BAB II
TINJAUAN PUSAKA
C. Karakteristik
1. Usia
Usia adalah tentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal
dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun,
dewasa lanjut > 60 tahun, usia adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan (Harlock, 2004)
Dalam beberapa teori diantaranya menurut Yayasan Pendidikan Kesehatan
Perempuan (2006), usia sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi perempuan,
khususnya pada usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling efektif untuk hamil dan
bersalin. Kehamilan dan persalinan akan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih
besar pada remaja dibandingkan dengan perempuan yang telah berusia 20 tahun keatas,
terutama di wilayah ataupun daerah yang pelayanan kesehatannya masih jarang atau
bahkan tidak tersedia.
Menurut Arikunto (2006) berpendapat bahwa usia ibu dikelompokan menjadi 3
bagian, yaitu:
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
Umur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi lahir dengan
BBLR, dimana angka kejadian BBLR lebih sering dialami oleh ibu yang berusia < 20
tahun dan > 35 tahun. Pada ibu dengan usia < 20 tahun merupakan resiko tinggi
kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Hal ini disebabkan
karena umur ibu yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsinya
belum optimal dan secara psikologis emosional belum stabil.
Pada umumnya ibu yang usia > 35 tahun telah mengalami penurunan
yaitu berkurangnya fungsi organ tubuh (uterus) yang dapat menimbulkan perdarahan
anteparum. Dengan adanya perdarahan maka aliran darah ibu ke janin berkurang,
sehingga mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dari ibu ke janin terhambat
( Varney, 2002: 126)
2. Paritas
Paritas berasal dari bahasa latin. Parare yang artinya melahirkan. Menurut
Dorland menyatakan bahwa para keadaan dimana seorang wanita sehubungan dengan
kelahiran anak yang dapat hidup (Dorland, 2002: 825)
Beberapa istilah yang kaitan dengan paritas menurut (Dorland, 2008: 688-892)
a. Primipara
Adalah wanita yang pernah mengandung dan melahirkan fetus mencapai berat 50
gram atau umur gestasional 20 minggu, tanpa tergantung apakah anak itu hidup atau mati
pada saat melahirkan dan apakah kelahiran tunggal atau kembar.
b. Multipara
Adalah seseorang perempuan yang telah melahirkan dua kali atau lebih yang
menghasilkan janin hidup, tanpa memandang apakah anak itu hidup atau mati.
c. Grandemultipara
Adalah seseorang perempuan yang telah melahirkan lima kali atau lebih yang
menghasilkan janin hidup.
Dengan paritas yang tinggi, maka akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang melahirkan bayi dengan BBLR. Pada
ibu paritas tinggi biasanya (multipara) organ reproduksi terutama pada uterusnya yang
sudah lemah, yaitu terjadi gangguan kontraksi uterus yang disebabkan berkurangnya
tonus otot uterus sehingga menyebabkan gangguan aliran darah dan mengakibatkan darah
yang mengalir dari ibu tidak mampu untuk berimplantasi ke plasenta,sehingga oksigen
untuk janin menjadi berkurang (Joeharno, 2008)
3. Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama
dan terakhir. Kehamilan dibagi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
samapai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Wiknjosastro,2006: 89)
Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan menurut WHO (1979) dalam
Manuaba (2010: 436) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
a. Preterm yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Aterm yaitu usia kehamilan antara 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari)
c. Post-term yaitu umur kehamilan di atas 42 minggu (294 hari)
Menurut penelitian Liesmayani (2002), bayi dengan BBLR sebagian besar (86%)
dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Sehingga umur
kehamilan yang kurang dapat menyebabkan makin kecil bayi yang dilahirkan. Hal ini
disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan organ bayi belum sempurna.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).
Pendidikan ilmiah adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang diamatkan
dan mempunyai ijazah dan klasifikasi pendidikan dasar (SD dan SMP), Pendidikan
Menengah (SMA) dan Pendidikan Tinggi (D3, S1 dan S2) diukur dengan cara
dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Arikunto,
2006). Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap minat ibu untuk memelihara
untuk memelihara kehamilannya. Semakin tinggi pendidikan, secara tidak langsung
berpengaruh terhadap peningkatan status sosialnya. Sebaliknya pendidikan yang rendah
menyebabkan kurangnya pengetahun tentang kehamilan dan sering menjadi penyebab
kurang gizi pada bayi. Suvei demografi di 40 negara (Engendering Development, Bank
Dunia, 2001) yang memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin
rendah angka kematian bayi. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar
enam tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan dibandingkan
dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin
rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan menegah tingkat pertama (Kompas, 2005)
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau
pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan
memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI, 2001). Seseorang
yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja,
karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi (Khusniyah, 2011).
Menurut (Notoatmodjo, 2012) jenis pekerjaan yaitu :
1. Pedagang
2. Buruh / Tani
3. PNS
4. Wiraswasta
Wanita hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Salah satunya yaitu mata
pencaharian kepala keluarga. Hal tersebut menyebabkan wanita kurang menjaga
kesehatan selama hamil dan kurang memperhatikan asupan gizi yang benar. Jika asupan
gizi saat hamil buruk, maka janin pun akan kekurangan nutrisi dalam perkembangannya
dan menyebabkan bayi mengalami berat badan lahir rendah. Sehingga ibu yang bekerja
lebih berpotensi berat badan lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Dilihat dari segi sosial ekonomi bagi sebagian anggota masyarakat yang mengalami krisis
ekonomi atau dengan upah dan pendapatan yang kurang untuk pemeriksaan kehamilan
merupakan beban berat, akibatnya mereka memilih untuk tidak memeriksakan
kehamilannya sehingga ibu hamil tidak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, asupan gizi pun tidak diperhatikan.