Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat menjelaskankan dan memberikan asuhan
neonates pada bayi resiko tinggi, penatalaksanaan dan pendokumentasiannya secara baik dan
benar sesuai dengan penjelasan yang diberikan, meliputi:
a. BBLR
b. Asfiksia
c. Sindrom gangguan pernafasan
d. Ikterus
e. Perdarahan Tali Pusat
f. Kejang
g. Hypotermi
h. Hypertermi
i. Hypoglikemi
j. Tetanus Neonatorum
k. Penyakit yang diterima Ibu selama Kehamilan
____________________________________________________________________________
1. ASUHAN NEONATUS PADA BAYI BERESIKO TINGGI DAN PENATALKSANAANYA
1.1 BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada
bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Penyebab dari
bayi yang lahir dengan berat badan rendah hingga saat ini belum diketahui namun dari
banyak kasus penyakit ibu, aktivitas ibu, dan status sosial ibu termasuk komplikasi pada
saat ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR.
A. Pengertian
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram tanpa mmandang masa kehamilan (Kemenkes RI, 2014).
Bayi BBLR adalah berat badan kurang dari 2.500 gram yaitu karena umur
hamil kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir rendah dari semestinya sekalipun
umur cukup atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 1998 : 326)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram) (Sarwono, 2011 : 376).
BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (Sarwono, 2009 : 771).
BBLR adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu, bayi yang beratnya
kurang dari seharusnya umur kehamilan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan (Rustam Mochtar, 1998 : 448).
Untuk menentukan apakah bayi lahir itu premature dan matur normal . WHO
(1979) membagi umur kahamilan dalam 3 kelompok :
a. Preterm yaitu umur kahamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Aterm yaitu umur kahamilan antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
c. Post term yaitu umur kahamilan lebih dari 42 minggu (294 hari)
C. Klasifikasi BBLR
BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. BBLR (berat badan lahir rendah), yaitu berat badan lahir < 2.500 gram
b. BBLSR (berat badan lahir sangat rendah), yaitu berat badan lahir antara 1.000 –
1.500 gram
c. BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah), yaitu berat badan lahir < 1.000
gram
F. Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu
ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan
gizi untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu
harus berbagai sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga
mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
G. Gambaran Klinis pada BBLR
Gambaran klinis pada BBLR menurut Manuaba, 1998 : 328 antara lain:
a. Berat badan kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
d. Lingkaran dada kurang dari 30 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
Apabila bayi yang lahir dengan berat badan antara 1500-2500 gram dalam
keadaan stabil dan tidak memiliki komplikasi lain selain BBLR, maka asuhan yang
diberikan dapat berupa metode kangguru.
Manfaat dari asuhan metode kangguru yaitu menjadi bayi baru lahir tetap
hangat menolong bayi baru lahir untuk bernafas lebih terautur, mengurnagi
frekuensi terjadinya serangan apneu, mempromosikan pemberian ASI,
pertumbuhan dan adaptasi diluar rahim, meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam
kemampuan dan keterlibatannya untuk merawat bayinya yang kecil dan
memberikan kontribusi terhadap penghematan biaya operasional listrik (ekonomis).
BBLR dapat tetap diberi ASI sesuai permintaanya dan perubahan suhu
tubuh perlu dipantau secara ketat karena setia saat dapat menjadi hipotermi. Ibu
juga perlu mendapatkan dukunagna untuk melanjutkan komitmen karena asuhan
ini melelahkan dan membatasi kebebasannya dalam bergerak dan melakukan
aktivitas.
1.2 Asfiksia
A. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang
dari tubuhnya (Dewi, 2010: 102).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010: 421).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan
(JNPK-KR 2008: 146).
b. Faktor Bayi
1) Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum,
forsef).
3) Kelainan kongenital.
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
b. Faktor Ibu
1) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik)
2) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa
dan solusio plasenta)
3) Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-
eklampsia)
4) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta)
D. Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan denganmelakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
a. Denyut jantung janin
1) DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
2) Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
3) Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang
tidak teratur.
4) Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena
terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter
ani terbuka.
F. Penatalaksanaan Asfiksia
Keterangan:
Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan
posisi kepala bayi.
Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu
petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.
3) Persiapan alat resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga
disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
a) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.
b) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.
c) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.
d) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.
e) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.
f) Kotak alat resusitasi.
g) Sarung tangan.
h) Jam atau pencatat waktu.
Keterangan:
Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat
menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada
gunakan kain panjang atau sarung.
Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos,
selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.
Bagian-bagian balon dan
sungkup:
‐ Pintu masuk udara dan tempat
memasang reservoir O2
‐ Pintu masuk O2
‐ Pintu keluar O2
‐ Susunan katup
‐ Reservoir O2
‐ Katup pelepas tekanan (pop-
of valve)
‐ Tempat memasang
manometer (bagian ini
mungkin tidak ada)
Alat pengisap lendir Dee Lee
adalah alat untuk menghisap
lender khusus untuk BBL.
Tabung dan sungkup atau balon
dan sungkup merupakan alat yang
sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup
dalam keadaan terpasang dan steril.
Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam
keadaan steril, disiapkan dalam kotak alat resusitasi.
4) Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
a) Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup
kepala, kaca mata dan sepatu tertutup)
b) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
c) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol
dan gliseril.
d) Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
e) Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
b. Penilaian Segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut ibu. Cegah kehilangan panas dengan
menutupi tubuh bayi dengan kain / handuk yang telah disiapkan sambil
melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
1) Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau
megap-megap?
2) Apakah bayi lemas?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi,
segera lakukan tindakan yang diperlukan, penundaan pertolongan dapat
membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke
tempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.
PENILAIAN Sebelum bayi lahir:
• Apakah kehamilan cukup bulan?
• Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
• Menilai apakah bayi menangis tau bernapas/ tidak megap-megap?
• Menilai apakah tonus otot bayi baik/
bayi bergerak aktif?
3) Isap lendir
a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung
b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukan.
4) Lakukan Penilaian
a) Bila bayi sudah bernapas normal,
hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bai
diberikan asuhan pasca resusitasi.
b) Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
Lanjutkan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik
berikutnya.
Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik.
Lakukan penilaian bayi apakah bernapas atau megap-megap.
- Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau
bayi dengan seksama, berikan asuhan pasca resusitasi
- Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan
tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya dan nilai hasilnya
setiap 30 detik.
Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas setelah 2 menit diventilasi.
- Mintalah keluarga untuk membantu persiapan rujukan
- Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan
Bila bayi tidak bisa dirujuk,
- Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
- Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20
menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
3) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
a) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya
b) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
c) Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang
4) Pencegahan hipotermi
a) Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya
b) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
c) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
d) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
e) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi
sebagian-sebagian.
3) Pemeriksaan fisik
a) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
b) Melihat dan meraba kepala bayi
c) Melihat mata bayi
d) Melihat mulut dan bibir bayi
B. Gejala
a. Terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram atau masa
gestasi 30-36 minggu
b. Sering disertai dengan riwayat asfiksia
c. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama
d. Bayi dispnea dan hiperpnea, sianosis
e. Bradikardi, hipotensi, kardiomegali, edema (tangan dan kaki) Hiopotermi dan
tonus otot rutun
D. Penatalaksanaan
a. Memerikan lingkungan yang opetimal suhu tetap normal letakkan bayi di
inkubator
b. Permainan oksigen (tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang)
c. Pemberian cairan dan elektrolit (glukosa 5/10 % disesuaikan dengan berat
badan ialah 60 – 125 ml /kg BB / hr. Asidosis metabolik NaHCO3 IV
d. Pemberian antibiotik penicilin (50.000 – 100.000 untuk /kg BB / hr) ampicillin
100 mg/kg/BB/hr, dengan atau tampa gentamisin 3-5 mg/kg BB / hr
e. Kemajuan terakhir dipengobatan adalah pemberian surfaktan okigen (surfaktan
dari luar).
