Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PENGARUH NESTING TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS


DAN PERILAKU PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RUANG PERINATOLOGI RSUI KUSTATI
SURAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana

Diajukan Oleh :

Heni Setyawati
NIM. 2019122009

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan
melakukan pertahanan yang kuat dengan ekstra uterisetelah lahir. Hal ini
disebabkan karena imaturnya sistem organ tubuh bayi seperti paru-paru,
ginjal,, jantung, imun tubuh serta system pencernaan (Deswita, 2010 dalam
nanang saprudin, 2018). Sulitnya bayi beradaptasi dengan lingkungan dan
rentan terkena stres menjadi factor resiko kesakitan dan kematin (Syahreni,
2010 dalam nanang saprudin, 2018). Ketidak stabilan respon fisiologis bayi
berat lahir rendah menyebabkan bayi memiliki factor resiko tinggi terkena
penyakit komplikasi seperti asfiksia, bradikardi, penyakit paru kronis,
hiperbilirubin, kejang, distress pernafasan, hipoglikemia, transient
hypothyroxinemia (Perlaman, 2001 dalam Syahreni, 2010).
Konsep bayi berat lahir rendah tidak sama dengan prematuritas. Tidak
semua bayi baru lahir (BBL) yang memiliki barat lahir kurang dari 2500 gram
bayi kurang bulan (BKB). Demikian pula tidak semua bayi berat lahir (BBL)
dengan berat lebih 2500 gram bayi aterm. Menurut (Gruenwaild,1960 dalam
Daminik 2012) menunjukkan bahwa sepertiga bayi lahir rendah sebenarnya
adalah bayi aterm yang mengalami gagal tumbuh makrosomia dengan umur
kehamilan dan berat lahirnya berbeda sehingga dapat mempunyai masalah
klinis diantaranya gangguan perkembangan fisik, gangguan perkembangan
mentaldan neurologic, peningkatan insiden kelainan kongenital, gangguan
beberapa parameter metabolic terutama ketidakseimbangan glukosa (damanik,
2012).
Menurut Worid Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa
di Asia Tenggara 20-30% bayi yang dilahirkan terdiri dari BBLR dan 70-80%
dari kematian neonates terjadi pada bayi kurang bulan dan BBLR. Anngka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain
antara 9-30%, angka BBLR sekitar 7,5% (Cahya&Sulastri, 2010 dalam
trisasmi 2016). Presentase bayi dengan BBLR di jawa tengah pada tahun 2014
sebanyak 3,9% hal ini memgalami peningkatan dila disbanding pada tahun
2013 sebanyak 3,75%. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu
hamil mengalami anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, atau
lahir kurang bulan.
Bayi yang lahir premature atau dengan BBLR akan mengalami
kesulitan saat mengalami transisi diluar Rahim. Bayi premature mempunyai
karateristik anatomi dan fisiologi yang berbeda disbanding dengan bayi cukup
bulan. Kurangnya surfaktan pada paru-paru menyebabkan sulitnya bayi
melakukan ventilasi. Selama masa perawatan tersebut maka monitoring tanda
vital harus dilaksanakan. Tingkat stress bayi akan mempengaruhi fisiologis
bayi yang dapat dilihat dari pengamatan perilaku, fungsi respirasi dan
kardiovaskuler, serperti nilai saturasi oksigen dan frekwensi nadi.
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan
pada bayi. Salah satu bentuk perawatan yang dilakukan oleh silvia (2015)
adalah dengan metode kanguru, dimana metode kanguru menggunkan prinsip
bayi selalu berada dalam dekapan ibu sehingga meningkatkankenyaman pada
bayi.
Salah satu bentuk intervensi keperawatan selain metode kanguru yang
dapat dilakukan pada BBLR adalah nesting. Nesting adalah suatu alat yang
digunakan di ruang perinatology terbuat dari bahan phlanyl dengan panjang
sekitar 121-132 cm, dapat disesuaikan dengan panjang badan bayi yang
diberikan pada bayi BBLR. Nesting ditujukan untuk meminimalkan
pergerakan neonates sebagai salah satu bentuk konversi energy yang
nerupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan. Pemasangan nesting atau
sarang serta posisi fleksi pada bayi juga merupakan bentuk pengelolaan
lingkungan dalam development care. Nesting dapat menopang tubuh bayi dan
memberi tempat yang nyaman, menstabilkan postur tubuh, membantu kepala
kea rah garis tengah, dan menfasilitasi untuk posisi fleksi. Atau semifleksi
(Ferrari et all, 2007 dalam dini 2017).
Menurutyang hasil penelitian Nanang 2018 yang berjudul pengaruh
penggunaan nesting terhadap perubahan suhu tubuh saturasi oksigen dan
frekwensi pada bayi berat badan lahir rendah di kota Cirebon menunjukkan
ada pengaruh nesting terhadap suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekwensi
nadi pada BBLR. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini,
2017 yang berjudul pengaruh nesting terhadap perubahan fisiologis dan
perilaku bayi premature di perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Tasikmalaya menunjukkan penggunaan nesting sebagai bentuk developmental
care dapat memfasilitasi pencapaian istirahat yang lebih baik (yang ditandai
dengan keteraturan fungsi fisiologis dan pencapaian perilaku tidur tenang),
sehingga perlu diimplementasikan dalam perawatan bayi BBLR diruang
perinatology.
Berdasarkan data pendahuluan yang diambil oleh peneliti dengan 25
xample ada 23 bayi BBLR yang mengalami peningkatan saturasi oksigen
yang bermakna. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti melakukan penelitian
lebih untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh nesting pada bayi BBLR yang
berjudul, “Pengaruh Nesting terhadap Perubahan Fisiologi Dan Perilaku
Bayi Berat Lahir rendah di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Isalm
Kustati Surakarta”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui “Apakah
ada Pengaruh Nesting Terhadap Perubahan Fisiologi dan Perilaku Bayi di
Ruang Perinatologi Rumah Sakit Islam Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada pengaruh nesting terhadap perubahan fisiologi dan perilaku
bayi berat lahir rendah di ruang perinatologi Rumah Sakit Islam
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karateristik responden
b. Mendiskripsikan tentang fisiologis dan perilaku bayi berat lahir
rendah di ruang perinatologi sebelum dilakukan nesting.
c. Mendiskripsikan tentang pengaruh terhadap fisiologis dan perilaku
bayi berat lahir rendah di ruang perinatologi setelah dilakukan
tindakan nesting.
d. Mengalisis pengaruh nesting terhadap perubahan fisiologis dan
perilaku bayi berat lahir rendah di ruang perinatology Rumah Sakit
Islam Kustati Surakarta.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan dan masukan kepada institusi terkait dengan
asuhan keperawatan anak khususnya neonatus masalah fisiologi dan
perilaku bayi
b. Bagi masyrakat menambah pengetahuan tentang perawatan khususnya
bayi dalam masalah fisiologi dan perilaku bayi
c. Bagi peneliti, semakin memahami tentang neonatus dan dapat
menerapkan metodologi penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan
kwalitas perawat dalam penangan pada bayi yang dirawat di ruang
perinatology.
b. Hasil ini dapat digunakan sebagai tambahan literature, penambahan
informasi kepada mahasiswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran
pada asuhan keperawatan anak khususnya neonatus dengan masalah
fisiologi dan perilaku bayi

