Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia terdiri oleh ribuan pulau yang terbentuk oleh proses alam. Proses-
proses alam ini membentuk berbagai macam kenampakan bumi. Kenampakan –
kenampakan ini mengandung berbagai macam potensi sumber daya alam. Potensi
ini di beberapa daerah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satunya melalui bidang geowisata.
Kekayaan dan keunggulan geologi Indonesia dipadukan dengan keragaman
budaya dan keanekaragaman hayati yang khas, menjadi potensi besar bagi
pengembangan geowisata Indonesia yang berdaya saing. Potensi geowisata yang
tinggi ini mendorong berkembangnya Geopark di Indonesia yang beberapa
bahkan sudah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark. Hal ini akan
mendorong pengembangan geowisata yang lebih luas, tidak hanya di kawasan
yang sudah ditetapkan sebagai Geopark. Geowisata (geotourism) merupakan
pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam,
sehingga diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses
fenomena fisik alam (Nainggolan, 2016).
Tom Hose merupakan ilmuan yang pertama aktif memperkenalkan istilah
geowisata (geotourism) di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul
“Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your
doorstep” (Dirgantara, 2012). Istilah geowisata di Indonesia diperkenalkan dalam
seminar Nasional tentang geowisata, pada tahun 1990 sebagai kegiatan pariwisata
yang memanfaatkan seluruh aspek geologi dengan ruang lingkup mengenai unsur
abiotik seperti bentang alam, batuan, mineral, fosil, tanah, air dan proses,
termasuk didalamnya sejarah geologi.

Untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, khususnya dalam memberikan


kepemanduan geowisata, dibutuhkan sumber daya manusia yang profesional dan
memiliki kualifikasi tertentu agar dapat meningkatkan kualitas daya tarik dan

1
pelayanan geowisaata. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, sangat perlu
ditetapkan standar berupa kualifikasi dalam hal keterampilan, pengetahuan, dan
sikap kerja yang diterapkan dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia
yang profesional di bidang kepemanduan geowisata. Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia Kategori Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi, Golongan Pokok
Aktivitas Olah Raga dan Rekreasi Lainnya Bidang Kepemanduan
Geowisata disusun bersama oleh para pihak terkait, baik pelaku, pemerintah,
maupun akademisi untuk menyediakan sebuah pedoman yang baku dan dapat
diaplikasikan dalam rangka mengembangkan pemandu geowisata yang
berkualitas dan profesional.

1.1.Maksud dan Tujuan


Pembuatan makalah yang berjudul “” dimaksudkan untuk
1. Memenuhi tugas penilaian Kelas Pendidikan Pancasila tahun ajaran
2019/2020,
2. Mengamati bagaimana masyarakat dapat mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk

1. Mengetahui bagaimana masyarakat Indonesia mengimplementasikan nilai


– nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari,
2. Mengetahui bagaimana sektor geowisata dapat menunjang kehidupan
masyarakat Indonesia,
3. Mengetahui pengawasan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat sekitar terhadap pengelolaan geowisata.

1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi hal yang dibahas dalam makalah ini antara
lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan geowisata?
2. Bagaimana peran geowisata dalam menunjang ekonomi masyarakat
Indonesia?

2
3. Bagaimanakah peran pemerintah sebagai pendukung dalam pemeliharaan
geowisata?
4. Penerapan Etika Pancasila dan obyek etika yang berkaitan pernyataan
moral manusia ( Tindakan Manusia ) Pada Geowisata?
5. Penerapan Etika Pancasila dan obyek etika yang berkaitan pernyataan
moral manusia ( Tindakan Manusia ) Pada Geowisata?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

I. Sejarah Pancasila
Pancasila adalah pandangan hidup bagi bangsa Indonesia yang
asas-asasnya wajib diamalkan agar tercipta kehidupan yang aman dan
tentram serta selaras dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu,
kita juga harus mengetahui dan memahami sejarah Pancasila agar kita
selalu menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Dari materi
sejarah Pancasila yang mungkin sudah sering didengar