3.1 Ikterus
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan
lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat
meruakan suatu gejala fisiologis atau dpat merupakan halyang patologis, mislanya
pada inkompatibilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan salutan empedu, dan
sebagainya
A. Pengertian
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata (menjadi
kekungingan) yang sebagian besar 80% akibat penumpukan bilirubin yang
merupakan hasil pemecahan sel darah merah, atau karena ketidakcocokan
golongan darah ibu dan bayi, pengingkatan kaar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan dalam pengeluarannya. Ikterus
pada bayi baru lahir dapat merupakan bentuk fisiologis dan sebagian lagi bersifat
patologis yang dikenal dengan istilah “hiperbilirubinemia” yang dapat
mengakibatkan gangguan susunan saraf pusat (Kern Ikterus) atau kematian.
C. Penyebab
Penyebab ikterus pada bayi baru lair dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Secara garis besar dapat dibagi :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan
b. Ganguan dalam proses Uptake dan konjungsi hepar
c. Gangguan transportasi dalam metabolisme
d. Gangguan dalam eksresi
D. Penilaian
Pengamtan ukterus paling baik dilakuakn dalam cahaya matahari dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus
yang merupakan resiko terjadinya Kern Ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas,
kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (kramer) dilakukan di bawah sinar biasa
(day lights). Sebaiknya penilaian ikterus dialkuakn secara laboratories, apabila
fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.
Gambar 1. Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer
Contoh 1 : kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin
kira-kira 9 mg%
Contoh 2 : kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan , berarti bilirubin
kira-kira ≥ 15 mg%
E. Penanganan
Mencegah terjadinya Kern Ikterus (ensefalopati bilianis) yang paling
penting ialah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan peningkatan kadar
ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar
menjadi patologis yaitu :
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama (<3 hari)
b. Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada Neonatus cukup bulan atau >
10 mg% pada neonatus kurang bulan
c. Ikterus dengan peningkatan kadar billirubin > 5 mg%/hari
Mengatasi hyperbilirubinemia :
a. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi
b. Transfusi tukar darah
Indikasi transfusi tukar darah :
1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg %
2) Keinaikan adar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg% / jam
3) Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung
4) Kadar HB tali pusat <14 hari mg% dan uji Coombs direk positif
Tabel 2 Pedoman pengolahan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin
Bilirubin
<24 jam 24-48 jam 49-72 jam > 72 jam
(mg%)
A. Data Subyektif : umur bayi 2 hari, bayi kurang menyusu pada ibunya
B. Data Obyektif :
a. Bayi cukup bulan
b. Mata dan kulit tubuh terlihat agak kuning
c. Kadar bilirubin indirect 13 mg%
C. Assesment :
Bayi cukup bulan umur 2 hari dengan ikterik fisiologis
D. Planning :
a. Jelaskan penyebab terjadinya ikterik pada keluarga, dana kan menghilang dalam
waktu 10 hari
b. Anjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari agar terkena sinar matahari
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi, anjurkan ibu sering menyusui bayinya
d. Cegah infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
e. Melibatkan perawatan kedua orang tua
f. Program immunisasi
g. Kolaborasi untuk tindakan lanjut
B. Pentalaksanaan
a. Kontrol ikatan tali pusat tiap ½ jam
b. Klem dengan forcep arteri
c. Ikatlah tali pusat jika terdapat perdarahan dali pusat
d. Jika bayi shock karena kehilangan darah dilakukan transfusi darah segera 40 ml
/ kg
A. Data Subyektif : umur bayi 6 jam, tampak perdarahan yang terjadi dari tali pusat sejak 2
jam yang lalu
B. Data Obyektif :
a. Bayi cukup bulan
b. Bayi tampak lemah dan pucat
c. Pernafasan dangkal dan tidak teratur
d. Akral dingin dan pucat
e. Denyutan pada tali pusat melemah
C. Assesment :
Bayi baru lahir 6 jam dengan perdarahan tali pusat
D. Planning :
a. Mengklem tali pusat
b. Beri oksigen
c. Ikat / klem kembali tali pusat dengat kuat
d. Observasi bayi setiap ½ jam terutama tali pusat
5.1 Kejang
A. Pengertian
Adalah kejang yang terjadi dalam usia 28 hari setelah lahir.
