran dan gagasan HT kemudian menyebar hingga ke Indonesia pada


tahun 1983. Abdurrahman al-Baghdadi dan Abdullah bin Nuh menjadi cikal bakal berdirinya HT
di Indonesia yang kemudian disebut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).Awal mula masuknya HTI
adalah dengan mengajarkan pemahamannya kepada beberapa kampus di Indonesia hingga dapat
menghimbun anggota yang cukup banyak.Tujuan pertama untuk menyebarkan dakwah mengenai
Hizbut Tahrir adalah Bogor,tepatnya pondok pesantren Al-Ghazali ,lalu ke masjid Al-Ghifari di
Institut Pertanian Bogor kepada mahasiswa,yang kemudian diberi misi juga untuk
menyebarkannya di mahasiswa kampus lainnya.Kemudian lembaga dakwah kampus yang telah

32
dipaparkan ide-ide Hizbut Tahrir membentuk Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus pada
tahun 1986.
Ada beberapa tahapan dakwah HTI,pertama yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan
yang dilakukan untuk membentuk kader-kader yang percaya kepada pemikiran dan metode
HTI,kedua yaitu tahapan menjalin interaksi dengan umat agar ikut memikul kewajiban dakwah
Islam,menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya dan mewujudkannya dalam realitas
kehidupan.Ketiga,yaitu tahap penerimaan kekuasaan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh
dan menyiarkan risalah Islam ke dunia.
Dakwah HTI sejak it uterus berlanjut dengan menggunakan berbagai sarana,termasuk
media cetak seperti majalah,tabloid,bulletin,selebaran juga booklet yang terbit secara berkala
untuk melebarkan sayap dan menjaring banyak anggota hingga menyebar tidak saja ke kampus
tapi juga masyarakat.HTI menerima anggota dari kalangan pria maupun wanita yang beragama
Islam,menjalankan organisasinya dan mengemukakan pandangan-pandangan yang berbasis
ajaran Islam.Pembinaan anggota wanita HTI dipisahkan dari halaqoh para anggota pria,dengan
para wanita dipimpin oleh suaminya,atau dipimpin oleh sesama wanita lainnya.
Perkembangan dakwah HTI walaupun awalnya lambat,kemudian mulai tumbuh dan
berkembang dengan pasti.Pada awalnya HTI hanya berjumlah belasan kader di satu
kota,kemudian pada tahun 1990 sampai tahun 2000 HTI sudah berkembang ke seluruh wilayah
Indonesia,kemudian di pertengahan 10 tahun ketiga sudah menyebar di 33 Provinsi,lebih dari
300 kota dan kabupaten yang telah dakwahnya,bahkan sebagian hingga ke pelosok daerah.
HTI sejak awal dibentuk sebagai organisasi politik ,tetapi HTI tidak mendaftarkan diri
secara formal sebagai partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum.22 HTI lebih berfokus
pada pembentukan kader dan pembinaan umat.HTI aktif dalam pembentukan opini publik yang
kaitannya mengarah pada prespektif Islam.Dengan demikian,fokus dari gerakan politik HTI ini
bukan untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemilu,melainkan penumbuhan kesadaran umat
terhadap kehidupan Islami,karena menurut HTI pemilu dapat mendorong perpecahan suara
apabila banyak jumlah partai yang ikut berkonsentrasi pada pemilu.23
C. Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia
Beberapa aksi sempat dilakukan dalam sejarah berdirinya Hizbut Tahrir ,antara lain
Konferensi Khilafah Internasional pada 12 Agustus 2007 di Gelora Bung Karno Jakarta yang
dihadiri oleh lebih dari 100 ribu orang dianggap sebagai konferensi luar biasa karena jumlah
pesertanya dan juga mengusung tema yang cukup provokatif yaitu “Saatnya Khilafah Memimpin
Dunia”.Lalu ada aksi bela ulama pada 5 Februari 2007 bertema ‘Aksi Umat Peduli Jakarta’ yang
dihadiri sejumlah ribuan orang ,bertempat di Patung Kuda,Monas,Jakarta.Kemudian aksi long

