Anda di halaman 1dari 34

Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

ASUHAN NEONATUS PADA BAYI RESIKO TINGGI, PENATALAKSANAAN


SERTA PENDOKUMENTASIAN

Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat menjelaskankan dan memberikan asuhan
neonates pada bayi resiko tinggi, penatalaksanaan dan pendokumentasiannya secara baik dan
benar sesuai dengan penjelasan yang diberikan, meliputi:
a. BBLR
b. Asfiksia
c. Sindrom gangguan pernafasan
d. Ikterus
e. Perdarahan Tali Pusat
f. Kejang
g. Hypotermi
h. Hypertermi
i. Hypoglikemi
j. Tetanus Neonatorum
k. Penyakit yang diterima Ibu selama Kehamilan

____________________________________________________________________________
1. ASUHAN NEONATUS PADA BAYI BERESIKO TINGGI DAN PENATALKSANAANYA
1.1 BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada
bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Penyebab dari
bayi yang lahir dengan berat badan rendah hingga saat ini belum diketahui namun dari
banyak kasus penyakit ibu, aktivitas ibu, dan status sosial ibu termasuk komplikasi pada
saat ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR.
A. Pengertian

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram tanpa mmandang masa kehamilan (Kemenkes RI, 2014).

Bayi BBLR adalah berat badan kurang dari 2.500 gram yaitu karena umur
hamil kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir rendah dari semestinya sekalipun
umur cukup atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 1998 : 326)

BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram) (Sarwono, 2011 : 376).

BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (Sarwono, 2009 : 771).

BBLR adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu, bayi yang beratnya
kurang dari seharusnya umur kehamilan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan (Rustam Mochtar, 1998 : 448).

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 1
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

B. Klasifikasi Kehamilan Menurut WHO

Untuk menentukan apakah bayi lahir itu premature dan matur normal . WHO
(1979) membagi umur kahamilan dalam 3 kelompok :
a. Preterm yaitu umur kahamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Aterm yaitu umur kahamilan antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
c. Post term yaitu umur kahamilan lebih dari 42 minggu (294 hari)

C. Klasifikasi BBLR
BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. BBLR (berat badan lahir rendah), yaitu berat badan lahir < 2.500 gram
b. BBLSR (berat badan lahir sangat rendah), yaitu berat badan lahir antara 1.000 –
1.500 gram
c. BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah), yaitu berat badan lahir  < 1.000
gram

D. Macam – macam BBLR


Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonates kurang
bulan. sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
 
E. Etiologi
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan
berat badan lahir rendah adalah :
a. Faktor Ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.
Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.

2) Usia kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 2
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20


tahun dan pada Multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat.
Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang teratur.
b. Faktor pekerja yang terlalu berat
c. Faktor Kehamilan
1) Hamil dengan hidramnion.
2) Hamil ganda.
3) Perdarahan antepartum (plasenta previa).
4) Komplikasi hamil ( pre-eklamsia/eklamsia dan ketuban pecah dini )
d. Faktor Janin
1) Cacat bawaan.
2) Infeksi dalam rahim (Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus, Herpes,
Sifilis atau disebut dengan TORCH)

F. Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu
ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan
gizi untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu
harus berbagai sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga
mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
 
G. Gambaran Klinis pada BBLR
Gambaran klinis pada BBLR menurut Manuaba, 1998 : 328 antara lain:
a. Berat badan kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
d. Lingkaran dada kurang dari 30 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 3
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

f. Kepala relatif lebih besar dari badannya


g. Kulit tipis dan transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
h. Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apnea ( gagal nafas )
i. Kepala tidak mampu tegak atau reflek tonik leher lemah

H. Komplikasi ( Penyakit yang Menyertai BBLR )


Komplikasi tergantung dari klasifikasi BBLR :
a. BBLR prematur / kurang bulan
1) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membaran hialin)
2) Pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sepmpurna,
bayi belum bisa menetek,
3) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventikuler (P/IVH) otak
lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernapasan)
4) Hipotermia karena sumber panas pada abyi prematur baik lemak subkutan
yang masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk
5) Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b. BBLR cukup bulan/dismatur
Komplikasi yang dapat timbul pada dismaturitas :
1) Sindrom aspirasi mekonium
2) Hiperbilirubinaemia
3) Hipoglikemia
4) Hipotermia

I. Perawatan atau Penatalaksanaan Bayi BBLR


Pengelolaan BBLR meliputi 3 tahapan yaitu :
a. Pengelolaan ante / intrapartum
Setiap persalinan dipertahankan aterm. Apabila ada gawat janin
kehamilan diperbaiki paling tidak sampai maturnitas janin optimal setelahusia
kehamilan lewat 35 minggu, dimana organ-organ tubuh dapat berfungsi optimal
diluar rahim. Karena kendala perawatan bayikurang bulan di negara
berkembang adalah adanya komplikasi penyakit membran hyalin.
1) Jika terjadi gawat janin
Bila ada gawat janin lakukan resusitasi intra uterine, kehamilan dicoba
dipertahankan dengan pemberian tokolitik dan mencegah infeksi dengan
pemberian antbiotik yang aman untuk bayi
2) Apabila kehamilan kurang dari 35 minggu, dan tidak dapat dipertahankan
untuk mempercepat pematangan paru-paru janin, ibu diberikan
kortikosteroid dosis tunggal
3) Beberapa jam sebelum persalinan dimulai, berkolaborasi dengan spesialis
anak, yaitu pemberian informasi bahwa akan lahir anak dengan BBLR