Pancasila sendiri berasal dari dua kata dari bahasa Sansekerta,


yaitu panca yang berarti lima dan sila berarti asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman untuk seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila yang juga dapat diartikan sebagai lima
dasar terbentuknya negara. Istilah Pancasila ini juga termuat dalam Kitab
Sutasoma karangan Empu Tantular. Berikut disajikan sejarah singkat
lahirnya Pancasila yang telah kita kenal selama ini:

Sampai saat ini, hanya satu dokumen sejarah yang ditemukan yang
mengungkapkan kata Pancasila di dalamnya yang menjadi sejarah
Pancasila yang ada seperti. Dalam Kitab Sutasoma dijelaskan bahwa
Pancasila sebagai kata kerja, yakni pelaksanaan norma kesusilaan yang
terdiri dari lima poin. Kelima poin tersebut meliputi: dilarang melakukan
kekerasan, dilarabf mencuri, dilarang mendengki, dilarang berbohong, dan
dilarang meminun minuman keras. Di dalam Kitab Sutasoma juga
dituliskan kata yang menjadi inspirasi persatuan segenap bangsa “Bhineka
Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Magrwa”. Sumpah Palapa pun juga ditulis
sebagai cerita tentang sejarah bersatunya nusantara untuk pertama kalinya
oleh Mahapatih Gajah Mada. Semakin berkembangnya zaman, istilah
Pancasila muncul dalam pidato-pidato tokoh besar yang berjuang demi
Bangsa Indonesia, seperti Soekarno dan H.O.S Cokroaminoto. Namun
beberapa literatur yang ada tidak mendukung bahwa istilah Pancasila

4
ditemukan oleh Soekarno. Akan tetapi Soekarno lah yang berpendapat
paling lantang untuk menyuarakan Pancasila hingga Pancasila dikenal
seperti sekarang ini.

II. Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara


1. Pembentukan BPUPKI (29 April 1946)

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI) bertujuan untuk membahas hal-hal yang berhubungan
dengan tata pemerintahan Indonesa, termasuk dasar negara. Sidang
BPUPKI inilah yang menjadi sejarah Pancasila sebagai dasar negara.
Sidang BPUPKI ini diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat
dengan 33 pembicara pada sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni
1945). Mohammad Yamin (29 Mei 1945) yang merupakan salah satu
tokoh penting kemerdekaan Indonesia, mengusulkan dasar negara yang
disampaikan dalam pidato tidak tertulisnya pada sidang BPUPKI yang
pertama, diantaranya peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri
ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Setelah itu,
beliau juga mengusulkan rumusan 5 dasar yang merupakan gagasan
tertulis naskah rancangan UUD Republik Indonesia, yaitu:

 Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Kebangsaan Persatuan Indonesia.
 Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Soepomo antara lain:

 Paham Persatuan.
 Perhubungan Negara dan Agama.
 Sistem Badan Permusyawaratan.
 Sosialisasi Negara.
 Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.

5
Soekarno juga mengusulkan dasar negara yang terdiri dari 5 poin. Dan
kemudian dinamakan dengan Pancasila yang meliputi:

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme atau Perikemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial
 Ketuhanan yang Berkebudayaan

Hasil usulan dari ketiga tokoh pada sidang BPUPKI tersebut


ditampung dan kemudian dibahas lagi pada lingkup kepanitiaan yang
lebih kecil. Panitia yang merupakan bentukan BPUPKI tersebut sering
dikenal sebagai Panitia Sembilan.

2. Panitia Sembilan (22 Juni 1945)

Panitia yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil


merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD yang dikenal
sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Adapun rumusan Pancasila
yang termaktub dalam Piagam Jakarta:

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam
permusaywaratan/perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Sidang BPUPKI II(10-16 Juli 1945)

Untuk membahas hasil kerja panitia sembilan, BPUPKI


mengadakan sidang yang kedua dan menghasilkan beberapa
keputusan, yang meliputi: pertama, kesepakatan dasar negara
Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta.
Kedua, negara Indonesia berbentuk negara Republik, hsail ini
merupakan kesepakatan 55 suara dari 64 orang yang hadir. Ketiga,

6
kesepakatan mengengai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah
Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil kesepakatan 39
suara). Dan yang terakhir, pembentukan tiga panitia kecil sebagai:
Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia
Pembela Tanah Air.

Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia secara resmi


memproklamasikan kemerdekaannya. Sehari setelah kemerdekaan,
BPUPKI diganti oleh PPKI yang bertujuan untuk menyempurnakan
rumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

4. Sidang PPKI (18 Agustus 1945)

Dalam sejarah Pancasila, sidang PPKI yang dilakukan sehari


setelah Indonesia merdeka masih saja terjadi perubahan pada sila
pertama yang diusulkan oleh Muhammad Hatta. Sila pertama yang
semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, kemudian diubah menjadi lebih
ringkas, yaitu”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sehingga Pancasila
menjadi:

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Penghapusan sembilan kata dari sila pertama tersebut sering


menjadi isu yang kontroversial pada saat itu, bahkan hingga kini.
Namun yang harus kita tanamkan dan catat untuk diri masing-masing
dari materi sejarah Pancasila ini, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa berlaku untuk semua rakyat Indonesia. Seharusnya apabila
kita meresapi sejarah Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, segala
permasalahan yang menyangkut dengan sila pertama tidak harus dan

7
tidak patut untuk terjadi lagi. Karena hal tersebut akan bertentangan
dengan Pancasila.

5. Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968

Semakin berkembangnya zaman, Pancasila dinilai mengalami


beberapa keragaman baik dalam rumusan, pembacaan atau pun
pengucapannya. Untuk mengantisipasi terhindarnya keragaman
tersebut, Presiden Suharto pada tahun 1968 mengeluarkan Instruksi
Presiden tentang rumusan Pancasila yang benar, yaitu sebagai berikut:

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila merupakan jati diri bangsa yang harus kita amalkan


dalam kehidupan sehari-hari. Karena Pancasila ini merupakan ideologi
bangsa Indonesia yang paling ideal dan tidak dapat digantikan lagi
oleh ideologi lain.

III. Implementasi pancasila dalam kehidupan


1. Implementasi Sila Pertama
Ketuhanan yang Maha Esa, sila ini menghendaki setiap warga
negaranya untuk menjunjung tinggi agama dan kepercayaan terhadap
tuhan yang maha esa. Beberapa pedoman yang dapat dilakukan warga
negara yaitu
 Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai agama
dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradap.
 Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.

8
 Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang
lain.
2. . Implementasi Sila Kedua
Sila Kedua menghendaki warga negara untuk menghormati
kedudukan setiap warga negara untuk menghormati kedudukan setiap
manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap
manusia barhak mempunyai kehidupan yang layak serta menggunakan
norma sopan santun dalam pergaulan sesame manusia. Implementasi
Sila Kedua antara lain:
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak, dan perasamaan
kewajiban antara sesama manusia.
 Saling mencintai sesama umat manusia.
 Mengembangkan sikap tenggan rasa.
 Tidak semena-mene tarhadap orang lain.
 Bangsa indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, kerena itu dikembangkan sikap saling menghormati
dengan bangsa lain.
3. Implementasi Sila Ketiga
Sila Ketiga merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak terpecah
belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku, agama, dan
lain lain-lain yang berada di wilayah indonesia. Butir-butir
implementasi sila ketiga antara lain:
 Menempatkan persatuan , kesatuan, kepentingan serta keselamatan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
 Cinta bangsa dan tanah air.
 Bangga sebagai bangsa indonesia bertanah air air indonesia
4. Implementasi Sila Keempat
Sila ini memiliki makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat,
dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem

9
perwakilan dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan
cara permusyawarah. Butirbutir implementasi sila keempat antara lain:
 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat
kekeluargaan.
 Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat di pertanggungjawabkan
kepada tuhan yang maha esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Implementasi Sila Kelima
Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rahyat indonesia
mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spiritual rohani sehingga tercipta
masyarakat yang dail dan makmur. Butir implementasi sila kelima
antara lain:
 Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
 Bersikap adil.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
 Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
 Tidak bersikap boros.
 Tidak bergaya hidup mewah.
 Tidak melakukan perbuatan yang merugikan umum.

