Anda di halaman 1dari 51

WRAP UP BLOK SISTEM REPRODUKSI

SKENARIO 2

KEHAMILAN

Kelompok R18-6

Ketua : Balqis Raddina Fithri 1102018310

Sekretaris: Diffa Idzni Khairuna 1102018030

Anggota : Syifa Syauqiyah 1102018006

Nabilah 1102018012

Marza Akbar Zulafa 1102018252

Novandry Rizky Muhammad 1102018300

Aliffa Putri 1102018317

Della Nanda Shafa N 1102018321

Ilham Mahardhika 1102018326

Nurul Amini Azzahra 1102018333

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

DAFTAR ISI

SKENARIO 4
KATA SULIT 5
PERTANYAAN 6
JAWABAN 6
HIPOTESIS 8
SASARAN BELAJAR 9
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan 10

1.1. Proses Kehamilan 10

1.2. Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil 16

1.3. Perubahan Fisiologi pada Janin 20

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal 25

2.1. Indikasi dan Kontraindikasi 25

2.2. Mekanisme 28

2.3. Pimpinan Persalinan Normal 29

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil 32

3.1. Definisi 32

3.2. Etiologi 32

3.3. Klasifikasi 33

3.4. Cara Diagnosis 35

3.5. Tatalaksana 37

3.6. Pencegahan 38

3.7. Komplikasi 38
2
3.8. Pengaruh Anemia pada Ibu Hamil 38

LO 4. Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Nutrisi Bagi Perkembangan Janin dan Ibu Hamil
39

4.1. Peranan Gizi Terhadap Ibu Hamil dan Janin pada Tiap Fase Kehamilan Ibu Hamil
39

4.2. Masalah Nutrisi yang Timbul Saat Kehamilan dan Penanganan dari Segi Nutrisi
46

LO 5. Memahami dan Menjelaskan Hukum Puasa Ramadhan pada Ibu Hamil 47

DAFTAR PUSTAKA 51

3
Skenario 2

Kehamilan

Seorang pasien 27 tahun, G1P0A0H0 datang ke RSUD pada 12 September 2014 dengan keluhan
keluar air – air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu tanpa disertai mules. Pasien
mengaku HPHT nya 15 desember 2013. Pasien belum pernah memeriksakan kehamilannya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, hanya konjungtiva yang
ditemukan anemis. Pada palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri 32cm, his masih hilang
timbul. Dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan porsio lunak, medial, pembukaan 1-2 cm,
selaput ketuban (-), sisa jernih, kepala H1-2. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin
didapatkan Hb 9,2 gr%. Direncanakan dilakukan induksi persalinan. Pasien mengaku saat ini
sedang berpuasa Ramadhan dan bertanya apakah puasanya boleh diteruskan atau tidak.

4
Kata Sulit

1. Induksi persalinan: upaya memulai persalinan dengan cara buatan sebelum atau sesudah
kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his
2. His: kontraksi otot rahim
3. G1P0A0H0: G adalah gravida, gravida 1 berarti hamil yang pertama, P adalah partus,
partus 0 berarti belum melahirkan, A adalah abortus, dan H adalah hidup. Jumlah bayi
lahir hidup dengan syarat untuk melaksanakan kehidupan.
4. Selaput ketuban: lapisan yang membungkus amnion dalam perut ibu. Cairan bening agak
kekuningan yang mengelilingi janin sebelum lahir selama kehamilan.
5. HPHT: Hari pertama haid terakhir. Disebut hari pertama siklus menstruasi digunakan
untuk mengetahui tafsiran tanggal partus.
6. Porsio: bagian serviks yang menonjol ke dalam puncak vagina. Terjadi pada usia
kehamilan 6 minggu.
7. Kepala H1-2: bagian terbawah dari bayi yang sudah masuk pintu atas panggul. Sudah
masuk hodge 1 dan hodge 2.
8. Status generalis: penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi, dan tanda vital. Tanda
vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan berat badan

5
Pertanyaan

1. Mengapa pasien mengeluh mengeluarkan air yang banyak dari kemaluan?


2. Apa indikasi dilakukannya induksi persalinan?
3. Apa saja penyebab anemia pada kehamilan?
4. Apa indikasi partus normal?
5. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan his?
6. Apakah ada cara selain induksi persalinan?
7. Bagaimana cara menghitung HPL?
8. Mengapa porsio menjadi lunak?
9. Mengapa Hb pasien rendah? Berapakah kadar normal Hb ibu hamil?
10. Bagaimana hukum berpuasa Ramadhan untuk pasien tersebut?
11. Mengapa selaput ketubannya pecah?
12. Bagaimana efek Hb rendah terhadap janin?

Jawaban

1. Karena air ketubannya pecah.


2. Hipertensi dalam kehamilan, kehamilan lewat waktu, kematian janin intrauteri, diabetes
mellitus, hisnya hilang timbul, kira kira untuk partus pakai rumus Naegelle. HPHT
ditambah 7, bulan HPHT -3, tahun HPHT +1= 22 September 2014.
3. Akibat kekurangan nutrisi seperti zat besi, asam folat, dan perdarahan akut.
4. Telah memasuki usia kehamilan, konjugata vera 11-13 cm, bentuk rongga pelvis
ginekoid
5. Amplitudo (peningkatan tekanan tiap his atau intensitas his), frekuensi his (jumlah his
dalam waktu tertentu), his yang sempurna mempunyai kejang otot paling bagus di fundus
uteri, kontraksinya simetris, dan terjadinya relaksasi setelah his.
6. Jika terjadi kegagalan dalam induksi persalinan, maka dokter biasanya melakukan operasi
sesar.

6
7. Menggunakan rumus Naegelle: Tanggal HPHT ditambah 7, bulan HPHT -3, tahun HPHT
+1= 22 September 2014
Rumus 1: HPHT kalau bulan dari Januari-Maret
Tahun tetap, bulannya ditambah 9, hari +7
Rumus 2: April-Desember
8. Peningkatan pembuluh darah dan hipertrofi kelenjar.
9. Karena dalam tubuh ada dua individu sehingga kebutuhan bertambah. Kadar normal Hb
trimester pertama 12,2 trimester kedua 10,9 trimester ketiga 11, kelahiran 12,4. Oksigen
meningkat, memicu peningkatan eritropoetin akibatnya volume plasma meningkat,
kemudian terjadi penurunan konsentrasi Hb akibat hemodelusi.
10. Diberi rukshah diganti setelah perempuan selesai nifas.
11. Karena dorongan dari kepala janin, karena trauma, faktor kontraksi uterus.
12. Menyebabkan kematian janin, menyebabkan berat lahir rendah, lahir prematur, cacat
bawaan, cadangan besi rendah, janinnya asfiksia, syok, dan janin lahir anemia.