22
Afdlal,dkk.,”Islam dan Radikalisme di Indonesia”, hal. 266.

33
mearch bertema ‘Khilafah Kewajiban Syar’I.24 Jalan Kebangkitan Umat di Surabaya pada April
2007 yang dibubarkan polisi karena tidak berizin.Lalu ada juga Mukhtammar Khilafah HTI pada
2 Juni 2013 di stadium utama Gelora Bung Karno Jakarta.HTI juga terdaftar di Kemenkumham
sebagai Badan Hukum Perkumpulan pada 2 Juli 2014 ,dimana proses pendaftaran dilakukan
melalui website Kemenkumham.
Namun disamping perkembangannya dalam sejarah berdirinya Hizbut Tahrir ,banyak
negara-negara di dunia juga menolak keberadaan Hizbut Tahrir dan mengeluarkan larangan serta
menganggapnya sebagai organisasi ilegal seperti Malaysia, Yordania, Suriah, Turki, Libya, Arab
Saudi, Bangladesh, Mesir, Kazakhstan, Pakistan, Rusia, dan banyak lagi negara – negara di
Eropa. Pandangan HTI mengenai penegakan ideologi Islam secara kesatuan lambat laun di
Indonesia diartikan sebagai pembentukan negara syariah dan tidak sesuai dengan Undang
Undang Dasar 1945 dan amanat dalam Pancasila oleh pemerintah.
Aksi – aksi HTI mengundang orang – orang yang kontra dan menganggap bahwa gagasan
mengenai khilafah bertentangan dengan Pancasila dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Berbagai demo menolak keberadaan HTI pada akhirnya bermunculan,
sehingga pada akhirnya dianggap sebagai organisasi anti Pancasila oleh pemerintah.
Sejarah berdirinya Hizbut Tahrir akhirnya mencapai masa ketika HTI resmi dibubarkan
pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perppu) no.2 tahun 2017
tentang Organisasi Kemasyarakatan, pada tanggal 19 Juli 2017.Pembubaran HTI dilandasi atas
ideology yang mereka bawa,pendirian negara syariah,dinilai tidak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD 1945.Organisasi radikal HTI dianggap mengancam eksistensi demokrasi
yang telah dinikmati bangsa Indonesia sejak runtuhnya orde baru. Adapun alasan umum HTI
dibubarkan mengingat HTI dianggap telah melakukan pelanggaran UU Ormas yaitu:
Pertama, HTI melanggar kewajiban dalam Pasal 21 huruf b yaitu ormas berkewajiban
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Aktivitas HTI yang di muka umum menyatakan mengusung ideologi khilafah yang berarti
meniadakan NKRI jelas merupakan pelanggaran atas kewajiban ini.

Kedua,HTI melanggar kewajiban dalam Pasal 21 huruf f yang menyebutkan ormas


berkewajiban berpartisipasi dalam pencapaian tujuan negara. Tentu saja partisipasi ini dapat
tercapai jika ormas percaya kepada sistem nation state yang dipilih oleh para pendiri NKRI sejak
17 Agustus 1945. Tidak mungkin ormas yang tidak percaya dengan NKRI dan ingin
menggantinya dengan sistem yang lain kemudian dapat menjalankan kewajiban berpartisipasi
untuk mencapai tujuan NKRI.
Ketiga, HTI melanggar larangan dalam Pasal 59 ayat (2) huruf c yang mengatur ormas
dilarang melakukan kegiatan separatis yang mengancam kedaulatan NKRI. Pengertian separatis
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah "orang (golongan) yang menghendaki

34
pemisahan diri dari suatu persatuan/golongan (bangsa) untuk mendapat dukungan". Pengertian
separatis tidak harus selalu diartikan mengangkat senjata untuk memisahkan diri membentuk
negara baru. Bentuk kampanye di muka umum untuk mengajak orang (masyarakat) mengganti
sistem negara (NKRI) dan menggantinya dengan sistem lain yaitu khilafah pada dasarnya telah
masuk kategori separatis yang mengancam kedaulatan NKRI.
Dengan demikian sejarah berdirinya Hizbut Tahrir akhirnya mencapai masa ketika HTI
resmi dibubarkan pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
no.2 tahun 2017 tentang organisasi Kemasyarakatan ,pada tanggal 17 Juli 2017.
3.Partai Komunis Indonsia (PKI)

