Anda di halaman 1dari 37

Lumpuh Setelah

Operasi
Skenario 1
Blok Forensik dan Medikolega
Oleh Kelompok B-9
Kelompok B-09
Ketua : Nuraharvi (1102018315)

Sekretaris : Marza Akbar Zulafa (1102018252)

Anggota : Hana Kautsarina (1102018237)

Andi Safira Afra Amin (1102018257)

Rozzika Zaklin Mangestu (1102018215)

Novandri Rizky Muhammad (1102018300)

Rita Fauzia (1102018313)

Ilham Mahardika (1102018326)

Raissa Salsabila (1102018255)

Wina Ainun Patimah (1102018236)


Lumpuh Setelah Operasi
Seorang dokter dilaporkan istri korban atas dugaan malpraktik yang dilakukan dokter tersebut terhadap suaminya Tn.
K (42 tahun). Istri Tn. K mengatakan, suaminya melakukan operasi tulang belakang atas indikasi syaraf terjepit dua bulan
yang lalu. Usai dilakukan operasi, keadaan Tn. K malah semakin memburuk hingga mengalami kelumpuhan pada kedua
kakinya. Menurut penjelasan sang dokter, dirinya sudah melakukan tindakan medis sesuai prosedur yang benar dan
sebelumnya dia juga sudah melakukan informed consent. Dia mengatakan, bahwa yang terjadi pada Tn. K merupakan suatu
risiko medis.

Dengan didampingi pengacara, istri korban melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Sebelumnya, istri dan
keluarga korban telah mengunjungi tokoh agama setempat untuk meminta pendapat terkait masalah ini dalam Islam. Pihak
manajemen RS tempat dokter tersebut praktek diminta untuk memberikan rekam medis korban untuk dipelajari. Rencananya
dari rekam medis tersebut, akan diijadikan sebagai bahan laporan.

Pengacara menuliskan dasar gugatannya berdasarkan : 1.Pasal 27 ayat (1) UUD 1945; 2.Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana; 3.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; 4.UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 5.Kode Etik
Kedokteran; 6.UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Kata Sulit
1. Malpraktik : praktik yang tidak benar atau 4. Rekam Medis : keterangan baik tertulis maupun terekam

mencelakakan, tindakan medis yang tidak terampil atau tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik,

keliru — kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan pemeriksaan laboratorium, diagnosa, serta segala

dalam melaksanakan profesinya yang sesuai dengan pelayanan dan tindakan medis kepada pasien dan

standar profesi dan opersional pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
2. Inform Consent : persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah 5. Kelumpuhan : kondisi ketika satu atau beberapa bagian

mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tubuh tidak dapat digerakkan

tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap


6. Kode Etik Kedokteran : kumpulan norma untuk
pasien tersebut
menuntut dokter di indonesia selaku kelompok profesi

3. Resiko Medis : kejadian luka atau resiko yang terjadi berpraktek di masyarakat

akibat dari suatu hal yang tidak dapat di perkirakan


7. Hukum Pidana : peraturan yang menentukan perbuatan
sebelumnya dan bukan akibat dari ketidakmampuan dan
yang dilarang dan termasuk dalam tindakan pidana serta
ketidaktahuan
menentukan hukum yang dijatuhkan
Pertanyaan
1. Apa saja ciri-ciri tindakan malpraktik? 6. Apa saja isi inform consent yang harus disampaikan oleh
dokter?
2. Bagaimana hukuman untuk seorang dokter yang
malpraktik? 7. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap dokter?

8. Landasan hukum apa yang mengatur hak dan kewajiban


3. Apa saja jenis malpraktik?
dokter dan pasien?
4. Bagaimana hukum malpraktik dalam pandangan
9. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
islam?
terjadi malpraktik?

5. Bagaimana cara mengetahui bahwa tindakan


10. Bagaimana cara menyampaikan inform consent?
seorang dokter termasuk malpraktik?
11. Apa yang dapat dilakukan dokter pada kasus skenario
ini?
Jawaban
1. Tidak mengkuti SOP dengan benar sehingga hasil tidak baik dan menimbulkan kecacatan.

Menurut hukum pidana : Tindakan perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela. Dilakukan dengan sikap batin yang
salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobahan (reklessness) atau ke alphaan (negligence).

2. Pasal 360 KUHP “1). Barang siapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka berat dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 1 tahun ; 2) Barang siapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu
menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 9 bulan atau pidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau pidana denda setinggi-
tingginya Rp.4500,-”

Pelanggaran etik, bisa dicabut izin praktiknya.