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 4
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

pada ibu yang beresiko seperti : Ketuban pecah sebelum waktunya,


hipertensi dalam kehamilan, Pre eklamsia berat, dekompensasi cordis,
TBC, infeksi TORCH dll.
b. Dikamar bersalin
Sebelum bayi lahir yang harus dilakukan adalah :
1) Menyiapkan alat-alat resusitasi :
a) Menyiapkan alat resusitasi
dan fasilitas perawtan bayi serta mencek kelengkapan dan dapat
berfungsi dengan baik / tidak
b) Meja resusitasi, lampu
penghangat dan penerang
c) Penghisap lendir
disposible dan suction pump bayi
d) Ambulans incubator
e) O2 dengan flowmeter
f) Status, tanda identitas
bayi-ibu
g) Informasi ke perawatan
intensif akan ada BBLR untuk persiapan perawatan bayi
Dokter anak mengecek kembali semua persiapan, tim resusitasi yang ahli
melakukan resusitasi disiapkan.
2) Resusitasi
a) Dibandingkan bayi yang cukup bula, resusitasi pada bayi prematur
memerlukan intervensi yang lebih cepat dan proaktif serta difokuskan
pada stabilisasi suhu dan oksigen
b) Melakukan resusitai langkah / tahap demi tahap sesuai dengan kondisi
bayi
c) Menentukan apgar score pada menit 1 dan 5 untuk menentukan
diagnosa (ada tidaknya asfiksia) dan prognosisi bayi.
3) Pasca resusitasi
a) Melakukan pemeriksaan fisik diagnostik secara sistematis dan lengkap
b) Menentukan masa gestasi dan pertumbuhan janin (SMK / KMK / BMK)
c) Menentukan diagnosis kerja
d) Melakukan perawatan tali pusat
e) Memberikan tetes mata dan vitamin Karena
f) Memberi identitas pada bayi dan ibu yang sama
4) Indikasi perawatan BBLR pada
bayi prematur, cukup bulan, bayi dirawat dalam 3 tempat perawatan :
a) Perawatan I rawat gabung (rooming in yaitu BBLR sampai 2250 gram,
sehat tanpa komplikasi

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 5
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

b) Perawatan II / Perawatan khusus / intermedeiate care / high care yaitu


bayi-bayi yang memerlukan perawatan khusus untuk observasi dan
penanganan klinik
c) Perawatan III / perawatan intensif neonatus / neonatal intensive care
unit.
c. Dikamar bayi
Secara umum perawatan BBLR adalah :
1) Mempertahankan suhu tubuh optimal
2) Mempertahankan oksigenasi
3) Memenuhi kebutuhan nutrisi
4) Mencegah dan mengatasi infeksi
5) Mengatasi hiperbilirubinemia
6) Memenuhi kebutuhan psikologis
7) Mencegah perawatan kedua orangtua
8) Program imunisasi

Apabila bayi yang lahir dengan berat badan antara 1500-2500 gram dalam
keadaan stabil dan tidak memiliki komplikasi lain selain BBLR, maka asuhan yang
diberikan dapat berupa metode kangguru.
Manfaat dari asuhan metode kangguru yaitu menjadi bayi baru lahir tetap
hangat menolong bayi baru lahir untuk bernafas lebih terautur, mengurnagi
frekuensi terjadinya serangan apneu, mempromosikan pemberian ASI,
pertumbuhan dan adaptasi diluar rahim, meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam
kemampuan dan keterlibatannya untuk merawat bayinya yang kecil dan
memberikan kontribusi terhadap penghematan biaya operasional listrik (ekonomis).
BBLR dapat tetap diberi ASI sesuai permintaanya dan perubahan suhu
tubuh perlu dipantau secara ketat karena setia saat dapat menjadi hipotermi. Ibu
juga perlu mendapatkan dukunagna untuk melanjutkan komitmen karena asuhan
ini melelahkan dan membatasi kebebasannya dalam bergerak dan melakukan
aktivitas.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 6
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

CONTOH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI DENGAN BBLR

A. Data Subyektif : umur bayi 1 hari


B. Data Obyektif :
a. BB = 1700 gram
b. Warna kulit merah
c. Gerakan aktif
d. Tidak ada kelainan
e. TTV dalam batas normal
f. Reflek hisap lemah
g. Reflek moro normal
h. Tali pusat bersih
C. Assesment :
Bayi baru lahir 2 jam dengan BBLR
D. Planning :
a. Mempertahankan suhu tubuh optimal
b. Pertahankan oksigenisasi
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi, yaitu tetap menganjrukan ibu untuk memberikan
ASI kepada bayinya sesering mungkin
d. Cegah infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
e. Melibatkan kedua orang tua dengan mengajarkan metode kangguru
f. Program immunisasi

1.2 Asfiksia
A. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang
dari tubuhnya (Dewi, 2010: 102).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010: 421).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan
(JNPK-KR 2008: 146).

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 7
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

B. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DEPKES RI, 2009) adalah:
a. Faktor Ibu
1) Preeklamsia dan eklamsia.
2) Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
3) Partus lama atau partus macet.
4) Demam selama persalinan.
5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
6) Kehamilan post matur.
7) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b. Faktor Bayi
1) Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum,
forsef).
3) Kelainan kongenital.
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

c. Faktor Tali Pusat


1) Lilitan tali pusat.
2) Tali pusat pendek.
3) Simpul tali pusat.
4) Prolapsus tali pusat.

C. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Gawat Janin (Asfiksia)


Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat
janin. Keadaan tersebut menurut Manuaba (2010) antara lain:
a. Gangguan Sirkulasi Menuju Janin
1) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan
pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
2) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan.

b. Faktor Ibu
1) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik)
2) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa
dan solusio plasenta)
3) Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-
eklampsia)
4) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta)

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 8
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

D. Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan denganmelakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
a. Denyut jantung janin
1) DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
2) Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
3) Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang
tidak teratur.
4) Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena
terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter
ani terbuka.

b. Mekonium dalam air ketuban


Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin,
karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan
sfingter ani terbuka (Manuaba, 2010:422).
c. Pernapasan
Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan
lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan
diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer (Drew, 2009:9)
d. Usia Ibu
e. Paritas
f. Lama persalinan

E. Tanda dan Gejala


a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang
yang muncul pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit.
2) Tidak ada usaha napas
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)


Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
2) Usaha nafas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 9
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

5) Bayi tampak siannosis

c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)


Menurut Dewi (2010) pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering
muncul adalah sebagai berikut:
1) Bayi tampak sianosis
2) Adanya retraksi sela iga
3) Bayi merintih
4) Adanya pernafasan cuping hidung
5) Bayi kurang aktifitas

Tabel Penilaian Skor APGAR


Skor
Tanda
0 1 2
Denyut jantung Tidak ada <100x / menit > 100 x / menit
Respirasi Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis
Tonus otot Lemah Sedikit refleksi Pergerakan aktif
Refleks Tidak ada respon Menyeringai Batuk, bersin,
menangis
Warna Biru, pucat Tubuh merah muda, Seluruh tubuh
ekstremitas biru merah muda

Tiga point pengkajian klinis yaitu :


a. Pernapasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat.Lakukan
auskultasi jika perlu.Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan
dada asimetris, napas tersenggal, atau mendengur.Tentukan apakah
pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak
teratur), atau tidak ada sama sekali.
b. Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau
merasakan denyutan umbilicus.
c. Warna
Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda.
Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam
pertama bahkan hari. Bayi yang pucat mungkin mengalami syok atau anemia
berat.Tentukan apakah bayi bewarna merah mudah, biru atau pucat.
Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR.Dua komponen
lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan.
(David,dkk.2009: 30-32)

F. Penatalaksanaan Asfiksia

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 10
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Menurut JNPK-KR, (2008:148),


penatalaksanaan asfiksia adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Resusitasi BBL
1) Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan
dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
dan bayinya serta persiapan yang
dilakukan oleh penolong untuk membantu
kelancaran persalinan dan melakukan
tindakan yang diperlukan,
2) Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :
a) Gunakan ruang yang hangat dan terang
b) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat
misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat
pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka)

Keterangan:
 Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
 Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan
posisi kepala bayi.
 Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu
petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.
3) Persiapan alat resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga
disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
a) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.
b) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.
c) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.
d) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.
e) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.
f) Kotak alat resusitasi.
g) Sarung tangan.
h) Jam atau pencatat waktu.

Keterangan:
 Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat
menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada
gunakan kain panjang atau sarung.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 11
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

 Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos,
selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.
 Bagian-bagian balon dan
sungkup:
‐ Pintu masuk udara dan tempat
memasang reservoir O2
‐ Pintu masuk O2
‐ Pintu keluar O2
‐ Susunan katup
‐ Reservoir O2
‐ Katup pelepas tekanan (pop-
of valve)
‐ Tempat memasang
manometer (bagian ini
mungkin tidak ada)
 Alat pengisap lendir Dee Lee
adalah alat untuk menghisap
lender khusus untuk BBL.
 Tabung dan sungkup atau balon
dan sungkup merupakan alat yang
sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup
dalam keadaan terpasang dan steril.
 Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam
keadaan steril, disiapkan dalam kotak alat resusitasi.

4) Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
a) Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup
kepala, kaca mata dan sepatu tertutup)
b) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
c) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol
dan gliseril.
d) Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
e) Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

b. Penilaian Segera

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 12
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut ibu. Cegah kehilangan panas dengan
menutupi tubuh bayi dengan kain / handuk yang telah disiapkan sambil
melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
1) Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau
megap-megap?
2) Apakah bayi lemas?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi,
segera lakukan tindakan yang diperlukan, penundaan pertolongan dapat
membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke
tempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.
PENILAIAN Sebelum bayi lahir:
• Apakah kehamilan cukup bulan?
• Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
• Menilai apakah bayi menangis tau bernapas/ tidak megap-megap?
• Menilai apakah tonus otot bayi baik/
bayi bergerak aktif?

KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:


• Bayi tidak cukup bulan dan atau
• Air ketuban bercampur mekonium dan atau
• Bayi megap-megap/ tidak bernapas dan atau
• Tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas.

TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi jika:


• Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/ tidak bernapas dan
atau tonus otot bayi tidak baik/bayi lemas.
• Air ketuban bercampur mekonium

c. Langkah-langkah Resusitasi BBL


Tahap I: Langkah Awal
Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat
a) Letakkan bayi diatas kain yg ada diatas perut ibu.
b) Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
c) Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 13
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

2) Atur posisi bayi


a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu,
sehingga kepala sedikit ekstensi.

3) Isap lendir
a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung
b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukan.

c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm


kedalam mulut atau lebih dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba berhenti
bernafa

4) Keringkan dan rangsang bayi


a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan
b) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki
bayi atau dengan menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi
dengan telapak tangan.