B. Sifat Kejang
a. Kejang tonik : bersifat umum dengan eksetensi kedua tungkai kadang-kadang
fleksi anggota atas dan ekstensi anggota bawah
b. Kejang mulai fokal klonik, berupa gerakan klonik pada suatu atau lebih anggota
lainnya dengan tidak teratur
c. Kejang mioklonik : jarang terjadi pada BBL. Gerakan ini seperti reflek moro
dengan fleksi dari semua anggota
C. Penyebab
a. Gangguan vaskular
1) Perdarahan berupa pretekia akibat anoksida dan asfiksia yang dapat
terjadi intraserebral / intraventrikuler
2) Perdarahan akibat trauma langsung
3) Trombosis
4) Penyakit perdarahan defesiensi vitamin K
5) Sindroma hiperviskositas
b. Gangguan metabolisme
1) Hipokalsemia, hipomagnesemia, hipoglikemia
2) Gangguan keseimbangan elektrolit
3) Hiperbilirubinemia
4) Kekurangan dan ketergantungan akan piridoksin
5) Aminosiduria
c. Infeksi
1) Meningitis, sepsis, ensefalitis
2) Toksoplasmosis kongenital
D. Penatalaksanaan
a. Sebaiknya dirawat dirumah sakit dengan fasilitas lengkap
b. Bayi dirawat diinkubator
c. Bayi tidak boleh diangkat selama 3x24 jam pertama
d. Berikan O2 (1-2 liter / menit)
e. Observasi TTV setiap jam
f. Bila memberikan obat antikonsulvan perhatikan reaksinya
g. Hati-hati jika memberikan obat untuk koreksi seperti glukosa karena dapat
menyebabkan takardi / pecahnya pembuluh darah
h. Keadaan payah infus glukosa 5-10% dan natrium bikarbonus 1,5% dalam
perbandingan 4 : 1
i. Bekerja secara aseptik
A. Data Subyektif : umur bayi 2 hari, bayi kurang menyusu pada ibunya
B. Data Obyektif :
a. Bayi cukup bulan
b. Bayi tampak lemah
c. Pernafasan dangkal dan tidak teratur
d. Kedua tungkai terlihat ekstensi dan kadang anggota gerak atas fleksi
C. Assesment :
Bayi umur 2 bulan dengan kejang tonik
D. Planning :
a. Beri oksigen 1-2 liter / menit
b. Hindari mengangkat bayi bila tidak perlu
c. Rujuk ke pelayanan lebih lengkap
6.1 Hipotermia
A. Pengertian
Suhu normal bayi adalah (36,7-37,50C). Gejala awal hipotemia apabila
suhu < 360C / kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36 0C). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh <320C.
A. Data Subyektif : umur bayi 1 hari, kulit tubuh dingin, kemampuan menghisap lemah
B. Data Obyektif :
a. Bayi premature
b. Bayi tampak lemah / mengantuk
c. Pernafasan tidak teratur
d. Tangisan lemah
e. Kemampuan menghisap tampak lemah
f. Suhu tubuh 34,50C
C. Assesment :
Bayi umur 2 bulan dengan hipotermi
D. Planning :
a. Beri oksigen 1-2 liter / menit
b. Hindari mengangkat bayi bila tidak perlu
c. Rujuk ke pelayanan lebih lengkap
7.1 Hipertermi
A. Prinsip dasar
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi, keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam ruangan yang berudara panas
C. Penanganan
a. Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 26-28 0C
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan
menggunakan air es)
c. Berikan cairan dekstrone : Na Cl = 1 : 4 secara IV sampai dehidrasi teratasi
d. Antibiotika diberikan apabila ada infeksi
yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi
baru lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepas tali pusat).
B. Etiologi
Karena pemotongan tali pusat masih banyak menggunakan alat-alat
tradisional, masuknya kuman tetanus klostridium tetani
D. Pentalaksanaan
Perawatan tali pusat dengan alat-alat yang steril
1.11 Penyakit yang diderita ibu hamil yang bermasalah bagi neonatus
A. Diabetes Mellitus
Pengaruh bagi neonatus :
a. Abortus
b. Cacat bawaan
c. Disamtur
d. Janin besar
e. Kematian neonatal
f. Kelainan neurologik dan psikologik dikemudian hari
B. Toksoplasma
Pengaruh bagi neonatus :
a. Hidrosefali
b. Mikrosefali
c. Kejang
d. Retarsi mental
e. Ketulian
Ditularkan selama hamil. Pejamu dominan adalah kucing
Penatalaksanaan:
a. Kewaspadaan wanita hamil untuk menghindari kontak dengan faeces kucing,
daging yang belum terlalu masak
b. Pengobatan dengan sulfonamid, pirimetamin
C. Rubella
Pengaruh bagi neonatus :
a. Retardasi pertumbuhan
b. Hipwebilirubinemia
c. Trombositopenia
d. Hepatomehali
e. Retardasi mental
C. PEMBERIAN MINUM
a. Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum kepada
bayinya. Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu. Ijinkan ibu untuk
membuat pernyataan sendiri tentang pilihan yang terbaik untuk bayinya.
b. Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan infeksi
HIV. Meskipun demikian, pemberian susu formula dapat meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian, khususnya bila pemberian susu formula tidak
diberikan secara aman karena keterbatasan fasilitas air untuk
mempersiapkan atau karena tidak terjamin ketersediaannya oleh keluarga.
c. Terangkan pada Ibu tentang untung dan rugi pilihan cara pemberian minum :
1) Susu formula dapat diberikan bila mudah didapat, dapat dijaga
kebersihannya dan selalu dapat tersedia;
2) ASI Eksklusif dapat segera dihentikan bila susu formula sudah dapat
disediakan. Hentikan ASI pada saat memberikan susu formula;
d. Rekomendasi yang biasa diberikan adalah memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan, kemudian dilanjutkan ASI ditambah makanan padat setelah umur 6
bulan.
e. Dalam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah :
1) Memeras ASI dan menghangatkannya waktu akan diberikan;
2) Pemberian ASI oleh Ibu susuan (”Wet Nursing”) yang jelas HIV negatif;
3) Memberi ASI peras dari Ibu dengan HIV negatif.
f. Bantu ibu menilai kondisinya dan putuskan mana pilihan yang terbaik, dan
dukunglah pilihannya.
g. Bila ibu memilih untuk memberikan susu formula atau menyusui, berikan
petunjuk khusus (lihat bawah).
h. Apapun pilihan ibu, berilah petunjuk khusus (seperti dibawah ini) :
1) Apabila memberikan susu formula, jelaskan bahwa selama 2 tahun ibu
harus menyediakannya termasuk makanan pendamping ASI;
2) Bila tidak dapat menyediakan susu formula, sebagai alternatif diberikan
ASI secara eklusif dan segera dihentikan setelah tersedia susu formula;
3) Semua bayi yang mendapatkan susu formula, perlu dilakukan tindak
lanjut dan beri dukungan kepada ibu cara menyediakan susu formula
dengan benar.
i. Jangan memberikan minuman kombinasi (misal selang-seling antara susu
hewani, bubur buatan, susu formula, disamping pemberian ASI), karena
risiko terjadinya infeksi lebih tinggi dari pada bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif.
Bayi akan diare apabila tangan Ibu, air atau alat-alat yang digunakan
tidak bersih dan steril, atau bila susu yang disediakan terlalu lama tidak
diminumkan;
Bayi tidak akan tumbuh baik apabila :
1) jumlah tiap kali minum terlalu sedikit;
2) frekuensi pemberiannya terlalu sedikit;
3) susu formula terlalu encer;
4) bayi mengalami diare.
e. Nasihati Ibu untuk mengamati apakah terdapat tanda bahaya pada bayinya,
seperti :
1) Minum kurang dari 6 kali dalam sehari atau minum hanya sedikit;
2) Diare;
3) Berat badan sulit naik.
E. Pemberian ASI
Pertanyaan:
1. Jelaskan asuhan neonates, bayi dan balita dengan
BBLR!
2. Jelaskan tanda-tanda ikterus fisiologis dan ikterus
patologis!
3. Bagaimana asuhan pada neonates, bayi dan balita yang
lahir dari ibu yang menderita HIV dan Aids ?
Referensi :
1. Dewi, Vivian Nanny lia. 2011. Asuhan Neonates Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
2. Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa, Dian Ramadhani. 2008.
editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. Jakarta : EGC
7. Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates Bayi dan Balita. Jakarta:
Salembamedika
10. Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika