Operasi
Skenario 1
Blok Forensik dan Medikolega
Oleh Kelompok B-9
Kelompok B-09
Ketua : Nuraharvi (1102018315)
Dengan didampingi pengacara, istri korban melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Sebelumnya, istri dan
keluarga korban telah mengunjungi tokoh agama setempat untuk meminta pendapat terkait masalah ini dalam Islam. Pihak
manajemen RS tempat dokter tersebut praktek diminta untuk memberikan rekam medis korban untuk dipelajari. Rencananya
dari rekam medis tersebut, akan diijadikan sebagai bahan laporan.
Pengacara menuliskan dasar gugatannya berdasarkan : 1.Pasal 27 ayat (1) UUD 1945; 2.Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana; 3.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; 4.UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 5.Kode Etik
Kedokteran; 6.UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Kata Sulit
1. Malpraktik : praktik yang tidak benar atau 4. Rekam Medis : keterangan baik tertulis maupun terekam
mencelakakan, tindakan medis yang tidak terampil atau tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik,
keliru — kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan pemeriksaan laboratorium, diagnosa, serta segala
dalam melaksanakan profesinya yang sesuai dengan pelayanan dan tindakan medis kepada pasien dan
standar profesi dan opersional pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
2. Inform Consent : persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah 5. Kelumpuhan : kondisi ketika satu atau beberapa bagian
3. Resiko Medis : kejadian luka atau resiko yang terjadi berpraktek di masyarakat
Menurut hukum pidana : Tindakan perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela. Dilakukan dengan sikap batin yang
salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobahan (reklessness) atau ke alphaan (negligence).
2. Pasal 360 KUHP “1). Barang siapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka berat dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 1 tahun ; 2) Barang siapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu
menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 9 bulan atau pidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau pidana denda setinggi-
tingginya Rp.4500,-”
5. Rekam medis. Karena berisi pemeliharan dan pengobatan pasien sebagai alat bukti dalam proses peneggakkan dalam
hukum, disiplin dan etika kedokteran, untuk kebutuhan pendidikan dan penelitian, sebagai dasar pembayaran atas
pelayanan kesehatan yang telah diberikan serta untuk statistik kesehatan
6. Diagnosis dan tatacara, tujuan tindakan, alternatif tindakan lain, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis
terhadap tindakan
7.. Rekam medis (di cek apakah dokter melakukan suatu kesalahan atau kelalaian) dan inform consent pasien (UU no. 54
pasal 20)
8. Hak dan kewajiban dokter dan pasien UU no. 29 2004. Hak dokter pasal 50, kewajiban dokter pasal 51, hak pasien pasal
52, kewajiban pasien pasal 53
9. Melakukan tindakan sesuai SOP, komunikasi yang baik antar dokter dan pasien, melakukan inform consent yang jelas, dan
mencatat semua tindakan dalam rekam medis
SOP : Indikasi medis, bertindak secara hati-hati dan teliti, cara bekerja berdasarkan standar profesi, sudah ada inform
consent
11. Melakukan legal defence (melakukan pembelaan dengan mengajukan doktrin hokum), informal defence (mengajukan
bukti menyangkal)
Hipotesis
Malpraktik adalah tindakan yang tidak terampil atau keliru. Malpraktik perlu
dikategorikan terlebih dahulu sebelum diberitahukan ke lembaga terkait. Disertai dengan
penjelasan inform consent, rekam medis, dan ada atau tidak surat penolakan tindakan pasien.
Hukuman dari malpraktik dapat berupa denda, pencabutan izin praktek, dan penjara. untuk
menghindari resiko terjadinya malpraktik dapat dilakukan tindakan sesuai SOP, melakukan
inform consent, dan mencatat tindakan dalam rekam medis. dalam pandangan islam hukum
malpraktik haram, karena dapat memudharatkan diri sendiri dan orang lain.
Sasaran Belajar
B. Memahami dan Menjelaskan Inform Consent
A. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik
a. Definisi dan Aspek Hukum Inform Consent
a. Definisi Malpraktik
b. Jenis Malpraktik b. Tujuan Inform Consent
c. Hokum yang Mengatur dan Sanksi
c. Manfaat Inform Consent
Malpraktik
d. Alur Hukum Jika Dokter Melakukan d. Jenis Inform Consent
Malpraktik
e. Isi Inform Concent
e. Pencegahan Malpraktik
f. Tolak Ukur dan Ciri-ciri Malpraktik C. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik
Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. (Permenkes RI
No.290/Menkes/Per/III/ 2008)
2.1 Aspek Hukum Inform Consent
Informed consent diatur dalam Permenkes RI No.290/Menkes/Per/III/ 2008
Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan
yang dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. (Pasal 2)
Bentuk persetujuan tindakan kedokteran dapat berbeda tergantung dengan tindakan kedokteran
yang akan dilakukan. (Pasal 3)
Dokter yang melakukan tindakan kedokteran tanpa informed consent dapat dikenakan sanksi
berupa teguran lisan, teguran tertulis, sampai dengan pencabutan surat ijin praktik. (Pasal 19)
2.2 Tujuan Inform Consent
a. Jahil a. Iqrâr
melakukan praktek pelayanan kesehatan tanpa Iqrâr adalah bukti yang paling kuat, karena
memiliki keahlian persaksian atas diri sendiri, dan ia lebih
mengetahuinya
b. Mukhâlafatul Ushûl Al-‘Ilmiyyah
Menyalahi prinsip-prinsip ilmiah
b. Syahâdah
c. Khatha’
Kesaksian oleh 2 pria yang adil, atau 1 pria 2
Membahayakan pasien tanpa unsur wanita, atau 4 wanita tanpa pria
kesengajaan
c. Catatan Medis
d. I’tidâ’ Catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis
Membahayakan pasien dengan sengaja yang dibuat agar bisa menjadi referensi saat
dibutuhkan
Bentuk Tanggung Jawab Malpraktek
a. Qishash
ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek I’tida’, dengan membunuh pasien atau merusak anggota
tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai pembungkus tindak kriminal yang dilakukannya.
b. Dhamân
Tanggung jawab materiil berupa ganti rugi atau diyat, berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:
●Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan
bahaya.
●Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
●Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi terjadi kesalahan tidak disengaja.
●Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi tidak mendapat ijin dari pasien, wali pasien atau pemerintah,
kecuali dalam keadaan darurat
a. Ta’zîr
berupa hukuman penjara, cambuk, atau lainnya, berlaku untuk :
● Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan
bahaya.
● Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
Daftar Pustaka
1. Chadha,P.Vijay.1995.Ilmu Forensik dan Toksikologi.Jakarta:Widya Medika Indonesia
2. Damayanti OP. Pertanggungjawaban Pidana Dokter Pada Kasus Malpraktek Dalam Berbagai Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia. 2(2):171-177.
4. Hanafiah MJ, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC . 1998
5. J. Guwandi dengan mengutip Black’s Law Dictionary, sebagaimana kami sarikan dari buku Penegakan Hukum
dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek (Dr. H. Syahrul Machmud,
S.H., M.H.) (hal. 23-24):
Daftar Pustaka
6.National Cancer Institute. A Guide to Understanding Informed Consent. Available
at:www.cancer.gov/ClinicalTrials
7. Pakendek, A. 2010. Informed consent dalam pelayanan kesehatan. al-ilham . vol 2(2). pp. 309-318
8.World Health Organization, Medical Records Manual , A Guide for Developing Countries, 2006
9.
http://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-isi-rekam-medis-sesuai-permenkes-no-269
menkesperiii2008/
10. http://www.ilunifk83.com/t143-informed-consent