Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEGAWATDARURATAN OBSTETRI

GANGGUAN MENTAL POST PARTUM

Disusun Oleh :

1. Arvinela K.
2. Lussyana Chandra W.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis Panjatkan keHadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan dan menyusun makalah Kegawatdaruratan Obstetri ini tepat pada
waktunya, dengan judul Gangguan Mental Post Partum
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.MM, Selaku ketua Stikes Husada Jombang
2. Semi Naim S.ST. MM. Kes, Selaku Kaprodi D-IV Kebidananan
3. Erieska Safitri H., SST.,M.Kes, Selaku Pembimbing Akademik D-IV
Kebidanan.
4. Sri Retnaning, S.ST., Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Kegawatdaruratan
Obstetri.
5. Teman sejawat yang telah berpartisipasi dalam pengerjaan makalah ini
6. Orang tua yang telah motivasi dan memberikan dorongan sampai makalah ini
selesai
7. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami harapkan pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun. Harapan selanjutnya, semoga makalah ini benar benar
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.Sekiranya mohon dijadikan
periksa dan kami mohon maaf setulusnya bila terdapat kekurangan dalam makalah
ini.

Jombang, Desember 2016


Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa
dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Peristiwa-peristiwa
itu mempunyai makna yang berbeda-beda bagi setiap wanita maupun
keluarganya. Bagi banyak wanita peristiwa-peristiwa itu bermakna positf dan
merupakan fase transisi yang menyenangkan ke tahap baru dalam siklus
kehidupannya. Namun sebagaimana tahap transisi lain dalam fase kehidupan,
peristiwa itu dapat pula menimbulkan stres sehingga respons yang terjadi
dapat berupa kebahagiaan, maupun sebaliknya, seperti krisi lain dalam
kehidupan, dapat juga menimbulkan kekecewaan. Selama masa nifas 0,1-85 %
wanita mengalami suatu tipe dari gangguan jiwa. Pada sebagian besar wanita
gejala-gejala itu sementara dan relatif ringan. Namun sebagian kecil
mengalami gangguan jiwa yang lebih berat dan persisten. Walaupun gangguan
mood selama masa nifas adalah umum, gejala-gejala depresi yang muncul
selama masa nifas biasanya terlewatkan oleh pasien dan perawatnya.
Yoga et al meneliti di bangsal Kebidanan RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta mendapatkan prevalensi depresi ringan 11,3%, depresi sedang
1,9% dan depresi berat 0,5%. Sedangkan di Saudi Arabia insidensi psikosis
pasca salin adalah 3 per 1000 kelahiran Gangguan afektif puerperalis
menempatkan baik ibu maupun bayi pada risiko dan berhubungan dengan efek
jangka panjang pada perkembangan dan tingkah laku jangka panjang yang
signifikan. Maka dari itu pengenalan dan pengobatan gangguan mood
puerperalis adalah penting.
Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan
kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai
bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya
depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa. Postpartum
atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam
minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum
adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6
hari dan 6 minggu). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi
biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya

B. Rumusan Masalah.
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Postpartum Blues?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Depresi Masa Nifas Non Psikotik?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Psikosis Puerperalis?
C. Tujuan
1. Mengetahui Arti Dari Postpartum Blues.
2. Mengetahui Arti Dari Depresi Masa Nifas Non Psikotik.
3. Mengetahui Arti Dari Psikosis Puerperalis.
BAB II
PEMBAHASAN

