Anda di halaman 1dari 73

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN


DIAGNOSA SEROSIS HEPATIS DI RUANG INTERNE RSUD DR. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021

DI SUSUN OLEH

AMELZA PRAMITA

ANGLE SEPTA MEGA

MUNZIR MUBARAK

WENTI ENDIKA UTAMI

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN
DIAGNOSA SEROSIS HEPATIS DI RUANG INTERNE RSUD DR. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021

Telah dapat persetujuan pada

Tanggal :

Menyetujui

Nama pembimbing Tanda tangan

CI Akademik

(Ns.Aulia Putri, M.Kep)

CI Klinik

(Ns. Evi Marleni, S.kep)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya

sehingga Asuhan Keperawatan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa

kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kelompok sangat

berharap semoga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan

dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih

banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan keperawatan ini karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Bukittinggi, 24 Desember 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

3
LEMBAR PENGESAHA i................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Tujuan.............................................................................................................. 3
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Hati..................................................................................... 1


2.2 Konsep Penyakit Sirosis Hepatis...................................................................... 3
..........................................................................................................................
A. Defenisi Sirosis Hepatis ............................................................................. 3
B. Etiologi ....................................................................................................... 4
C. Manifestasi Klinis....................................................................................... 5
D. Patofisiologi ............................................................................................... 6
E. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 8
F. Penatalaksanaan.......................................................................................... 9
2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis Serosis Hepatis ................................................ 12

BAB III ANALISA KASUS

A. Pengkajian ......................................................................................................... 20
B. Diagnosa keperawatan....................................................................................... 33
C. Intervensi keperawatan ..................................................................................... 36
D. Implementasi keperawatan ............................................................................... 41

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 56
B. Saran ....................................................................................................................... 5

BAB I

4
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara
umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker
hati, abses hati. Sirosis hati merupakan stadium terakhir dari penyakit hati
menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010).Cedera pada struktur seluler dari
hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis dan perubahan necrotic
menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson, 2014).Sirosis hepatis adalah
penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan merupakan stadium akhir dari
penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam Sitompul, dkk, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar 700.000 umat
manusia meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan Data WHO (2011) dalam
Ika (2015) mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia meninggal akibat sirosis hati
ini. Penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar pada penderitanya
Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit hati
kronis sebanyak 20 juta jiwa.Informasi kesehatan untuk pasien sangat penting
untuk kelangsungan pemulihan pasien.Pemulihan tidak berlangsung dengan cepat
atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik untuk
mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013).
Berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal
penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia
rata-rata 44 tahun. (Sulaiman Akhbar, dkk, merupakan salah satu penyakit hati
kronis yang paling banyak ditemukan dimasyarakat dan
2007 dalam Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia, 2013)
Angka sirosis hepatis terus meningkat setiap tahunnya menurut penelitian dari
Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab sirosis hepatis

5
belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga turut ambil
bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor predisposisi munculnya
penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang
lama, riwayat terinfeksi virus (B ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan
kimia industri, dan penggunaan obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau
isoniazid.
Gejala yang timbul dari sirosis hepatis dapat berkembang secara bertahap,
atau mungkin tidak terlihat gejala sama sekali. Ketika timbul gejala, dapat
meliputi: Jaundice, yaitu menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir karena
bilirubin yang meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih gelap seperti air
teh.warna tinja pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual &
muntah darah, mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi
yang dapat timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema)
dan pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis
hepatis terkait masalah nutrisi adalah dengan memberikan informasi pada pasien
dan keluarga tentang pentingnya diet tinggi protein, khususnya yang banyak
mengandung asam amino rantai cabang (AARC). Salah satu jenis makanan yang
kaya akan AARC adalah putih telur. Consensus European Society for Clinical
Nutrition and Metabolism merekomendasikan AARC untuk terapi nutrisi pada
ensefalopati hepatikum karena terbukti memperbaiki klinis pada pasien sirosis
lanjut (Tsiaousi, Hatzitolios, Trygonis, & Savopoulos, 2008 dalam Riris, 2014).
Perawat juga beperan dalam melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian diuretik dan juga memantau intake dan output cairan untuk mengatasi
masalah kelebihan volume cairan serta melakukan tindakan mengukur lingkar
perut setiap hari
Berdasarkan survey awal yang dilakukan didapatkan pasien didapatkan
keluhan pasien muntah darah segar (hematesis) akibat pecah varises esophagus,
bab hitam berlendir(melena), nyeri dan susah saat menelan sehingga pasien

6
dianjurkan pasang ngt. Klien mengatakan terdapat darah pada tenggorokannya
yang menyebabkan terjadi gangguan pernafasan pada pasien
Berdasarkan uraian diatas kelompok mengangkat kasus serosis hepatis ini
menjadi kasus kelolaan untuk seminar akhir profesi Ners KMB Stikes Yarsi
Sumbar Bukittinggi di ruang interne lantai III RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di ruang
Interne Lantai III di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada bulan
November tahun 2021 mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Sirosis Hepatis di ruang
Interne lantai III di RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada bulan
November tahun 2021
b. Mampu melakukan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis di ruang Interne III di RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021
c. Mampu melakukan dan merencanakan intervensi keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis di ruang Interne III di RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis di
ruang Interne Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis di ruang Interne lantai III di RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021
e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien Sirosis Hepatis di ruang Interne
lantai III di RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada bulan November
tahun 2021.
1.3 Manfaat

7
1. Bagi Penulis
Asuhan keperawatan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Sirosis Hepatis.
2. Institusi Pendidikan
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
praktek keperawatan yang tepat khususnya untuk memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan serosis hepatis.

BAB II

8
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Hati

Gambar 2.1 Anatomi Hepar (Sjattar, 2017)

Gambar 2.2 Sirosis Hati (Widya,

2018)

Hati merupakan organ terbesar dari system pencernan yang ada dalam

tubuh manusia.Berwarna coklat, sangat vaskules lunak.Beratnya sekitar 1300-

1550 gram.Di dalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar

50.000-100.000 buah.Lobulus yang terbentuk segienam, setiap lobulus terdiri

dari jajaran sel hati (hematosist) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena

sentralis diantara sel hati terdapat sinus inoid yang pada dinding nya terdapat

makrofag yang disebut sel kuffer yang dapat memfagosit sel-sel darah yang

9
rusak dan bakteri.Hematosit menyerap nutrient, oksigen dan zat racun dari

darah sinusinoid. Didalam hematosit zat racun akan didetoksifikasi. Diantara

hematosist terdapat saluran empedu (kanalikuli empedu) untuk menyerap

bahan pembentuk cairan empedu.

A. Bagian-bagianHati

Menurut Qorry, 2014, bagian sel-sel dari organ hati yang memiliki
peranan besar dalam menunjang fungsi dan kinerja hati yang sangat penting
bagi kesehatan tubuh, diantaranya:
a) Lobushati
Lobus hati terbentuk dari sel parenkim dan sel non parenkim.Sel
parenkim pada hati disebut heptosit.Sel parenkim ini memiliki sekitar 80%
volume hati yang memiliki fungsi dari kinerja utama organ hati.Selain
lobus hati juga terdapat lobus sinusoidal yang memiliki 40% sel hati.
b) Hepatosis
Ia merupakan bagian dari sel endodermal merupakan stimulasi dari
jaringan mesenkimal yang secara terus-menerus saat embrio sedang
berkembang yang kemudian menjadi sel parenkimal. Selama masa
perkembangantersebut,akanterjadipeningkatanpadatranskripsimRNA
albumin yang berfungsi untuk stimulan proliferasi dan diferensiasi sel
endodermal yang menjadihepatosit.
c) Lumenlobus
Lumen lobus yang terbentuk dari SEC yang memiliki 3 jenis sel
lainnya, seperti sel kupffer, sel ito, linfosit intrahepatic seperti sel pit. Sel
non-parenkimal yang memiliki volume hati sekitar 6,5%
yangmemproduksi berbagai jenis substansi yang mengatur dan
mengontrol dari berbagai macam fungsi dan kerja dari Hepatosit.
d) Filtrasi
Filtrasi yang merupakan salah satu fungsi dari lumen lobus

10
sinusoidalyangmemisahkanantarapermukaanhepatositdaridarah,SEC yang
memiliki muatan endosisitas yang sangat besar dengan berbagai ligan
seperti glikoprotein, kompleks imun, transferrin danseruroplasmin.
e) Sel ito
Sel ito yang berada pada jaringan perisinusoidal, yang merupakan
seldenganbanyakvesikellemakdidalamsitoplasmayangmengikatSEC sangat
kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal.Saat
hati berada pada kondisi normal, sel ito menyimpan vitamin A guna
mengendalikan kelenturan matriks ekstraseluler yang dibetuk dengan
SEC, yang juga merupakan kelenturan dari lumen sinusoid.
f) Selkupffer
Sel kupffer yang berada pada jaringan intrasunisoidal, yang
merupakan makrofag dengan kemampuan endositik dan fagositik yang
mencengangakan.Sel kupffer sehari-hari berinterkasi dengan material
yang berasal saluran pencernaan yang mengandung larutan bacterial, dan
mencegah aktivasi efek toksin senyawa tersebut kedalam hati. Paparan
larutanbacterialyangtinggi,terutamapaparanLPS,membuatselkupffer
melakukan sekresi berbagai sitokinin yang memicu prosesperadangandan
dapat mengakibatkan cedera pada hati.
g) Sel pit
Ia merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang
bermukim di hati, sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel
tumor tanpa bergantung pada ekspresi antigen pada kompleks
histokompatibilitas utama.

