Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang, namun

belum disusun secara sistematik dan belum diuji kebenarannya dengan metode

ilmiah serta tidak bisa dikatakan valid atau shahih (Nata, 2018). Pada hakikatnya,

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang kita ketahui, baik itu tentang suatu

objek maupun kedalaman dari ilmu yang orang itu miliki. Pengetahuan juga

merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung

memperkaya kehidupan manusia (Arfa & Marpaung, 2016). Dalam buku yang

berjudul “Riset Kesehatan Panduan Praktis Menyusun Tugas Akhir Bagi

Mahasiswa Kesehatan”, penulis berpendapat bahwa pengetahuan adalah hasil dari

tahu, setelah seseorang melakukan penginderaan dari suatu objek baik melalui

indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan perabaan (Sinaga,

2017).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan merupakan bagian kognitif yang penting untuk mengarahkan

perilaku seseorang, pengetahuan memiliki enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Pada tingkat ini diartikan sebagai re-call (mengingat kembali) saja, jadi

sesuatu yang sebelumnya pernah dipelajari diingat kembali setelah

melakukan suatu pengamatan pada objek tertentu.


2. Memahami (Comprehension)

Memahami berarti suatu kemampuan seseorang untuk menjelaskan secara

benar dan terperinci tentang suatu objek yang sudah ia ketahui.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

mengaplikasikan/menginterpretasikan suatu ilmu pada kondisi yang

sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analis dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam menjabarkan

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang saling

berkaitan satu sama lain dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusun rumus baru

dari rumus-rumus yang sudah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk menilai suatu objek yang

sedang diamati atau objek yang sudah diketahui (Zulmiyetri et al., 2019).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

tentang suatu hal, yaitu:

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang, karena diusia yang produktif akan memiliki kemampuan


kognitif yang baik. Semakin matang usia seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bekerja. Pada usia 20-35 tahun, seseorang akan

berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta akan lebih

banyak melakukan persiapan untuk mencapai kesuksesan dimasa yang

akan datang.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi seseorang dalam

berpresepsi/ cara pandang dia dalam menyelesaikan suatu masalah.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah

seseorang dalam menerima informasi sehingga semakin luas pengalaman

yang ia miliki.

3. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan

pengalamannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pangesti (2012),

pekerjaan yang setiap harinya lebih banyak menggunakan otak daripada

otot maka kinerja dan kemampuan otaknya dalam berfikir dan mengingat

akan bertambah ataupun meningkat. Maka berlaku sebaliknya, jika

pekerjaan orang tersebut lebih banyak menggunakan otot maka

kemampuan yang dia miliki tidak akan terasah dan danya ingatpun akan

menurun (Suwaryo & Yuwono, 2017).

4. Lingkungan

Lingkungan adalah kondisi yang ada disekitar kita yang sangat

berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan dan pengalaman


seseorang. Seseorang yang hidup dilingkungan yang berfikiran luas maka

pengetahuan dan pengalamannya akan semakin luas, namun sebaliknya

jika seseorang hidup dilingkungan dengan pola fikir yang sempit semakin

sempitlah pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki.

5. Informasi yang diperoleh

Ilmu pengetahuan yang luas membutuhkan informasi yang luas dan

menghasilkan informasi juga. Semakin cepat perkembangan pengetahuan

maka semakin cepat pula perkembangan informasi. Adanya pemberian

informasi guna meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat

menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang

ia miliki (Zulmiyetri et al., 2019).

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dalam pengetahuan bisa menggunakan model wawancara atau

angket ataupun kuesioner yang berisi seputar materi yang ingin diketahui sampai

tingkat mana seseorang atau kelompok itu paham dan mengerti. Indikator-

indikator yang yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: tingkat pengetahuan tentang sakit dan

penyakit, tingkat pengetahuan tentang menjaga kesehatan dan cara hidup sehat,

dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Zulmiyetri et al., 2019).