5) Atur kembali posisi bayi


a) Ganti kain yang telah basah
dengan kain kering dibawahnya
b) Selimuti bayi dengan kain kering
tersebut, jangan menutupi muka
dan dada, agar bisa memantau
pernafasan bayi.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 14
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

c) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

6) Lakukan penilaian bayi


Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau
megap-megap. Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi.
Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, mulai lakukan
ventilasi bayi.

d. Tahap II: Ventilasi


Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah
volume udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli
paru bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur.
1) Pasang sungkup
Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.

2) Ventilasi Percobaan (2 kali)


a) Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji
apakah jalan nafas bayi terbuka.
b) Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang.
 Bila tidak mengembang:
- Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
- Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
- Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan
lakukan penghisapan.
 Bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.

3) Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik)

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 15
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

a) Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan


balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm
air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan
b) Pastikan dada mengembang saat
dilakukan tiupan atau pemompaan,
setelah 30 detik lakukan penilaian
ualng nafas.

4) Lakukan Penilaian
a) Bila bayi sudah bernapas normal,
hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bai
diberikan asuhan pasca resusitasi.
b) Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
 Lanjutkan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik
berikutnya.
 Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik.
 Lakukan penilaian bayi apakah bernapas atau megap-megap.
- Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau
bayi dengan seksama, berikan asuhan pasca resusitasi
- Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan
tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya dan nilai hasilnya
setiap 30 detik.
 Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas setelah 2 menit diventilasi.
- Mintalah keluarga untuk membantu persiapan rujukan
- Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan
 Bila bayi tidak bisa dirujuk,
- Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
- Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20
menit, upaya ventilasi tidak berhasil.

e. Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi


Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang
merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap
ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
1) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
a) Tidak dapat menyusu
b) Kejang

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 16
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

c) Mengantuk atau tidak sadar


d) Nafas cepat (>60 kali permenit)
e) Merintih
f) Retraksi dinding dada bawah
g) Sianosis sentral

2) Pemantauan dan perawatan tali pusat


a) Memantau perdarahan tali pusat
b) Menjelaskan perawatan tali pusat

3) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
a) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya
b) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
c) Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang

4) Pencegahan hipotermi
a) Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya
b) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
c) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
d) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
e) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi
sebagian-sebagian.

Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir)


Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan
pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara
kunjungan rumah(kunjungan BBL /neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir
adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan
bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
1) Pemberian vit-K
Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg intramuscular.
2) Pencegahan infeksi
a) Memberikan salep mata antibiotika
b) Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL intramuscular,
1 jam setelah pemberian vit K
c) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.

3) Pemeriksaan fisik
a) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
b) Melihat dan meraba kepala bayi
c) Melihat mata bayi
d) Melihat mulut dan bibir bayi

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 17
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

e) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung


jumlah jari
f) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
g) Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan
h) Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil
i) Melihat dan meraba tulang punggung bayi.

4) Rencana asuhan 24 jam


a) Pemberian ASI
b) Menilai BAB bayi
c) Menilai BAK
d) Kebutuhan istirahat/tidur
e) Menjaga kebersihan kulit bayi
f) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi
(Rukiyah dan Yulianti. 2010: 66)

5) Pencatatan dan pelaporan Asuhan pasca lahir

Bagan Manajemen Asfiksia

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 18
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 19
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

2.1 Sindrom Gangguan Pernapasan


A. Pengertian
Sindrom gangguan pernapasan merupakan kumpulan gejala yang terdiri
dari dispnea / hiperpnea dengan frekuensi > 60 kali/ menit, sianosis, merintih ketika
ekspirasi dan retraksi di daerah di daerah epigastrium, suprasternal, interkostal
pada saat inspirasi.
Penyebab penyakit Membran Hialin (PMH) adalah kekurangna surfaktan
(zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu
kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak ) yaitu suatu zat aktif
yang pada alveoli dapat mencegah kollaps paru.

B. Gejala
a. Terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram atau masa
gestasi 30-36 minggu
b. Sering disertai dengan riwayat asfiksia
c. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama
d. Bayi dispnea dan hiperpnea, sianosis
e. Bradikardi, hipotensi, kardiomegali, edema (tangan dan kaki) Hiopotermi dan
tonus otot rutun

D. Penatalaksanaan
a. Memerikan lingkungan yang opetimal  suhu tetap normal  letakkan bayi di
inkubator
b. Permainan oksigen (tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang)
c. Pemberian cairan dan elektrolit (glukosa 5/10 %  disesuaikan dengan berat
badan ialah 60 – 125 ml /kg BB / hr. Asidosis metabolik  NaHCO3 IV
d. Pemberian antibiotik  penicilin (50.000 – 100.000 untuk /kg BB / hr) ampicillin
100 mg/kg/BB/hr, dengan atau tampa gentamisin 3-5 mg/kg BB / hr
e. Kemajuan terakhir dipengobatan adalah pemberian surfaktan okigen (surfaktan
dari luar).

3.1 Ikterus
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan
lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat
meruakan suatu gejala fisiologis atau dpat merupakan halyang patologis, mislanya
pada inkompatibilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan salutan empedu, dan
sebagainya

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 20
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

A. Pengertian
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata (menjadi
kekungingan) yang sebagian besar 80% akibat penumpukan bilirubin yang
merupakan hasil pemecahan sel darah merah, atau karena ketidakcocokan
golongan darah ibu dan bayi, pengingkatan kaar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan dalam pengeluarannya. Ikterus
pada bayi baru lahir dapat merupakan bentuk fisiologis dan sebagian lagi bersifat
patologis yang dikenal dengan istilah “hiperbilirubinemia” yang dapat
mengakibatkan gangguan susunan saraf pusat (Kern Ikterus) atau kematian.

B. Gejala dan Tanda


Tanda-tanda ikterus fisiologis :
a. Timbul pada hari ketiga sampai <14 hari
b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 12,5% mg% pada Nenatus cukup bulan,
dan 10 mg% untuk neonatus kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari
d. Kadar billirubin direk tidak melebihi 1 mg%
e. Ikterus menghilangkan pada 10 hari pertama (<2minggu).
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
Tanda-tanda ikterus patologis :
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama / < 3 hari
b. Kadar bilirubin melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
10 mg% pada Neonatus kurang bulan
c. Peningkatak bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
f. Mempunyai hubungan dengan peroses hemalitik

C. Penyebab
Penyebab ikterus pada bayi baru lair dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Secara garis besar dapat dibagi :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan
b. Ganguan dalam proses Uptake dan konjungsi hepar
c. Gangguan transportasi dalam metabolisme
d. Gangguan dalam eksresi

D. Penilaian
Pengamtan ukterus paling baik dilakuakn dalam cahaya matahari dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 21
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

yang merupakan resiko terjadinya Kern Ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas,
kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (kramer) dilakukan di bawah sinar biasa
(day lights). Sebaiknya penilaian ikterus dialkuakn secara laboratories, apabila
fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

Gambar 1. Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer

Tabel 1 Rumus Kramer


Kadar bilirubin
Daerah (lihat gambar) Luas ikterus
(mg%)
1 Kepala dan leher 5
Derah 1
2 (+) 9
Badan bagian atas
Derah 1,2
3 (+) 11
Badan bagian bawah dan tungkai
Derah 1,2,3
4 (+) 12
Lengan dan kaki dibawah dengkul
Derah 1,2,3,4
5 (+) 16
Tangan dan kaki

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 22
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Contoh 1 : kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin
kira-kira 9 mg%
Contoh 2 : kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan , berarti bilirubin
kira-kira ≥ 15 mg%

E. Penanganan
Mencegah terjadinya Kern Ikterus (ensefalopati bilianis) yang paling
penting ialah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan peningkatan kadar
ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar
menjadi patologis yaitu :
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama (<3 hari)
b. Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada Neonatus cukup bulan atau >
10 mg% pada neonatus kurang bulan
c. Ikterus dengan peningkatan kadar billirubin > 5 mg%/hari
Mengatasi hyperbilirubinemia :
a. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi
b. Transfusi tukar darah
Indikasi transfusi tukar darah :
1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg %
2) Keinaikan adar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg% / jam
3) Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung
4) Kadar HB tali pusat <14 hari mg% dan uji Coombs direk positif

Tabel 2 Pedoman pengolahan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin

Bilirubin
<24 jam 24-48 jam 49-72 jam > 72 jam
(mg%)

<5 Pemberian makanan yang dini

Terapi sinar bila


5-9 Kalori cukup
hemolisi
Transfusi tukar*
10-14 Terapi sinar
Bila hemolisis
Transfusi sinar bila
15-19 Transfusi tukar* Terapi sinar* +
hemolisis

> 20 Transfusi tukar*

* Sebelum dan sesudah transfusi tukar  beri terapi sinar

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 23
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

+ Bila tak berhasil  transfusi tukar


Bil < 5mg% selalu observasi
Bil > 5mg% penyebab ikterus perlu diselidiki

BAGAN PENANGAN IKTERUS BAYI BARU LAHIR


Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hematomegali,
TANDA-TANDA
perdarahan kulit, dan kejang-kejang)
KATEGORI
Normal Fisiologik Patologik
PENILAIAN
 Daerah 1 1+2 1 sampai 4 1 sampai 5 1 sampai 5
ikterus (rumus >3
kramer) 1-2 >3 11-15 >3 >3
 Kuning hari ≤ mg% 5-9 mg% Mg% >15- 20mg >20mg%
ke : %
 Kadar
bilirubin
PENAGANAN
Bidan atau Terus diberi  Jemur di matahari pagi jam 7-9
 Rujuk
Puskesmas ASI selama 10 menit
ke rumah
 Badan bayi telanjang, mata
sakit
ditutup
 Bany
 Terus diberi ASI
ak minum
 Banyak minum
Sama Sama
Terapi
dengan di dengan di Terapi sinar
sinar
atas atas
 Periksa golongan darah ibu dan
bayi
 Periksa kadar bilirubin
Rumah sakit Waspadai
Nasihat bila kadar
bila bilirubin
semakin naik >0,5 Tukar darah
kuning, mg/jam
kembali Coomb’s
test

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 24
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

CONTOH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA RINGAN

A. Data Subyektif : umur bayi 2 hari, bayi kurang menyusu pada ibunya
B. Data Obyektif :
a. Bayi cukup bulan
b. Mata dan kulit tubuh terlihat agak kuning
c. Kadar bilirubin indirect 13 mg%
C. Assesment :
Bayi cukup bulan umur 2 hari dengan ikterik fisiologis
D. Planning :
a. Jelaskan penyebab terjadinya ikterik pada keluarga, dana kan menghilang dalam
waktu 10 hari
b. Anjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari agar terkena sinar matahari
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi, anjurkan ibu sering menyusui bayinya
d. Cegah infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
e. Melibatkan perawatan kedua orang tua
f. Program immunisasi
g. Kolaborasi untuk tindakan lanjut

4.1 Perdarahan Tali Pusat


Bayi dapat mengalami perdarahan dari tali pusat jika tidak diikat dengan benar.
Jika dikarenakan ikatan yang longgar akibat dari penciutan tali pusat. Kehilangan darah
yang hebat dapat membuat bayi pucat dengan denyut nadi yang lemah dan cepat, bayi
tidak tenang dan teengah-engah.
A. Tanda dan gejala :
a. Pucat
b. Lemah
c. Reaksi terhadap rangsangan berkurang
d. Kesadaran berkurang / menurun
e. bagian akral tubuh berwarna keabu-abuan
f. nadi dan denyutan pemulih darah tali pusat lemah / tidak teraba
g. Tachikardi
h. bunyi jantung melemah
i. pernafasan dangkal dan tidak teratur

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 25
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

B. Pentalaksanaan
a. Kontrol ikatan tali pusat tiap ½ jam
b. Klem dengan forcep arteri
c. Ikatlah tali pusat jika terdapat perdarahan dali pusat
d. Jika bayi shock karena kehilangan darah dilakukan transfusi darah segera  40 ml
/ kg

CONTOH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI DENGAN PERDARAHAN TALI PUSAT

A. Data Subyektif : umur bayi 6 jam, tampak perdarahan yang terjadi dari tali pusat sejak 2
jam yang lalu
B. Data Obyektif :
a. Bayi cukup bulan
b. Bayi tampak lemah dan pucat
c. Pernafasan dangkal dan tidak teratur
d. Akral dingin dan pucat
e. Denyutan pada tali pusat melemah
C. Assesment :
Bayi baru lahir 6 jam dengan perdarahan tali pusat
D. Planning :
a. Mengklem tali pusat
b. Beri oksigen
c. Ikat / klem kembali tali pusat dengat kuat
d. Observasi bayi setiap ½ jam terutama tali pusat

5.1 Kejang
A. Pengertian
Adalah kejang yang terjadi dalam usia 28 hari setelah lahir.

B. Sifat Kejang
a. Kejang tonik : bersifat umum dengan eksetensi kedua tungkai kadang-kadang
fleksi anggota atas dan ekstensi anggota bawah

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 26
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

b. Kejang mulai fokal klonik, berupa gerakan klonik pada suatu atau lebih anggota
lainnya dengan tidak teratur
c. Kejang mioklonik : jarang terjadi pada BBL. Gerakan ini seperti reflek moro
dengan fleksi dari semua anggota

C. Penyebab
a. Gangguan vaskular
1) Perdarahan berupa pretekia akibat anoksida dan asfiksia yang dapat
terjadi intraserebral / intraventrikuler
2) Perdarahan akibat trauma langsung
3) Trombosis
4) Penyakit perdarahan  defesiensi vitamin K
5) Sindroma hiperviskositas
b. Gangguan metabolisme
1) Hipokalsemia, hipomagnesemia, hipoglikemia
2) Gangguan keseimbangan elektrolit
3) Hiperbilirubinemia
4) Kekurangan dan ketergantungan akan piridoksin
5) Aminosiduria
c. Infeksi
1) Meningitis, sepsis, ensefalitis
2) Toksoplasmosis kongenital

D. Penatalaksanaan
a. Sebaiknya dirawat dirumah sakit dengan fasilitas lengkap
b. Bayi dirawat diinkubator
c. Bayi tidak boleh diangkat selama 3x24 jam pertama
d. Berikan O2 (1-2 liter / menit)
e. Observasi TTV setiap jam
f. Bila memberikan obat antikonsulvan perhatikan reaksinya
g. Hati-hati jika memberikan obat untuk koreksi seperti glukosa  karena dapat
menyebabkan takardi / pecahnya pembuluh darah
h. Keadaan payah  infus glukosa 5-10% dan natrium bikarbonus 1,5% dalam
perbandingan 4 : 1
i. Bekerja secara aseptik

CONTOH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI DENGAN KEJANG

A. Data Subyektif : umur bayi 2 hari, bayi kurang menyusu pada ibunya

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 27
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

B. Data Obyektif :
a. Bayi cukup bulan
b. Bayi tampak lemah
c. Pernafasan dangkal dan tidak teratur
d. Kedua tungkai terlihat ekstensi dan kadang anggota gerak atas fleksi
C. Assesment :
Bayi umur 2 bulan dengan kejang tonik
D. Planning :
a. Beri oksigen 1-2 liter / menit
b. Hindari mengangkat bayi bila tidak perlu
c. Rujuk ke pelayanan lebih lengkap

6.1 Hipotermia
A. Pengertian
Suhu normal bayi adalah (36,7-37,50C). Gejala awal hipotemia apabila
suhu < 360C / kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36 0C). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh <320C.