7
Hipotesis

Indikasi partus normal antara lain telah memasuki usia kehamilan, konjugata vera 11-13
cm, dan bentuk rongga pelvis ginekoid. Anemia pada kehamilan disebabkan karena kekurangan
nutrisi seperti zat besi, asam folat, dan perdarahan akut. Keadaan tersebut dapat membahayakan
janin sehingga dilakukan induksi persalinan. Hukum berpuasa Ramadhan pada ibu hamil dapat
diberi rukshah dan diganti setelah nifas.

8
Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan


1.1 Proses Kehamilan
1.2 Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil
1.3 Perubahan Fsiologi pada Janin
2. Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal
2.1 Indikasi dan Kontraindikasi
2.2 Mekanisme
2.3 Pimpinan persalinan normal
3. Memahami dan Menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Cara diagnosis
3.5 Tatalaksana
3.6 Pencegahan
3.7 Komplikasi
3.8 Pengaruh Anemia pada Ibu Hamil
4. Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Nutrisi Bagi Perkembangan Janin dan Ibu Hamil
4.1 Peranan Gizi Terhadap Ibu Hamil dan Janin pada Tiap Fase Kehamilan Ibu Hamil
4.2 Masalah Nutrisi yang Timbul Saat Kehamilan dan Penanganan dari Segi Nutrisi
5. Memahami dan Menjelaskan Hukum Puasa Ramadhan pada Ibu Hamil

9
1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan
1.1 Proses Kehamilan
FERTILISASI
Pengangkutan ovum ke oviduktus
Pada ovulasi ovum dibedakan ke dalam rongga abdomen tapi langsung diambil
oleh oviduktus, ditangkap fimbrie. Fimbrie dilapisi oleh silia yaitu tonjolan-tonjolan
halus mirip rambut yang bergetar seperti gelombang ke arah interior oviduktus.

Pengangkutan sperma ke oviduktus


Setelah ditaruh di vagina saat ejakulasi, sperma-sperma tersebut harus berjalan
melewati kanalis servikalis, uterus dan kemudian menuju telur di sepertiga atas
oviduktus. Rintangan pertama adalah melewati kanalis servikalis. Sewaktu kadar
estrogen tinggi seperti yang terjadi saat folikel matang akan berovulasi, mucus serviks
menjadi cukup tipis dan encer untuk dapat ditembus oleh sperma. Setelah sampai
uterus, kontraksi miometrium akan mengaduk sperma, saat mencapai oviduktus
sperma harus bergerak melawan silia, gerak ini dipermudah oleh kontraksi
antipristaltik otot polos oviduktus.
Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan saat membran
akrosom rusak saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma
membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma pertama
yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran plasma ovum, memicu
suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini
tidak lagi dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To Polyspermy).
Kepala sperma yang berfusi tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke dalam
sitoplasma memicu pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma dan

10
ovum menyatu membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus
sudah bisa dimasuki oleh morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi implantasi di
dinding endometrium.
Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang
diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Sementara itu, endometrium telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan dipenuhi
oleh simpanan glikogen di bawah pengaruh progesterone fase luteal. Blastokista
terbenam di lapisan yang telah dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan
endometrium kaya nutrient, melaksanakan dua fungsi yaitu membuat lubang di
endometrium untuk implantasi blastokista sementara pada saat yang sama
membebaskan nutrient dari sel endometrium agar dapat digunakan oleh mudigah
yang sedang berkembang.

IMPLANTASI

Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam
tuba falopii.

11
Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri maka
terbentuklah ” inner cell mass”.
Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif.
Didalam sel tersebut terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan
juga membentuk EPF (early pregnancy factor ) yang mencegah rejeksi hasil konsepsi
.

12
Pada stadium ini, zigot harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi
dan oksigen yang memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan
ektodermal dan endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan
mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik.

Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung
amnion berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum
amnion masih amat kecil.

13
2 rongga yang terbungkus oleh mesoderm bergerak kearah blastosis. Batang
mesodermal akan membentuk talipusat. Area embrionik yang terdiri dari ektoderm –
endoderm dan mesoderm akan membentuk janin
Cavum anion semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai dinding
blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya membentuk tabung
yang akan menyatu dengan tangkai mesodermal.

PLASENTASI

Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan demikian membesarnya


blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan dan kehamilan akan
semakin mengembang ke arah dalam cavum uteri.

Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap memangkas sirkulasi yang


melaluinya. Hal ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan.
Permukaan blastosis menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve.
Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut
sebagai Chorion Frondusum. Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua
kapsularis menempel dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi

14
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini,
kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan
mengalami dilatasi membentuk sinusoid.
Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan
sinsitium yang disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini
terendam dalam darah ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili
chorialis menjadi semakin komplek dan viili membelah dengan cepat untuk
membentuk percabangan-percabangan dimana cabang vasa umbilkalis membentuk
percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas. Sebagian
besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung dengan
bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien dan
produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut
sebagai anchoring villi .

15
Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar
penampangnya. Dengan semakin lajutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi
trofoblas dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam
arteri spiralis maternal yang berasal dari ruang intervillous .

1.2 Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil

Uterus/Rahim
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi hasil
pembuahan dalam rahim (intrauterin). Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,
progesterone berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.

Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan perut (tinggi fundus):


 Tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
 kehamilan 8 minggu : telur bebek
 kehamilan 12 minggu : telur angsa
 kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis (tulangkemaluan)-pusat
 kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
 kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
 kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphid (tulang rongga dada paling bawah)
 kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Serviks uteri (leher rahim) mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen


dan perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide/ kebiruan. Sekresi lender
serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.

Vagina / vulva

16
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah
kebiruan (tanda Chadwick).

Ovarium (KantongTelur)
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama
fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikelbaru, tidak
terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hyperplasia system duktus dan jaringan interstisial
payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan
produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum.
Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar
Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting
susu membesar dan menonjol.

Sistem Respirasi/Pernapasan
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma (otot pernapasan)
juga terdorong ke atas menyebabkan napas cepat dan dangkal (20-24x/menit). Inilah
yang menyebabkan wanita hamil merasa napasnya sesak.

Sistem Gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain
itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah
BAB), lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi
peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-
muntah banyak sampai lebihdari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).

Sistem sirkulasi / kardiovaskular

17
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan
HEMODINAMIK calon ibu, meliputi :
 Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
 anemia relatif
 tekanan darah arterial menurun
 curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai
akhir kehamilan
 volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
 volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah
secara perlahan sampai akhir kehamilan.
Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antibodi fisiologik
yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3.
Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk
hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat
350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total
meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan
albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta.
Faktor-faktor pembekuan meningkat.

Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan
karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui).
Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar
kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor,
magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk
pembentukan hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar
glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
 ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
 produksi glukosa dari hati menurun
 produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis) menurun

18
 aktifita sekskresi ginjal meningkat
 efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta
lainnya, hormon-hormon ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors,
dsb).

Traktus urinarius/saluran kemih


Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen
dan progesteron.Kencing lebih sering (poliuria), kadar kreatinin, urea dan asamurat
dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormone menyebabkan perubahan
berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, striae lividae
pada perut, dsb. Terdapat linea nigra dibagian perut.

Peningkatan Berat Badan Selama Hamil


Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi
konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intra uterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus
+ 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1
kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.

Hormon-hormon plasenta

 Human Chorionic Gonadotropin (hCG) - hCG adalah hormon plasenta pertama.


Hormon ini hanya diproduksi saat hamil. hCG memastikan bahwa progesteron dan
estrogen terus diproduksi. hCG juga menekan respon imunologi ibu pada bayi dan
plasenta. hCG juga berfungsi mempertahankan korpus luteum kehamilan.
 Human Placental Lactogen (hPL)/Human chorionic somatomammotropin. Hormon
ini memiliki sifat mempromosikan pertumbuhan. Ini mendorong pertumbuhan

19
kelenjar susu dalam persiapan untuk laktasi pada ibu. Hal ini juga yang mengatur
glukosa ibu, protein, lemak sehingga ini selalu tersedia untuk janin.
 Estrogen. Hormon ini meningkatkan kekuatan uterus unuk persalinan danmerangsang
pertumbuhan rahim (miometrium) untuk mengakomodasi pertumbuhan janin
 Progesteron. Hormon ini diperlukan untuk menjaga lapisan endometrium rahim
selama kehamilan. Hormon ini mencegah persalinan prematur oleh kontraksi dan
membentuk sumbat mukus di serviks untuk mencegah kontaminasi uterus.
 Relaksin. Melunakkan serviks sebagai persiapan untuk dilatasi serviks saat persalinan
dan melemaskan jaringan ikat antara tulang-tulang panggul.
 MSH (Melanocyte Stimulating Hormone). Hormon ini merangsang terjadinya
pigmentasi (gelap atau kecokelatan) pada kulit ibu hamil seperti menggelapkan warna
puting susu dan daerah sekitarnya (areola), bercak kecoklatan pada wajah (kloasma
gravidarum) dan garis kecokelatan pada linea mid-abdominal (linea nigra).

Hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotropin.

 Estrogen, berfungsi:
o Menimbulkan hipertrofi system saluran payudara.
o Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak
makin besar.
o Tekanan serat syaraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa
sakit pada payudara
 Progesteron, berfungsi:
o Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
o Menambah sel asinus.
 Somomamotropin
o Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin dan laktoglobulin.
o Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

1.3 Perubahan Fisiologi pada Janin


1) Bulan ke-0

20
Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel pada
hari ke-11.
2) 4-6 minggu
Panjang janin pada usia 4-6 minggu kira-kira 7,5-10 mm. Terjadi
pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah terbentuk,
namum masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh

3) 7-8 minggu

21
Ukuran janin pada usia 7-8 minggu kira-kira 2,5 cm. Mata tampak pada muka,
juga terdapat pembentukan alis dan lidah. Bentuk mirip manusia, dimulai

pembentukan 23 genitalia eksterna dan tulang Kemudian sirkulasi melalui tali


pusat juga sudah dimulai.
4) 9-10 minggu
Genitalia telah menunjukkan karakteristik laki-laki atau perempuan, tetapi
masih belum terbentuk sempurna. Kepala meliputi separuh janin, terbentuk muka
janin dan kelopak mata yang tak akan membuka sampai usia 28 minggu.
5) 11-12 minggu
Embrio menjadi janin. Denyut janin terlihat pada USG. Mulai ada gerakan.
Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal mulai memproduksi urin. Panjang janin 7-9
cm. Tinggi rahim diatas simpisis (tulang kemaluan).
6) 13-16 minggu
Ini merupakan awal trimester ke-2. Denyut jantung 120- 150/menit. Janin
bergerak aktif, menghisab dan menelan air ketuban, telah tumbuh lanugo (rambut
janin). Kulit merah tipis, uterus telah penuh, desidua perietalis dan kapsularis.
Usia 13-16 minggu, ukuran janin sekitar 15 cm.
7) 17-24 minggu

22
Sidik jari terbentuk, seluruh tubuh terdapat vernik kaseosa (lemak) dan janin
memiliki refleks. Janin berukuran sekitar 30-32 cm, dimana kulit menebal,
kelopak mata jelas, alis dan bulu mata tampak.
8) 25-28 minggu
Masuk ke trimester ke-3, dimana terdapat perkembangan otak yang cepat,
siatem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tunuh, mata mulai membuka.
Surfaktan mulai dihasilkan di paru-paru pada usia 26 minggu, rambut kepala
makin panjang, kuku-kuku jari mulai terlihat. Kira-kira panjang janin 35 cm, berat
badan sekitar 1.000 gram.
9) 29-32 minggu
Bila bayi dilahirkan kemungkinan hidup 50-70%. Simpanan lemak subkutan
mulai memperhalus kerutan, janin telah memiliki kendali terhadap gerak
pernapasan yang berirama dan temperatur tubuh, refleks cahaya terhadap pupil
munvul pada akhir bulan.
10) 33-36 minggu
Kulit menjadi halus tanpa kerutan, tubuh menjadi lebih bulat lengan dan
tungkai tampak montok. Pada janin lakilaki biasanya testis sudah turun ke
skrotum. Berat janin pada usia 33-36 minggu sekitar 1.500-2.500 gram. Lanugo
mulai berkurang, saat 35 minggu paru telah matur, janin akan dapat hidup tanpa
kesulitan.
11) 37-40 minggu
Usia 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh
uterus. Ari ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal. Panjang
janin sekitar 50-55 cm. Janin kini bulat sempurna dengan dada dan kelenjar
payudara menonjol pada kedua janis kelamin, kedua testis telah masuk ke dalam
skrotum pada akhir bulan ini, kuku-kuku mulai mengeras. Warna kulit bervariasi
mulai dari putih, hingga merah muda hingga merah muda kebiruan tanpa
menghiraukan ras.

Umur Panjang Panjang Bera Karakteristik eksterna


(minggu) kepala- kaki t utama
Mens- Fertili-
bokong (mm) janin

23
truasi sasi (mm) (g)
11 9 50 7 8 Mata tertutup. Kepala
bulat. Organ genitalia
eksterna belum
berdiferensiasi menjadi
perempuan/laki-laki. Usus
berada di umbilical cord.
12 10 61 9 14 Usus berada di abdomen.
Pembentukan awal kuku
jari tangan.
14 12 87 14 45 Jenis kelamin dibedakan.
Leher terbentuk sempurna.
16 14 120 20 110 Kepala tegak. Ekstremitas
bawah berkembang
sempurna.
18 16 140 27 200 Telinga muncul dari
kepala.
20 18 160 33 320 Vernix caseosa muncul.
Perkembangan awal kuku
jari kaki.
22 20 190 39 460 Rambut kepala dan tubuh
dapat terlihat.
24 22 210 45 630 Kulit mengkerut dan
merah.
26 24 230 50 820 Kuku jari tangan sudah
ada. Tubuh ramping.
28 26 250 55 1000 Mata terbuka setengah.
Terdapat bulu mata.
30 28 270 59 1300 Mata terbuka. Kepala dan
tubuh baik. Kulit sedikit
mengkerut.
32 30 280 63 1700 Terdapat kuku jari kaki.
Kulit berwarna pink dan
halus.
34 32 300 68 2100 Tubuh berisi. Rambut pada

24
tubuh hampir tidak ada.
Kuku jari kaki mencapai
ujung kaki.
38 36 340 79 2900 Dada busung; payudara
menonjol; testis di dalam
skrotum dapat dipalpasi
pada canalis inguinalis.
40 38 360 83 3400 Kuku jari tangan melebihi
ujung jari.

2. Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal


2.1 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

Tanda-tanda persalinan:
1. Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh:
a. Kontraksi Braxton Hicks
b. Ketegangan otot perut
c. Ketegangan ligamentum rotundum
d. Gaya berat janin kepala ke arah bawah
2. Terjadinya His Permulaan
Semakin tua usia kehamilan, pengeluaran esterogen dan progesteron semakin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan his, yang lebih sering disebut
his palsu.
Sifat His Palsu:
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah jika beraktifitas

25
3. Tanda-tanda Persalinan
a. Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
- Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan
- Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar
- Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus
- Makin beraktifitas, kekuatan semakin bertambah
b. Bloody Show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan; lendir yang terdapat pada kanalisservikalis lepas,
kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.
c. Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir.Ini terjadi akibat pecahnya ketuban atau
selaput ketuban robek.

Tanda – tanda permulaan persalinan Menurut Manuaba:


1. Lightening atau settling atau dropping Yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3. Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi lemah di
uterus, kadang – kadag di sebut “ traise labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah juga
bercampur darah (bloody show)
6. Tanda – tanda inpartu.

Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda inpartu :


1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan –
robekan kecil pada serviks
3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

26
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Kontraindikasi Ibu

Kontraindikasi asuhan persalinan normal karena faktor ibu adalah sebagai berikut:

1. Ukuran kepala janin tidak sesuai dengan ukuran panggul ibu, di mana kondisi ini
merupakan kontraindikasi absolut untuk melahirkan normal melalui vagina.
2. Plasenta abnormal
3. Prolaps tali pusat, pada kondisi ini segera dilakukan persalinan secara sectio
caesarea
4. Penyakit infeksi menular seksual, seperti herpes genital pada trimester akhir
kehamilan, karena dapat terjadi transmisi infeksi ke bayi yang dilahirkan
pervaginam
5. Ibu hamil dengan HIV memiliki risiko penularan pervaginam ke bayi jika viral
load pasien >1000 kopi/mL, tetapi jika ibu hamil mendapat terapi antiretroviral
dengan viral load <1000 kopi/mL maka dapat melahirkan pervaginam
6. Wanita hamil dengan miopia tinggi yang disertai kondisi makula dan retina yang
abnormal sebaiknya menghindari persalinan normal, karena risiko
komplikasi ablatio retinal

Kontraindikasi Janin

Beberapa kontraindikasi dari faktor janin untuk melakukan persalinan normal adalah:

1. Malpresentasi janin, seperti presentasi dahi, wajah, bokong /sungsang, atau lintang


sebaiknya tidak dilahirkan pervaginam untuk menurunkan risiko mortalitas bayi
dan komplikasi distosia
2. Makrosomia atau bayi besar, yaitu bayi dengan berat lahir lebih dari 4000 gram
biasanya disarankan untuk melakukan persalinan secara section caesarea untuk
mencegah komplikasi distosia
3. Janin kembar, merupakan kontraindikasi relatif untuk melakukan persalinan
normal, di mana dapat dilahirkan pervaginam tergantung dari jumlah janin,

27
presentasi janin, perkiraan berat badan janin, kondisi janin di dalam rahim, kondisi
ibu, dan tenaga ahli saat melakukan pertolongan persalinan

2.2 Mekanisme

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin
di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.

1) Penurunana kepala
Terjadi selama proses persalianan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang
efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
2) Penguncian (engagement)
Tahap penurunan pada waktu diameter biparetal dari kepala janin telah melalui
lubang masuk panggul pasien.
3) Fleksi
Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang
sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak
melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan
dasar panggul, tahannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang
sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah dalam
keadaan fleksi maksimal.
4) Putaran paksi dalam
Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior (yang
lebih panjang) dari kepala menyesuaikan dari dengan diameter anteroposterior dari
panggul pasien. Pada umunya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika
kepala telah sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala
yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai
kontraksi efisien.
5) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi
Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi
karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk
lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian

28
leher belakang di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simpisis pubis dan
bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkan ekstensi lebih lanjut
saat lubang vulva-vagina membuka lebar.
6) Restitusi
Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau ke kiri
bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput
anterior.
7) Putaran paksi luar
Putaran ini terjadi bersama dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala
janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang
sama dengan kepala, janin agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga
panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vagina-vulva, dimana ia akan
bergeser dibawah simpisis pubis

2.3 Pimpinan Persalinan Normal

Asuhan persalinan normal bertujuan untuk menjaga proses persalinan normal


berjalan tanpa komplikasi yang menyebabkan morbiditas maupun mortalitas pada ibu
dan bayi.

Proses persalinan dibagi menjadi 4 tahapan (kala), yaitu:

 Kala Satu, atau kala pembukaan serviks.


 Kala Dua, atau kala pengeluaran.
 Kala Tiga, atau kala uri (plasenta).
 Kala Empat, atau masa pengawasan hingga dua jam setelah lahirnya plasenta.

Kala Satu

 Kala satu dimulai setelah seorang wanita hamil menunjukkan tanda dan gejala in
partu, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
 Kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten, dan fase aktif

29
 Tanda dan gejala in partu: Serviks tampak menipis dan membuka, Terjadi kontraksi
uterus (his) yang menyebabkan serviks menipis, dan membuka, dengan frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit, Keluarnya lendir yang bercampur darah melalui
introitus vagina.

Pimpinan Kala Satu

Penilaian Kondisi Ibu:

 Pemeriksaan Luar:
 Pemeriksaan palpasi abdomen (Leopold).
 Pemantauan kontraksi uterus.
 Pemantauan denyut jantung janin.
 Pemeriksaan Dalam:
 Pemeriksaan genitalia eksterna
 Menilai keadaan dinding vagina
 Menilai luas dan ukuran panggul
 Menilai pembukaan dan penipisan serviks
 Penilaian penurunan bagian terendah janin (bidang Hodge)

Kala Dua

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap, dan diakhiri
dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga dengan kala pengeluaran.

Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan dengan dua cara:

 Melihat tanda dan gejala kala dua.


 Melakukan pemeriksaan dalam.

Tanda & Gejala Kala Dua:

 Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan dengan terjadinya kontraksi rahim.


 Ibu merasakan adanya tekanan pada anus dan vaginanya.
 Perineum terlihat menonjol.

30
 Vulva dan anus terlihat membuka.
 Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Pimpinan Kala Dua

 Persiapan tempat dan peralatan persalinan.


 Persiapan penolong persalinan.
 Pemeriksaan dalam.
 Pimpinan mengedan.
 Menolong kelahiran bayi, dan penanganan bayi baru lahir.
 Inisiasi Menyusui Dini setelah bayi lahir.

Kala Tiga

Kala tiga persalinan disebut juga kala uri, atau kala pengeluaran plasenta.

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi, dan diakhiri dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.

Pimpinan Kala Tiga

 Pengenalan tanda-tanda lepasnya plasenta


 Melakukan manajemen aktif kala tiga

Kala Empat

Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.

Pimpinan Kala Empat

 Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, dan perdarahan yang terjadi setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan, dan setiap 30 menit, selama satu
jam kedua pasca persalinan.
 Lakukan masase uterus untuk memastikan kontraksi uterus adekuat, setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan, dan setiap 30 menit, selama satu jam
kedua pasca persalinan.

31
 Pantau temperatur tubuh ibu sekali setiap jam, selama dua jam pertama pasca
persalinan.
 Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama, dan 30 menit
pada satu jam kedua, untuk menilai perdarahan.
 Berikan pengajaran kepada ibu atau keluarganya tentang bagaimana menilai tonus
dan perdarahan uterus, serta bagaimana melakukan pemijatan uterus, bila uterus
terasa lembek.
 Bila kandung kemih ibu penuh, bantulah ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya, sampai ibu dapat berkemih dengan spontan.
 Beritahu ibu, atau keluarganya untuk mencari pertolongan medis, bila terdapat
tanda-tanda bahaya seperti: Demam tinggi, Perdarahan aktif, Tercium bau busuk
dari vagina, Pusing, pandangan hitam, berkunang-kunang, atau lemas luar biasa,
serta Nyeri panggul, atau perut yang lebih hebat dari kontraksi uterus biasa.

3. Memahami dan Menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil


3.1 Definisi
Menurut Depkes (2009) anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau <10,5 gr% pada
trimester II.
3.2 Etiologi
 Kurangnya Fe
-Akibat kebutuhan yang meningkat mencapi 1000 mg
-Gangguan absorbsi besi
-Kurang minum tablet besi
 Kurangnya asam folat dan B12
 Perdarahan akut yang terjadi akibat autoimun dan obat-obatan yang mengganggu
sistem imun
 Ketidakseimbangan pola makan
 Kelebihan vitamin C

32
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan
diantaranya gravid, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan
konsumsi tablet Fe (Keisnawati, dkk, 2015). Faktor umur merupakan faktor risiko
kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat
reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun.
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung
labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia
ini.

3.3 Klasifikasi

Defisiensi Besi
 Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di
negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan
dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan
pertumbuhan janin yang cepat.
 Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang
ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi
maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan
laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2
liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi.

33
Defisiensi Asam Folat
 Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena
transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat
maternal. Peningkatan lebih besar dapat teriadi karena kehamilan multipel, diet
yang buruk, in feksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi.
Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya
memiliki efek penghambatan terha dap absorbsi folat. Defisiensi asam folat oleh
karenanya sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama
anemia megaloblastik pada kehamilan.
 Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adalah
kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan
adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena
defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena defisiensi
vitamin B12 (kobalamin). Folat dan turunannya formil FH4 penting untuk sintesis
DNA yang memadai clan produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak
cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik.
 Gejala-gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum ditambah
kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak prekursor
eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan perbandingan inti-
sitoplasma yang abnormal juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya normal,
sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dari
perubahan fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi. Untuk MCV, adanya
peningkatan saturasi besi dan transferin serum juga bermanfaat.
 Defisiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali kongenital
janin, terutama defek pada penutupan tabung neural (neural tube defects). Selain
itu, defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran
kemih, alat gerak, dan organ lainnya. Mutasi gen yang mempengaruhi enzim-
enzim metabolisme folat, terutama mutasi 677C  T pada gen MTHFR, juga
berpredisposisi terhadap kelainan kongenital.

34
Anemia Aplastik
 Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan kehamilan,
tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus, yang terjadi
adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehamilan
dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan.
 Anemia aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan
berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi
sumsum tulang, tetapi penyakit dapat memburuk bahkan menjadi fatal setelah
persalinan. Terapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif,
imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang setelah persalinan.
Anemia Penyakit Sel Sabit
 Kehamilan pada perempuan penderita anemia Sel sabit (sickle cell anemia)
disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia,
perdarahan ante partum, prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan anemia
megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama pada akhir masa
kehamilan, juga meningkat frekuensinya.
 Berat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit di bawah rata-rata dan
kematian janin tinggi. Penyebab kematian neonatal tidak jelas, tetapi kadang-
kadang disebabkan oleh vasooklusi plasenta, dengan temuan postmortem yang
menggambarkan anoksia intrapartum. Masa kehamilan dan periode postpartum
masih berpotensi berbahaya bagi ibu dengan penyakit sel sabit sehingga harus
dipantau ketat selama kehamilan. Pemberian transfusi darah profilaktik belum
terbukti efektivitasnya walaupun beberapa pasien tampaknya memberi hasil yang
memuaskan.

3.4 Cara Diagnosis


Diagnosis Anemia
Menurut kemenkes (2013: 160) diagnosis anemia dapat ditegakkan bila kadar Hb,
11g/dl pada trimester I dan III, atau <10,5 g/dl pada trimester II. Penegakan diagnose
pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan didapatkan

35
keluhan cepat leleh, sering pusing-pusing, mata berkunang-kunang, dan muntah lebih
sering dan hebat pada kehamilan muda (Manuaba 2010: 239).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan Alat
Mekanik (Alat Hb digital). Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr/dl: Normal / tidak anemia
b. Hb 9 – 10 gr/dl: Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr/dl: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr/dl: Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet selama
kehamilan (Manuaba, 2010: 239).
Metode Sahli adalah metode pengukuran kadar hemoglobin yang menggunakan
cara mengoksidasi hemoglobin dengan HCl sehingga menjadi globin ferroheme.
Kemudian, globin ferroheme ini dioksidasi menjadi ferriheme. Ferriheme akan segera
beraksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid atau hematin atau hemin yang
berwarna coklat. Warna coklat ini lalu dibandingkan dengan standar warna yang telah
ditentukan (dilihat dengan mata telanjang) (Nkrumah dkk., 2011).
Metode Cyanmetheglobin adalah metode pengukuran kadar hemoglobin yang
menggunakan cara mengoksidasi hemoglobin dengan kalium ferrosianida menjadi
methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk
cyanmethemoglobin berwarna merah. Warna merah ini kemudian dibaca dengan
fotometer dan dibandingkan dengan standar warna yang ada. Tidak semua
laboratorium memiliki fotometer karena harganya yang mahal . (Rohilla dkk., 2010).
Annisa Fitriani dkk. Menemukan cara baru untuk mendeteksi anemia kehamilan
secara dini yakni dengan membuat Kertas Identifikasi Hemgolobin (I-HB). Kertas I-
HB digunakan dengan cara mencocokkan warna kertas dengan warna konjungtiva
mata ibu hamil. Warna konjungtiva kemudian dicocokkan dengan indikator kadar
hemoglobin yang ada di kertas I-HB. Bahan yang digunakan merupakan kertas yang
dapat mudah ditemukan. Biaya yang dibutuhkan untuk mendeteksi anemia melalui

36
kertas ini relatif murah karena tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium. Pasien
merasa lebih nyaman jika diperiksa dengan kertas ini daripada dengan pengambilan
sampel darah melalui jarum suntik.

3.5 Tatalaksana
1. Anemia defisiensi besi
1. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia.
2. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi
per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau
masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral
dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan
III.

2. Anemia defisiensi asam folat


1. Asam folik 15 – 30 mg per hari.
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari.
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari.
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.

3. Anemia aplastik
Terapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi atau
transplantasi sumsum tulang setelah persalinan.
4. Anemia penyakit sel sabit

37
Pemberian transfusi darah profilaktik terbukti efektifitasnya walaupun beberapa
pasien memberikan hasil yang kurang memuaskan.

3.6 Pencegahan

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu :

 Meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber alami, terutama makanan sumber
hewani (hemiron) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan.
 Meningkatkan makanan yang banyak mengandung vitamin C dan A (buah dan
sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan
Hb.
 Fortifikasi bahan makanan, seperti menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A
dan asam amino esensial pada bahan makanan.
 Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk
meningkatkan kadar Hb secara cepat.

3.7 Komplikasi

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian
bayi. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan:
Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester
II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR,
gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat postpartum anemia dapat menyebabkan: tonia
uteri, retensio placenta, pelukaan sulit sembuh, mudah terjadi febris purpuralis dan
gangguan involusio uteri.

3.8 Pengaruh Anemia pada Ibu Hamil

38
Reo (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab kematian obstetrik tidak
langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia. Grand tahun 1992 menyatakan
bahwa anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO
menyatakan bahwa anemia merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian
Chi tahun 1981 menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu
yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Anemia pada kehamilan
juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu (Diana, 2007: 98).
Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh
dengan memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus-menerus
dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti
preeklampsia (Laros dalam Tarwotp: 2007).

4. Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Nutrisi Bagi Perkembangan Janin dan


Ibu Hamil
4.1 Peranan Gizi Terhadap Ibu Hamil dan Janin pada Tiap Fase Kehamilan Ibu
Hamil

Kebutuhan gizi untuk ibu hamil mengalami peningkatan dibandingkan dengan


ketika tidak hamil. Bila kebutuhan energi perempuan sebelum hamil sekitar 1.900
kkal/hari untuk usia 19—29 tahun dan 1.800 kkal untuk usia 30—49 tahun, maka
kebutuhan akan bertambah sekitar 180 kkal/hari pada trimester I dan 300 kkal/hari
pada trimester II dan III.

Tabel Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata (AKG, 2004) yang dianjurkan (per orang per hari) bagi
ibu hamil usia 19—29 tahun dengan BB/TB 52 kg/156 cm dan ibu hamil usia 30—49 tahun
dengan BB/TB 55 kg/156 cm.

Dewasa Saat Hamil

19—29 30—49 Trimester Trimester II Trimester


Tahun Tahun I III

Energi (kkal) 1.900 1.800 +180 +300 +300

39
Protein (g) 50 50 +17 +17 +17

Vitamin A (RE) 600 500 +300 +300 +300

Vitamin D (μg) 5 5 +0 +0 +0

Vitamin E (mg) 15 15 +0 +0 +0

Vitamin K (μg) 55 55 +0 +0 +0

Tiamin (mg) 1,1 1 +0,3 +0,3 +0,3

Riboflavin (mg) 1 1,1 +0,3 +0,3 +0,3

Niasin (mg) 14 14 +0,4 +0,4 +0,4

Asam folat (μg) 400 400 200 200 200

Piridoksin (mg) 1,2 1,3 +0,4 +0,4 +0,4

Vitamin B12 (μg) 2,4 2,4 +0,2 +0,2 +0,2

Vitamin C (mg) 75 75 +10 +10 +10

Kalsium (mg) 1.000 800 +150 +150 +150

Fosfor (mg) 1.000 600 +0 +0 +0

Magnesium (mg) 240 240 +30 +30 +30

Besi (mg) 26 26 +1 +1 +1

Yodium (μg) 150 150 +50 +50 +50

Seng (mg) 9,3 9,8 +1,7 +1,7 +1,7

Selenium (μg) 30 30 +5 +5 +5

Mangan (mg) 1,8 1,8 +0,2 +0,2 +0,2

Fluor (mg) 2,5 2,7 +0,2 +0,2 +0,2


Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Hamil Trimester I
Minggu 1 sampai minggu ke-4

40
Selama trimester 1 (hingga minggu ke-12), ibu harus mengonsumsi berbagai jenis
makanan berkalori tinggi untuk mencukupi kebutuhan kalori yang bertambah 180
kalori (setara 1 porsi nasi putih). Tujuannya, agar tubuh menghasilkan cukup energi,
yang diperlukan janin yang tengah terbentuk pesat. Konsumsi minimal 2000 kilo
kalori per hari. Penuhi melalui aneka sumber karbohidrat (nasi, mie, roti, sereal, dan
pasta), dilengkapi sayuran, buah, daging-dagingan atau ikan-ikanan, susu dan produk
olahannya.
 Minggu ke-5
Agar asupan kalori terpenuhi, ketika mual dan muntah, makan dalam porsi kecil
tapi sering. Konsumsi makanan selagi segar atau panas. Contoh porsi yang dapat
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi per hari pada trimester 1, antara lain
roti, sereal, nasi 6 porsi, buah 3 - 4 porsi, sayuran 4 porsi, daging, sumber protein
lainnya 2 - 3 porsi, susu atau produk olahannya 3 - 4 porsi, camilan 2 - 3 porsi
Minggu ke-7
Konsumsi aneka jenis makanan sumber kalsium untuk menunjang pembentukan
tulang kerangka tubuh janin yang sedang berlangsung. Kebutuhan kalsium 1000
miligram/hari. Didapat dari keju 3/4 cangkir, keju Parmesan atau Romano 1 ons, keju
cheddar 1,5 ons, custard atau puding susu 1 cangkir, susu (full cream, skim) 8 ons,
yoghurt 1 cangkir.
  Minggu ke-9
Penuhi kebutuhan asam folat 0,6 miligram per hari, diperoleh dari hati, kacang
kering, telur, brokoli, aneka produk whole grain, jeruk, dan jus jeruk. Konsumsi juga
vitamin C untuk pembentukan jaringan tubuh janin, penyerapan zat besi, dan
mencegah pre-eklampsia. Sumbernya: 1 cangkir stroberi (94 miligram), 1 cangkir jus
jeruk (82 miligram), 1 kiwi sedang (74 miligram), 1/2 cangkir brokoli (58 miligram).
Minggu ke-10
Saatnya makan banyak protein untuk memperoleh asam amino untuk
pembentukan otak janin, diitambah kolin dan DHA untuk membentuk sel otak baru.
Sumber kolin; susu, telur, kacang-kacangan, daging sapi dan roti gandum. Sumber
DHA: ikan, kuning telur, produk unggas, daging, dan minyak kanola.
Minggu ke-12

41
Sejumlah vitamin yang harus dipenuhi kebutuhannya adalah vitamin A, B1, B2,
B3, dan B6, semuanya untuk membantu proses tumbuh-kembang, vitamin B12 untuk
membentuk sel darah baru, vitamin C untuk penyerapan zat besi, vitamin D untuk
pembentukan tulang dan gigi, vitamin E untuk metabolisme. Konsumsi zat besi,
karena volume darah akan meningkat 50%. Zat besi berguna untuk memroduksi sel
darah merah.

B.   Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Hamil Trimester II


Di trimester dua, ibu dan janin mengalami lebih banyak lagi kemajuan dan
perkembangan. Kebutuhan gizi juga semakin meningkat seiring dengan semakin
besarnya kehamilan.
Minggu ke-13
Kurangi atau hindari minum kopi. Sebab kafeinnya (juga terdapat di teh, kola dan
cokelat) berisiko mengganggu perkembangan sistem saraf pusat janin yang mulai
berkembang.
Minggu ke-14
Ibu perlu menambah asupan 300 kalori per hari untuk tambahan energi yang
dibutuhkan untuk tumbuh-kembang janin. Penuhi antara lain dari 2 cangkir nasi atau
penggantinya. Juga perlu lebih banyak ngemil, 3-4 kali sehari porsi sedang.
Minggu ke-17
Makan sayur dan buah serta cairan untuk mencegah sembelit. Penuhi kebutuhan
cairan tubuh yang meningkat. Pastikan minum 6-8 gelas air setiap hari. Selain itu,
konsumsi sumber zat besi (ayam, daging, kuning telur, buah kering, bayam) dan
vitamin C untuk mengoptimal pembentukan sel darah merah baru, karena jantung dan
sistem peredaran darah janin sedang berkembang.
Minggu ke-24
Batasi garam, karena memicu tekanan darah tinggi dan dapat menyebabkan kaki
bengkak akibat menahan cairan tubuh.
Minggu ke-28

42
Konsumsi aneka jenis seafood untuk memenuhi kebutuhan asam lemak omega-3
bagi pembentukan otak dan kecerdasan janin. Vitamin E sebagai antioksidan harus
dipenuhi pula, seperti bayam dan buah kering.

C. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Pada Trimester III


Zat gizi yang lebih diperhatikan pada kehamilan trimester ke III:
1.      Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000 -80.000 kilo kalori
(kkal), dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg. Pertambahan kalori ini
diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu, tambahan kalori yang
diperlukan setiap hari adalah sekitar 285-300 kkal. Tambahan kalori diperlukan untuk
pertumbuhan jaringan janin dan plasenta dan menambah volume darah serta cairan
amnion (ketuban). Selain itu, kalori juga berguna sebagai cadangan ibu untuk
keperluan melahirkan dan menyusui.
2.      Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin ini dibutuhan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia di dalam
tubuh yang melibatkan enzim. Selain membantu metabolisma asam amino,
karbohidrat, lemak dan pembentukan sel darah merah, juga berperan dalam
pembentukan neurotransmitter (senyawa kimia penghantar pesan antar sel saraf).
Semakin berkembang otak jianin, semakin meningkat pula kemampuan untuk
mengantarkan pesan. Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah sekitar 2,2
miligram sehari. Makanan hewani adalah sumber yang kaya akan vitamin ini.
3.      Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang berperan
mengontrol setiap metabolisma sel baru yang terbentuk. Bila kekurangan senyawa ini,
akibatnya proses perekembagan janin, termasuk otaknya terhambat dan terganggu.
Janin akan tumbuh kerdil. Sebaliknya, jika tiroksin berlebih, sel-sel baru akan tumbuh
secara berlebihan sehingga janin tumbuh  melampaui ukuran normal. Karenanya,
cermati asupa yodium ke dalam tubuh saat hamil. Angka yang ideal untuk konsumsi
yodium adalah 175 mikrogram perhari.
4.      Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (B2) dan Niasin (B3)

43
Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolisma sistem
pernafasan dan enerji. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi Tiamin sekitar 1,2
miligram per hari, Riboflavin sekitar 1,2 miligram perhari dan Niasin 11 miligram
perhari. Ketiga vitamin B ini bisa di konsumsi dari keju, susu, kacang-kacangan, hati
dan telur.
5.      Air
Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari. Selain air putih, bisa pula dibantu
dengan jus buah, makanan berkuah dan buah-buahan. Hindari minuman bergula
seperti sirop dan softdrink. 

PRINSIP GIZI SEIMBANG


Variasi Makanan
Prinsip PGS (Pedoman Gizi Seimbang), asupan zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil
sebagai berikut.
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi makro yang meliputi gula, pati, dan serat. Gula dan
pati merupakan sumber energi berupa glukosa untuk sel-sel darah merah, otak, sistem
saraf pusat, plasenta, dan janin. Pemenuhan kebutuhan energi yang berasal dari
karbohidrat dianjurkan sebesar 50—60% dari total energi yang dibutuhkan, terutama
yang berasal dari karbohidrat pati dan serat, seperti nasi, sereal, roti, dan pasta, juga
jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar.
b. Protein
Protein merupakan komponen yang penting untuk pembentukan sel-sel tubuh,
pengembangan jaringan, termasuk untuk pembentukan plasenta. Kebutuhan protein
untuk ibu hamil sekitar 17 g/hari. Jenis protein yang dikonsumsi seperlimanya
sebaiknya berasal dari protein hewani, seperti daging, ikan, telur, susu, yogurt, dan
selebihnya berasal dari protein nabati, seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, dan
lainlain.
c. Lemak
Lemak merupakan zat gizi penting yang berperan meyakinkan pada
perkembangan janin dan pertumbuhan awal pascalahir. Asam lemak omega-3 DHA

44
penting untuk perkembangan dan fungsi saraf janin selama kehamilan. Konsumsi
PUFA selama kehamilan memengaruhi transfer PUFA ke plasenta dan ASI.
Kebutuhan energi yang berasal dari lemak saat hamil sebaiknya tidak lebih dari
25% dari kebutuhan energi total per hari. Selain memperhatikan proporsi energi yang
berasal dari lemak, penting juga memerhatikan proporsi asam lemaknya. Misalnya,
proporsi asam lemak jenuh (lemak hewani) adalah 8% dari kebutuhan energi total,
sedangkan sisanya (12%) berasal dari asam lemak tak jenuh. Perbandingan
kandungan asam lemak omega 6 dan omega 3 , EPA, dan DHA sebaiknya lebih
banyak.
Asam linoleat banyak terdapat pada minyak kedelai, minyak jagung, minyak
bunga matahari, minyak biji kapas. DHA dan ALA banyak terdapat dalam minyak
ikan (ikan laut seperti lemuru, tuna, salmon), selain juga terdapat dalam sayuran
berdaun hijau tua seperti bayam dan brokoli, minyak kanola, biji labu kuning, dan
minyak flaxseed. Kebutuhan minyak dalam pedoman gizi seimbang dinyatakan dalam
4 porsi, di mana satu porsi minyak adalah 5 gram.
d. Vitamin dan Mineral
Ibu hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibandingkan dengan
ibu yang tidak hamil. Vitamin membantu berbagai proses dalam tubuh seperti
pembelahan dan pembentukan sel baru. Contohnya, vitamin A untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kesehatan sel serta jaringan janin; vitamin B seperti tiamin,
riboflavin, dan niasin untuk membantu metabolisme energi, sedangkan vitamin B6
untuk membantu protein membentuk sel-sel baru; vitamin C untuk membantu
penyerapan zat besi yang berasal dari bahan makanan nabati; dan vitamin D untuk
membantu penyerapan kalsium.
Mineral berperan dalam berbagai tahap proses metabolisme dalam tubuh,
termasuk pembentukan sel darah merah (besi), dalam pertumbuhan (yodium dan
seng), serta pertumbuhan tulang dan gigi (kalsium).
e. Air
Air merupakan zat gizi makro yang berperan sangat penting dalam tubuh. Air
berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi lain ke seluruh tubuh dan membawa sisa
makanan keluar tubuh.

45
Ibu hamil disarankan untuk menambah asupan cairannya sebanyak 500 ml/hari
dari kebutuhan orang dewasa umumnya minimal 2 liter/hari atau setara 8 gelas/hari.
Kebutuhan pada ibu hamil lebih banyak lagi karena perlu memperhitungkan
kebutuhan janin dan metabolisme yang lebih tinggi menjadi 10—13 gelas/hari.

4.2 Masalah Nutrisi yang Timbul Saat Kehamilan dan Penanganan dari Segi Nutrisi

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah,
baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal,
dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan),
lahir dengan berat badan lahir rendah.

Kekurangan Energi Protein (KEP) akan mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan
kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR memiliki resiko kematian
lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan
berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin
daripada malnutrisi akut.

5. Memahami dan Menjelaskan Hukum Puasa Ramadhan pada Ibu Hamil


Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja

46
Dalil yang digunakan adalah sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang
wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit .
Pendapat ini dipilih oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sa’di rahimahumallah

1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya Saja Bila
Berpuasa
Bagi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang
lain ketika telah sanggup berpuasa. Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang
sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya. Sebagaimana dalam ayat,
“Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain.” (Qs. Al Baqarah [2]:184)
Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah rahimahullah  mengatakan, “Kami tidak
mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya
seperti orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya.” (al-Mughni: 4/394)

2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan
Anaknya Bila Berpuasa
Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja)
sebanyak hari-hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup
melaksanakannya.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para sahabat kami (ulama Syafi’iyah)
mengatakan, ‘Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan
puasanya dapat membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada
fidyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di
antara Syafi’iyyah). Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya
akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia
berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara Syafi’iyyah).'”  (al-Majmu’:
6/177, dinukil dari majalah Al Furqon)

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja

47
Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan
qadha dan fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan
menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi
makan seorang miskin.” ( HR. Abu Dawud)
dan perkataan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang seorang wanita
hamil yang mengkhawatirkan anaknya, maka beliau berkata, “Berbuka dan gantinya
memberi makan satu mud gandum setiap harinya kepada seorang miskin.” (al-Baihaqi
dalam Sunan  dari jalan Imam Syafi’i, sanadnya shahih)
Ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanya
membayar fidyah adalah, “Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang
miskin.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 184)
Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya
dianggap sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini.

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai
membayar fidyah
Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan
kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain
ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha
puasa ini karena tidak ada dalam syari’at yang menggugurkan qadha bagi orang yang
mampu mengerjakannya.
Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk
dalam keumuman ayat berikut,
“…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin…” (Qs. Al-
Baqarah [2]:184)
Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan
menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi
makan seorang miskin.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam
Irwa’ul Ghalil). Begitu pula jawaban Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya

48
tentang wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, “Hendaklah
berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan.”
Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma yang hanya
menyatakan untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut
(mengqadha) sudah lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan.

3. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Anaknya saja
Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah,
kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si anak bukan
berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan
atau telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan.
Patokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya – bahwa puasa bisa
membahayakan anaknya seperti kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8)

DAFTAR PUSTAKA

Astriana, Willy. 2017. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia. Jurnal
Ilmu Kesehatan. 120-123

49
Cunningham et al. 2014. Williams Obstretics. 24 th Edition.United States: McGrawHill
Education.

Fitriani, A., Nugroho, P.S., Rahmadini, A., Bekti, N.K. and Wahyuni, A., KERTAS
IDENTIFIKASI HEMOGLOBIN (I-HB) SEBAGAI ALAT DETEKSI DINI ANEMIA
PADA IBU HAMIL.

Ganong, WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.

Guyton dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta: EGC.

Hanifa Wikjosastro. 1992. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Hoffbrand.A.v dan Moss.P.A.H. 2017.
Kapita Selekta Hematologi Edisi 6. Jakarta; EGC

Kementerian Kesehatan Indonesia. 2015. Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta.

Leny. (2019). 1035325 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil. Jurnal Kebidanan : Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan Budi
Mulia Palembang, 9(2), 161–167. https://doi.org/10.35325/kebidanan.v9i2.195

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana (Edisi 2).
Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Pritasari, Damayanti, D. and Lestari, nugraheni tri (2017) Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

50
Rooselyn, I. P. T. (2016) ‘Strategi dalam penanggulangan pencegahan anemia pada kehamilan’,
Jurnal Ilmiah Widya, (Vol 4 No 3 (2018)), pp. 1–9. Available at: https://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.php/jurnal-ilmiah/article/view/255

Varney. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. In Hubungan ketuban pecah dini

Wulandari, C., 2019. Pengaruh Konsumsi Daun Bayam Terhadap Peningkatan Kadar


Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil Dengan Anemia (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

Ziyad, Ummu. Antara Qadha dan Fidyah Bagi Ibu Hamil dan Menyusui
https://muslimah.or.id/256-antara-qadha-dan-fidyah-bagi-ibu-hamil-dan-menyusui.html
diakses tanggal 5 Desember 2020

http://eprints.umpo.ac.id/4196/3/3.%20BAB%20II.pdf

51

Anda mungkin juga menyukai