2.2 Konsep Penyakit Sirosis Hepatis

11
A. Definisi Sirosis Hepatis

Sirosisadalahpenyakitkronisyangdicirikandenganpenggantianjaringan
hati normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur dan
fungsi hati. (Brunner &Suddarth,2013). Sirosis merupakan kondisi fibrosis dan
pembentukan jaringan parut yang difus di hat.Jaringan hati normal
digantikanolehnodus-nodusfibrosasertapita-pitafibrosayangmengerutdan
mengelilingi hepatosit. Arsitektur dan fungsi hati normal terganggu
(ElizabethJ.Corwin,2012).
Sirosis hati merupakan tahap ahir proses difus fibrosis hati progresif
yang di tandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif.
Gambaran morfologi dari SH meliputi fibrosis difus, nodul regeneratif,
perubahan arsitektur lobular dan pembentukan hubungan vaskular intrahepatik
antara pembuluh darah hati aferen (vena porta dan arteri hepatika) dan eferen
(vena hepatika). Secara klinis atau fungsional SH di bagi atas : Sirosis hati
kompensata dan Sirosis hati dekompensata, di sertai dengan tanda-tanda
kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal (Siti Nurdjanah, 2014)
Sirosis hepatik adalah penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi semua
pembuluhdarahbesardansemuasistemarsitekturhatimengalamiperubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan fibrosis disekitar parenkimhati
yang mengalami regenerasi (Sjattar, 2017). Ketika mengalami sirosis, hati akan
sangat kecil, beratnya hanya berkisar 700- 800g, dan permukaan nya tidak rata
serta noduler. Padahal, untuk hati yang normal, biasanya mempunyai berat
1.200-1.500 g (Soleh,2012).
Jadi,dapatdisimpulkanbahwasirosishepatisadalahstadiumakhirfibrosis
hepatik yang ditandai dengan fibrosis, dengan destorsi arsitektur hati yang
normalolehlembar-lembarjaringanikat.Danmenyebabkanhatiakansangat kecil
berkisar 700-800 g, dan permukaan nya tidak rata sertanoduler.

B. Etiologi

12
Menurut Diyono dan Mulyanti 2013, etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
1. Etiologi yang diketahui penyebabnya,yaitu:
a) Hepatitis virus B danC
b) Alkohol
c) Metabolik
d) Kolestasis kronik /sirosis siliar sekunder intra dan ekstrahepatic
e) Gangguan imunologis, seperti: hepatitis lupoid, hepatitis kronikaktif
f) Toksik dan obat, seperti: INH,metildopa
g) Operasi pintas usus halus pada obesitas
h) Malnutrisi, infeksi sepertimalaria
2. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya:
Sirosis yang tidak diketahui penyebabnya dinamakan sirosis kriptogenik
dari heterogenous.
C. Manifestasi Klinis

1. Gejala
Gejala chirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama- sama
di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan,
mual- mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan
munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada

chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
2. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a) Adanya ikterus (penguningan) pada penderitachrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda
bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan
mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin.Ikterus
dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi
sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit

13
b) Timbulnya asites dan edema pada penderitachirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama
asites adalahpeningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema
umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c) Hati yangmembesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan
rasa nyeri bila ditekan.
d) Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
menetap di atas nilai normal.Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
D. Patofisilogi

Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.


Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas
(hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan
parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun
etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama,
septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi
parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan
sentral.Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai
macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik
dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal.Hal
demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebihlama.
Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules,
sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif.Jaringan
kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa

14
permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati.Gambaran septa
ini bergantung pada etiologi sirosis.Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral.Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen.Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif.Septal
aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkimhati.

E. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnose sirosis


hepatis menurut Diyono (2013), yaitu :
1. PemeriksaanLaboratorium
a) Darah
Hemoglobin rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
normositer, hipokrom mikrositer, atau hipokrom makrositer.Penyebab
anemia ialah hipersplenisme dengan leukopenia dan
trombositopenia.Kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai
prognosis yang kurang baik.
Kenaikan kadar enzim transaminase atau SGOT, SGPT bukan
merupakan petunjuk tentang berat dan luasnya kerusakan hati.
Kenaikan kadarnya dalam serum timbul akibat kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan. Peninggian kadar gamma GT sama dengan
transaminase, ini lebih senstitif tetapi kurang spesifik. Pemeriksaan
laboratorium bilirubin, transminase dan gamma GT tidak meningkat
pada sirosis hepatis.

b) Albumin

15
Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang. Penurunan kadar albumin dan
peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya tahan
hati dalam menghadapi stress seperti tindakan operasi. Kemampuan
sel hati yang berkurang mengakibatkan kadar albumin rendah serta
peningkatan globulin.
c) Pemeriksaan CHE(kolineserase)
Pemeriksaan CHE (kolinesterase) penting dalam
menilaikemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan hati CHE akan
turun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal. Nilai
CHE yang bertahan di bawah nilai normal, mempunyai prognosis
yangjelek.
d) Pemeriksaan kadarelektrolit
Penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
e) Pemeriksaan masaprotombin
Pemanjanganmasaprotombinmerupakanpetunjukadanyapenurunan
fungsihati.
f) Kadar gula darah
Peningkatan kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan
kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen.
g) Pemeriksaan markerserologi
Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HbsAg/HbsAb,
HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV RNA penting dalam menentukan
etiologi sirosis hepatis.
2. Pemeriksaan penunjanglainnya
Diagnosa sirosis hepatis dapat juga diperkuat oleh pemeriksaan
penunjang lainnya (Lemone, 2016), diantaranya:
a) Ultrasonografiabdomen
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi ukuran hati,
mendeteksipembesaranhatidanasitesataumengidentifikasinodulhati.

16
Ultrasonografi dapat digunakan dengan pemeriksaan doppleryang
bertujuan untuk mengevaluasi aliran darah melalui hati danlimpa
b) Esofagoskopi
Esofagoskopi atau endoskopi bagian atas dapat dilakukan untuk
menentukan adanya varises esofageal.
c) Biopsihati
Pemeriksaan ini tidak harus dilakukan untuk menegakan diagnosis
sirosis,tetapidapatdilakukanuntukmembedakansirosisdaribentukhati
yanglain.
d) SinarX-abdominal
Menunjukkanukuranhatidankistaataugasdalamtraktusbilleratau hati,
klasifikasi hati, dan asites yang sangat banyak (sholeh,2012).
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang
ada.Sebagai contoh, antasid diberikan untuk mengurangi distres lambung
dan meminimalkan kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan
suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-sel hati
yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik
yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk
mengurangi asites jika gejala ini terdapat, dan meminimalkan perubahan
cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik
lainnya.Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian esensial
dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari
penggunaan alkohol selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati yang
sirotik tidak dapat diputar balik, perkembangan keadaan ini masih dapat
dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian pendahuluan menunjukan bahwa colchicine, yang
merupakan preparat anti-inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat
memperpanjang kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga sedang

17
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Mendukung istirahat dan kenyamanan

b) Mendukung asupan nutrisi dengan pemasangan NGT

c) Mencegahinfeksi

d) Mencegahperdarahan

e) Menganjurkan klien untuk menghentikan penggunaan alkohol,


obat- obatan dan merokok.
Pengobatan sirosis hepatis pada prinsipnya berupa :
1. Simptomatis.