Dalam jurnal yang berjudul “Knowledge, Attitude and Practice toward the

Novel Coronavirus (COVID-19) Outbreak: A Population-Based Survey in Iran”

penilaian dari pengukuran tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Skor total < 5 maka dikategorikan memiliki pengetahuan yang rendah.


b. Skor antara 5-7 maka dikategorikan memiliki pengetahuan sedang.

c. Skor total 8 maka dikategorikan memiliki pengetahuan yang tinggi (Erfani

et al., 2020).

2.2 Konsep Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

2.2.1 Pengertian Covid-19

Coronavirus merupakan virus dengan RNA yang sangat kecil, kira-kira

120 – 160 nm. Virus ini biasanya menginfeksi hewan, diantaranya kelelawar dan

unta (Susilo et al., 2020). Coronavirus jenis baru yang diberi nama coronavirus

disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini

sebelumnya tidak pernah teridentifikasi pada manusia. Namun, sudah ada 2 jenis

coronavirus yang diidentifikasi bisa menginfeksi manusia dan akan menimbulkan

gejala berat yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) (Tim Penyusun Kemenkes RI, 2020).

2.2.2 Etiologi Covid-19

Penyebab dari penyakit coronavirus disease 2019 (Covid-19) yaitu Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Peneliti CDC China

melakukan penelitian untuk mengetahui sumber infeksi dari Covid-19. Para

peneliti tersebut mengumpulkan 585 sample dari Pasar Makanan Laut Huanan di

Wuhan, Provinsi Hubei. Mereka mendeteksi 33 sampel yang mengandung SARS-


CoV-2 dan mengindikasikan bahwa itu berasal dari hewan liar yang dijual di

pasar tersebut. Setelah itu, peneliti menggunakan sampel cairan paru-paru, darah,

dan swab tenggorokan dari 15 pasien untuk melakukan tes laboratorium.

Hasilnya, menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mirip dengan beberapa gen beta (β)

coronavirus yang diidentifikasi pada kelelawar yang terletak dalam kelompok

CoV mirip SARS (Adhikari et al., 2020).

2.2.3 Manifestasi Klinis Covid-19

Gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita biasanya bersifat ringan dan

muncul secara bertahap. Terkadang ada beberapa orang yang terinfeksi tetapi

tidak memunculkan gejala namun bisa menularkannya kepada orang lain. Gejala

Covid-19 yang paling umum yaitu:

a. Demam, rasa lelah, dan batuk kering.

b. Rasa nyeri dan sakit seperti ditindih benda berat.

c. Hidung tersumbat dan pilek.

d. Nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman

dan pembauan atau ruam kulit (Tim Penyusun Kemenkes RI, 2020).

Dari jurnal yang berjudul “ Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit

pada Pasien Covid-19” peneliti menemukan bahwa sebanyak 98% pasien dalam

studi mereka mengalami demam, yang 78% memiliki suhu lebih tinggi dari 38°C.

76% pasien mengalami batuk, 44% pasien mengalami kelelahan dan nyeri otot,

dan 55% pasien mengalami dyspnea. Serta sejumlah kecil pasien dari penelitian

ini mengalami ekspektorasi (28%), sakit kepala (8%), hemoptisis (5%), dan diare

(3%) (Grace, 2020).


2.2.4 Patofisiologis Covid-19

Coronavirus disebut sebagai virus zoonatik karena ditranmisikan atau

ditularkan dari hewan ke manusia. Coronavirus jenis SARS-CoV-2 mirip dengan

beberapa gen beta (β) coronavirus yang diidentifikasi pada kelelawar (Adhikari et

al., 2020). Secara umum, coronavirus ditularkan dari hewan ke manusia dan

manusia ke manusia melalui kontak langsung, droplet, rute feses dan oral. Ketika

hewan yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 dikonsumsi oleh orang sehat maka

orang tersebut akan berpotensi untuk terinfeksi (Burhan et al., 2020).

Penyebaran virus SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui

droplet, ketika dia tidak sengaja batuk atau bersin tanpa melakukan etika batuk

dengan benar. Kemudian droplet tersebut tidak sengaja terpegang oleh orang atau

penderita sedang bersama seseorang saat batuk, bisa jadi orang tersebut akan

berpotensi untuk terinfeksi virus SARS-CoV-2 (Susilo et al., 2020). Target sel

pada virus SARS-CoV-2 kemungkinan adalah di saluran napas bawah. Virus ini

menggunakan ACE-2 sebagai reseptornya (Burhan et al., 2020). Ketika virus

masuk kedalam sel tubuh orang yang sudah terinfeksi, maka genom RNA virus

akan dikeluarkan ke sitoplasma dan virus tersebut akan ditranslasikan menjadi dua

poliprotein dan protein struktural. Genom virus akan terus bereplikasi.

Glikoprotein yang baru terbentuk pada selubung virus akan masuk kedalam

retikulum endoplasma dan membentuk nukleokapsid. Partikel virus akan terus

tumbuh dan pada tahap akhir partikel virus tersebut akan bergabung dengan

membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru. Setelah seseorang

terinfeksi, maka masa inkubasinya 7-14 hari. Kemudian, setelah itu penderita akan
memunculkan gejala-gejala, baik itu gejala ringan ataupun gejala berat sekalipun

(Susilo et al., 2020).

2.2.5 Penularan Covid-19

Secara umum, penularan covid-19 adalah melalui droplet yaitu penularan

terjadi ketika seseorang berada dalam jarak dekata atau kurang dari 1 meter

dengan seseorang yang memiliki gejala terinfeksi virus covid-19 (secara umum

batuk dan bersin). Percikan droplet akan sangat mudah menularkan kepada

seseorang jika terkena mukosa mulut atau hidung serta mukosa konjungtiva mata

(Nugroho et al., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Van Doremalen, dkk ialah

menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 lebih stabil pada benda yang berbahan

dasar plastic dan stainless steel (>72 jam) disbanding dengan tembaga (4 jam) dan

kardus (24 jam). Pada studi lain di Singapura, virus ini juga dapat dideteksi pada

gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas

ventilasi namun tidak pada sampel udara (Susilo et al., 2020).

2.2.6 Faktor Resiko Covid-19

1. Lansia

Beberapa peneliti dari USA, Jerman, Indonesia, China, Canada dan

Gubernur DKI Jakarta menyepakati bahwa kelompok lansia adalah

kelompok pertama yang paling rentang terpapar covid-19 dikarenakan

sistem kekebalan tubuhnya sudah melemah seiring dengan pertambahan

usianya. Rentang usianya diperkirakan > 50 tahun.

2. Orang dengan penyakit kronis


Menurut peneliti USA, orang yang memiliki penyakit kronis seperti

penyakit jantung, diabetes, paru-paru rentang mengalami komplikasi

dan kematian akibat terinfeksi covid-19. Kelompok orang yang

mempunyai penyakit kronis harus lebih diperhatikan karena jika

terlambat dalam penanganannya akan membuat penderita mengelami

perselaputan pada organ paru-paru dan mengalami pneumonia yang

dapat berujung pada kematian.

3. Laki-laki, perokok, dan penghisap vape

Berdasarkan data pasien di Wuhan, menunjukkan lebih banyak kaum

laki-laki yang dirawat akibat terinfeksi covid-19 dibandingkan kau

wanita. Perokok dan penghisap vape adalah kelompok selanjutnya yang

rentang terpapar covid-19 dikarenakan mereka sudah mengalami

kerentanan disaluran pernafasannya, ini selaras dengan yang

disampaikan oleh dokter spesialis paru Indonesia dr. Feni Fitriani.

4. Kelompok penyandang disabilitas mental intelektual

Penyandang disabilitas ini termasuk penyandang keterlambatan mental,

orang yang mengalami distrofi otot, dan kerusakan otak. hal ini terjadi

dikarenakan tidak ada yang bisa menjamin metode penanganan yang

tepat dan pendekatan yang cocok pada penyandang disabilitas ini.

5. Petugas kesehatan yang merawat dan memeriksa pasien covid-19, orang

yang tinggal serumah dengan pasien yang positif covid-19, tamu yang

seruangan dengan pasien covid-19, dan orang yang bekerja bersama

pasien covid-19 (Siagian, 2020).


2.3 Konsep Kepatuhan

2.3.1 Pengertian Kepatuhan

Secara umum, kepatuhan didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang

diberi pengobatan, menjalankan diet, serta melaksanakan hidup sehata sesua yang

direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan (Ilmah & Rochmah, 2015).

Kepatuhan didefinisikan sebagai upaya keterlibatan pasien dalam berperilaku

yang mendukung kesembuhannya. Definisi kepatuhan dalam kesehatan ialah

perilaku yang menunjukkan sejauah mana individu mengikuti anjuran yang

berhubungan dengan kesehatan atau penyakit (Suarayasa, 2020). Menurut Kaplan

dkk (1999) kepatuhan merupakan tingkatan dimana pasien mengikuti saran yang

dianjurkan oleh dokter yang mengobatinya (Wulandari, 2015).

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut teori Lawrence Green dalam jurnal “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Pemakaian Kacamata Pada Anak Sekolah”,

faktor-fator yang mempengaruhi kepatuhan dikelompokkan menjadi 3 faktor

yaitu:

1. Faktor predisposisi, meliputi pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial

budaya, dan motivasi.

2. Faktor pendukung, meliputi sarana dan prasarana fasilitas kesehatan.

3. Faktor pendorong, meliputi peran keluarga (Zelika et al., 2018).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan masyarakat,

sebagai berikut:

1. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang berhubungan erat dengan

kepatuhan. Merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Wiranti dkk,

bahwa responden dengan kepatuhan yang tinggi dilakukan oleh responden

perempuan. Hal itu dikarenakan terdapat perbedaan sifat yang dimiliki

oleh setiap gender. Perempuan memiliki sifat yang lemah lembut, penuh

kasih sayang, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

Sedangkan sifat laki-laki cenderung agresif, ingin keleluasaan, kasar,

senang berpetualang, serta berani mengambil resiko.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk

mematuhi suatu peraturan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

semakin meningkat pula tingkat kepatuhan seseorang. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Pradono, salah satu perubahan perilaku untuk hidup

sehat ditentukan salah satunya adalah karena tingkat pendidikan. Dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan membentuk

pengetahuan yang nantinya akan meningkatkan perilaku patuh pada suatu

kebijakan.

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, setelah seseorang melakukan

penginderaan dari suatu objek baik melalui indera penglihatan, penciuman,

pendengaran, perasaan, dan perabaan (Sinaga, 2017). Penelitian yang

dilakukan oleh Webster, menyatakan bahwa pada kepatuhan pasien

karantina dilakukan oleh pasien yang memiliki pengetahuan tentang

penyakit yang sedang ia derita dan prosedur karantina.


4. Sikap

Sikap dapat diartikan sebagai pendapat seseorang pada suatu kejadian atau

kondisi yang sedang terjadi disekitarnya. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Wiranti dkk, menunjukka hasil bahwa responden dengan

kepatuhan yang tinggi didominasi oleh responden yang memiliki sikap

yang mendukung terhadap kebjikan PSBB. Dalam hal ini, pengalaman

memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk sikap seseorang

(Wiranti et al., 2020).

5. Motivasi

Motivasi adalah keinginan dari diri seseoang untuk berperilaku. Semakin

baik motivasi, maka semakin patuh pula seseorang dalam melaksanakan

himbauan dokter atau suatu kebijakan. Karena motivasi adalah sifat yang

muncul dari diri sseorang yang mendorong orang itu untuk mencapai

target yang ia miliki.

6. Persepsi

Persepsi yang tepat terhadap suatu penyakit atau suatu kebijakan akan

meningkatkan tingkat kepatuhan seseorang.

7. keyakinan terhadap upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit,

variable lingkungan, kualitas intruksi kesehatan, serta kemampuan

mengakses sumber yang ada (Sari et al., 2020).


DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, S. P., Meng, S., Wu, Y., Mao, Y., Ye, R.-X., Wang, Q., Sun, C., Sylvia,

S., Rozelle, S., Raat, H., & Zhou, H. (2020). Epidemiology, causes, clinical

manifestation and diagnosis, prevention and control of coronavirus disease

(COVID-19) during the early outbreak period: a scoping review. Infectious

Diseases of Poverty, 9(29), 1–12. https://doi.org/10.21203/rs.2.24474/v1


Arfa, F. A., & Marpaung, W. (2016). Metodologi Penelitian Hukum Islam.

Prenadamedia Group.

Burhan, E., Isbaniah, F., Susanto, A. D., Aditama, T. Y., Soedarsono, Sartono, T.

R., Sugiri, Y. J., Tantular, R., Sinaga, B. Y., Handayani, R. . D., & Agustin,

H. (2020). Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.

In Journal of the American Pharmacists Association (Vol. 55, Issue 5).

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

https://doi.org/10.1331/JAPhA.2015.14093

Erfani, A., Shahriarirad, R., Ranjbar, K., Mirahmadizadeh, A., & Moghadami, M.

(2020). Knowledge, attitude and practice toward the novel coronavirus

(COVID-19) outbreak- A population-based survey in Iran. Bulletin of the

World Health Organization.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2471/BLT.20.256651

Ilmah, F., & Rochmah, T. N. (2015). Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes

Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi

Kesehatan Indonesia, 3(1), 60–69.

https://doi.org/10.20473/jaki.v3i1.2015.60-69

Nata, A. (2018). Islam dan Ilmu Pengetahuan. Prenadamedia Group.

Nugroho, W. D., C, W. I., Alanish, S. T., Istiqomah, N., Cahyasari, I., Indrastuti,

M., Sugondo, P., & Isworo, A. (2020). Literature Review : Transmisi Covid-

19 dari Manusia ke Manusia Di Asia. Jurnal of Bionursing, 2(2), 101–112.

http://bionursing.fikes.unsoed.ac.id/bion/index.php/bionursing/article/view/

51
Sari, D. P., Sholihah, N., & Atiqoh. (2020). Hubungan antara pengetahuan

masyarakat dengan kepatuhan penggunakan masker sebagai upaya

pencegahan penyakit COVID-19 di Ngronggah. INFOKES Journal, 10(1),

52–55. http://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article/view/850

Siagian, T. H. (2020). Mencari Kelompok Beresiko Tinggi Terinfeksi Virus

Corona Dengan Discourse Network Analysis. Jurnal Kebijakan Kesehatan

Indonesia, 09(02), 98–106.

Sinaga, M. (2017). Riset Kesehatan Panduan Praktis Menyusun Tugas Akhir Bagi

Mahasiswa Kesehatan. Deepublish.

Suarayasa, K. (2020). Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia. Deepublish.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,

Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,

L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,

Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:

Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–67.

https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor.

The 6TH University Reserch Colloquium, 305–314.

Tim Penyusun Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian

Coronavirus Disease (Covid-19) (L. Aziza, A. Aqmarina, & M. Ihsan (eds.)).

Kemenkes RI. https://doi.org/10.33654/math.v4i3.272


Wiranti, Sriatmi, A., & Kusumastuti, W. (2020). Determinan Kepatuhan

Masyarakat Kota Depok terhadap Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala

Besar dalam Pencegahan Covid-19. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia :

JKKI, 09(03), 117–124. https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/58484

Wulandari, D. H. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat di

RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit,

2(1), 17–28.

Zelika, R. P., Wildan, A., & Prihatningtias, R. (2018). Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Pemakaian Kacamata pada Anak Sekolah.

Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2), 762–776.

Zulmiyetri, Nurhastuti, & Safaruddin. (2019). Penulisan Karya Ilmia. Kencana.

Anda mungkin juga menyukai