10
 Suka bekerja keras.
 Menghargai karya orang lain.
 Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

IV. Etika
Etika (Etimologik), menurut Bertens (1993;4) berasal sari kata
yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika identik dengan
kata moral yang berasal dari kata latin mos, yang dalam bentuk jaraknya
mores yang berati adat atau cara hidup. Etika dipakai dalam arti nilai-
nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.arti ini dapat juga
disebut sistem nilai dalam hidup manusia perseorngan atau hidup
bermasyarakat

V. Moral
Pengertian moral, menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-
buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah
pendidikan untuk menjadaikan anak manusia bermoral dan manusiawi.
Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik-
buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun
moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu
sistem yang berwujut aturan. Moral dan moralitas memiliki sedikit
perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas
merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat
dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral
dalam mematuhi maupun menjalankan aturan.

Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai


moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakteristik anak. Pakar-
pakar tersebut diantaranya adalah Newman, Simon, Howe, dan Lickona.

11
Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona yang lebih cocok
diterapkan untuk membentuk watak/karater anak. Pandangan Lickona
(1992) tersebut dikenal dengan educating for character atau pendidikan
karakter/watak untuk membangun karakter atau watak anak. Dalam hal
ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosofi Michael Novak yang
berpendapat bahwa watak/ karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek
yaitu, moral knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang satu sama
lain saling berhubungan dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran
Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter/watak anak dapat
dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral(moral
knowing), sikap moral(moral feeling), dan prilaku moral(moral behavior).
Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat
dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku
moral.
Pemikiran Lickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk
membentuk watak anak, agar dapat memiliki karater demokrasi. Oleh
karena itu, materi tersebut harus menyentuh tiga aspek teori (Lickona),
seperti berikut.
 Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral
awarness), pengetahuan nilai moral (knowing moral value),
pandangan ke depan (perspective talking), penalaran moral
(reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan
pengetahuan diri (self knowledge).
 Sikap moral (moral feeling) mencakup kata hati (conscience), rasa
percaya diri (self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan
(loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan
hati (and huminity).
 Prilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan
(compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
Berdasarkan uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa pengertian
moral/ moralitas adalah suatu tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki
individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap,

12
dan tingkah laku. Dalam pembelajaran PKn, moral sangat penting untuk
ditanamkan pada anak usia SD, karena proses pembelajaran PKn SD
memang bertujuan untuk membentuk moral anak, yaitu moral yang sesuai
dengan nilai falsafah hidupnya.

VI. Geowisata
Letak Negara Indonesia secara geografis sangat istimewa. Pertama,
Indonesia berada di antara tiga lempang benua besar, yaitu lempeng
pasifik, lempeng Eurasia, dan juga lempeng Australia. Kedua, Indonesia
berada di dalam dua kawasan laut dangkal meliputi dangkalan Sahul dan
dangkalan Sunda. Ketiga, Wilayah Negara Indonesia memiliki dua deretan
pegunungan besar, yaitu Pegunungan Mediterania dan Sirkum Pasifik.
Letaknya sangat strategis, membuat Indonesia memiliki kekayaan sumber
daya alam yang sangat besar, terutama kekayaan alam non hayatinya,
berupa keanekaragaman fenomena geologi yang membentang dari Sabang
sampai Merauke. Bentang alam yang pegununngan yang sangati indah
beserta segala bentukan khas geologinya yang unik merupakan segala
bentuk potensi alam yang sudah dimiliki.

Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia


setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun
keindahan alam. Kondisi demikian menjadikan Indonesia sebagai daerah
tujuan wisata potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-
petualang yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia dan ingin
mengetahui lebih banyak tentang keanekaragaman hayati Indonesia.
Potensi ini harus dapat direspon dengan strategi pengembangan kawasan
potensial sebagai daerah tujuan wisata yang dapat memberikan nilai
ekonomi secara nasional maupun bagi masyarakat lokal dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan ekosistem yang ada.

Salah satu upaya potensial yang dapat dilakukan untuk


melestarikan alam dalam bingkai pariwisata adalah dengan membuat
geopark. Konsep geopark ini berfungsi sebagai daerah tujuan wisata yang
dapat mengakomodasi fenomena pariwisata yang berorientasi pada

13
keanekaragaman atau keindahan alam dan budaya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Dewi (2011) yang mengatakan, “Dengan keunggulan branding
daya tarik wisata Indonesia yang berbasis alam dan budaya, maka
pembangunan destinasi yang berkelanjutan menjadi pilihan yang strategis
untuk membangun kepariwisataan Indonesia sekaligus merespon tren eco-
wisatawan yang semakin menguat.”

Kementrian ESDM, Geopark Merangin telah ditetapkan sebagai


Geopark Nasional. Masih di website yang sama, ada 6 geopark termasuk
Merangin yang sedang diproses yaitu 2 yang sudah pernah diusulkan
(Rinjani dan Pacitan) dan 4 yang baru (Merangin Jambi, Raja Ampat,
Kaldera Toba dan Jawa Barat). Memang ke-tiga faktor Geopark yaitu
Geodiversity, Biodiversity, dan Cultural-Diversity sudah diteliti dan
diinventarisasi sebagai usaha agar geopark Merangin diakui oleh Jaringan
Geopark Global sebagaimana dinyatakan dalam Zainul (2013) dalam situs
berita online:
“Pada Tahun 2012, memang sudah dilakukan persiapan dan pematangan.
Berupa Inventarisasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Geodiversity,
Biodiversity, dan CulturalDiversity pada empat lokasi. Kawasan Air Batu,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Kompleks Danau Toba, Sumatera
Utara. Kompleks Kars Rajaampat, Papua Barat, dan Kompleks Gunung
Rinjani, Lombok.”

Dari penjelasan tersebut, hal yang akan dibahas dalam jurnal ini
adalah bagaimana konsep geowisata, dan bagaimana pengembangan
geowisata

Tom Hose merupakan ilmuan yang pertama aktif memperkenalkan


istilah geowisata (geotourism) di Geological Society pada 1996 suatu
makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become casual rock
hounds: Geology on your doorstep” (Dirgantara, 2012). Istilah geowisata
di Indonesia diperkenalkan dalam seminar Nasional tentang geowisata,
pada tahun 1990 sebagai kegiatan pariwisata yang memanfaatkan seluruh
aspek geologi dengan ruang lingkup mengenai unsur abiotik seperti

14
bentang alam, batuan, mineral, fosil, tanah, air dan proses, termasuk
didalamnya sejarah geologi.

Geowisata (geotourism) merupakan pariwisata minat khusus


dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam, sehingga
diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses
fenomena fisik alam (Nainggolan, 2016b).

Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa geowisata


merupakan bentuk kegiatan pariwisata minat khusus yang fokus utamanya
pada kenampakan geologis permukaan bumi maupun yang terkandung
didalamnya dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidup,
alam dan budaya, lebih lanjut sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan
konservasi, serta memiliki kepedulian terhadap kelestarian kearifan lokal.

Geowisata merupakan bentuk kegiatan pariwisata minat khusus


yang fokus utamanya pada kenampakan geologis permukaan bumi
maupun yang terkandung didalamnya dalam rangka mendorong
pemahaman akan lingkungan hidup, alam dan budaya, lebih lanjut sebagai
bentuk apresiasi, dan kegiatan konservasi, serta memiliki kepedulian
terhadap kelestarian kearifan lokal.

Kegiatan geowisata menawarkan konsep wisata alam yang


menonjolkan keindahan, keunikan, kelangkaan, serta keajaiban suatu
fenomena alam yang berkaitan erat dengan gejala-gejala geologi yang
dijabarkan dalam bahasa populer atau sederhana (Kusumahbrata, 1999
dalam Hidayat, 2002).

Fenomena geologi pada dasarnya sangat beragam, masing-masing


memiliki nilai, eksotisme, dan keunikan tersendiri, yang cocok dikelola
sebagai daya tarik wisata. Diantara fenomena geologis tersebut
diantaranya :

1. Struktur geologi, struktur geologi merupakan bangunan alam


nonhayati baik di bawah maupun diatas permukaan bumi yang
dibangun oleh tenaga yang bekerja di dalam dan diatas permukaan

15
bumi. Tenaga yang berkerja di bawah permukaan bumi disebut
endogen, sedang yang bekerja diatas permukaan bumi disebut
eksogen. Pegunungan Himalaya merupakan contoh keindahan
struktur geologi mancanegara yang populer sebagai daya tarik wisata
geologi, serta menjadi lokasi pendakian yang cukup menantang bagi
para pecinta alam. Indonesia juga memiliki kekayaan struktur geologi
yang cukup melimpah dan tidak kalah eksotis, misalnya: Danau
Toba, Danau Karimutu, Gunung Tangkuban Perahu dan lain
sebagainya

2. Stratifigrafi, stratifigrafi merupakan lapisan batuan degan segala


macam jenis batuan, struktur, sifat dan gejala yang ditimbulkan
berdasarkan gambaran perlapisanya (Ahman Sya, 2012). Stratifigrafi
terkadang menjadi fenomena geologi yang sangat menarik dan unik.
Jawa barat, memiliki salah satu bentuk stratifigrafi yang populer
sebagai daya tarik wisata, yaitu Green Canyon di Pangandaran.
3. Topografi merupakan bentukan dari bentang alam. Secara ilmu
geologi, topografi dibentuk oleh tenaga endogen dan eksogen dan
oleh karena itu topografi selalu berubah, contohnya : kubah magma
berubah akibat letusan beru gunung berapi, sungai membentuk alur
baru akibat banjir, gelombang laut merubah garis pantai, gempa
menimbulkan gerakan tanah dan beberapa lainya. Topo grafi pada
pegunungan karst menjadi salah satu contoh fenomena geologis yang
dapat dikelola menjadi daya tarik wisata
4. Kandungan mineral di dalam perut bumi juga mampu menjadi daya
tarik geowisata yang bernilai edukatif dan sangat menarik untuk
dipelajari, baik namanya, sejarah dan proses terbentunya, sifat dan
unsur-unsur kimianya, beserta kegunaanya dalam kehidupan
manusia sehari-hari.

Pariwisata pada dasarnya terjadi karena adanya kecenderungan


manusia untuk mencari hal dan lingkungan baru, atau sering disebut
sebagai ritual inversi dalam ilmu sosiologi (I. G. Pitana & Putu, 2009).
Perbedaan unsur alam, budaya masyarakat, dan unsur binaan di setiap

16
belahan bumi merupakan hal yang mampu merangsang seseorang atau
sekelompok orang untuk mewisatainya (Darsoprajitno, 2002).

Oleh karena itu, wisatawan atau calon wisatawan akan cenderung


mencari tempat tempat baru yang indah, unik, serta berbeda dari tempat
biasanya mereka hidup untuk sementara. Ilustrasinya sebagai berikut :

“Orang kota memiliki kecenderungan untuk senang berwisata ke desa


yang memiliki lingkungan tenang dan asri, juga untuk melihat bentang
alam yang unik dan indah, misalnya wisata pendakian ke Gunung Merapi,
melihat bentang alam Kawasan Kars Pegunungan seribu dan tempat-
tempat berbasis geologi yang menarik lainya.”

Walaupun ada kemungkinan berlaku sebaliknya, misanya : “Orang-


orang yang selamanya hidupnya di desa terkadang berkeinginan untuk
berwisata di kota, melihat kemegahan gedung-gedung atau keramaian
mall.”