B. Definisi Gangguan Post Partum


Hippocrates diketahui sebgai orang pertama yang mengenali gangguan
jiwa masa nifas, para ahli sejarah mencatat bahwa yang Hippocrates
kemukakan sebagai mania yang berhubungan dengan laktasi adalah lebih
sebagai delirium yang berhubungan dengan sepsis puerperalis yang
merupakan hal yang biasa pada zaman Yunani kuno. Setelah itu tidak ada
gambaran dan penjelasan mengenai gangguan jiwa masa nifas sampai tahun
1700-an dan 1800-an, ketika dilaporkan adanya kegilaan masa nifas di
literatur medis Jerman dan Perancis. Pada tahun 1818 Jean Esquirol adalah
orang pertama yang menjelaskan hal tersebut secara rinci. Pada penelitiannya
terdapat 92 kasus psikosis puerperalis yang diambil dari Salpetriere selama
perang Napoleon. Di samping itu juga terdapat seorang dokter Perancis, Victor
Louis Marce, yang dikenal dengan deskripsinya mengenai gangguan jiwa
masa nifas. Dalam bukunya yang terkenal yang dipublikasikan pada tahun
1856, Traite de la Folie des Femmes Enceintes, ia meletakkan dasar-dasar
untuk konseptualisasi modern bagi gangguan mental yang berhubungan
dengan kehamilan dan masa nifas. Ia juga merupakan orang pertama yang
menyatakan adanya perubahan fisiologis yang berhubungan dengan masa
nifas mempengaruhi mood ibu.
Walaupun psikosis puerperalis banyak dikenal klinisi pada akhir abad
ke sembilan belas, hanya sedikit perhatian yang diberikan pada penyakit
puerperalis yang ringan. Sampai akhirnya pada tahun 1960-an B. Pitt pertama
menjelaskan tentang adanya depresi atipikal (yang kemudian disebut
maternity blues) yang mengenai ibu yang baru melahirkan, sebagai kontras
terhadap psikosis puerperalis, yang biasanya ringan dan berjangka waktu
pendek.
Konsep mengenai gangguan depresif nonpsikotik yang lebih berat
(seperti depresi masa nifas) muncul pada tahun 1970-an. Pada waktu itu
dilakukan studi yang besar pada populasi yang menggunakan wawancara yang
terstruktur dan kriteria diagnostik yang baku untuk mengidentifikasi gangguan
psikiatrik pada ibu yang baru melahirkan. Hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat depresi dengan tingkat yang ringan sampai sedang pada wanita
selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.
Studi terakhir secara konsisten mengidentifikasi bahwa masa nifas
adalah masa yang terdapat peningkatan risiko bagi berkembangnya gangguan
psikiatrik pada wanita. Salah satu studi mengatakan bahwa adanya puncak
yang tajam dalam terjadinya kasus psikiatrik dalam 3 bulan pertama setelah
melahirkan. Studi yang lain mengatakan bahwa wanita yang menderita gejala-
gejala psikiatri yang bermakna selama periode nifas biasanya sebelumnya
menderita gangguan afektif, baik gangguan depresif mayor atau gangguan
bipolar. Selama periode nifas seorang wanita berada pada risiko yang lebih
besar bagi berkembangnya gangguan psikiatrik dibandingkan waktu-waktu
lain sepanjang hidupnya.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa gangguan mental masa nifas
terdiri dari sebuah kelompok gangguan psikiatrik yang secara khusus
berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran anak sehingga harus dipisahkan
dalam suatu diagnosis tersendiri. Namun beberapa penelitian terakhir
menunjukkan bahwa gangguan afektif yang muncul selama masa nifas tidak
berbeda secara bermakna dengan gangguan afektif yang timbul pada seorang
wanita di saat-saat lainnya. Pada DSM-IV gangguan psikiatrik masa nifas
dimasukkan sebagai bagian dari gangguan bipolar atau gangguan depresif
mayor.
Gangguan psikiatrik masa nifas biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
1. Postpartum blues
2. Depresi masa nifas non psikotik
3. Psikosis puerperalis
Pembagian ini sangat membantu konsep bahwa gangguan-gangguan
ini terdiri dari suatu fase yang berkesinambungan dan makin lama makin
berat. Maka dari itu mungkin terjadi tumpang tindih antara ketiga kategori.
Walaupun ketiga kategori ini berbeda dari keparahan penyakitnya, tidak ada
bukti nyata bahwa ketiganya adalah 3 gangguan yang berbeda sama sekali.
C. Post Partum Blues
1. Definisi
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari
hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu minggu atau bulan-
bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi
psikologis.Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan
gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.
Banyak wanita mendapatkan gejala-gejala depresi ringan selama
minggu pertama setelah kelahiran anak, yang dikenal sebagai postpartum
blues atau baby blues. Menurut kriteria yang dipakai untuk
mendiagnosisnya prevalensinya berkisar antara 30-85%. Pada wanita
dengan postpartum blues terdapat beberapa gejala termasuk disforia,
labilitas mood, iritabilitas, tearfullness, ansietas dan insomnia. Gejala-gejala
inis secara khas memuncak pada hari keempat atau kelima setelah
persalinan dan sembuh spontan pada hari kesepuluh masa nifas. Postpartum
blues relatif ringan dan terbatas waktunya.
Bila terjadinya postpartum blues tidak mencerminkan psikopatologi
ibu, beberapa wanita dengan blues akan tetap berlanjut menjadi depresi
pasca salin. Wanita dengan riwayat gangguan afektif memerlukan
pemantauan ketat, karena beberapa data menunjukkan bahwa blues dapat
berkembang menjadi gangguan depresif mayor pada wanita dengan riwayat
gangguan afektif. Gejala-gejala blues yang bertahan melebihi minggu kedua
pasca salin membutuhkan evaluasi lebih lanjut untuk menyingkirkan evolusi
menjadi penyakit jiwa yang lebih berat.
2. Etiologi
Mengenali penyebab post partum blues juga merupakan hal yang
berguna dalam mendeteksi adanya gangguan psikologi ini pada ibu. Selain
bisa mengantisipasi kita juga bisa memahami kondisi ibu sepenuhnya. Post
partum ini biasanya disebabkan oleh:
a. Perubahan Hormon
b. Faktor Usia.
c. Pengalam dalam pross kehamilan dan persalinan.
d. Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
e. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta
keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
f. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca
melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya
3. Gejala
Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas,
cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur
dan gangguan nafsu makan.
4. Cara Mengatasi
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan
dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi
tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.Pencegahannya
dapat dilakukan dengan:
a. beristirahat ketika bayi tidur
b. berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
c. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
d. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
e. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