E. Keaslian Penelitian
penelitian tentang pengaruh nesting banyak yang sudah dilakukan
tetapi lebih khusus pada poin- poin tertentu, kecenderungan ke bayi premature
seperti yang dilakukan oleh :
a. Nanang Saprudin (2018) pengaruh penggunaan nesting terhadap
perubahan suhu tubuh saturasi oksigen dan frekwensi nadi pada bayi berat
badan lahir rendah. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan nesting terhadap perubahan suhu tubuh, saturasi
oksigen dan frekwensi nadi bayi berat lahir rendah. Metode pengambilan
data secara purposive sample sejumlah 40 respoden pada bulan juni-juli
2018. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuisoner data
demografi, lembar observasi untuk mencata karateristik dan hasil
penelitian, kain, thermometer digital axilla dan probe finger oxymetry dari
bed side monitor yang sudah dikalibrasi sebelumnya sebagai alat
pemeriksaan. Lopkasi penelitian di ruang perinatology RSD Gunung Jati
Kota Cirebon. Pengaruh menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan
nesting terhadap suhu tubuh BBLR.
b. Defi Efendi (2019), Pemberian Posisi (Positoning) dan Nesting pada Bayi
Prematur : Evaluasi Implementasi Perawat di Neonatal Intensive Care
Unit. Peneltian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai jenis posisi yang
dapat diberikan pada bayi premature melalui pendekatan studi literature
dan praktis klinis pada tahun 2007-2017. Metode penulisan artikel
menggunakan penulisan literature melalui cumulative Index to Nursing
and Allied Health Literature (CINAHL), Medline, dan google Scholar.
Sebanyak 32 artikel terpilih, terpilih dan 11 artikel tersaring sesuai dengan
kriteria, yaitu artikel terbit dalan 12 tahun terakhir, studi eksperiman,
kualitatif diskriptif, dan studi longitudinal. Hasil penelusuran artikel
terkait menujukan bahwa posisi prone dan semi/quarter-prone merupakan
posisi yang banyak dikaji beberapa tahun terakhir. Posisi peone dapat
meningkatkan fungsi paru, fungsi tidur tenang, dan tidur aktif pada bayi
baru lahir. Posisi semi/quarter-prone dapat membantu menstabilkan
frekwensi nafas pada bayi premature ynga menggunakan CPAP.
c. Dini Nurbaeti (2017), Pengaruh Nesting Terhadap Perubahan Fisiologis
dan Perilaku Bayi Prematur di Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pangaruh nesting
terhadap perubahan fisiologis (frekwnsi nafas, frekwensi nadi,, saturasi
oksigen) dan perilaku bayi premature. Rancangan penelitian ini adalah
menggunakan quai eksperiman dengan desaign self-controlled study.
Sample penelitian ini sebanyak 25 bayi premature yang dirawat di
Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya dan dipilih dengan
tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukakan ada pengaruh
yang signifikan dari penggunaan nesting terhadap fisiologis dan perilaku
bayi premature. Penggunaan nesting sebagai bentuk development care
dapat menfasilitasi pencapaian istirahat yang lebih baik (yang ditandai
dengan keteraturan fungsi fisiologis dan pencapaian perilaku tibur tenang),
sehingga perlu di implementasikan dalam perawatan bayi premature di
ruang perinatology.
Persamaan penelitian Danang Saprudin dan dini Nurbaeti denga
variable bebasnya penggunaan nesting sedangkan variable terikatnya berbeda
dimana oleh Danang adalah perubahan suhu, frekwensi nafas dan frekwensi
nadi sedangkan Dini persamaan penelitian yang dilakukan oleh Defi Efendi
saah satu variabelnya adalah evaluasi implementasi perawat. Sedangkan
penelitian yang dilakukan penulis adalah pada pengaruh nesting terhadap
perubahan fisilogi dan perilaku pada bayi berat lahir rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Nanang Saprudin, Isti Kumala Sari, (2018), Pengaruh Penggunaan Nesting


Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Saturasi Oksigen dan Frekwensi
Nadi pada Bayi Berat Lahir Rendah
Defi Efendi, Dian Sari, Yanti Riyantini, (2019), Pemberian Posisi
(positioning) dan Nesting Pada Bayi Prematur : Evaluasi Implementasi
Perawatan di Neonatal Intensive care unit
Dini Nurbaeti, Zen (2017), Pengaruh Nesting Terhadap Perubahan Fisiologi
dan Perilaku Bayi premature di Perinatologi Rumah Sakit Umum
Daerah Tasikmalaya
Tri Sasmi Irva, Oswati Hasanah, Rumia Ginting, (2017), studi kasus:
Pengaruh Posisi Dan Pijat Bayi Dapat Meningkatkan Berat Badan
Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RSUDArifin Achmad
provensi Riau
Bayi Prematur di Ruang Perinatologi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Sofariah Rahmawaty, Ayu Prawesti, Sari Fatimah, (2017), Pengaruh
Nesting Terhadap saturasi Oksigen dan Berat Badan Pada
Wulan Puspita Sari,Tina Shinta P, (2018),Effect Of Implementasi Of
Developmental Care: Nesting On Sleep And Physiological Parameters
Baby Premature In Hospital X Bandung
M Rohman, N Saputri, J Bahari, (2020), Effectiveness Of Use Of Nesting On
Body Weight, Oxygen Saturation Stability, And Breath Frequency In
Prematures In Nicu Room Gambiran Hospital Kediri City
CH Tri Andar Utami, Happy Indri, Anisa Cindy, (2018), Pengaruh Penerapan
Developmental Care Terhadap Stres Fisiologis pada BBLR di Runag
Perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta

Anda mungkin juga menyukai