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah partai politik di Indonesia yang telah
bubar.PKI adalah partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan
Tiongkok.
Seperti pada faktanya itu, perisitiwa G-30 S/PKI bercerita tentang pembantaian secara
besar-besaran dan yang menjadi korban pembantaiannya merupakan anggota PKI serta orang-
orang yang dituduh komunis. Dan sekitar 7 orang tokoh penting serta ribuan masyarakat dari
daerah lain.Dengan kata lain,manusia sebenarnya tidak pantas untuk dibantai secara kekerasan
,sebab setiap manusia memiliki HAM. HAM itu sendiri adalah sebuah prinsip atau norma yang
menunjukkan sebuah standar tertentu berdasarkan tingkah laku manusia dan sangat dihargain
sebab dilindungi dan dalam undang-undang.
Di masa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh kesempatan yang besar untuk meraih
cita- citanya. PKI bercita-cita merubah NKRI berdasarkan Pancasila dengan negara yang
berideologi komunis. D.N Aidit sebagi pimpinan PKI mendukung konsep demokrasi terpimpin
yang berporoskan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom). PKI melakukan berbagai
kegiatan untuk memperoleh simpati dan dukungan luas dari rakyat. Operasi itu dilakukan oleh
Komandan Batalyon 1 Cakrabirawa, satu Batalyon dari divisi Diponegoro, satu Batalyon Divisi
Brawijaya, serta orang-orang sipil dan rakyat. Para perwira tinggi yang diculik dan dibunuh
adalah Letnan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor Jendral M.T. Haryono,
Mayor Jendral S. Parman, Brigadir Jendral D.I Panjaitan, Brigadir Jendral Sutoyo Siswomiharjo.
Jendral Nasution yang menjadi sasaran utama penculikan berhasil meloloskan diri tetapi
menewaskan Letnan Satu Piere A. Tandean serta Brigadir Karel Setsuit Tubun.
PKI telah menguasai studio RRI pusat dan Gedung telekomunikasi. Melalui RRI pada
tanggal 1 Oktober 1965, Letkol Untung menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30
September yang ditujukan kepada jendral-jendral anggota Dewan Jendral yang akan melakukan
kudeta (perebutan kekuasaan). Presiden Soekarno segera mengeluarkan perintah agar seluruh
rakyat Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan, serta memeliraha kesatuan dan
persatuan bangsa.

Sementara itu, di Yogyakarta pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Mayor Mulyono

35
menculik Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono. Kedua perwira ini dibunuh di asrama Batalyon

36
L, di Desa Keuntungan. Kemudian pada masa selanjutnya terjadi operasi penumpasan Gerakan
30 September 1965 PKI yang dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jendrala
Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat mengambil alih
Komando Angkatan Darat, karena Letjen Ahmad Yani belum diketahui nasibnya. Atas petunjuk
Sukitman (seorang polisi) diketahui sebagi pewira-perwira Angkatan Darat yang diculik dan
dibunuh telah dikuburkan atau ditanam di Lubang Buaya. Pada tanggal 3 Oktober 1965
ditemukan tempat kuburan para jendral itu.
Untuk menumpas habis sisa-sisa anggota Gerakan 30 September 1965 PKI dilakukan
operasi-operasi penumpasan, diantaranya yaitu Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan oleh
RP-KAD dipimpin oleh Kolonel Surwo Edhi Wibowo, Operasi Trisula di Blitar dilakukan
Kodam VIII/ Brawijaya yang dipimpin oleh Mayor Jendral M. Yasin dan Kolonel Witarmin,
serta Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan adanya operasi para
pemimpin tokoh PKI bisa ditangkap dan ditembak mati. Dalam rangka menyelesaikan Gerakan
30 September 1965 PKI, pada tanggal 06 Oktober 1965 Presiden Soekarno mengadakan sidang
Paripurna Kabinet Dwikora.25
Pada masa pemerintahan Orde Baru,PKI dibubarkan dengan dikeluarkannnya Keputusan
Presiden Nomor 1/3/1966 .Langkah ini merupakan kebijakan pertama Soeharto setelah
menerima Surat Perintah 11 Maret sebagai upaya mengembalikan stabilitas negara.Pada tanggal
12 Maret 1966,dengan mengatasnamakan Presiden Soekarno melalui Surat Perintah 11 Maret
1966,Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 perihal pembubaran Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pembubaran PKI ini termasuk bagian-bagian organisasinya dari
tingkat pusat sampai ke daerah beserta semua organisasi yang satu asas atau berlindung
dibawahnya serta pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Isi dari keputusan Presiden tersebut adalah sebagai berikut :


 Pertama ,membubarkan Partai Komunis Indonesia termasuk bagian-bagian organisasinya
dari tingkat pusat ke daerah beserta semua organisasi yang seas as,berlindung,dan
bernaung dibawahnya.
 Kedua, Soeharto menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah
kekuasaan negara Republik Indonesia.
Dan pada akhirnya PKI dibubarkan pada tahun 1965 dan dinyatakan sebagai partai terlarang
pada tahun berkutnya.
4. Aliran Ahmadiyah

Aliran Ahmadiyah ini adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza
Ghulam Ahmad pada tahun 1889 di sebuah kota kecil yang bernama Qadien di negara bagian
Punjab India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai mujaddid, Al- Masih dan al- Mahdi. Para

25
Rosyihan Anwar,”Soekarno, Tentara dan PKI”,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hal. 103-104.
37
pengikut Ahmadiyah disebut sebagai Al Mahdi yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama ialah "ahmadiyah muslim jamaat" pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk
organisasi bernama jemaat ahmadiyah Indonesia yang telah terbadan hukum sejak 1953.
Kelompok kedua ialah Ahmadiyah anjuman isha’at e-islam Lahore (Ahmadiyah Lahore)
di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama gerakan Ahmadiyah
Indonesia dari segi eksistensi Ahmadiyah adalah sebuah gerakan kebangkitan Islam dan mazhab
atau aliran baru dalam Islam, baru lahir dari 1 abad yang lalu, yang tidak lepas dari kontroversi.
Hal ini yang membedakan antara Islam dengan Ahmadiyah.
Aliran Ahmadiyah ini melanggar hak asasi manusia karena aliran Ahmadiyah ini
dianggap aliran sesat dan aliran Ahmadiyah ini menyalahi dari aturan Pancasila dalam sila
pertama yang berbunyi ketuhanan yang maha esa dan aliran Ahmadiyah ini masuk dalam agama
Islam, padahal ajaran agama Islam tidak ada ajaran sesat seperti itu yang menganggap adanya
nabi setelah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
5. Terjadinya konflik sunni-syiah Sampang Maulid atau Cara
Pada 4 April 2011, IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) Sampang, pimpinan
Ustadz Tajul Muluk yang berpusat di dusun Nangkrenang Desa Darang Gayam Kecamatan
Omben Sampang akan mengadakan acara maulid nabi. Acara ini sejak awal mendapatkan
resistensi yang sangat keras dari masyarakat sekitar. Sejak sebelum hari H, masyarakat sekitar
yang mengidentifikasi diri sebagai sunni melakukan berbagai upaya untuk menggagalkannya.
Masa memblokade tempat acara. Dengan bersenjatakan clurit, parang golok, pentungan, dan
senjata tajam lainnya mereka menghadang jamaah yang hendak menghadiri acara maulid nabi.
Jika jamaah Syiah tetap bersikukuh melangsungkan acara maulid nabi sangat mungkin ada carok
massal. Ancaman ini tidak main-main. Sejak awal, masyarakat menunjukkan kebenciannya
terhadap keberadaan Syiah di wilayahnya.
Tokoh-tokoh sunni dengan berbagai posisi sosial keagamaannya, yang terlibat dalam
drama konflik ini, sesungguhnya adalah para kyai dan tokoh NU. Massa yang melakukan
intimidasi dan kekerasan adalah juga masyarakat umum yang merupakan warga NU setempat
yang keislamannya sangat ditentukan oleh pandangan para kyainya. Pusat Tajul Muluk dan
komunitas Syiah Sampang tetap melanjutkan aktivitasnya, tokoh-tokoh MUI, PNU, dan Basra
(Badan Silaturahmi Ulama Madura) menuduh bahwa Ustad Tajul Muluk sudah melanggar
kesepakatan yang sebenarnya tidak pernah ada.
Tuduhan tersebut tentu tidak bisa diterima oleh Ustad Tajul Muluk. Pertama, dia merasa
tidak pernah menyepakati desakan ulama di Ombe, untuk menghentikan aktivitas dakwahnya.
Kedua, dakwah yang dilakukannya hanya berlangsung di jamaah IJABI. Dia tidak pernah
mempengaruhi orang lain untuk pindah menjadi penganut Syiah, dan bahwa yang dilakukannya
selama ini tidak lebih dari penguat internal jamaah Syiah sendiri. Sebelum peristiwa maulid nabi
itu, pada Desember 2010 sesungguhnya ada peristiwa lain yang memanaskan situasi hubungan
Sunni-Syiah Sampang.
A. Sumber Integrasi dan konflik