D. Depresi masa nifas non psikotik


1. Definisi
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan
sampai 1 tahun kedepan.
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa
mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan.Wanita tersebut
secara social dan emosional meras terasingkan dalam setiap kejadian
hidupnya.
Gangguan depresif mayor relatif sering terjadi selama masa nifas.
Baik studi retrospektif dan prospektif yang berbasis komunitas telah
menghasilkan angka prevalensi depresi pasca salin mayor dan minor antara
10-15%. Angka depresi yang dilaporkan dari studi kohort masa nifas ini
relatif sama dengan yang diobservasi dari populasi wanita nonpuerperal.
Bila beberapa wanita dilaporkan menderita gejala-gejala singkat
setelah kelahiran anak, depresi berkembang lebih perlahan lebih dari 6 bulan
pertama pasca salin. Gejala dan tanda depresi masa nifas biasanya tidak
dapat dibedakan dengan gangguan depresif mayor nonpsikotik yang terjadi
pada wanita selain pasca salin. Afek disforik, iritabilitas, anhedonia,
insomnia, dan fatigue adalah gejala-gejala yang sering dilaporkan. Kadang-
kadang juga didapatkan keluhan somatik. Perasaan ambivalen atau negatif
terhadap bayi sering dilaporkan. Wanita dengan depresi pasca salin sering
mengemukakan keraguannya terhadap kemampuannya merawat bayinya.
Dalam bentuk yang paling parah, depresi pasca salin bisa menghasilkan
disfungsi yang sangat berat. Ide bunuh diri sering ditemukan, namun angka
bunuh diri relatif rendah pada wanita yang mengalami depresi selama masa
nifas.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit
psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi
menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala
ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering
didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post
partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-
menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
2. Etiologi
a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau
tidak dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b. Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang
terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid
dan progesterone.
c. Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan 2 dalam 1 , pada akhir
kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung
pada penyesuaian psikologis individu.
3. Gejala
a. Kelelahan dan perubahan mood
b. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya
sendiri.
4. Cara Mengatasi
a. beristirahat dengan baik
b. berolahraga yang ringan
c. berbagi cerita dengan orang lain
d. bersikap fleksible
e. bergabung dengan orang-oarang baru
f. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