Kaitanya dengan geologi adalah, fenomena inversi telah didukung


kenyataan bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa beserta
segala bentuk fenomena geologinya. Kesesuaian kedua faktor diatas
menjadi pendorong untuk pengembangan pariwisata geologi atau
geowisata. Selain itu, perkembangan geowisata juga didukung oleh
meningkatnya permintaan wisata oleh wisatawan yang memiliki minat
khusus.

Wisatawan minat khusus biasanya adalah wisatawan-wisatawan yang


menyukai destinasi wisata yang tidak umum, serta menyukai aktifitas
wisata yang menantang atau tidak biasa (Hermawan, 2017), dalam bahasa
keilmuanya sering disebut wisatawan drifter (I. G. Pitana & Putu, 2009).
Wisatawan jenis ini tidak akan puas berkunjung ke destinasi wisata alam
hanya untuk melihat-lihat panorama alam saja, atau sekedar berfoto selfi,
sebagaimana pola mayoritas kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini.
Destinasi wisata yang dipilih mereka adalah destinasi yang mampu
memuaskan hasrat mereka untuk berpetualang, serta destinasi yang

17
mampu menambah pengkayaan diri berupa pengalaman dan wawasan
baru.

. Alam geologi di Indonesia sangat cocok untuk dikembangkan


menjadi daya tarik pariwisata geologi. Oleh karena itu, dibutuhkan
rumusan-rumusan dalam pengelolaan geowisata yang dapat
diimplementasikan secara di bergai daerah. Akan tetapi, berbagai literatur
mengenai pengembangan geowisata masih jarang ditemukan di Indonesia

18
BAB III

PEMBAHASAN

Geowisata merupakan wisata alam yang terbuat secara alami melalu


proses-proses geologi dengan waktu yang cukup lama. Geowisata banyak
dijumpai di daerah dengan kejadian geologi yang intensitas nya tinggi sehingga
sangat memungkinkan terbentuknya geowisata di daerah tersebut. Geowisata di
Indonesia sangat berlimpah karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan
intensitas kejadian geologi nya yang cukup tinggi. Oleh karena itu geowisata di
Indonesia harus dikembangkan dengan cara menjalankan dasar-dasar dari
pancasila agar dapat memajukan Indonesia di masa yang akan datang.

Pancasila merupakan dasar dari Segi Cita-Cita bangsa Indonesia yang


menjadi dasar dari berbagai aspek berkebangsaan dan pemerintahan Indonesia
salah satunya dalam pengelolaan geowisata di Indonesia karena di Indonesia
banyak sekali situs geologi yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata dan
nantinya akan digunakan untuk pembangunan dan penyejahteraan Indonesia,
walaupun masih banyak kekurangan dalam pengelolaan geowisata di Indonesia
tetapi sangatlah berkaitan dengan kesejahteraan Indonesia. Hubungan dengan
etika pancasila dengan geowisata di Indonesia adalah sebagai berikut :

3.1 Penerapan Etika Pancasila dan obyek etika yang berkaitan pernyataan
moral manusia ( Tindakan Manusia ) Pada Geowisata :

1.Geowisata dibuat dengan mempertimbangkan aspek lingkungan


,ekonomi, hukum dan sosial area tersebut

2. Geowisata untuk mensejahterakan masyarakat sekitarnya

3. Geowisata untuk melestarikan situs geologi di Indonesia

19
4.Meningkatkan wawasan dan pengetahuan baru tentang sumber
geologi seperti fosil, bebatuan, bentang alam, dan lain-lain serta
budaya dan sejarah lokasi setempat.

5. Menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia.

6. Geowisata sebagai pusat studi geologi ataupun masyarakat umum.

3.2 Penerapan Etika Pancasila dan obyek etika yang berkaitan pernyataan
moral manusia (Manusia Sendiri ) Pada Geowisata :

1. Masyarakat sekitar kawasan geowisata haruslah menjaga kawasan


geowisata tersebut agar tetap bersih dan asri.
2. Geowisata haruslah berdampak positif bagi masyarakat sekitar maupun
masyarakat luas.
3. Ahli geowisata harus memberi edukasi kepada masyarakat sekitar daerah
geowisata agar dapat memahami proses-proses geologi yang terjadi di
daerah tersebut.
4. Masyarakat harus menjauhi bahaya yang telah dihimbau oleh ahli
geowisata.
5. Pengelola kawasan geowisata harus memberi rambu-rambu di sekitar
kawasan geowisata.
6. Pengelola geowisata harus memberikan ganti rugi terhadap wilayah warga
yang terkena dampak buruk dari geowisata tersebut.

3.3 Peran Geowisata Dalam Menunjang Ekonomi Masyarakat Indonesia

Geowisata merupakan bentuk alam atau hasil dari kejadian alam


yang dapat dinikmati keindahan nya ataupun kenampakan nya oleh
masyarakat luas. Geowisata juga dapat menjadi mata pencaharian oleh
masyarakat sekitar dengan memanfaatkan adanya geowisata. Masyarakat
dapat mengelola kawasan geowisata sekaligus menunjang perekonomian
masyarakat nya agar dapat memajukan desa atau daerah tersebut.

20
3.4 Peran Pemerintah Sebagai Pendukung Dalam Pemeliharaan Geowisata

Geowisata sangat penting untuk dijaga agar dapat terjaga


kelestariaannya dari perusak lingkungan. Pemerintah sebagai yang memiliki
hak untuk mengatur suatu wilayah dapat mengatur kawasan geowisata agar
dapat dipelihara dengan baik dan benar.

Adapun usaha-usaha pemerintah dalam menjaga dan memelihara


kawasan geowisata dalam suatu daerah, antara lain :

1.Membuat undang-undang mengenai perusakan kawasan geowisata dengan


diberi sanksi seberat-beratnya.

2.Mengerahkan aparat keamanan untuk menjaga daerah geowisata agar


tetap terjaga dari perusak alam secara sengaja maupun tidak sengaja.

3.5 Kasus Permasalahan Geowisata

Pertama, walaupun telah berlangsung praktik pariwisata yang


dinamakan sebagai geowisata, ternyata belum semua pemangku
kepentingan yang berada dalam ranah ini memiliki sense of belonging,
dalam arti praktik geowisata yang berlangsung masih elitis. Terlihat
masyarakat lokal acuh terhadap praktik geowisata yang berlangsung. Hal
tersebut juga menjadi rentan adanya penyelewangan dana oleh pihak-pihak
tertentu yang tidak transparan dengan tidak melibatkan peran masyarakat.
Dari kasus pertama ini tentunya nilai sila-sila yang tertuang dalam
pancasila dapat menjadi luntur, seperti nilai sila ke-3 (rasa kebanggan),
sila ke-4 (musyawarah mufakat) dan sila ke-5 (keadilan sosial).

Kedua, walaupun telah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam


geologi, terlihat adanya penambangan rakyat secara massif. Hal ini tentu
merupakan praktik yang kontraproduktif bagi kelestarian alam sekitar.

Kedua hal tersebut menjadi menarik untuk dikaji, guna


menyingkap apa yang masih samar dalam praktik geowisata, terkait
dengan faktor yang mengondisikan munculnya fenomena apatis
memasyarakat lokal dan maraknya aktivitas penambangan rakyat. Dapat

21
dikatakan, para aktor atau agen (orang/pelaku konkret yang melakukan
aktivitas sosial masih berjalan sendiri-sendiri berdasarkan langgam
kepentingannya masing-masing. Dalam konteks praktik pariwisata, hal ini
mengindikasikan adanya perangkap dualisme. Dualisme diduga yang
terjadi pada dua arah, yaitu di level interaksi sosial (antar aktor), dan di
level interaksi aktor dengan alam fisik.

22

Anda mungkin juga menyukai