38
Saat ini, ketika kekerasan agama marak di mana-mana banyak kalangan yang berpendapat
bahwa ini semua terjadi karena negara tidak berbuat tegas. Pendapat ini dalam banyak hal bisa
dibenarkan, tetapi itu tidak bisa menyelesaikan akar masalahnya. Sumber masalah politik
keagamaan berada di jantung klaim kebenaran absolut dari sebuah agama. Pemeluk agama
mengembangkan pandangan sedemikian rupa yang membagi kosmos ini dalam menjadi dua
belahan: baik dan buruk. Pemeluk agama akan marah terhadap sesuatu yang dianggap sebagai
kebatilan dan akan berjuang dalam rangka menegakkan kebenaran. Dalam balutan keyakinan
agama yang semuanya serba absolut, perjuangan menegakkan kebenaran ini bisa berarti tindakan
kekerasan jika diperlukan.
Konflik keagamaan, sebagaimana kekerasan agama, bisa juga berkombinasi dengan
faktor- faktor non agama. Ketika ia muncul, ia bisa berkombinasi dengan berbagai faktor lain
sesuai dengan konteks sosial budaya politik yang ada. Dengan kata lain, klaim kebenaran absolut
oleh suatu kelompok keagamaan membutuhkan konteks sosial politik tertentu untuk meletus
menjadi konflik terbuka. Konflik itu sudah dibungkus dengan idiom-idiom agama, maka dia
memiliki daya dorong yang sangat dahsyat apa yang bisa dilihat dalam konflik Sunni-Syiah di
Sampang adalah fungsi agama sebagai faktor integratif.
Munculnya komunitas syiah di desa Karang Gayam dianggap sebagai pengingkaran
terhadap kehidupan bersama masyarakat Sampng yang diikat oleh nilai-nilai ke-NU-an sebagai
common values nya. Sejak awal, berbagai upaya dilakukan untuk menarik kembali Ustad Tajul
Muluk dan jamaah Syiahnya untuk meninggalkan aqidahnya dan kembali menjadi Sunni/NU.
Ketika komunitas baru ini tetap tidak mau, maka dihilangkan adalah satu satu pilihan yang
tersedia. Hilang di sini bisa mati atau pergi. Untuk melegitimasi hukuman sosial atau kelompok
berbeda ini, maka dikembangkan instrumen pengabsah, yaitu melabeli Syi'ah sebagai kesesatan,
sedang Sunii/NU adalah kebenaran.26
B. Perebutan Basis Otoritas Antar Kelompok Konflik
Terlepas dari gerakan massa yang secara aktif menolak keberadaan syiah di Sampang,
konflik Sunni-Syiah di Sampang perlu dilihat dari rebutan otoritas keagamaan antara pemimpin
agama. Definisi Coser tentang konflik sangat membantu bahwa perbedaan itu sendiri tidak
dengan sendirinya melahirkan konflik. Konflik hanya terjadi jika ada pihak yang sedang berebut
sumber terbatas. Dalam kasus Sampang terlihat bahwa kyai-kyai Sunni/NU merasa tergerogoti
legitimasi keagamaannya. Hal ini bisa dilihat pada upaya awal Kyai Karar yang memaksa Ustad
Tajul Muluk agar tetap berada di dalam barisan NU. Ketika seorang tajul muluk berhasil
membangun sebuah komunitas baru dengan nilai-nilai yang berbeda maka kehadirannya bisa
dianggap sebagai upaya untuk mendelegitimasi basis otoritas kyai-kyai Sunni/NUtersebut.
Kyai-kyai Sunni/NU yang dalam kasus ini berkedudukan sebagai kelompok koordinat
atau berkuasa berusaha sekuat tenaga untuk memaksakan nilai-nilai keagamaannya agar tetap
menjadi nilai yang dipatuhi. Nilai-nilai kesenian di ideologisasi sedemikian rupa sehingga ia
menjadi nilai bersama, sedangkan nilai yang lain dianggap menyimpang dan tidak absah.
Kegagalan mengideologisasi nilai-nilai kelompok ordinat berarti kegagalan mempertahankan
otoritas
26
Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia (Surabaya: Pustaka Al- Kautsar, 2018), hal 14.