2. Supportif, yaitu:

a. Istirahat yangcukup.

b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;


Misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan
vitamin.
3. Prinsipdiit

a. Jumlah sesuaikebutuhan.

b. Jadwal diitketat.

c. Jenis : boleh/tidakdimakan.

4. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita sirosis


hepatis, adalah : mencegah kekakuan pada otot dan sendi, mengurangi
tingkat edema maupun asites, mencegah terjadinyadekubitus.

5. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan

18
kepada penderita sirosis hepatis, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya : leaflet, poster, lembar balik, tv, kaset, video, dan
sebagainya.
6. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan di berikan jika
telah terjadi komplikasi seperti:
a. Asites.
Dapat di kendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
1) Istirahat
2) Diit rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu
denganistirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat
berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
3) Diuretik : pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah
menjalani diit rendah garam dan pembatasan cairan, namun
penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4hari.
b. Spontaneous bacterialperitonitis.
Infeksi cairan dapat terjadi secara sepontan, atau setelah
tindakan parasintese.Tipe spontan terjadi 80 % pada penderita
sirosis hati dengan asites, sekitar 20 % kasus.Keadaan ini lebih
sering terjadi pada sirosis hati stadium kompensata yang
berat.Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa
rawatan.Infeksi umumnya terjadi secara blood borne dan 90 %
monomicroba.Pada sirosis hati terjadi permeabilitas usus menurun
dan mikroba ini berasal dariusus.
Pengobatan SBP dengan memberikan cephalosparins generasi
III (cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau qinolon
secara oral. Mengingat akan rekulernya tinggi maka untuk
profilaksis dapat di berikan norfloxacin(400 mg/hari) selama 2-3
minggu.
G. WOC

19
Sumber:Black&Hawks (2014)

20
2.3 AsuhanKeperawatan Teoritis Serosis Hepatis
A. Pengkajian
a) Anamnesis

1. Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama,


pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan
tanggal MRS.

2. Keluhan utama, biasanya pasien mengeluh mual, anoreksia, kaki


bengkak, nyeri abdomen, dan mudah memar.

3. Riwayat penyakit sekarang, sirosis hepatis terjadi karena berbagai


penyebab sehingga perlu dikaji lebih lanjut pola hidup/kebiasaan
pasien yang erat kaitannya dengan terjadinya sirosishepatis.

4. Riwayat penyakit dahulu, biasanya pasien dengan sirosis hepatis


pernah mengalami penyakit hepatitis, riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, dan penyakit lain yang erat kaitannya dengan fungsi hati.

5. Riwayat penyakitkeluarga.

b) Data fokus (berdasarkan pemeriksaanfisik)

1. Aktivitas danistirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan

Tanda : letargi, penurunan massa otot/tonus

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat gagal jantung koroner kronis, perikarditis,


penyakitjantung, reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati)
Tanda : distensi vena abdomen, tekanan darah dan denyut
nadi meningkat
3. Eliminasi

Gejala : flatus

21
Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali,
asites),penurunan atau tidak ada bising usus, feses warna tanahliat,
melena,urin gelap dan pekat

4. Nutrisi

Gejala : anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,mual,muntah


Tanda:penurunanberatbadan/peningkatancairan,kulitkering, turgor
buruk, edema, ikterik, nafas berbau/fetor
hepatikus, perdarahangusi

5. Neurosensori

Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,


penurunan mental

Tanda : perubahan mental, bicara lambat/tidak jelas, penurunan


kesadaran
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas Tanda :
perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada dirisendiri
7. Respirasi/pernafasan
Gejala : dispnea
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan,
ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia
8. Keamanan
Gejala :pruritus
Tanda :demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), ikterik,
ekimosis, petekie, eritema palmar, edema
9. Seksualitas
Gejala : gangguan menstruasi/impoten
Tanda :atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah
lengan, pubis
c) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi (foto rontgen sinarX).
2. Pemeriksaan laboratorium (tes darah lengkap, tes faal hati,

22
pemeriksaan kadar elektrolit, tes faal ginjal, pemeriksaan cairan
ascites).
3. Pencitraan (MRI, CT scan, esofagoskopi, USG, angiografi, endoskopi)

B. DiagnosaKeperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cederafisiologis


2) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanismeregulasi
3) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upayanapas
4) Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif dibuktikan dengan disfungsi
hati(sirosis hepatis)

C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen pencedera tindakan keperawatan (1.08238)
fisiologis (sirosis selama 1x24 jam Observasi
hepatis) (D.0077) “tingkat nyeri” - Identifikasi lokasi,
(L.08066) menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun
2. Meringismenurun
3. Gelisahmenurun - Identifikasi skala nyeri
4. Kesulitan tidur - Identifikasi respins nyeri
menurun nonverbal
5. Frekuensi nadi - Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
6. Pola tidur memperingannyeri
membaik - Monitorkeberhasilan
terapi komplementer
yang sudahdiberikan
- Monitor efek samping
penggunaananalgesik
Terapeutik
- Berikan teknik

23
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi
musik,aromaterapi)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkanteknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgesik,

24
2. Hipervolemia b/d Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
gangguan tindakan keperawatan (1.03114)
mekanisme selama 1x24 jam Observasi
regulasi (D.0022) “Keseimbangan
- Periksa tanda dan gejala
cairan” (L.03020)
hipervolemia (dispnea,
meningkat dengan
edema, JVP meningkat,
kriteria hasil:
suara napastambahan)
1. Edema menurun
- Identifikasi penyebab
2. Asitesmenurun hipervolemia
- Monitor intake dan
3. Berat badan
outputcairan
membaik
- Monitor efek diuretik
4. Denyut nadi radial
membaik Terapeutik
5. Turgor kulit
- Timbang berat badan
membaik
setiap hari pada waktu
yangsama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala tempat
tidur 30-400
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6jam
- Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik

3. Pola napas tidak Setelah dilakuakan Manajemen Jalan Napas

25
Efektif tindakan keperawatan (I.01011)
berhubungan 1x1 jam diharapakan observasi
dengan hambatan ”pola napas 1. Monitor pola
pola nafas membaik” dengan napas
keriteral hasil: (frekuensi,kedalama
1. Disnpnea n, usahanapas).
menurun 2. Monitor bunyi
2. Penggunaan otot napas tambahn
bantu napas .Gurgling,
3. Menurun mengi,
4. Frekuensi napas wheezing,
membaik ronkhikering)
3. Monitor sputum
(jumlah,
warna,aroma)-
Terapeutik:
1. Pertahankankepa
tenan jalannapas
dengan head.till
dan chin-lift
(jaw-thrust jika
curiga
traumaservikal)
2. Posisikan semi-
fowler atau
fowler
3. Berikan
minumhangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan
penghisapan
lendirkurang
dari15detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan
sumbatan
benda pada
dengan forsep
8. Berikan
oksigen, jika
perlu

Edukasi

26
1. Anjurkan asupan
cairan2000ml/har
i, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif-
Kolaborasi
1. pembeian
bronkodilator,eksp
ekto ran,
mukolitik, jika
perlu
4. Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
dibuktikan dengan tindakan keperawatan
gangguan hati selama 1x24 jam
“Tingkat Perdarahan” Observasi
(L.02017) membaik
- Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil:
perdarahan
1. Hematemisi
- Periksa adanya dara pada
s menurun
muntah, feses, sputum,
2. Prdaraahan anus
dll
menurun
- Periksa ukuran dan
3. Distensiabdomen
karakter hematoma
menurun
Monitor
4. Hemoglobin terjadinyaperdarahan
membaik
- Monitor nilai HB danHt
5. Tekanan darah
membaik - Monitor tekanandarah
6. Nadi apikal
- Monitor intake dan
membaik
outputcairan
- Monitor koagulasidarah
Terapeutik
- Istirahatkan daerah yang
mengalamiperdarahan
- Pertahankan akses IV
line
- Berikan kompres dingin,
jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda-tanda
perdarahan
- Anjurkan melapor jika
adaperdarahan
- Anjurkan membatasi

27
aktivitas
Kolaborasi
- Permberian cairan jika
perlu
- Pemberian transfusi
darah
- Pemberian obat
- pengontrol perdarah

28
BAB III

ANALISA KASUS

I. INFORMASI UMUM

A. Identitas pasien
Nama : Ny. L
No MR : 520501
Tanggal lahir : 09-05-1956
Jenis kelamin : Perempuan
Status kawin : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Matur, Agam
Dx. Medis : Hematemesisi Melena ec Ruptur
Farises Esofagu + Serosis Hepatis
B. Indentitas penanggung jawab
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan

Status kawin : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : Anak kandung

No Telepon : 0823-8535-9497

29
C. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Saat dilakukan pengkajian pada hari selasa pukul 23 November

2021 pukul 09.00 pasien mengatakan badan terasa letih, pasien

mengatakan sesak napas, tidak nafsu makan dan terasa nyeri di

tenggorokan, BAB bewarna hitam pekat, NGT di alirkan berwarna

merah keruh.

b. Riwayat Kesehatan sekarang

Pasien masuk melalui IGD pada hari senin 22 November 2021

pukul 21.18 karena pasien muntah darah segar dan BAB hitam,

pasien mengatakan sering dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan

keluhan yang sama. Pasien mengatakan terakhir kalinya pasien di

rawat di rumah sakit Achmad Mochtar 3 bulan yang lalu selama 3

minggu.Pasien mengatakan badan terasa lelah, tengorokan terasa

sakit sehingga pasien tidak mampu berbicara, pasien mengatakan

sesak napas, perut terasa sakit. Pasien mengatakan keluhan yang

dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk kerumah sakit .

c. Riwayat Kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien pernah

mengalami penyakit yang sama dan juga pernah dirawat di rumah

sakit. Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat tekanan

darah tinggi sejak 12 tahun yang lalu dan memiliki riwayat penyakit

diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu.Keluarga mengatakan

30
bahwa klien mengkonsumsi obat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu

dan selalu memeriksa gula darah dan tekanan darah ke puskesmas

atau bidan dekat rumah.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita

penyakit keturunan, seperti diabetes, jantung, hipertensi kanker

maupun penyakit hati yang di derita pasien. Paien tidak ada

mengkonsumsi obat ataupun suplemen apapun.

A. FISIOLOGIS

TD :100/60

HR :100i/m

RR :26 x/m

T :36,50c

SPO2:98%

1. OKSIGENASI

a. Fisik
Inspeksi : Normal chest, tidak ada lesi, RR : 26 x/menit, pola
pernafasan eupnue ( pola nafas normal), terpasang O2
3 liter, tidak ada retraksi dinding dada, pengembangan
rongga dada simetris, tidak ada penggunaan oto bantu
pernafasan , payudara simetris, edema tidak ada. SPO2
98%.
Palpasi : Taktil fremitas kiri dan kanan sama, ekspansi normal,
simetris

31
Perkusi : perkusi sonor pada RIC II s/d RIC VII kanan, redup
pada RIC II s/d sebelah kiri
Auskultai : terdengar suara pernafasan vesikuler, frekuensi 26
kali/menit,ronkhi tidak ada,weezing tidak ada.
2. SIRKULASI
a. Fisik
Inspeksi : HR: 100x/menit, tidak ada pembesaran vena jugularis,
iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba, midclavicula sinistra, irama
teratur, CRT kurang dari 3 detik
Perkusi : redup padis RIC II- RIC V kiri, sura sonor pada
tempat lain kiri dan kanan
Auskultasi : bunyi jantung I-II Reguler, mur-mur (-)
b. Lab:
Pemeriksaan labor tanggal 22 november 2021
HGB 9.0 g/dl P 13.0-16.0 W 12.0-14.0
RBC 2.73 UL P 4.5-5.5 W 4.0-5.5
HCT 24,7 % P 42.0-52.0 W 37.0-47.0
Trombosit 84.000 150.000-450.000
Cholesterol 105 mg/dL 0-200
Triglyserides 101 mg/dL 0-150
3. NUTRISI
 Antropometri
TB : 150
BB : 45
IMT : 20
 Bimedik : pemeriksaan labor
Glukosa : 144 mg/dl
HGB : 9.0 g/dl
RBC : 2,73 10²6/ul

32
WBC : 8,60
 Clinical signs

- Konjungtiva anemis

- Terpasang NGT

- Tidak mampu makan lewat oral

- Tenggorokan sakit

- Hematemesis

- Tidak bisa menelan

 Diet : jika cairan NGT sudah jernih, diberikan diet MCDD 4x 500 cc

 Pemeriksaan fisik abdomen

Inspeksi : tidak ada lesi, lingkar perut 35, bekas operasi tidak
ada, membuncit tidak ada, asites tidak ada

Auskultasi : bising usus 6 kali / menit,

Perkusi : pekak hati positif , batas-batas hepar, sifting dullnes


(-),tidak ada asites

Palpasi : nyeri (+), massa/tumor ada, ketidaknyamanan di perut


(+), kulit dinding perut terasa tegang, adanya rasa
tekanan pada hati.

4. ELIMINASI
a. Fisik
BAK : 3-4 kali sehari
Frekuensi : 1800 cc/hari
Warna : warna kuning muda, keruh tidak ada
Keluhan selama BAK : tidak ada keluhan, pasien terpasang cateter dari
tanggal 22 november 2021, urin berjalan lancar.
BAB : pagi dan malam
Frekuensi :2x1, per hari

33
Konsistensi : sedikit berlendir, lembek
Warna : hitam pekat
Keluhan selama BAB: keluhan bab berlendir, bab hitam, tidak ada
penggunaan obat pencahar
b. Lab
Nilai Nilai normal
Warna kuning muda kuning muda- tua
Kejernihan jernih jernih
Glukosa 203 mg/Dl negatif
Kalium 3.03 mEq/dl 3.5-5.5
Natrium 14.7 mEq/dl 135-147

5. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT


a) Fisik
Kemampuan perawatan diri : di bantu peralatan dan orang lain/
keluarga
0 = mandiri
1= dengan alat bantu
2= bantuan dari orang lain
3= bantuan peralatan dan orang lain √
4= tergantung/ tidak mampu

Aktivitas / kemampuan beraktivitas 0 1 2 3 4


Makan/ minum √
Mandi √
Berpakaian/ berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Bepindah √

34
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √

Alat bantu : Ada

Seperti BAK menggunakan cateter,BAB menggunakan pempers

Kekuatan otot :

555 555

444 444

Keluhan saat beraktivitas : ketika beraktivitas pasien mengatakan sedikit sesak


dan nyeri pada dada dan abdomen

6. PROTEKSI DAN PERLINDUNGAN


a) Fisik
Tidak ada ruboe
Tidak ada kalor
Tidak ada dolor
Tidak ada tumor
Tidak ada fungsiolaesa
Tidak ada tanda-tanda infeksi

b) Resiko jatuh skala morse

35
ITEM PENILAIAN SKOR ITEM PENILAIAN SKOR
RIWAYAT JATUH DIAGNOSA
Ya 25 SEKUNDER
Tidak 0 ( ≥ 2 diagnosa medis) 15 15
Ya 0
Tidak
TERPASANG GAYA BERJALAN
Ya 20 20 Terganggu 20
Tidak 0 Lemah 10
Normal 0
Total keseluruhan 35

b) Laboratorium
WBC 8.600 ul 5.000- 10.000
PLT 84. 000 ul 150.000-450.000
7. SENSORI

a. Fisik

Nyeri :

P: Pecahnya varises sophagus terjadi perdarahan lalu darah masuk ke

saluran cerna bagian atas lambung, darah becampur dengan aam

lambung akibatnya perforasi pada dinding lambung terjadinya nyeri

di ulu hati

Q : Nyeri ditenggorokan terasa tertusuk-tusuk dan diabdomen terasa

menjalar nyeri terasa hilang timbul

R : Nyeri di abdomen dan tenggorokan,

S : Skla nyeri 3-4

T : waktu timbul nyeri secara mendadak dan terkadang hilang timbul

sehingga kesulitan untuk tidur

36
b. Pemeriksaan sensori persepsi

Penglihatan : Ketajaman normal, konjungtiva anemis, sklera ikterik

Penciuman : Penciuman normal, tidak ada sumbatan, tidak ada

perdarahan dapat membedakan bau apapun

Pengecapan : Dapat membedakan manis, asin dan asam

Pendengaran : Pendengaran normal kiri dan kanan +/+

8. CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a. Fisik

Intake cairan sebelumnya : sebelum sakit pasien minum 1500-1700 cc/

hari

Intake

Minum : 1000 ml/ 24 jam

Intravena : 900 ml/24 jam 1900

Output : 1800 ml/24 jam

Iwl : 150ml/ 24 jam

Diare 2500 :-

Muntah : 500 ml/24 jam

Perdarahan : 50 cc/24 jam

Balance : - 300

Edema : Tidak ada edema

9. Fungsi neorologi

a. Fisik

37
Status mental

Memory :

- Jangka panjang : pasien masih mengigat tanggal berapa dia lahir,

dimana dia lahir

- Jangka pendek : pasien masih ingat kapan dia masuk rumah

sakit, dengan apa dia di bawa ke rumah sakit dan siapa yang

mengantarnya ke rumah sakit.

Perhatian : dapat mengulang

Bahasa : baik dan mudah di menngerti

Kognisi : baik

Orientasi : pasien tahu dengan siapa berbicara, pasien tahu

sedang di mana sekarang, dan pasien tau waktu dan

tempat

10. ENDOKRIN

a. Fisik

Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

tremor, tidak ada Trias DM.

11. DATA PENUNJANG

1. Pemeriksaan Labor

38
No. Hari/ Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan

1. 22 November Hemoglobin 9.0 g/gL P : 13.0 – 16,0


2021 W : 12.0 – 14.0

2 RBC 2.730.000/U P : 4.500.000 -


L 5.500.000
W : 4.000.000 –
5.000.000
2 HCT 24,7% P : 42.0 -52.0
2 W :37.0 – 47.0

2 MCV 90,5.0FL 79 - 99

2 MCH 33.0 pg 27 – 31

2 MCHC 26,4 g/dL 33 – 37

WBC 8.600/ uL 50.00-10.000

p PLT 84 150.000-450.000

Cholesterol 105 mg/dL 0-200

Triglyserides 101mg/dL 0-150

LDL 68mg/dL 0-130

Creatinine 0,74 mg/dL 0,51-1,17

Glucosa 203 mg/dL 74-106

Urea 13,3 mg/dL 16,6-48,5

Kalium 3,03 mEq/dl 3,5-5,5

Natrium 141,7 mEq/dl 135-147

Khlorida 113,6 mEq/dl 100-106

ASTGOT 19 6-40

ALTGPT 11 6-41

39
2. Therapy Pengobatan

No. JENIS DOSIS WAKTU KET


OBAT
1. Infus 20TT/Menit  Fungsi
aminofusin sebagai
hepar nutrisi untuk
pasien yang
mengalami
gangguan
hati, seperti
sirosis hati
( kerusakan
organ hati)
dan
metastasis
hari
( penyebaran
sel kanker ke
hati)
 Efek samping
yaitu infeksi
diarea injeksi,
peradangan
pembuluh
daerah di
daerah injeksi
2. Livamin  Fungsinya
yaitu
menutrisi
parenteral
yang
mengandung
asam amino
dan berbagai
elektrolit
yang
digunakan
untuk pasien
penderita
gangguan hati
baik akut
maupun
kronis
 Efek samping

40
yaitu ganggan
pada saluran
pencernaan
misalnya
mual muntah,
gangguan
fungsi ginjal
3. Injeksi 500 mg 3x1  Kalnek
kalnek merupakan
obat yang
mengandung
asam
trasenamat.
Obat ini
digunakan
untuk
membantu
mengurangi
dan
menghentikan
perdarahan.
 Efek sampinh
yaitu
gangguan
pencernaan ,
mual,
muntah, sakit
kepala,
gangguan
makan dan
hipotensi
4. Omeprazole 1g 3x1
 Fungsi dari
obat omz
yaitu obat
untuk
mengatasi
masalah perut
dan
kerongkonga
n yang
diakibatkan
oleh asam
lambung

41
 Efek samping
u yaitu
rendahnya
kadar kalium
dalam
darah,ganggu
an
pencernaan
seperti diare,
kekurangan
vitamin B12,
pusing hingga
sesak nafas
5. Ceftriaxon 1 gr 2x1  Fungsi obat
ceftriaxone yaitu
obat yang
digunakan untuk
mengatasi
berbagai infeksi
bakteri yang
terjadi pada
tubuh.
 Efek samping
yaitu nyeri perut,
mual dan
muntah, pusing
mengantuk, sakit
kepala , sesak,
demam
menggigil da
aritmia
6. Vit K 2 mg 3x1  Nutrisi yang
diperlukan
tubuh dalam
proses
pembekuan
darah
 Efek samping
yaitu muda ,
berkeringat,
pusing, sesak
nafas, kulit
dan sclera
ikterik

42
Analisa Data

43
No Analisa Data Etiologi Diagnosa
1 DS : Varises esofagus Resiko Perdarahan
 Pasien mengatakan
muntah bercampur darah Perdarahan
 Pasien mengatakan BAB esovagus
berwarna hitam gelap
DO: Keluarnya darah
 ada terdapat melena
Keluarnya
 tampak pucat
hemotemesis
 NGT dialirkan bewarna
merah keruh Resiko
 Hematemesis perdarahan
HR 100
RR 26 x/ menit
TD 90/60
T 37,5ºC
 HGB : 9,0 g/dl
 RBC : 2,73
 WBC : 8, 60
 HCT : 24.7%

2 Ds: Varises Resiko defisit nutrisi


 Pasien mengatakan sakit esophagus
di tenggorokan saat
makan dan minum
 Pasien mengatakan malas Penurunan lumen
unutk makan esophagus
Do:
 Antropometri
Mual muntah,
TB: 150
anoreksia
BB : 45
IMT : 20
 Biomedik Asupan nutrisi
Glukosa : 144 mg/dl tidak adekuat
HGB : 9.0 g/dl
RBC : 2,73 10²6/ul
WBC : 8,60 Resiko deficit
 Clinical nutrisi
- Konjungtiva anemis
- Terpasang NGT
- Tidak mampu
makan lewat oral
- Tenggorokan sakit

44
- Hematemesis
- Tidak bisa menenlan
- Pasien tidak mampu
menelan makanan
- Mukosa mulut
pasien kering
- Pasien tampak
lemah
 Diet
- Pasien di puasakan
selama 24 jam, dan
dilakukan kumbah
lambung.
- Diet yang diberikan
pada pasien TSS
yaitu makanan cair
yang berisi nasi +
ayam + sayur + telur
rebus.
3 Ds: hipertensi portal Nyeri akut
 Pasien mengatakan sakit
di tenggorokan dan peningkatan
lambung tekanan darah
 Pasien mengatakan tidak esophagus dan
bias tidur karna sakit di lambung
lambung
Do: varises esophagus
P: Pecahnya varises
esophagus terjadi
rupture mukosa
perdarahan lalu darah
esophagus
masuk ke saluran cerna
bagian atas (lambung),
perdarahan
darah bercampur dengan
asam lambung akibatnya masuk ke saluran
perforasi pada dinding cerna atas
lambung terjadimya (lambung) dan
myeri di ulu hati. bercampur
Q : nyeri terasa tertusuk dengan asam
tusuk dan menjalar lambung
R : nyeri di abdomen dan
tenggorokan peforasi dinding
S : skala nyeri 4-5 lambung
T : nyeri timbul secara
mendadak hilang timbul nyeri ulu hati

45
nyeri akut
4 Ds : Gangguan Intoleransi aktifitas
 Pasien mengatakan metabolisme
badannya terasa lemah vitamin
 Pasien mengeluh kurang
mampu untuk Sintesis vit A, B
beraktivitas seperti melaui hati
biasanya menurun
 Pasien mengatakan
kebutuhan nya di bantu Penurunan
keluarga produksi sel darah
merah
Do:
 Pasien tampak lemah Anemia
 Adl dibantu keluarga Kelemahan
 pasien tampak berbaring
ditempat tidur. Intoleransi
 Pasien tampak susah aktivitas
untuk bangun dari
tempat tidur
 Pasien tampak meringis
kesakitan saat bergerak
 TTV
TD : 100/60
HR:100
RR:22
T: 36,5

Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Resiko Perdarahan Kriteria hasil Pencegahan perdarahan

46
1. Hemoglobin
membaik Observasi
2. Hematokrit 1. Monitor tanda dan
membaik gejala perdarahan
3. Tekanan darah 2. Monitor nilai
membaik hemoglobin/
4. Suhu tubuh hematokrit
membaik sebelum dan
5. Perdarahan setelah kehilangan
menurun darah
3. Monitor koagulasi

Terapeutik
1. Batasi tindakan
invasif
2. Pertahankan bedrest
selama perdarahan
3. Gunakan kasur
pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran
suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala pendarahan
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan atau
antikoagulan
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan makan dan
vit k
4. Anjurkan segera
melapor jika
terjadi pendarahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan
2 Resiko defsit nutrisi Kriteria hasil : Manajemen Nutrisi
1. Porsi makan yang
dihabiskan meningkat Observasi
2. Kekuatan otot