B. Gejala dan tanda


a. Bayi tidak mau minum / menetek
b. Bayi tampak lesu / mengantuk saja
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Bila keadaan berat, denyut jatung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengaris
(sklerema)

Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)


a. Sama dengan hipotermi sedang
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan tidak teratur
d. Bunyi jantung melambat
e. Selanjutnya mungjin timbul hipoglekemia / asidosis metabolic

CONTOH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI HIPOTERMI SEDANG

A. Data Subyektif : umur bayi 1 hari, kulit tubuh dingin, kemampuan menghisap lemah

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 28
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

B. Data Obyektif :
a. Bayi premature
b. Bayi tampak lemah / mengantuk
c. Pernafasan tidak teratur
d. Tangisan lemah
e. Kemampuan menghisap tampak lemah
f. Suhu tubuh 34,50C
C. Assesment :
Bayi umur 2 bulan dengan hipotermi
D. Planning :
a. Beri oksigen 1-2 liter / menit
b. Hindari mengangkat bayi bila tidak perlu
c. Rujuk ke pelayanan lebih lengkap

7.1 Hipertermi
A. Prinsip dasar
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi, keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam ruangan yang berudara panas

B. Penilaian Hipertemia BBL


Gejala :
a. Suhu tubuh bayi lebih dari 37,50C
b. Frekwensi pernafasan bayi > 60 kali per menit
c. Tanda-tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang
banyaknya air kemih berkurang

C. Penanganan
a. Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 26-28 0C
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan
menggunakan air es)
c. Berikan cairan dekstrone : Na Cl = 1 : 4 secara IV sampai dehidrasi teratasi
d. Antibiotika diberikan apabila ada infeksi

1.10 Tetanus Neonatorum


A. Pengertian
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia 0-28 hari) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin dan menyerang sistem saraf pusat. Spora
kuman tersebut masuk kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya,

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 29
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi
baru lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepas tali pusat).

B. Etiologi
Karena pemotongan tali pusat masih banyak menggunakan alat-alat
tradisional, masuknya kuman tetanus klostridium tetani

C. Tanda dan Gejala


a. Kejang-kejang sampai pada otak pernafasan
b. Leher kaku diikuti spasma umum
c. Dinding abdomen keras
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan

D. Pentalaksanaan
Perawatan tali pusat dengan alat-alat yang steril

1.11 Penyakit yang diderita ibu hamil yang bermasalah bagi neonatus
A. Diabetes Mellitus
Pengaruh bagi neonatus :
a. Abortus
b. Cacat bawaan
c. Disamtur
d. Janin besar
e. Kematian neonatal
f. Kelainan neurologik dan psikologik dikemudian hari
B. Toksoplasma
Pengaruh bagi neonatus :
a. Hidrosefali
b. Mikrosefali
c. Kejang
d. Retarsi mental
e. Ketulian
Ditularkan selama hamil. Pejamu dominan adalah kucing
Penatalaksanaan:
a. Kewaspadaan wanita hamil untuk menghindari kontak dengan faeces kucing,
daging yang belum terlalu masak
b. Pengobatan dengan sulfonamid, pirimetamin
C. Rubella
Pengaruh bagi neonatus :
a. Retardasi pertumbuhan

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 30
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

b. Hipwebilirubinemia
c. Trombositopenia
d. Hepatomehali
e. Retardasi mental

1.12 Lahir Dari Ibu yang Menderita HIV/ AIDs


A. MANAJEMEN UMUM
a. Bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV positif
maka :
1) Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya, dan lakukan konseling pada
keluarga;
2) Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian khususnya pada
pencegahan infeksi;
3) Bayi tetap diberi imunisasi rutin, kecuali terdapat tanda klinis defisiensi
imun yang berat, jangan diberi vaksin hidup (BCG, OPV, Campak, MMR);
4) Pada waktu pulang, periksa DL, hitung Lymphosit T, serologi anti HIV, PCR
DNA/RNA HIV.
b. Beri dukungan mental pada orang tuanya
c. Anjurkan suaminya memakai kondom, untuk pencegahan penularan infeksi.

B. TERAPI ANTI RETROVIRUS


Tanpa pemberian Antiretrovirus, 25% bayi dengan ibu HIV positif akan
tertular sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir, dan 15% tertular melalui ASI:
a. Tentukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan Antiretrovirus untuk HIV,
atau mendapatkan pengobatan antiretroviral untuk mencegah transmisi dari ibu
ke bayinya.Tujuan pemberian Antiretro Viral terapi adalah untuk menekan HIV
viral load sampai tidak terdeteksi dan mempertahankan jumlah CD4 + sel
sampai mencapai lebih dari 25%( Cloherty).
b. Kelola bayi dan ibu sesuai dengan protokol dan kebijakan yang ada, tujuannya
untuk Profilaksis
c. Bila ibu sudah mendapat Zidovudine (AZT) 4 minggu sebelum melahirkan,
maka setelah lahir bayi diberi AZT 2 mg/kg berat badan per oral tiap 6 jam
selama 6 minggu, dimulai sejak bayi umur 12 jam.
d. Bila ibu sudah mendapat Nevirapine dosis tunggal selama proses persalinan
dan bayi masih berumur kurang dari 3 hari, segera beri bayi Nevirapine dalam
suspensi 2 mg/kg berat badan secara oral pada umur 12 jam.
e. Untuk mencegah PCP, berikan TMP 2,5 mg/kgBB 2 x sehari, pemberian 3
kali seminggu, diberikan sejak bayi umur 6 minggu sampai diagnosis HIV dapat
disangkal (Polin), karena peak onset PCP adalah pada umur 3-9 bulan.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 31
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

f. Jadwalkan pemeriksaan tindak lanjut dalam 2 minggu untuk menilai masalah


pemberian minum dan pertumbuhan bayi (lihat Pemeriksaan Tindak Lanjut).