E. Post partum psikosa (Psikosis puerperalis)


1. Definisi
Psikosis puerperalis adalah bentuk yang paling berat dari gangguan
jiwa masa nifas. Berbeda dengan postpartum blues atau depresi, psikosis
puerperalis lebih jarang terjadi dan angka kejadiannya berkisar 1-2 per 1000
wanita pasca salin. Penampilannya dramatik dan munculnya gejala psikosis
dalam 48 - 72 jam pasca salin. Sebagian besar wanita yang menderita
psikosis puerperalis gejalanya berkembang dalam 2-4 minggu pertama
pasca salin.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang
ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality) yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 pasca persalinan.
Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab
organic maupun emosional (fungsional) dan menunjukkan gangguan
kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Gejala yang khas pada psikosis postpartum terdiri dari agitasi,
gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih, insomnia,
menangis,bingung dan akhirnya timbal episode psikotik yang gawat dengan
gambaran mania dan delirium. Psikosis postpartum merupakan suatu
kondisi emergensi dan memerlukan perhatian dan penganan segera. Pasien
mungkin akan membutuhkan terapi obat untuk jangka waktu tertentu,
seperti haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg
per os 3 kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti psikotika
berpotensi tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium, valproid
acid, carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi
dengan obat anti psikotik dan benzodiapezine.
Prognosis pada serangan pertama relatif lebih baik, seperti juga
pada skizofrenia yang mempunyai penyakit fisik sebagai faktor presipitasi.
Kira-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan psikotik dalam waktu
relatif singkat. Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dari bentuk
lain dari gangguan psikotik pada postpartum. Psikosa terbagi dalam dua
golongan besar, yaitu :
a. Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya
terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang
berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh
perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang
b. Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh,
kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang
berkembang dalam jiwa seseorang.
2. Etiologi
a. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau
etnik)
b. Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
c. Faktor psikososial (adanya stresor psikososial, faktor kepribadian,
riwayat)
d. mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional, dll
e. Faktor keturunan
f. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
g. Perubahan hormonal yang cepat.
h. Masalah medis dalamkehamilan (pre-eklampsia, DM).
i. Marital disfungsion atau ketidakv mampuan membina hubungan dengan
orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
j. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
k. Merasa terisolasi.
l. Kelemahan, gangguan tidur (imsomnia), ketakutan terhadap suatu
masalah,
m. ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
3. Gejala
a. Gejala awal :
1) Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
2) Sulit tidur atau imsomnia
3) Sering menangis
4) Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
5) Merasa Letih dan lelah
6) Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
7) Mudah tersinggung / labil
8) Sakit kepala
9) Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
10) Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
11) Menolak makan dan minum
b. Gejala lanjutan :
1) Curiga berlebihan
2) Kebingungan
3) Sulit konsentrasi
4) Bicara meracau atau inkoheren
5) Irasional
6) Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang)
7) Agresif
8) Impulsif (bertindak diluar kesadaran)
c. Gejala yang sering terjadi adalah:
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi
postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa
postpartum.Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi
pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-
anaknya.
1) delusi
2) halusinasi
3) gangguan saat tidur
4) obsesi mengenai bayi
4. Cara Mengatasi
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas
dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
a. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum,
sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi,
maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
b. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup.Keduanya penting dalam periode
pospartum.
c. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan
peregangan selama15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga
membuat ibu menjadi lebih rileksdan lebih menguasai emosional yang
berlebihan
d. Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan
yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu.Jika mempunyai
masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang
yang terdekat.
e. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdeka
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan
pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu
berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
f. Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil,
baca buku-buku yang dibutuhkan.
g. Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu
dapat mengatasi rasa frustasi atau stress.Ceritakan pada mereka mengenai
perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari
setelahnya.