47
mengunyah
meningkat 1. Identifikasi status
3. Verbalisasi keinginan nutrisi
untuk meningkatkan 2. Identifikasi alergi dan
nutrisi meningkat intoleransi makanan
4. Perasaan cepat 3. Identifikasi makanan
kenyang menurun yang disukai
5. Nyeri abdomen 4. Identifikasi kebutuhan
menurun kalori dan jenis
6. Berat badan membaik nutrient
7. IMT membaik 5. Identifikasi perlunya
8. Bisisng usus penggunaan selang
membaik nasogastrik
9. Membrane mukosa 6. Monitor asupan
membaik makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

9. Lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika
perlu
10. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
11. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
12. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
13. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi

48
Edukasi

16. Anjurkan posisi


duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

18. Kolaborasi pemberian


medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
19. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

3. Nyeri akut Kriteria hasil: MANAJEMEN NYERI


1. Keluhan nyeri
menurun Observasi
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun  lokasi, karakteristik,
4. Muntah menurun durasi, frekuensi,
5. Frekuensi nadi kualitas, intensitas
membaik nyeri
6. Pola nafas  Identifikasi skala
membaik nyeri
7. Tekanan darah  Identifikasi respon
membaik nyeri non verbal
 Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri

49
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik

 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

50
 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Intoleransi aktivitas Kriteria Hasil: Manajemen energi


1. Kemudahan dalam Observasi
melakukan  Identifikasi gangguan
aktivitas sehari- fungsi tubuh yang
hari meningkat mengakibatkan
2. Kekuatan tubuh kelelahan
bagian atas dan  Monitor pola dan jam
bawah meningkat tidur
3. Keluhan lelah  Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
4. Dispnea saat Edukasi
aktivitas menurun  Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Terapeutik
 Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
 Lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di

51
sisi tempat tidur
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

52
Implemetasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


tanggal
Selasa, Resiko 1. Monitor tanda dan S:
23- 11- Perdarahan gejala perdarahan  Pasien mengatakan
2021 (Lemas, nyeri, sesak muntah bercampur
nafas, mual dan darah
muntah, feses  Pasien mengatakan
berwarna hitam) BAB berwarna
2. Monitor nilai hitam gelap
hemoglobin/ O:
hematokrit sebelum  Hematemesis
dan setelah  ada terdapat
kehilangan darah melena
(HB: 9.0g/dl) HR 100
3. MemPertahankan RR 24 x/ menit
bedrest selama TD 90/60
perdarahan T 37,5ºC
4. Menganjurkan  HGB : 9,0 g/dl
segera melapor jika  RBC : 2,73
terjadi pendarahan
 WBC : 8, 60
5. Berkolaborasi
 HCT :24,7%
dalampemberian
A: MK belum teratasi
obat pengontrol
P: intervensi dilanjutkan
perdarahan (Vit K )
dan transfusi darah
1 kolf/ hari

Resiko defisit 1. Mengidentifikasi status S:


nutris nutrisi ( Pasien  pasien mengatakan
terpasang ngt dialirkan, tidak mampu
pasien dipuasakan makan melalui
sampai aliran ngt mulut
berwarna jernih )  Pasien mengatakan
2. Mengidentifikasi alergi sakit di
( Pasien tidak memiliki tenggorokan jika
alergi ) makan
3. Mengidentifikasi O:
perlunya penggunaan  Mukosa mulut
selang pasien kering
nasogastrik(pasien  Pasien tampak
terpasang NGT) lemah
4. Memonitor berat badan

53
(BB=45, TB= 145 )  Diet
5. Memonitor hasil - Pasien di
pemeriksaan puasakan
laboratorium selama 24
jam, dan
 HGB : 9,0 g/dl dilakukan
 RBC : 2,73 kumbah
 WBC : 8, 60 lambung.
 HCT :24,7% A: masalah belum
teratasi
6. Melakukan oral P: intervensi di lanjutkan
hygiene setiap pagi

Nyeri akut 1. Melokasi, S:


karakteristik, durasi,  Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, sakit di
intensitas nyeri tenggorokan dan
( daerah nyeri pada lambung
bagian tenggorakan  Pasien mengatakan
dan abdomen, durasi tidak bias tidur
>5 menit, intensitas karna sakit di
nyeri sedang) lambung
2. Mengidentifikasi O:
skala nyeri ( Skala  P: Pecahnya varises
nyeri 3) esophagus terjadi
3. Mengidentifikasi perdarahan lalu
respon nyeri non darah masuk ke
verbal (meringis) saluran cerna
4. Memberikan terapi bagian atas
manajemen teknik (lambung), darah
nafas dalam bercampur
5. Mengcontrol dengan asam
lingkungan yang lambung
memperberat rasa akibatnya
nyeri perforasi pada
6. MemFasilitasi dinding lambung
istirahat dan tidur terjadimya myeri
7. BerKolaborasi di ulu hati.
pemberian analgetik  Q : nyeri terasa
tertusuk tusuk dan
menjalar
 R : nyeri di
abdomen dan

54
tenggorokan
 S : skala nyeri 3
 T : nyeri timbul
secara mendadak
hilang timbul

A: MK belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
Intoleransi 1. Mengidentifikasi S:
aktivitas gangguan fungsi tubuh  Pasien mengatakan
yang mengakibatkan badannya terasa
kelelahan (Adanya lemah
hematemesi dan  Pasien mengeluh
melena) kurang mampu
2. Monitor pola dan jam untuk beraktivitas
tidur ( Jam tidur seperti biasanya
malam, pasien hanya  Pasien mengatakan
tidur 2 jam sehari) kebutuhan nya di
3. Menganjurkan tirah bantu keluarga
baring O:
4. Menganjurkan  Pasien tampak
melakukan aktivitas lemah
secara bertahap  Adl dibantu
5. Menyediakan keluarga
lingkungan nyaman  Pasien tampak
dan rendah stimulus hanya bisa
6. Melakukan latihan beraktivitas
rentang gerak pasif dan ditemapt tidur
atau aktif Kekuatan otot
7. Memfasilitasi duduk di ekstremitas bawah (444)
sisi tempat tidur jika
tidak dapat berpindah A: MK belum teratasi
atau berjalan P: intervensi dilanjutkat
Rabu, Resiko 1. Monitor tanda dan S:
24-11- Perdarahan gejala perdarahan  Pasien mengatakan
2021 (Lemas, nyeri, sesak muntah bercampur
nafas, mual dan darah berkurang b
muntah, feses  Pasien mengatakan
berwarna hitam) BAB masih
2. Mempertahankan berwarna hitam
bedrest selama gelap
perdarahan
3. Menganjurkan segera O:
melapor jika terjadi  varises esopagus

55
pendarahan pecah
4. Berkolaborasi dalam  ada terdapat
pemberian obat melena
pengontrol perdarahan  hematemesis
(Vit K ) dan transfusi berkurang
darah 1 kolf/ hari HR 100
RR 24 x/ menit
TD 90/60
T 37,5ºC
 terpasang
tranfusi darah 1
kolf
 kolaborasi
pemberian obat
Vit K
A: MK Resiko perdarah
teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

Resiko defisit 1. Memonitor asupan S:


nutris makanan(makan  pasien mengatakan
melalui ngt dengan sudah mampu
jenis MCDD 4x 50cc) makan melalui
2. Memonitor berat badan mulut
Berat badan 45Kg  Pasien mengatakan
Tinggi badan 150 cm sakit di
3. melakakukan oral tenggorokan jika
hygiene sebelum makan berkurang
makan, (oral hygiene O:
dilakukan pada pagi  Mukosa mulut
hari) pasien agak
4. Memberikan Posisi lembab
Semi fowler  Pasien tampak
5. Berkolaborasi dengan lemah berkurang
gizi dalam pemberian  Diet yang diberikan
nutrisi MCDD 4x50cc pada pasien TSS
perhari yaitu makanan
6. Berkolaborasi dengan cair yang berisi
dokter dalam nasi + ayam +
pemberian therapy sayur + telur
Omeperazole 3x1 rebus.
 NGT di lepaskan

56
A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi di lanjutkan
Nyeri akut 1. Daerah nyeri pada S:
bagian tenggorakan  Pasien mengatakan
dan abdomen, durasi sakit di mulai
>2 menit, intensitas berkurang
nyeri sedang) tenggorokan dan
2. Skala nyeri 3 lambung
3. Respon nyeri non  Pasien mengatakan
verbal (meringis) masih tidak bisa
4. Memberikan terapi tidur karna sakit
manajemen teknik di lambung
nafas dalam O:
5. Mengcontrol  P: Pecahnya varises
lingkungan yang esophagus terjadi
memperberat rasa perdarahan lalu
nyeri darah masuk ke
6. Memfasilitasi saluran cerna
istirahat dan tidur bagian atas
(lambung), darah
bercampur
dengan asam
lambung
akibatnya
perforasi pada
dinding lambung
terjadimya nyeri
di ulu hati.
 Q : nyeri terasa
tertusuk tusuk dan
menjalar
 R : nyeri di
abdomen dan
tenggorokan
 S : skala nyeri 3
 T : nyeri timbul
secara mendadak
hilang timbul