C. PEMBERIAN MINUM
a. Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum kepada
bayinya. Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu. Ijinkan ibu untuk
membuat pernyataan sendiri tentang pilihan yang terbaik untuk bayinya.
b. Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan infeksi
HIV. Meskipun demikian, pemberian susu formula dapat meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian, khususnya bila pemberian susu formula tidak
diberikan secara aman karena keterbatasan fasilitas air untuk
mempersiapkan atau karena tidak terjamin ketersediaannya oleh keluarga.
c. Terangkan pada Ibu tentang untung dan rugi pilihan cara pemberian minum :
1) Susu formula dapat diberikan bila mudah didapat, dapat dijaga
kebersihannya dan selalu dapat tersedia;
2) ASI Eksklusif dapat segera dihentikan bila susu formula sudah dapat
disediakan. Hentikan ASI pada saat memberikan susu formula;
d. Rekomendasi yang biasa diberikan adalah memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan, kemudian dilanjutkan ASI ditambah makanan padat setelah umur 6
bulan.
e. Dalam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah :
1) Memeras ASI dan menghangatkannya waktu akan diberikan;
2) Pemberian ASI oleh Ibu susuan (”Wet Nursing”) yang jelas HIV negatif;
3) Memberi ASI peras dari Ibu dengan HIV negatif.
f. Bantu ibu menilai kondisinya dan putuskan mana pilihan yang terbaik, dan
dukunglah pilihannya.
g. Bila ibu memilih untuk memberikan susu formula atau menyusui, berikan
petunjuk khusus (lihat bawah).
h. Apapun pilihan ibu, berilah petunjuk khusus (seperti dibawah ini) :
1) Apabila memberikan susu formula, jelaskan bahwa selama 2 tahun ibu
harus menyediakannya termasuk makanan pendamping ASI;
2) Bila tidak dapat menyediakan susu formula, sebagai alternatif diberikan
ASI secara eklusif dan segera dihentikan setelah tersedia susu formula;
3) Semua bayi yang mendapatkan susu formula, perlu dilakukan tindak
lanjut dan beri dukungan kepada ibu cara menyediakan susu formula
dengan benar.
i. Jangan memberikan minuman kombinasi (misal selang-seling antara susu
hewani, bubur buatan, susu formula, disamping pemberian ASI), karena
risiko terjadinya infeksi lebih tinggi dari pada bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 32
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

D. Pemberian susu formula


a. Ajari ibu cara mempersiapkan dan memberikan susu formula dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
b. Anjurkan ibu untuk memberi susu formula 8 kali sehari, dan beri lagi apabila
bayi menginginkan.
c. Beri ibu petunjuk secara tertulis cara mempersiapkan susu formula.
d. Jelaskan mengenai risiko memberi susu formula dan cara menghindarinya.

Bayi akan diare apabila tangan Ibu, air atau alat-alat yang digunakan
tidak bersih dan steril, atau bila susu yang disediakan terlalu lama tidak
diminumkan;
Bayi tidak akan tumbuh baik apabila :
1) jumlah tiap kali minum terlalu sedikit;
2) frekuensi pemberiannya terlalu sedikit;
3) susu formula terlalu encer;
4) bayi mengalami diare.

e. Nasihati Ibu untuk mengamati apakah terdapat tanda bahaya pada bayinya,
seperti :
1) Minum kurang dari 6 kali dalam sehari atau minum hanya sedikit;
2) Diare;
3) Berat badan sulit naik.

f. Nasihati Ibu untuk melakukan kunjungan tindak lanjut :


1) Kunjungan rutin untuk memonitor pertumbuhan;
2) Meberi dukungan cara-cara menyiapkan formula yang aman;
3) Nasihati ibu untuk membawa bayinya bila sewaktu-waktu ditemukan
tanda bahaya (lihat atas).

E. Pemberian ASI

a. Bila ibu memilih menyusui, dukung dan hargai keputusannya.


b. Pastikan bayi melekat dan mengisap dengan baik untuk mencegah
terjadinya Mastitis dan gangguan pada puting susu.
c. Nasihati Ibu segera kembali apabila ada masalah pada payudara atau
putingnya, atau bayi mengalami kesulitan minum.
d. Pada minggu pertama, nasihati Ibu melakukan kunjungan ke rumah sakit
untuk menilai perlekatan dan posisi bayi waktu menyusu sudah baik, serta
keadaan payudara ibu.

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 33
Bahan Ajar Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

e. Atur konseling selanjutnya untuk mempersiapkan kemungkinan ibu


menghentikan menyusui lebih awal

Pertanyaan:
1. Jelaskan asuhan neonates, bayi dan balita dengan
BBLR!
2. Jelaskan tanda-tanda ikterus fisiologis dan ikterus
patologis!
3. Bagaimana asuhan pada neonates, bayi dan balita yang
lahir dari ibu yang menderita HIV dan Aids ?

Referensi :
1. Dewi, Vivian Nanny lia. 2011. Asuhan Neonates Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

2. Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa, Dian Ramadhani. 2008.
editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. Jakarta : EGC

3. JNPK-KR. 2008. Asuhan persalinan normal. Jakarta :

4. Mochtar,Rustam.Edisi 2 .Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

5. Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka

6. Prawirohardjo, Sarwono.2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka

7. Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates Bayi dan Balita. Jakarta:
Salembamedika

8. Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

9. Sofian . Amru. 2011.Sinobsis Obstetri. Jakarta: EGC.

10. Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika

Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau


Page 34

Anda mungkin juga menyukai