39
kepemimpinan yang selama ini dinikmati. Oleh karena itu, maka mereka mati-matian memaksa
Ustad Tajul Muluk untuk tetap mengakui basis keyakinan Sunni sebagai akidah yang benar, atau
kalau tidak, dia harus hilang. Jelas bahwa apa yang kita lihat dalam drama konflik sunni-syiah di
Sampang Madura adalah drama perebutan otoritas keagamaan antara kelompok koordinat kiai-
kiai NU dan dengan kelompok ordinat Tajul Muluk dan jamaah Syiah.
Klaim sesat terhadap Syiah dibangun dalam rangka ideologisasi nilai-nilai ke-Sunni-
an/ke- NU-an untuk tetap menjadi nilai kebiasaan yang absah. Penghakiman terhadap Syiah dan
pengusiran komunitas Syiah adalah dalam rangka tetap mempertahankan otoritas kepemimpinan
keagamaan kyai NU.
C. Solusi Mengatasi Konflik Syiah-Sunni
Alih-alih melakukan mediasi, pertemuan itu justru memojokkan Ustad Tajul Muluk dan
jamaah Syiah. Pihak Muspida justru ikut menghakimi keyakinan jamaah Syiah. Mereka juga
turut mendesak tajul muluk agar menerima opsi yang ditawarkan oleh MUI, PCNU dan Basra,
yaitu:
 Denghentikan semua aktivitas yang di wilayah Sampang dan kembali ke paham sunni.
 Diusir ke luar wilayah Sampang tanpa ganti rugi lahan atau aset yang ada, dan
 Jika salah satu dari dua objek tersebut di atas tidak dipenuhi maka berarti jamaah Syiah
Sampang harus mati.
Tiga opsi yang ditawarkan di atas menunjukkan betapa kuatnya konflik ini. Opsi itu
tertentu saja tidak hanya menjadi ancaman serius bagi komunitas syiah di Sampang, tetapi juga
menempatkan pemerintah pada posisi yang sangat sulit. Tidak menuruti desakan kelompok
mayoritas akan berarti membuat pemerintah tidak populer, tetapi jika opsi itu dituruti,
pemerintah akan segera terang-terangan melanggar HAM.
Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, pada tanggal 28 Mei 2011 MUI Madura secara resmi
mengeluarkan sikap yang isinya adalah sebagai berikut :

 Gayam itu sesat dan menyesatkan


 Kami MUI Madura meminta kepada pemerintah agar Tajul mMuluk segera direlokasi.
Tidak hanya pemerintah Kabupaten Sampang, pemerintah provinsi Jawa Timur juga
didesak untuk segera mengusir Ustad Tajul Muluk dari tanah Sampang dengan alasan ajaran
yang dibawanya sesat. Bupati Sampang, Nur Cahya, mengaku bahwa dia sudah berkoordinasi
dengan gubernur Jawa Timur, Soekarno, yang intinya adalah bahwa pemerintah Kabupaten
Sampang siap untuk merelokasi jama'ah Syi'ah pimpinan Ustad Tajul Muluk ke lokasi yang
mereka inginkan. Relokasi tersebut diajukan dalam rangka memberikan keamanan dan
kebebasan bagi mereka dalam menjalankan kepercayaannya. Kebijakan ini pun disetujui oleh
Soekarno dan ketua umum MUI, KH. Bukhori Maksum. Namun, ketika kebijakan itu
diputuskan, Ustad Tajul Muluk sendiri sudah tidak lagi berada di Sampang. Sejak tanggal 16
april 2011, dia sudah dipindah ke Malang, setelah sebelumnya selama dua minggu diamankan di
polres Sampang. Kemudian diberikan

40
penyuluhan terkait akidah yang dianutnya, agar mereka Kembali menjadi penganut akidah Ahlu
Sunnah Wal Jama’ah.

41
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin . 2018 . Lesbian,Gay,Bisek dan Transgender (LGBT) dalam Konsep Hak Asasi Manusia .
Jakarta : ADALAH Buletin Hukum dan Keadilan.
Ina . 2017 . Pengertian LGBT Menurut Para Ahli . DosenPsikologi.com (10 Oktober 2020)
Knight Kyle . 2016 .Kelompok LGBT Indonesia dalam Ancaman . Human Right Watch (10
Oktober 2020)
Murtadlo , Roy . 2018 . Mengapa Islam Progresif Harus Membela LGBT? .IndoProgress.com
(10 Oktober 2020)
Bahar , Nori .2020. Problematika LGBT dalam Prespektif Hukum Islam dan HAM
.sumberkemenag.go.id .(10 Oktober 2020)
Santoso Meilanny . 2016 . LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia . researchgate.net (11
Oktober 2020)
Abu , Afif,dkk. 2013 ,Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir
(Bogor:Pustaka Thariqul Izzah).
Administrator .Pandangan HAM Soal Pembubaran Hizbut Tahrir .
Retno, Devita . 2018 . Sejarah Berdirinya Hizbut Tahrir Indonesia Paling Lengkap
.SejarahLengkap.com (diakses 11 Oktober 2020).
Dwi ,Bayu . 2017 . Meninjau Alasan Hukum Pembubaran HTI .newdetik.com ( 11 Oktober
2020). Rentika , Reny . 2019. Gerakan Politik dan Organisasi Kemasyarakatan .Jakarta.
Shobron ,Sudarno . 2014. Model Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia . Surakarta .Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dodik .2016. Alasan PKI dibubarkan .brainly.co.id .Bandung.
Gurnanto ,Ariel .2018 . G-30 S/PKI melanggar HAM? . Jakarta Pusat : Kompassiana.
Hidayat, Komaruddin dan Anas Urbaningrum. 2011“Islam dan Hak Asasi Manusia”, (Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama).
Sumodinigrat, Gunawan dan Ary Ginanjar Agustian, Mencintai Bangsa dan Negara Pegangan
dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara di Indonesia, (Bogor: PT. Sarana Komunikasi Utama).

δημοκρατία in Henry George Liddell, Robert Scott, "A Greek-English Lexicon", at Perseus
Wilson, N. G. (2006). Encyclopedia of ancient Greece. New York: Routledge. p. 511. ISBN 0-
415-97334-1.

Santoso, Nur Sayid, dan Kristeva. 2015 Manifesto Wacana Kiri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

42
Barker, Ernest (1906). “The Political Thought of Plato and Aristotle”. Chapter VII, Section 2: G.
P. Putnam's Sons.

Rangga, Adhitya. 2017 “pengertian demokrasi menurut para ahli” dari web cerdika.com
(https://cerdika.com/pengertian-demokrasi-menurut-para-ahli/, Diakses pada 14 Oktober 2020,
17:35).

Arifin, Syamsul Nababan,”Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Perspektif al-Qur’an dan al-
sunnah”, http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204051

Ali, Mukti. 1970 “Dialog between Muslims and Christians in Indonesia and its Problems” dalam
Al-Jami’ah, No. 4 Th.XI Djuli.

Ali, Mukti. 1922 “Ilmu Perbandingan Agama, Dialog, Dakwah dan Misi”, dalam Burhanuddin
Daja dan HermanLeonard Beck (red.), Ilmu Perbandingan agama di Indonesia dan Belanda,
(Jakarta).

Setiawan, Candra dan Asep Mulyana.2006.”Kebebasan Beragama atau Berkepercayaan di


Indonesia,”(Jakarta;Komnas HAM)

Ghufran. 2013. “HAM Kejahatan Manusia dan Perang”, (Surabaya: Graha Ilmu)

Marzuki,Suparman.2017. “Pengadilan HAM di Indonesia”, (Surabaya: Erlangga)

Tim Penyusun Kadeham.2003.“Pendidikan Kadeham”. (Universitas Trisakti, Cetakan Pertama).

Mesir,Maktabah,Masrh,2001M/1421 H), (cetakan.I,Jus X,Hadist No.5885)

Afdlal,dkk.,”Islam dan Radikalisme di Indonesia”

Jones,Sydney.2015”Sisi Gelap Demokrasi:Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia”.


Jakarta:Pusat Paramadina.