A: MK Belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan

57
Intoleransi 1. Adanya hematemesi S:
Aktivitas dan melenan yang  Pasien mengatakan
menyebabkan badannya sedikit
kelemahan lemah
2. Pasien bisa tidur 5 jam  Pasien masih
sehari mengeluh kurang
3. Menganjurkan tirah mampu untuk
baring beraktivitas
4. Menganjurkan seperti biasanya
melakukan aktivitas O:
secara bertahap  Pasien tampak
5. Menyediakan lemah
lingkungan nyaman  Adl dibantu
dan rendah stimulus keluarga
6. Melakukan latihan  Pasien bisa tidur 5
rentang gerak pasif dan jam
atau aktif  Pasien tirah baring
7. Memfasilitasi duduk di A: MK teratasi sebagian
sisi tempat tidur jika P: intervensi dilanjutkat
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Kamis, Resiko 1. Tidak ada hematemis S:
25-11- Perdarahan 2. Melena masih ada  Pasien mengatakan
2021 3. Nilai HB setelah muntah darah tidak
ditransfusi 2 kolof ada lagi
darah naik menjadi  Pasien mengatakan
10,5 BAB sudah bewarna
4. Pasien masih tirah kuning ke coklatan
baring
5. Menganjurkan segera O:
melapor jika terjadi  Hematemesis tidak
pendarahan ada
6. Berkolaborasi  BAB bewarna
dalampemberian obat kuning
pengontrol perdarahan kecoklatan
(Vit K ) HR 98
RR 20 x/ menit
TD 110/60
T 36,9ºC
 HGB : 10,5 g/dl
 RBC : 3,4
 WBC : 7,56
 HCT :30,6

58
A: MK teratasi
P: intervensi dihentikan

Resiko defisit 1. Makan melalui oral S:


nutris 2. Ngt di copot  pasien mengatakan
3. Melakakukan oral sudah mampu
hygiene sebelum makan melalui
makan, mulut
 Pasien mengatakan
(oral hygiene sakit di
dilakukan pada pagi tenggorokan
hari) sudah tidak ada
O:
4. Memberikan Posisi  Mukosa mulut
Semi fowler pasien lembab
5. Berkolaborasi dengan  Diet yang diberikan
gizi dalam pemberian pada pasien
nutrisi MLDH makanan lunak
6. Berkolaborasi dengan yaitu makanan
dokter dalam cair yang berisi
pemberian therapy nasi + ayam +
Omeperazole 3x1 sayur + telur
rebus.
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
Nyeri akut 1. Daerah nyeri pada S:
bagian tenggorakan  Pasien mengatakan
dan abdomen, durasi masih sakit di
>2 menit, intensitas tenggorokan dan
nyeri sedang) lambung
2. Skala nyeri 3  Pasien mengatakan
3. Respon nyeri non masih tidak bisa
verbal (meringis) tidur karna sakit
4. Memberikan terapi di lambung
manajemen teknik O:
nafas dalam  P: Pecahnya varises
5. Mengcontrol esophagus terjadi
lingkungan yang perdarahan lalu
memperberat rasa darah masuk ke
nyeri saluran cerna
6. Memfasilitasi bagian atas
istirahat dan tidur (lambung), darah
bercampur
dengan asam

59
lambung
akibatnya
perforasi pada
dinding lambung
terjadimya myeri
di ulu hati.
 Q : nyeri terasa
tertusuk tusuk dan
menjalar
 R : nyeri di
abdomen dan
tenggorokan
 S : skala nyeri 3
 T : nyeri timbul
secara mendadak
hilang timbul

A: MK teratasi sebagian
P: intervensi di hentikan
Intoleransi 1. Mengidentifikasi S:
Aktifitas gangguan fungsi tubuh  Pasien mengatakan
yang mengakibatkan badannya sudah
kelelahan (Adanya terasa lebih enak
hematemesi dan  Pasien mengatakan
melenan) sudah mulai
2. Pasien tidur 6 jam bergerak sedikit
sehari demi sedikit,
3. Menganjurkan tirah
baring O:
4. Menganjurkan  Pasien sudah
melakukan aktivitas tampak lebuh
secara bertahap segar
5. Menyediakan  Pasien sudah
lingkungan nyaman tampak duduk di
dan rendah stimulus sisi tempat tidur
6. Melakukan latihan  Adl masih dibantu
rentang gerak pasif dan keluarga
atau aktif A: MK teratasi sebagian
7. Memfasilitasi duduk di P: intervensi dihentikan
sisi tempat tidur jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan

60
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa

hematemesis melena ec pecah esophagus + sirosis hepatis di Ruangan Interne RSUD.

Achmad Mochtar Bukittinggi. Selanjutnya akan dibahas tentang kesenjangan antara

bahasan teoritis dengan kenyataan yang ditemukan pada pasien dilapangan terhadap

Ny. L dengan diagnosa ematemesis melena ec pecah esophagus + sirosis hepatis di

Ruangan Interne RSUD.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021. Dibagi lima sub

pembahasan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan,

implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan

menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kelompok akan

menguraikan terkait kesenjangan teoritis dan kasus yang kelompok kelola.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter

dan Perry, 2005). Dari hasil pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara

tanda dan gejala pada pasien dengan Stroke haemorragik.

Berdasarkan pengkajian kelompok dengan keluarga, pada tanggal 23

November 2021, pukul 09.00 WIB diruangan HCU Interne didapatkan data,

61
pasien pernah dirawat diruangan inerne 3 bulan yang lalu dengan kassu yang

sama. Klien mempunyai riwayat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu serta

riwayat diabetes mellitus sejal 5 tahun yang lalu.Hal ini ini membuktikan

bahwa diabetes melitus yang tidak terkontrol dan tidak mendapatkan

penanganan yang baik menjadi faktor resiko terjadinya sirosis hepatis karena

ketika diabetes terjadi resistensi insulin yang akan menyebabkan jaringan

parut di hati dan membuatnya menyerap lebih banyak lemak dari biasanya.

Saat masalah menumpuk, hati tidak bias bekerja dengan baik yang

menyebabakan tubuh menemui masalah lain seperti sirosis, kanker hati dan

gagal hati. Pada saat pengkajian di rungan HCU interne pasien sudah

terpasang ngt , terpasang infus aminofusin hepar banding NaCl 0,9% tangan

sebelah kanan, juga terpasang kateter dan terpasang monitor.

Keluarga mengatakan sebelum dibawa ke IGD dirumah pasien

mengalami mual muntah bercampur darah segar (hematemesis), BAB Hitam

kegelapan (melena), keluarga mengatakan saat dirumah klien pucat dan letih.

Keluarga mengatakan Selama dirumah tidak ada memberikan obat kepada

klien Karena takut salah obat, keluraga mengatakan hanya bias menemani

klien tanpa bias membantu klien .Keluarga mengatakan langsuang membawa

klien ke rumah.Setelah beberapa waktu sampai di IGDklien masih mengalami

muntah darah. Hal ini kemungkinan terjadinya perdarahan di esophagus.

Ketika pecahnya varises esophagus maka klien akan mengalami manifestasi

klinik muntah darah. Pecahnya varies esophagus terjadi karena tekanan darah

yang tinggi pada vena portal. Vena portal adalah pembuluh darah vena besar

62
yang berfungsi menerima darah dari organ system pencernaan termkasud dari

esophagus dan menyalurkannya ke liver.Ketika aliran darah pada vena portal

terhambat, darah dapat beralih ke vena yang lebih kecil seperti vena

esophagus.Aliran darah yang banyak dari vena portal dapat memberikan

beban yang berlebihan dan menyebabkan pelebaran pada dinding vena

esophagus sehingga varises esophaguspun terjadi.Jika pembulub darah

tersebut pecag maka akan menyebbakan pendarahan. Ukuran varises dan

resiko pendarahan tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah pada system portal

hati. Apabila terjadi perdarahan berpotensi mengancam jiwa.. Maka setelah di

IGD pasien di anjurkan untuk dirawat di ruangan HCU Interne tindakan yang

diberikan sampai di ruangan adalah

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

actual, potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan

potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian , tinjauan literatur yang

berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama

pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

diagnosa hematemesis melena ec pecah esophagus + sirosis hepatis adalah

sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul antara lain :

63
a. Berdasarkan Pengkajian Primer

1) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

2) Resiko Perdarahan b.d gangguan gastrointestinal

3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi

4) Intoleransi aktifitas b.d

b. Berdasarkan Pengkajian Sekunder

1) Kerusakan integritas kulit b .d penurunan kondisi gangguan

metabolic

2) Intoleransi aktivitas b. d penurunan sirkulasi perifer

3) Resiko jatuh b.d penurunan

Dari 7 diagnosa keperawatan primer dan 3 diagnosa pengkajian

sekunder yang ada di teoritis tidak seluruhnya sesuai dengan kenyataan yang

kelompok temukan di lapangan, dari hasil pengkajian yang telah kelompok

kumpulkan mulai dari pengkajian primer, pengkajian sekunder,

pengelompokkan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan

diagnose. Kelompok menemukan 3 diagnosa keperawatan pada primer

a. Berdasarkan Pengkajian Primer

1) Resiko Perdarahan b.d gangguan gastrointestinal

2) Resiko deficit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan

3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi

4) Intoleransi aktivitas b.d letih

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. L

64
didapatkan diagnosa primer, Resiko Perdarahan b.d gangguan

gastrointestinal, Resiko deficit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan

makanan, Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi,dan intoleransi

aktivitas

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan

dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan

ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan

tersebut (Potter dan Perry, 2005). Selama perencanaan dibuat prioritas

terhadap intervensi kepada Tn. R selain berkolaborasi dengan dokter, juga

berkolaborasi dengan perawat lain. Hasil yang diharapkan dirumuskan

berdasarkan SIKI dengan sasaran spesifik masing-masing diagnosa dan

perencanaan tujuan dengan membuat aktifitas berdasarkan SLKI.

Dalam penyusunan perencanaan keperawatan Ny.L melibatkan keluarga

dan tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan

keperawatan mandiri, pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaboratif. Berikut

adalah intervensi dari masing-masing diagnosa keperawatan yang dilakukan :

a. Resiko Perdarahan b.d gangguan gastrointestinal. Intervensi yang

diberikan yaitu Monitor tanda dan gejala perdarahan, Pertahankan

bedrest selama perdarahan, Jelaskan tanda dan gejala pendarahan,

Anjurkan meningkatkan asupan cairan atau antikoagulan, Anjurkan

meningkatkan asupan makan dan vit k

65
b. Defisit Nutrisi Defisit Nutrisi b.d Varises esophagus,penurunan

lumen esophagus, resik perdarahan, perdarahan esophagus.

Intervensi yang diberikan yaitu identifikasi status nutrisi,

identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi, monitor asupan

makanan melalui ngt dan monitor hasil pemeriksaan laboratorium

c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi. Intervensi yang diberikan yaitu

mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respon nyeri non

verbal, Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, Control

lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan) dan Fasilitasi istirahat dan tidur

d. Intoleransi aktivitas b.d penurunan energi. Intervensi yang diberikan

yaitu Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan, Fasilitasi duduk di

sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan, Kolaborasi

dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makana

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik, mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Adapun

faktor pendukung terlaksananya implementasi adalah :

66
a. Adanya kooperatif keluarga terhadap semua implementasi yang

dilakukan.

b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan

lainnya.

Implementasi merupakan bagian aktif dari asuhan keperawatan yaitu perawat

melakukan asuhan keperawatan sesuai rencana.Impplementasi yang dilakukan

sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.Selama

melakukan implementasi kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti

karena keluarga klien kooperatif dan implementasi yang dilakukan dapat

dipahami oleh keluarga klien.

Salah satu bentuk implementasi keperawatan adalah memberikan penkes pada

keluarga klien seputar penyakit klien dan bagaimana pencegahan untuk

kedepannya. Hal ini didukung oleh

a. Adanya kesempatan yang diberikan oleh kepala ruangan rawat inap

interne untuk menerapkan kegiatan yang kelompok lakukan

b. Adanya kerja sama dan partisipasi keluarga klien dalam melaksanakan

asuhan keperawatan

c. Adanya bimbingan, bantuan dan kerja sama dengan tim kesehatan atau

staf ruangan

d. Kelompok dapat memberikan advedenbest nursing pemberian

manjemen nutrisi terhadap terhadap deficit nutrisi pada pasien

hematemesis melena ec varises eshopagus + sirosis hepatis dimana

67
dilakukan setiap hari pada implementasi manajemen nutrisi. Setelah

dilakukan implementasi didapatkan bahwa nutrisi terpenuhi

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry, 2005).

Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan saat di ruangan

Interne, didapatkan 4 diagnosa keperawatan, meliputi deficit nutrisi, nyeri akut

serta resiko perdarahan dan intoleransi aktifitas. Evaluasi masalah

keperawatan dengan hemetesis melena ec varises eshopagus dari hasil

implementasi selama 4 hari yaitu mulai dari tanggal 23 Novemebri 2021

sampai tanggal 26 November 2021 didapatkan semua diagnose diteggakn kepada

pasien teratasi, namun terdapat satu diagnose yaitu nyeri sebagian teratasi karena

pasien masih ada mengatakan nyeri pada bagian perut dan tenggorokan dengan

skala 3.

68
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnose medis

hematemesis melena ec varises esophagus + SH selama 10 hari di ruangan

Interne RSAM, berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut maka

dapat penulis simpulkan:

1. Dalam pengkajian pasiem telah menjalani prosedur pengobatan, dan

data yang di dapatkan di antaranya klien mengeluh mual muntah

darah segar dan BAB bewarna hitam, pasien mengeluh nyeri di

tenggorokan dan lambung, pasien mengeluh tidak nafsu makan, perih

di tenggorokan jika makan dan minum.

i. Diagnose keperawatan yang mungkin terdapat pada klien dengan

hematemesis melena ec varises esophagus + SH tidak dapat

penulis semukan semua. Sesuai dengan data yang di dapatkan

penulis saat pengkajian, di temukan 4 diagnosa yaitu,Resiko

Perdarahan, Nyeri akut,Resiko deficit nutrisi dan intoleransi

aktifitas

2. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah sekaligus

memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan keluarga dalam

kerjasama

69
3. Dalam melakukan keperawatan pada klien dengan hematemesis

melena ec varises esophagus + SH, penulis telah berusaha

melaksanakan tindakan keperawatan dan di tunjukan untuk

mencegah masalah yang diderita pasien

4. Evaluasi telah diterapkan selama 3 hari sesuai dalam teori didapatkan

5 diagnosa, yang berhasil di atasi.

5.2 . Saran

1. Bagi Lahan Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan dalam koleksi buku

yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan keterampilannya dalam menjalani praktik dan pembuatan

asuhan keperawatan.

2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan melibatkan peran aktif

keluarga sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan

memberikan kenyamanan pada klien.

3. Bagi Perawat

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Multiple Trauma

diharapkan juga melakukan pendekatan psikologisnya yang dibutuhkan untuk

prosespenyembuhanpasien.

70
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan Pada Pasien Dengan Sirosis Hepatis Di Ruang PU 6 Rumah Sakit

Pusat Anggkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Universitas Indonesia.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:

Interna Publishing.

Bernardi, M., Ricci, C. S., & Zaccherini, G. 2014. Role of Human Albumin in the

Management of Complications of Liver Cirrhosis. Journal of Clinical and

Experimental Hepatology, 1–10. https://doi.org/10.1016/j.jceh.2014.08.007

Black, J,M et al.2014. Keperawatan Medika bedah. Manajemen Klinis Untuk

Hasil yang Diharapkan. Singapure: Elsevie

Budhiarta, D. M. F. (2017). Penatalaksanaan dan Edukasi Pasien Sirosis Hati

dengan Varises Esofagus di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014. Intisari

Sains Medis, Volume 8. Buku Pertama Edisi 4. 1994. Penerbit Buku

Kedokteran : Jakarta

Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:

EGC. Lorraine M. Wilson, Laula B Lester. Patofisiologi. Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit,

Nurdjanah, S. 2014. Sirosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi

6, jilid 2.

71
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Kperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,

Edisi 1.Jakarta: DPP PPN

Siti Setiati (Eds.). Jakarta: Internal publishing, hal 1978-1983.

Widyandari, N. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sirosis Hepatis.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

72
73

Anda mungkin juga menyukai