3. Etik : Dokter melakukan tindakan yang bertentangan terhadap etika kedokteran

Yuridik : Malpraktek perdata, malpraktek pidana, malpraktek administrasi.


4. Hukumnya haram, karena tindakan kecerobohan yang mengancam jiwa, pasien tidak boleh memudharat diri sendiri dan
atau orang lain. Pelaku harus melaksanakan DAM atau ganti rugi.

5. Rekam medis. Karena berisi pemeliharan dan pengobatan pasien sebagai alat bukti dalam proses peneggakkan dalam
hukum, disiplin dan etika kedokteran, untuk kebutuhan pendidikan dan penelitian, sebagai dasar pembayaran atas
pelayanan kesehatan yang telah diberikan serta untuk statistik kesehatan

6. Diagnosis dan tatacara, tujuan tindakan, alternatif tindakan lain, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis
terhadap tindakan

7.. Rekam medis (di cek apakah dokter melakukan suatu kesalahan atau kelalaian) dan inform consent pasien (UU no. 54
pasal 20)

8. Hak dan kewajiban dokter dan pasien UU no. 29 2004. Hak dokter pasal 50, kewajiban dokter pasal 51, hak pasien pasal
52, kewajiban pasien pasal 53
9. Melakukan tindakan sesuai SOP, komunikasi yang baik antar dokter dan pasien, melakukan inform consent yang jelas, dan
mencatat semua tindakan dalam rekam medis

SOP : Indikasi medis, bertindak secara hati-hati dan teliti, cara bekerja berdasarkan standar profesi, sudah ada inform
consent

10. Komunikasi, kondisi, klarifikasi, mendapatkan consent dari keluarga

11. Melakukan legal defence (melakukan pembelaan dengan mengajukan doktrin hokum), informal defence (mengajukan
bukti menyangkal)
Hipotesis
Malpraktik adalah tindakan yang tidak terampil atau keliru. Malpraktik perlu
dikategorikan terlebih dahulu sebelum diberitahukan ke lembaga terkait. Disertai dengan
penjelasan inform consent, rekam medis, dan ada atau tidak surat penolakan tindakan pasien.
Hukuman dari malpraktik dapat berupa denda, pencabutan izin praktek, dan penjara. untuk
menghindari resiko terjadinya malpraktik dapat dilakukan tindakan sesuai SOP, melakukan
inform consent, dan mencatat tindakan dalam rekam medis. dalam pandangan islam hukum
malpraktik haram, karena dapat memudharatkan diri sendiri dan orang lain.
Sasaran Belajar
B. Memahami dan Menjelaskan Inform Consent
A. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik
a. Definisi dan Aspek Hukum Inform Consent
a. Definisi Malpraktik
b. Jenis Malpraktik b. Tujuan Inform Consent
c. Hokum yang Mengatur dan Sanksi
c. Manfaat Inform Consent
Malpraktik
d. Alur Hukum Jika Dokter Melakukan d. Jenis Inform Consent
Malpraktik
e. Isi Inform Concent
e. Pencegahan Malpraktik
f. Tolak Ukur dan Ciri-ciri Malpraktik C. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik

g. Pembuktian Tindakan Malpraktik Dalam Syariat Islam

h. Perbedaan Malpraktik dan Resiko Medis


1.Malpraktik
1. 1 Definisi Malpraktik

Malpraktik adalah setiap sikap tindak yang salah, kekurangan


keterampilan dalam ukuran tingkat yang tidak wajar.
1.2 Jenis Malpraktik
Menurut J. Guwandi, malpraktik medis dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Dengan sengaja (dolus, vorsatz, willens en wetens handelen, intentional)


2) Tidak sengaja (negligence, culpa)
Jenis malpraktik dari segi etika profesi dan segi
hukum:
1. Malpraktik Etik
2. Malpraktik Yuridis
a) Malpraktik Perdata (Civil Malpractice)
b) Malpraktik Pidana (Criminal Malpractice)
- Malpraktik pidana karena kesengajaan (intentional)
- Malpraktik pidana karena kecerobohan (recklessness)
- Malpraktik pidana karena kealpaan (negligence)
a) Malpraktik Administratif (Administrative Malpractice)
1.3 Hukum yang Mengatur Malpraktik

1. KUHP 2. UU No. 36 tentang 3. UU No. 29 th 2004


● Pasal 267 KUHP Kesehatan
● Pasal 345, 347, 348, 349 ● Pasal 51
KUHP ● Pasal 29 ● Pasal 75 dan 77
● Pasal 351 KUHP ● Pasal 64, 65, 66 ● Pasal 78 , 79, 80
● Pasal 359 dan 360 ● Pasal 75 dan 76
● Pasal 361
1.4 Alur Hukum Jika Dokter Malpraktik
1.5 Pencegahan Malpraktik
a.Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,
karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan
perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).
b.Sebelum melakukan intervensi, selalu dilakukan informed consent.
c.Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d.Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e.Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
f.Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
1.6 Tolak Ukur dan Ciri-Ciri Malpraktik
Menurut Dr. dr. Imran, SpS, M. Kes disebut malpraktik
apabila dokter tidak menggunakan standar pengobatan,
kelalaian dalam menangani pasien, mengakibatkan kecacatan
pasien, seperti misalnya adanya kesalahan pemeriksaan,
kekeliruan memberikan penilaian penyakit, salah menulis
resep, kesalahan operasi, melakukan pembedahan oleh bukan
dokter bedah, atau mengobati pasien diluar spesialisnya.
Ada dua macam tindak pidana menurut Pasal 360. Dari rumusan ayat (1)
dapat dirinci unsur-unsur yang ada yaitu:
1)Adanya kelalaian;
2)Adanya wujud perbuatan;
3)Adanya akibat luka berat;
4)Adanya hubungan kausalitas antara luka berat dan wujud perbuatan.
Rumusan ayat (2) mengandung unsur-unsur:
1)Adanya kelalaian;
2)Adanya wujud perbuatan;
3)Adanya akibat: luka yang menimbulkan penyakit; dan luka yang
menimbulkan halangan menjalankan jabatan, atau pencarian selama waktu
tertentu;
4)Adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dan akibat.
1.7 Pembuktian Tindakan Malpraktek
Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena kelalaian, maka
penggugat harus dapat membuktikan adanya empat unsur berikut :
1)Adanya kewajiban dokter terhadap pasien.
2)Dokter melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipakai.
3)Penggugat menderita kerugian.
4)Kerugian tersebut disebabkan tindakan di bawah standar.
Pembuktian Malpraktik
1. Cara langsung
Pembuktian suatu tindakan tenaga medis dianggap lalai apabila telah memenuhi
tolak ukur 4D, yaitu:
§Duty of Care (kewajiban)
§Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
§Damage (kerugian)
§Direct Causation (penyebab langsung)
2. Cara tidak langsung
Cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta
yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur)
1.8 Perbedaan Malpraktik dan Risiko Medis
2. Inform Consent
2.1 Definisi informed consent
Hukum Indonesia mengenal istilah informed consent = persetujuan tindakan kedokteran

Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. (Permenkes RI
No.290/Menkes/Per/III/ 2008)
2.1 Aspek Hukum Inform Consent
Informed consent diatur dalam Permenkes RI No.290/Menkes/Per/III/ 2008

Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan
yang dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. (Pasal 2)

Bentuk persetujuan tindakan kedokteran dapat berbeda tergantung dengan tindakan kedokteran
yang akan dilakukan. (Pasal 3)

Dokter yang melakukan tindakan kedokteran tanpa informed consent dapat dikenakan sanksi
berupa teguran lisan, teguran tertulis, sampai dengan pencabutan surat ijin praktik. (Pasal 19)
2.2 Tujuan Inform Consent

Tujuan dari informed consent (keputusan bersama) adalah agar


pasien mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil
keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
2.3 Manfaat Inform Consent
a. Promosi dari hak otonomi perorangan.

b. Proteksi dari pasien dan subyek.

c. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan.

d. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan introspeksi


terhadap diri sendiri.

e. Promosi dari keputusan-keputusan rasional.

f. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi) sebagai suatu nilai


sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.
2.4. Jenis informed consent
1.Pernyataan (expression)
-> Dapat secara lisan (oral) dan secara tertulis (written).
2.Tersirat (implied)
-> Dalam keadaan biasa atau normal dan dalam keadaan gawat
darurat.
2.5 Isi Inform Consent
Secara umum:
a. Judul formulir.
b. Identitas pihak yang nantinya menandatangani persetujuan tindakan (Nama penandatanganan, Umur dan jenis kelamin,
Alamat, Bukti diri)
c. Pernyataan telah memahami penjelasan yang diberikan oleh dokter (Diagnosis, Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan
medis yang akan dilakukan, Tata cara tindakan medis yang akan dilakukan, Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
Alternatif tindakan medis dengan resikonya masing- masing, Prognosis penyakit bila tindakan medis tersebut dilakukan.)
d. Pernyataan dengan sesungguhnya untuk memberikan persetujuan dilakukan tindakan medis terhadap diri pasien
e. Identitas pasien (Nama pasien, Umur dan jenis kelamin pasien, Alamat pasien, Identitas bukti diri, Identitas lokasi pasien
dirawat, Nomor rekam medis)
f. Pernyataan persetujuan dimana dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
g. Tanda tangan dan nama terang dari dua orang saksi, dokter yang memeberikan penjelasan dan pihak yang membuat
pernyataan.
Expressed consent Implied consent

•Persetujuan dinyatakan secara •Persetujuan diberikan pasien secara


lisan/tulisan, bila yang akan dilakukan lebih tersirat, tanpa pernyataan tegas.
dari prosedur pemeriksaan dan tindakan
•Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter
yang biasa.
dari sikap pasien pada waktu dokter
•Sebaiknya pasien diberikan pengertian melakukan tindakan, misalnya pengambilan
terlebih dahulu tindakan apa yang akan darah untuk pemeriksaan laboratorium,
dilakukan. pemberian suntikan pada pasien, penjahitan
luka dan sebagainya.
•Namun, bila tindakan yang akan dilakukan
mengandung resiko tinggi seperti tindakan •Implied consent berlaku pada tindakan
pembedahan atau prosedur pemeriksaan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui
dan pengobatan invasif, harus dilakukan umum.
secara tertulis.
3. Malpraktik dalam
Syariat Islam
Bentuk dan Pembuktian Malpraktek
Bentuk Malpraktek Pembuktian Malpraktek

a. Jahil a. Iqrâr
melakukan praktek pelayanan kesehatan tanpa Iqrâr adalah bukti yang paling kuat, karena
memiliki keahlian persaksian atas diri sendiri, dan ia lebih
mengetahuinya
b. Mukhâlafatul Ushûl Al-‘Ilmiyyah
Menyalahi prinsip-prinsip ilmiah
b. Syahâdah
c. Khatha’
Kesaksian oleh 2 pria yang adil, atau 1 pria 2
Membahayakan pasien tanpa unsur wanita, atau 4 wanita tanpa pria
kesengajaan
c. Catatan Medis
d. I’tidâ’ Catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis
Membahayakan pasien dengan sengaja yang dibuat agar bisa menjadi referensi saat
dibutuhkan
Bentuk Tanggung Jawab Malpraktek
a. Qishash
ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek I’tida’, dengan membunuh pasien atau merusak anggota
tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai pembungkus tindak kriminal yang dilakukannya.

b. Dhamân
Tanggung jawab materiil berupa ganti rugi atau diyat, berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:
●Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan
bahaya.
●Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
●Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi terjadi kesalahan tidak disengaja.
●Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi tidak mendapat ijin dari pasien, wali pasien atau pemerintah,
kecuali dalam keadaan darurat

a. Ta’zîr
berupa hukuman penjara, cambuk, atau lainnya, berlaku untuk :
● Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan
bahaya.
● Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
Daftar Pustaka
1. Chadha,P.Vijay.1995.Ilmu Forensik dan Toksikologi.Jakarta:Widya Medika Indonesia

2. Damayanti OP. Pertanggungjawaban Pidana Dokter Pada Kasus Malpraktek Dalam Berbagai Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia. 2(2):171-177.

3. Fatriah SH, Sampurna B. PEMBUKTIAN MALPRAKTIK. Published online 2017:15-16.

4. Hanafiah MJ, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC . 1998

5. J. Guwandi dengan mengutip Black’s Law Dictionary, sebagaimana kami sarikan dari buku Penegakan Hukum
dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek (Dr. H. Syahrul Machmud,
S.H., M.H.) (hal. 23-24):
Daftar Pustaka
6.National Cancer Institute. A Guide to Understanding Informed Consent. Available
at:www.cancer.gov/ClinicalTrials

7. Pakendek, A. 2010. Informed consent dalam pelayanan kesehatan. al-ilham . vol 2(2). pp. 309-318

8.World Health Organization, Medical Records Manual , A Guide for Developing Countries, 2006

9.
http://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-isi-rekam-medis-sesuai-permenkes-no-269
menkesperiii2008/

10. http://www.ilunifk83.com/t143-informed-consent

11.https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/c2306541946e8011d4032c38cbbbd0c9.pdf, Diakses pada


tanggal 6 Mei 2020
Thank you

Anda mungkin juga menyukai