Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan

coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada

setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan

gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan

pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan

masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia

yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari

2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30

Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)

dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke


berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020,
WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di
seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus
pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan
cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020
Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19
dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%).
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat Khususnya kabupaten Lombok Timur kasus covid-19
sampai tanggal 10 September 2021 tercatat pelaku perjalanan sebanyak 19.496 orang, Kontak Erat
25.185 orang, suspek 6.706 orang dan terkonfirmasi sebanyak 2.797 orang. Dari kasus yang
terkonfirmasi sembuh sebanyak 2642 orang atau sekitar 94,5%. Kasus meninggal sebanyak 48
orang atau 1,7%. Sedangkan yang masih isolasi sebanyak 107 orang atau 3,8%.
Kasus di kecamatan Labuhan Haji sampai tanggal 10 September 2021 pelaku perjalanan
sebanyak 968 orang, kontak erat sebanyak 1169 orang, kasus suspek 326 orang dan terkonfirmasi
sebanyak 186 orang. Dari kasus yang terkonfirmasi sembuh sebanyak 175 oarang atau 96,2%.
Kasus meninggal sebanyak 4 orang atau 2,1 %. Masih isolasi sebanyak 7 orang atau 3,8 %.
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih dalam risiko

sangat tinggi. Pemberian vaksin masih terus dilakukan kepada masyarakat. Dunia dihadapkan

pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan COVID-19. Salah satu

upaya yang dilakukan untuk mengatasi pandemi covid-19 ini melalui vaksinasi dan penerapan

protokol kesehatan covid-19 Tiga M, yaitu Memakai Masker, Mencuci Tangan menggunaan air

mengalir dan menjaga jarak.

Namun dalam penerapannnya di masyarakat, kepatuhan masyarakat untuk melaksanakan

protkol kesehatan masih rendah. Masih banyak terlihat dijalan, ditempat ibadah, di tempat umum

seperti pasar, taman dll warga tidak menggunakan masker dan menjaga jarak.

Melihat kenyataan ini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan menjalankan protokol kesehatan pada pengunjung

rawat jalan di PKM Labuhan Haji.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Labuhan Haji dalam

mematuhi prokes pada masa pandemi COVID-19 pada tahun 2021?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Labuhan Haji

dalam mematuhi prokes pada masa pandemi COVID-19 pada tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Labuhan Haji sebelum

diberikan edukasi tentang program kesehatan pada masa pandemi COVID-19 pada tahun

2021.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Labuhan Haji setelah

diberikan edukasi tentang program kesehatan pada masa pandemi COVID-19 pada tahun

2021.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadai bahan kajian untuk dilakukan penelitian-

penelitian menganai pandemi covid-19.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pasien dan keluarga

Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dalam mematuhi program kesehatan

pada masa pandemi COVID-19.

b. Bagi instansi pelayanan kesehatan

Dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk lebih mengedukasi masyarakat

tentang program kesehatan pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.

c. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan acuan dan informasi awal bagi pengembangan penelitian selanjutnya

dalam mematuhi program kesehatan pada masa pandemi COVID-19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KerangkaTeoritis

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang mengadakan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan obyek terjadi melalui pancaindra

manusia yakni, pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi manusia

diperoleh melalui indra mata dan telinga. (Notoadmodjo,2003 dalam Wawan dan Dewi 2010).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi olehfaktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang

tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu

ditekankan, buka berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlaak berpengetahuan

rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari

pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative,

Kedua aspek ini yang menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positip dan objek

yang diketahui. maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut

teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh (notoatmodjo, 2007 dalam Wawan

dan Dewi 2010).

b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavion) Pengetahuan yang cukup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi 2010)

1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnyya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(Recall) terhadap suatu yang spesifikdan seluruh bahan yang dipelajan atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata ukur untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya,

2) Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterpretasikannya secara benar Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi ril (sebenamya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum. rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis) Analisis adala suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau sebuah

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis) Sintetis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksankan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun fromulasi baru dari

formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan denngan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilai- penilaian itu

berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kritera-kriteria yang

telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi

2010) adalah sebagai berikut:

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara

coba salah (Trial and Eror)


Cara coba salah ini dilakukan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai masalh tersebut dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik

formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebgaia perinsip yang

lainyang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan data

empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan ini disebut metode penelitian ilmiah atau

lebih popular atau disebut metode penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Deven. Akhirnya

lahir suatu cara untuk melkaukan penelitian Yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian

ilmiah.

d. Proses Perilaku "TAHU"

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan

Dewi 2010, perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati

langsung maupun tidak dapat diamati pihak luar. Sedangakn sebelum mengadopsi perilaku

baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan

tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan


baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaption, dan sikap terhadap stimulus

Pada penelitian selanjutnya, Roger (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo, 2003 dalam

Wawan dan Dewi 2010, menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang mulai proses

seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut

akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika perlu itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan

berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan

sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti

pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainyayang ditentukan dan dipengaruhi oleh

faktor pengalaman, kayakinan, sarana fisik dan sosial budaya

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah:

1) Faktor Internal

a) Pendidikan Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperfukan untuk mendapa informasi misainya hal- hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut

YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan yang mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup termasuk motivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi seseorang.

b) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) dalam Wawan dan

Dewi, 2010 pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber


kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedang bekerja merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Berkerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam Wawan dan

Dewi, 2010 usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)

dalam Wawan dan Dewi, 2010. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang

ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada dimasyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Arikunto dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik Hasil persentase 76%-100%

2) Cukup: Hasil persentase 56%-75%

3) Kurang: hasil persentase >56%

2. Konsep covid-19

a. Pengertian

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang

disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2), atau sering

disebut virus Corona. Virus ini merupakan patogen zoonotik yang memiliki tingkat mutasi
tinggi, dan dapat menetap pada manusia dan binatang dengan presentasi klinis beragam, mulai

dari asimptomatik, gejala ringan sampai berat, sampai kematian.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak spesifik, tetapi sering

ditemukan limfopenia, peningkatan laktat dehidrogenase, dan peningkatan aminotransferase.

Sedangkan pemeriksaan pencitraan toraks dapat menunjukkan gambaran pneumonia.

Karakteristik gambaran COVID-19 pada CT scan toraks nonkontras adalah ground

glass opacification (GGO) bilateral, multilobar, dengan distribusi periferal atau posterior.

Walaupun kurang spesifik, ultrasonography (USG) dan rontgen toraks juga dapat membantu

menegakkan diagnosis COVID-19.Diagnosis baku emas COVID-19 adalah mendeteksi virus

RNA dengan pemeriksaan nucleic acid amplification test (NAAT) dengan metode real time

polymerase chain reaction (RT-PCR).

Sampai saat ini, belum terdapat terapi spesifik dalam penanganan COVID-19. Terdapat

dua studi terbesar tentang terapi COVID-19 yang hingga saat ini masih berjalan secara global.

Studi menunjukkan bahwa antivirus favipiravir, remdesivir, dan tocilizumab mungkin

memiliki beberapa manfaat untuk penanganan COVID-19, dan sudah diperbolehkan

penggunaannya di Indonesia.

Pasien COVID-19 tanpa gejala dan derajat ringan umumnya hanya disarankan isolasi

di rumah dan menggunakan obat simptomatik. Pasien dengan gejala derajat sedang sampai

berat membutuhkan terapi oksigen, sehingga disarankan untuk dirawat inap dan terkadang

diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi mekanik apabila terjadi gagal napas atau acute

respiratory distress syndrome.

b. Patofisiologi

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia.

Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang

membantu adaptasi virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome virus corona 2)

pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan

perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.


Peran Reseptor ACE2, SARS-CoV-2 menggunakan reseptor angiotensin converting

enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit

usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor

ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor

binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara

sel virus dan sel inang.

Replikasi Virus di Dalam Sel, Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan

dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a

dan pp1ab dan membentuk replication/transcription complex (RTC). Selanjutnya, RTC

akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan

protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid,

dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan

berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis.

Penyebaran Virus ke Seluruh Organ,Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan

menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang

kemudian menyebabkan gejala pada pasien. Gejala dan tanda COVID-19 terutama berupa

infeksi saluran napas, tetapi dapat juga menyebabkan di saluran pencernaan seperti diare,

mual, dan muntah, jantung seperti miokarditis, saraf seperti anosmia bahkan stroke, serta

mata dan kulit.

c. Etiologi

Etiologi COVID-19 adalah infeksi virus family coronaviridae, dengan nama spesies SARS-

CoV-2 (severe acute respiratory syndrome virus corona 2). Transmisi virus antar manusia

melalui droplet yang disebarkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari

permukaan benda yang terkontaminasi.

Virologi SARS-CoV-2, SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom

single-stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan

(spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan


berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-

CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein

envelope (E) selubung, dan protein aksesoris lainnya.

SARS-CoV-2 termasuk dalam betaCoV dan 96,2% sekuens genom SARS-CoV-2

identikal dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai merupakan inang

asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60-140 nm dan dapat

secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol, desinfektan

yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan kloroform.

SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan

solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless

selama 72 jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.

Varian Virus SARS-CoV-2Pada bulan Juli 2021 telah ditemukan banyak varian virus

SARS-Cov-2. WHO memasukan varian baru ke dalam variant of interest (VOI) dan variant

of concern (VOC). Kriteria VOI adalah varian yang telah teridentifikasi menyebabkan

transmisi dalam lingkup komunitas atau terdeteksi pada beberapa negara, seperti varian

Zeta (P.2), Eta (B.1.525), Kappa (B.1.617.1), dan Lambda (C.37).

Sedangkan kriteria VOC adalah kriteria VOI ditambah terbukti menyebabkan

perubahan pada kemampuan transmisi, virulensi, dan gejala. VOC juga terbukti mengubah

efektifitas dari upaya pengendalian penyakit, termasuk pemeriksaan diagnostik dan tata

laksana. Saat ini yang masuk dalam VOC adalah varian alfa (B.1.1.7), beta (B.1.351), dan

delta (B.1.617.2). Status VOI dan VOC akan terus berubah sesuai hasil penelitian dan

pengamatan virus.

Transmisi Virus SARS-CoV-2 Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar

basah di Kota Wuhan Cina yang menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi

binatang ke manusia merupakan mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil

genom SARS-CoV-2, kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang

perantara karier dari virus ini masih belum diketahui secara pasti.
Transmisi Droplet Transmisi antar manusia melalui droplet dapat terjadi secara

langsung, yaitu saat pasien batuk atau bersin mengenai individu sehat pada jarak hampir 2

meter atau 6 kaki. Droplet yang masuk mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-paru

dan menyebabkan infeksi. Atau secara tidak langsung, yaitu saat individu sehat menyentuh

permukaan barang yang sudah terkontaminasi droplet pasien COVID-19 kemudian

menyentuh wajah, mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Penyebaran tidak langsung ini bukan transmisi utama virus.

Transmisi Vertikal Ibu Hamil Sampai saat ini, transmisi vertikal COVID-19 dari ibu

hamil ke janin belum dapat dibuktikan. Ada 2 studi yang melaporkan penemuan antibodi

IgM SARS-CoV-2 pada serum neonatus melalui pemeriksaan immunoassay. Namun, kedua

laporan tersebut belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya reaksi silang yang

menyebabkan hasil positif palsu. Pada studi lain, bayi yang lahir dari 32 ibu hamil yang

terinfeksi COVID-19 ditemukan dalam kondisi yang baik dan tidak ada transmisi neonatal.

d. Faktor Risiko

Faktor risiko utama yang telah diketahui dari penyakit COVID-19 adalah: Riwayat

bepergian ke area yang terjangkit COVID-19

Kontak langsung dengan pasien probable atau terkonfirmasi COVID-19.

Sedangkan beberapa faktor risiko yang dipercaya dapat meningkatkan mortalitas pasien

COVID-19, antara lain:

a. Usia >50 tahun

b. Obesitas (BMI ≥ 40)

c. Wanita hamil

d. Pasien imunodefisiensi, misalnya HIV atau penggunaan obat-obatan yang dapat

mengganggu sistem imun seperti kortikosteroid

e. Hipertensi, diabetes mellitus

f. Penyakit keganasan, seperti kanker paru

g. Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung


h. Penyakit paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis

i. Penyakit hepar terutama dengan kondisi disfungsi koagulasi

j. Gangguan saraf, seperti penyakit Parkinson dan palsi serebral

k. Sedang menjalankan kemoterapi, radioterapi intens, atau terapi target lainnya yang

dapat yang mengganggu imunitas

l. Riwayat transplantasi organ, termasuk transplantasi sumsum tulang atau sel punca

m. Disfungsi organ dengan skor sequential organ failure assessment (SOFA) tinggi

n. Neutrofilia,

e. Epidemiologi

Epidemiologi COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global pada tanggal 11

Maret 2020 oleh WHO. Pertama kali dilaporkan terjadi di Kota Wuhan Cina, kemudian

dalam waktu kurang dari setahun telah menyebar ke seluruh negara di dunia.

Global, Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan Cina.

Setelah itu, virus SARS-Cov-2 menyebar ke seluruh bagian negara Cina dalam waktu

beberapa minggu, dan ke negara lain dalam waktu beberapa bulan. Sampai tanggal Juli

2021, COVID-19 sudah ditemukan di 216 negara, dengan total terkonfirmasi lebih dari

190.000.000 kasus.

f. Diagnosis covid

diagnosis COVID-19 diawali dengan anamnesis risiko terpapar virus SARS-CoV-2,

misalnya bepergian ke atau tinggal di daerah endemik, atau kontak dengan pasien

terkonfirmasi. Gejala dan tanda COVID-19 terdiri dari asimtomatik, ringan, sedang, dan

berat. Pemeriksaan baku emas COVID-19 adalah tes RT-PCR (real time polymerase chain

reaction) dari sampel swab nasofaring dan orofaring.

Derajat Gejala dan Tanda COVID-19. Derajat gejala dan tanda COVID-19 dapat

diklasifikasikan ke dalam tanpa gejala/ asimtomatik, gejala ringan, gejala sedang, gejala

berat, dan kritis.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan COVID-19 tergantung derajat gejala, yaitu tanpa gejala, ringan,

sedang, berat, atau kritis. Pada pasien tanpa gejala atau dengan gejala ringan sedang, isolasi

mandiri dapat dilakukan di rumah. Sedangkan pasien dengan gejala berat atau risiko

pemburukan sebaiknya dirawat inap.

Sampai sekarang belum terdapat terapi spesifik untuk penatalaksanaan COVID-19.

Namun, beberapa agen dipercaya memiliki efikasi dan masih terus dilakukan uji coba.

Terdapat dua studi terbesar tentang terapi COVID-19 yang hingga saat ini masih berjalan

secara global.

h. Edukasi pasien

Edukasi dan promosi kesehatan memegang peran utama dalam penanganan COVID-

19. Prosedur kesehatan yang direkomendasikan untuk menekan penyebaran penyakit

mencakup 5M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi

aktivitas di luar rumah, dan menjauhi kerumunan.

Edukasi Pasien, Pasien COVID-19 dan keluarga harus diberikan penjelasan dan

pengarahan mengenai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.01.07/MENKES/4641/2021. Keputusan menteri tersebut tentang penanganan pasien

COVID-19 sebagai upaya pengendalian penyakit secara nasional. Pasien COVID-19 baik

suspek maupun terkonfirmasi harus ditangani berdasarkan pedoman 3T, yaitu testing,

tracing, dan treatment.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi
(Predisposing factors) :
1. Sikap
2. Kepercayaan dan
keyakinan
3. Pengetahuan

Faktor pendukung
(Enabling factors) : Perilaku spesifik
1. Ketersediaan fasilitas
individu:
dan sarana kesehatan
2. Terjangkaunya sarana Kepatuhan
kesehatan
3. Motivasi Sehat

Faktor pendorong
(Enabling factors) : Lingkungan
1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat

Bagan 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian. Faktor yang mempengaruhi


perilaku kesehatan (Green dan Kreuter, 1991)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


Penjelasan Kerangka Konseptual

Perilaku spesifik individu (kepatuhan) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor

predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Dalam penelitian ini faktor

predisposi yang mempengaruhi kepatuhan meliputi sikap, kepercayan, keyakinan dan

pengetahuan. Faktor pendukung yang dapat memberikan pengaruh pada kepatuhan

adalah ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan

dan motivasi. Sedangkan faktor pendukungnya meliputi keluarga, petugas

kesehatan dan masyarakat.

Pengaruh dari ketiga faktor tersebut akan memberikan dampak pada perilaku

spesifik individu (kepatuhan). Perilaku spesifik individu juga memiliki hubungan

dengan lingkungan yang saling mempengaruhi. Perilaku spesifik individu dan

lingkungan akan memberikan hasil pada suatu indvidu berupa kesehehatan bagi individu

itu sendiri. Dari ketiga faktor tersebut pengetahuan adalah sub bagian dari faktor-faktor

tersebut yang akan diteliti hubungannya dengan kepatuhan.

B. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan melaksanakan Protokol kesehatan

selama pandemi covid-19.

Anda mungkin juga menyukai