Anwar,Rosyihan.2006.”Soekarno, Tentara dan PKI”,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia)

Mashad, Dhurorudin.2018 “Akar Konflik Politik Islam di Indonesia” (Surabaya: Pustaka Al-
Kautsar).
Abdullah, Aim “Pendidikan Kewarganegaraan”,(T.Tt : Grafindo, T .Th)

Geertz,Clifford.1973.”Religion as a Cultural System”

Asad,, Talal.1982.” The Construction of Religion as an Anthropological Category”

43
Shouler, Kenneth.2010.The Everything World's Religions Book. “Explore the Beliefs, Traditions
and Cultures of Ancient and Modern Religions.”
Situs web belajar online,”Arti definisi pengertian negara dan fungsi negara”,
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-definisi-pengertian-negara-dan-fungsi-negara-
pendidikan-kewarganegaraan-pkn.html#.X4cVAqj7TIV, diakses pada 11 Oktober 2020, 20.15)

Ikhsan, Saleh dikutip dari


http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:fhLIEkXpWoJ:blog.beswandjarum.com
/nurulikhsan/2011/
1/07/kebebasanberagamdanberkeyakinan/+kebebasan+beragama+atau+berkeyakinan&cd=7&hl
=en&ct=clnk&clie-a

Zainuddin.2013. https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html
Wakil Rektor I . 151397 views .artikel
Max Boli Sabon. 2014. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Universitas Atma Jaya;
Mujaid Kumkelo dkk. 2005. Fiqh HAM (Ortodoksi dan Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam
Islam) Malang: Setara Press;
Jimly Ashiddique. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Kompress;
Teguh Presetyo. 2017. Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat yang
Berkeadilan dan Bermartabat. Depok: Raja Grafindo;
Pidato Soepomo dalam sidang Badan Persiapan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK)
pada tanggal 31 Mei 1945. Lihat, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei
1945 - 22 Agustus 1945.
Antasari, Rina.2016.”Kebebasan Beragama dalam Hubungannya dengan Hak Asasi Manusia dan
Demokrasi.” Jurnal Annisa, No.9, vol.01.
Malla, Andi.2005,”Islam dan Hak-Hak Asasi Manusia.” Jurnal Hunafa, No.3, Vol. 2.
Hunakaya, widiada.2017.” Hukum Hak Asasi Manusia”, Bandung : Andi Opset.
Adi, Rizky.2017.“Implementasi Prinsip Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia.”
Jurnal Pembaharuan Hukum, No. 1, Vol. IV.
Rasdidi, Lili.1945.”Negara Hukum Indonesia.” Jakarta : UI press.
Basyir, Kunawi.2013. “Pancasila dan Kewrganegaraan.” Surabaya : IAIN Sunan Ampel.
Tindage, Rudi.2018.”Penegakan HAM.” Yogyakarta :Kanisius.
Mushi, Adam.2015.”Teologi Konstitusi Hak Asasi Manusia atas Kebebasan Beragama di
Indonesia.” Yogyakarta : PT. Iksi Printing Cemerlang Kota.
Yewangoe.2009.”Agama dan Kurukunan” Jakarta : PT. BPK Gunung Muly.

44
Usman.2015.”Negara dan Fungsinya” Jurnal Al-Daulah, Vol.4/No. 1.
Sinyo.2014.”Tentang LGBT.” Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2017.
Ilahi, Ridho.2017.”Praktek HAM di Indonesia”. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol.2.
Rafiq, Ainur.2012.”Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia”. Yogyakarta :
LKIS Printing Cemerlang.
Mashad, Dhurorudin.2018.”Akar Konflik Politik Islam di Indonesia”. Surabaya : Pustaka Al-
Kautsar .
Wahab, Abdul, Jamil.2015.” Harmoni di Negeri Seribu Agama”. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Wahab, Abdul, Jamil.2014.”Management Konflik Keagamaan”. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rokmad, Abu.”Konflik Sunni-Syiah di Sampang Madura Perspektif Sosiologi Hukum”.
Semarang.
Abdullah, Rozali. Dan Syamsir, 2001, Perkembangan HAM dan Keberadaan
Peradilan HAM di Indonesia. Jakarta, Ghalia Indonesia.

Adji, Oemar Seno, 1980, Peradilan Bebas Negara Hukum. Jakarta, Erlangga.

Harahap, Krisna, 2003, Hak asasi Manusia dan Penegakannya di Indonesia, Bandung, Grafitti
Budi Utami.

Hadjon, Philipus, 1994, Fungsi Normatif Administrasi dalam mewujudkan Pemerintahan yang
bersih, Pidato penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Hukum.
Mahfud, Moh, 1993, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta, UII Press.

Muladi, 1994, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Justisi No. 7 Tahun II, Makalah

Salim, Agus, 2004, Perkembangan Demokrasi dan HAM serta pengaruhnya terhadap Indonesia,
Justisia Vol. 12 No.1 Tahun 2004, Makalah.

45

Anda mungkin juga menyukai