F. Dampak atau Pengaruh Depresi Terhadap Janin


Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk
depresi, selain berdampak pada diri sendiri dapat juga berimplikasi terhadap
kesehatan janin yang akan dilahirkannya. Kita semua tentu saja mengetahui
bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan
sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil.
Depresi yang tidak tertangani dapat menimbulkan efek negati
terhadap ibu maupun bayi yang dikandungnya. Ada dua hal penting yang
secara prevalensi kejadian sangat berisiko terjadi pada bayinya,yaitu :
a. Timbulnya gangguan pada janin yang masih ada didalam kandungan
b. Munculnya gangguan mental pada bayi tersebut ketika lahir nantinya.
c. Kelahiran premature.
d. Bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
e. Ibu yang mempunyai depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk
memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan kesehatan dirinya
sendiri.
Depresi yang dialami jika tidak disadari maupun dengan sadar tidak
ditangani sebaik mungkin akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal-hal yang
negatif seperti minum-minuman keras, merokok, maupun tidak jarang hingga
dalam tahap percobaan bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu kelahiran
premature, bayi lahir dengan berat badan yang rndah, abortus dan gangguan
perkembangan janin. Kelahiran bayi premature juga akan menjauhkan dekapan
seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkannya, karena si bayi akan ditempatkan
di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang
identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja si ibu dapat dengan sengaja
membunuh bayinya. Ibu yang mempunyai depresi ini tidak akan mempunyai
keinginan untuk memikirkan kesehatan kehamilannya, sehingga sebagian besar
janin akan mati sebelum dilahirkan. Hal-hal semacam IUFD ataupun IUGR
sangat lazim terjadi, bahkan ketika bayi lahir, resiko-resiko komplikasi pada
bayi juga dapat timbul, seperti :
a. Asfiksia
b. Kelainan konginetal
c. Kelainan mental
d. Gangguan pertumbuhan
e. Kemungkinan bayi juga mengalami gangguan kejiwaan lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
Dalam masa ini seorang wanita telah mengalami semacam
perubahan drastis dalam tahapan kehidupannya. Dimana perubahan ini
terkadang menimbulkan efek psikologis yang abnormal dan seolah kurang
siap atas kondisinya.
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum,
post partum blues, dan post partum psikosa.
Ada banyak teori yang memberikan gambaran dari kejadian
gangguan post partum post partum, mulai dari penyebab sampai cara
mengatasinya. Namun apa yang paling penting adalah kembali lagi sebagai
bidan kita perlu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk menunjang proses penerimaan peran baru si ibu.

B. Saran
Tenaga kesehatan khususnya seorang bidan yang merupakan ujung
tombak di lingkungan periver kesehatan, diharapkan mampu masuk dan
memahami kebutuhan ibu nifas, memberikan upaya pencegahan hingga
mampu memberikan pelayanan yang seoptimal mungkin sehingga bukan
hanya derajat kesehatan masyarakat saja yang dapat ditingkatkan, tapi juga
kualitas dari wanita serta penerus bangsa selanjutnya dapat terjamin.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, Eny Ratna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta,
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1993 :
253-4.

Glaze R, Chapman G, Murray D. Recurrence of puerperal psychosis during late


pregnancy. Br J Psychiatry 1991, 159: 567-9.

Suherni et al. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarata: Fitramala.

Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai