DI SUSUN OLEH
AMELZA PRAMITA
MUNZIR MUBARAK
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN
DIAGNOSA SEROSIS HEPATIS DI RUANG INTERNE RSUD DR. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021
Tanggal :
Menyetujui
CI Akademik
CI Klinik
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga Asuhan Keperawatan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
3
LEMBAR PENGESAHA i................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian ......................................................................................................... 20
B. Diagnosa keperawatan....................................................................................... 33
C. Intervensi keperawatan ..................................................................................... 36
D. Implementasi keperawatan ............................................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 56
B. Saran ....................................................................................................................... 5
BAB I
4
PENDAHULUAN
5
belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga turut ambil
bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor predisposisi munculnya
penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang
lama, riwayat terinfeksi virus (B ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan
kimia industri, dan penggunaan obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau
isoniazid.
Gejala yang timbul dari sirosis hepatis dapat berkembang secara bertahap,
atau mungkin tidak terlihat gejala sama sekali. Ketika timbul gejala, dapat
meliputi: Jaundice, yaitu menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir karena
bilirubin yang meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih gelap seperti air
teh.warna tinja pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual &
muntah darah, mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi
yang dapat timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema)
dan pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis
hepatis terkait masalah nutrisi adalah dengan memberikan informasi pada pasien
dan keluarga tentang pentingnya diet tinggi protein, khususnya yang banyak
mengandung asam amino rantai cabang (AARC). Salah satu jenis makanan yang
kaya akan AARC adalah putih telur. Consensus European Society for Clinical
Nutrition and Metabolism merekomendasikan AARC untuk terapi nutrisi pada
ensefalopati hepatikum karena terbukti memperbaiki klinis pada pasien sirosis
lanjut (Tsiaousi, Hatzitolios, Trygonis, & Savopoulos, 2008 dalam Riris, 2014).
Perawat juga beperan dalam melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian diuretik dan juga memantau intake dan output cairan untuk mengatasi
masalah kelebihan volume cairan serta melakukan tindakan mengukur lingkar
perut setiap hari
Berdasarkan survey awal yang dilakukan didapatkan pasien didapatkan
keluhan pasien muntah darah segar (hematesis) akibat pecah varises esophagus,
bab hitam berlendir(melena), nyeri dan susah saat menelan sehingga pasien
6
dianjurkan pasang ngt. Klien mengatakan terdapat darah pada tenggorokannya
yang menyebabkan terjadi gangguan pernafasan pada pasien
Berdasarkan uraian diatas kelompok mengangkat kasus serosis hepatis ini
menjadi kasus kelolaan untuk seminar akhir profesi Ners KMB Stikes Yarsi
Sumbar Bukittinggi di ruang interne lantai III RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di ruang
Interne Lantai III di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada bulan
November tahun 2021 mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Sirosis Hepatis di ruang
Interne lantai III di RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada bulan
November tahun 2021
b. Mampu melakukan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis di ruang Interne III di RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021
c. Mampu melakukan dan merencanakan intervensi keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis di ruang Interne III di RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis di
ruang Interne Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis di ruang Interne lantai III di RSUD dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan November tahun 2021
e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien Sirosis Hepatis di ruang Interne
lantai III di RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada bulan November
tahun 2021.
1.3 Manfaat
7
1. Bagi Penulis
Asuhan keperawatan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Sirosis Hepatis.
2. Institusi Pendidikan
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
praktek keperawatan yang tepat khususnya untuk memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan serosis hepatis.
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
2018)
Hati merupakan organ terbesar dari system pencernan yang ada dalam
1550 gram.Di dalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar
dari jajaran sel hati (hematosist) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena
sentralis diantara sel hati terdapat sinus inoid yang pada dinding nya terdapat
makrofag yang disebut sel kuffer yang dapat memfagosit sel-sel darah yang
9
rusak dan bakteri.Hematosit menyerap nutrient, oksigen dan zat racun dari
A. Bagian-bagianHati
Menurut Qorry, 2014, bagian sel-sel dari organ hati yang memiliki
peranan besar dalam menunjang fungsi dan kinerja hati yang sangat penting
bagi kesehatan tubuh, diantaranya:
a) Lobushati
Lobus hati terbentuk dari sel parenkim dan sel non parenkim.Sel
parenkim pada hati disebut heptosit.Sel parenkim ini memiliki sekitar 80%
volume hati yang memiliki fungsi dari kinerja utama organ hati.Selain
lobus hati juga terdapat lobus sinusoidal yang memiliki 40% sel hati.
b) Hepatosis
Ia merupakan bagian dari sel endodermal merupakan stimulasi dari
jaringan mesenkimal yang secara terus-menerus saat embrio sedang
berkembang yang kemudian menjadi sel parenkimal. Selama masa
perkembangantersebut,akanterjadipeningkatanpadatranskripsimRNA
albumin yang berfungsi untuk stimulan proliferasi dan diferensiasi sel
endodermal yang menjadihepatosit.
c) Lumenlobus
Lumen lobus yang terbentuk dari SEC yang memiliki 3 jenis sel
lainnya, seperti sel kupffer, sel ito, linfosit intrahepatic seperti sel pit. Sel
non-parenkimal yang memiliki volume hati sekitar 6,5%
yangmemproduksi berbagai jenis substansi yang mengatur dan
mengontrol dari berbagai macam fungsi dan kerja dari Hepatosit.
d) Filtrasi
Filtrasi yang merupakan salah satu fungsi dari lumen lobus
10
sinusoidalyangmemisahkanantarapermukaanhepatositdaridarah,SEC yang
memiliki muatan endosisitas yang sangat besar dengan berbagai ligan
seperti glikoprotein, kompleks imun, transferrin danseruroplasmin.
e) Sel ito
Sel ito yang berada pada jaringan perisinusoidal, yang merupakan
seldenganbanyakvesikellemakdidalamsitoplasmayangmengikatSEC sangat
kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal.Saat
hati berada pada kondisi normal, sel ito menyimpan vitamin A guna
mengendalikan kelenturan matriks ekstraseluler yang dibetuk dengan
SEC, yang juga merupakan kelenturan dari lumen sinusoid.
f) Selkupffer
Sel kupffer yang berada pada jaringan intrasunisoidal, yang
merupakan makrofag dengan kemampuan endositik dan fagositik yang
mencengangakan.Sel kupffer sehari-hari berinterkasi dengan material
yang berasal saluran pencernaan yang mengandung larutan bacterial, dan
mencegah aktivasi efek toksin senyawa tersebut kedalam hati. Paparan
larutanbacterialyangtinggi,terutamapaparanLPS,membuatselkupffer
melakukan sekresi berbagai sitokinin yang memicu prosesperadangandan
dapat mengakibatkan cedera pada hati.
g) Sel pit
Ia merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang
bermukim di hati, sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel
tumor tanpa bergantung pada ekspresi antigen pada kompleks
histokompatibilitas utama.
11
A. Definisi Sirosis Hepatis
Sirosisadalahpenyakitkronisyangdicirikandenganpenggantianjaringan
hati normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur dan
fungsi hati. (Brunner &Suddarth,2013). Sirosis merupakan kondisi fibrosis dan
pembentukan jaringan parut yang difus di hat.Jaringan hati normal
digantikanolehnodus-nodusfibrosasertapita-pitafibrosayangmengerutdan
mengelilingi hepatosit. Arsitektur dan fungsi hati normal terganggu
(ElizabethJ.Corwin,2012).
Sirosis hati merupakan tahap ahir proses difus fibrosis hati progresif
yang di tandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif.
Gambaran morfologi dari SH meliputi fibrosis difus, nodul regeneratif,
perubahan arsitektur lobular dan pembentukan hubungan vaskular intrahepatik
antara pembuluh darah hati aferen (vena porta dan arteri hepatika) dan eferen
(vena hepatika). Secara klinis atau fungsional SH di bagi atas : Sirosis hati
kompensata dan Sirosis hati dekompensata, di sertai dengan tanda-tanda
kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal (Siti Nurdjanah, 2014)
Sirosis hepatik adalah penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi semua
pembuluhdarahbesardansemuasistemarsitekturhatimengalamiperubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan fibrosis disekitar parenkimhati
yang mengalami regenerasi (Sjattar, 2017). Ketika mengalami sirosis, hati akan
sangat kecil, beratnya hanya berkisar 700- 800g, dan permukaan nya tidak rata
serta noduler. Padahal, untuk hati yang normal, biasanya mempunyai berat
1.200-1.500 g (Soleh,2012).
Jadi,dapatdisimpulkanbahwasirosishepatisadalahstadiumakhirfibrosis
hepatik yang ditandai dengan fibrosis, dengan destorsi arsitektur hati yang
normalolehlembar-lembarjaringanikat.Danmenyebabkanhatiakansangat kecil
berkisar 700-800 g, dan permukaan nya tidak rata sertanoduler.
B. Etiologi
12
Menurut Diyono dan Mulyanti 2013, etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
1. Etiologi yang diketahui penyebabnya,yaitu:
a) Hepatitis virus B danC
b) Alkohol
c) Metabolik
d) Kolestasis kronik /sirosis siliar sekunder intra dan ekstrahepatic
e) Gangguan imunologis, seperti: hepatitis lupoid, hepatitis kronikaktif
f) Toksik dan obat, seperti: INH,metildopa
g) Operasi pintas usus halus pada obesitas
h) Malnutrisi, infeksi sepertimalaria
2. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya:
Sirosis yang tidak diketahui penyebabnya dinamakan sirosis kriptogenik
dari heterogenous.
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala
Gejala chirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama- sama
di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan,
mual- mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan
munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada
chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
2. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a) Adanya ikterus (penguningan) pada penderitachrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda
bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan
mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin.Ikterus
dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi
sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit
13
b) Timbulnya asites dan edema pada penderitachirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama
asites adalahpeningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema
umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c) Hati yangmembesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan
rasa nyeri bila ditekan.
d) Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
menetap di atas nilai normal.Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
D. Patofisilogi
14
permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati.Gambaran septa
ini bergantung pada etiologi sirosis.Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral.Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen.Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif.Septal
aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkimhati.
E. Pemeriksaan Penunjang
b) Albumin
15
Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang. Penurunan kadar albumin dan
peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya tahan
hati dalam menghadapi stress seperti tindakan operasi. Kemampuan
sel hati yang berkurang mengakibatkan kadar albumin rendah serta
peningkatan globulin.
c) Pemeriksaan CHE(kolineserase)
Pemeriksaan CHE (kolinesterase) penting dalam
menilaikemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan hati CHE akan
turun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal. Nilai
CHE yang bertahan di bawah nilai normal, mempunyai prognosis
yangjelek.
d) Pemeriksaan kadarelektrolit
Penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
e) Pemeriksaan masaprotombin
Pemanjanganmasaprotombinmerupakanpetunjukadanyapenurunan
fungsihati.
f) Kadar gula darah
Peningkatan kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan
kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen.
g) Pemeriksaan markerserologi
Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HbsAg/HbsAb,
HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV RNA penting dalam menentukan
etiologi sirosis hepatis.
2. Pemeriksaan penunjanglainnya
Diagnosa sirosis hepatis dapat juga diperkuat oleh pemeriksaan
penunjang lainnya (Lemone, 2016), diantaranya:
a) Ultrasonografiabdomen
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi ukuran hati,
mendeteksipembesaranhatidanasitesataumengidentifikasinodulhati.
16
Ultrasonografi dapat digunakan dengan pemeriksaan doppleryang
bertujuan untuk mengevaluasi aliran darah melalui hati danlimpa
b) Esofagoskopi
Esofagoskopi atau endoskopi bagian atas dapat dilakukan untuk
menentukan adanya varises esofageal.
c) Biopsihati
Pemeriksaan ini tidak harus dilakukan untuk menegakan diagnosis
sirosis,tetapidapatdilakukanuntukmembedakansirosisdaribentukhati
yanglain.
d) SinarX-abdominal
Menunjukkanukuranhatidankistaataugasdalamtraktusbilleratau hati,
klasifikasi hati, dan asites yang sangat banyak (sholeh,2012).
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang
ada.Sebagai contoh, antasid diberikan untuk mengurangi distres lambung
dan meminimalkan kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan
suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-sel hati
yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik
yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk
mengurangi asites jika gejala ini terdapat, dan meminimalkan perubahan
cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik
lainnya.Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian esensial
dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari
penggunaan alkohol selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati yang
sirotik tidak dapat diputar balik, perkembangan keadaan ini masih dapat
dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian pendahuluan menunjukan bahwa colchicine, yang
merupakan preparat anti-inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat
memperpanjang kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga sedang
17
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Mendukung istirahat dan kenyamanan
c) Mencegahinfeksi
d) Mencegahperdarahan
2. Supportif, yaitu:
a. Istirahat yangcukup.
a. Jumlah sesuaikebutuhan.
b. Jadwal diitketat.
c. Jenis : boleh/tidakdimakan.
4. Latihan
5. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
18
kepada penderita sirosis hepatis, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya : leaflet, poster, lembar balik, tv, kaset, video, dan
sebagainya.
6. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan di berikan jika
telah terjadi komplikasi seperti:
a. Asites.
Dapat di kendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
1) Istirahat
2) Diit rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu
denganistirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat
berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
3) Diuretik : pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah
menjalani diit rendah garam dan pembatasan cairan, namun
penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4hari.
b. Spontaneous bacterialperitonitis.
Infeksi cairan dapat terjadi secara sepontan, atau setelah
tindakan parasintese.Tipe spontan terjadi 80 % pada penderita
sirosis hati dengan asites, sekitar 20 % kasus.Keadaan ini lebih
sering terjadi pada sirosis hati stadium kompensata yang
berat.Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa
rawatan.Infeksi umumnya terjadi secara blood borne dan 90 %
monomicroba.Pada sirosis hati terjadi permeabilitas usus menurun
dan mikroba ini berasal dariusus.
Pengobatan SBP dengan memberikan cephalosparins generasi
III (cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau qinolon
secara oral. Mengingat akan rekulernya tinggi maka untuk
profilaksis dapat di berikan norfloxacin(400 mg/hari) selama 2-3
minggu.
G. WOC
19
Sumber:Black&Hawks (2014)
20
2.3 AsuhanKeperawatan Teoritis Serosis Hepatis
A. Pengkajian
a) Anamnesis
5. Riwayat penyakitkeluarga.
1. Aktivitas danistirahat
2. Sirkulasi
Gejala : flatus
21
Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali,
asites),penurunan atau tidak ada bising usus, feses warna tanahliat,
melena,urin gelap dan pekat
4. Nutrisi
5. Neurosensori
22
pemeriksaan kadar elektrolit, tes faal ginjal, pemeriksaan cairan
ascites).
3. Pencitraan (MRI, CT scan, esofagoskopi, USG, angiografi, endoskopi)
B. DiagnosaKeperawatan
C. Intervensi Keperawatan
23
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi
musik,aromaterapi)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkanteknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgesik,
24
2. Hipervolemia b/d Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
gangguan tindakan keperawatan (1.03114)
mekanisme selama 1x24 jam Observasi
regulasi (D.0022) “Keseimbangan
- Periksa tanda dan gejala
cairan” (L.03020)
hipervolemia (dispnea,
meningkat dengan
edema, JVP meningkat,
kriteria hasil:
suara napastambahan)
1. Edema menurun
- Identifikasi penyebab
2. Asitesmenurun hipervolemia
- Monitor intake dan
3. Berat badan
outputcairan
membaik
- Monitor efek diuretik
4. Denyut nadi radial
membaik Terapeutik
5. Turgor kulit
- Timbang berat badan
membaik
setiap hari pada waktu
yangsama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala tempat
tidur 30-400
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6jam
- Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
25
Efektif tindakan keperawatan (I.01011)
berhubungan 1x1 jam diharapakan observasi
dengan hambatan ”pola napas 1. Monitor pola
pola nafas membaik” dengan napas
keriteral hasil: (frekuensi,kedalama
1. Disnpnea n, usahanapas).
menurun 2. Monitor bunyi
2. Penggunaan otot napas tambahn
bantu napas .Gurgling,
3. Menurun mengi,
4. Frekuensi napas wheezing,
membaik ronkhikering)
3. Monitor sputum
(jumlah,
warna,aroma)-
Terapeutik:
1. Pertahankankepa
tenan jalannapas
dengan head.till
dan chin-lift
(jaw-thrust jika
curiga
traumaservikal)
2. Posisikan semi-
fowler atau
fowler
3. Berikan
minumhangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan
penghisapan
lendirkurang
dari15detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan
sumbatan
benda pada
dengan forsep
8. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
26
1. Anjurkan asupan
cairan2000ml/har
i, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif-
Kolaborasi
1. pembeian
bronkodilator,eksp
ekto ran,
mukolitik, jika
perlu
4. Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
dibuktikan dengan tindakan keperawatan
gangguan hati selama 1x24 jam
“Tingkat Perdarahan” Observasi
(L.02017) membaik
- Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil:
perdarahan
1. Hematemisi
- Periksa adanya dara pada
s menurun
muntah, feses, sputum,
2. Prdaraahan anus
dll
menurun
- Periksa ukuran dan
3. Distensiabdomen
karakter hematoma
menurun
Monitor
4. Hemoglobin terjadinyaperdarahan
membaik
- Monitor nilai HB danHt
5. Tekanan darah
membaik - Monitor tekanandarah
6. Nadi apikal
- Monitor intake dan
membaik
outputcairan
- Monitor koagulasidarah
Terapeutik
- Istirahatkan daerah yang
mengalamiperdarahan
- Pertahankan akses IV
line
- Berikan kompres dingin,
jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda-tanda
perdarahan
- Anjurkan melapor jika
adaperdarahan
- Anjurkan membatasi
27
aktivitas
Kolaborasi
- Permberian cairan jika
perlu
- Pemberian transfusi
darah
- Pemberian obat
- pengontrol perdarah
28
BAB III
ANALISA KASUS
I. INFORMASI UMUM
A. Identitas pasien
Nama : Ny. L
No MR : 520501
Tanggal lahir : 09-05-1956
Jenis kelamin : Perempuan
Status kawin : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Matur, Agam
Dx. Medis : Hematemesisi Melena ec Ruptur
Farises Esofagu + Serosis Hepatis
B. Indentitas penanggung jawab
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
No Telepon : 0823-8535-9497
29
C. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
merah keruh.
pukul 21.18 karena pasien muntah darah segar dan BAB hitam,
darah tinggi sejak 12 tahun yang lalu dan memiliki riwayat penyakit
30
bahwa klien mengkonsumsi obat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu
A. FISIOLOGIS
TD :100/60
HR :100i/m
RR :26 x/m
T :36,50c
SPO2:98%
1. OKSIGENASI
a. Fisik
Inspeksi : Normal chest, tidak ada lesi, RR : 26 x/menit, pola
pernafasan eupnue ( pola nafas normal), terpasang O2
3 liter, tidak ada retraksi dinding dada, pengembangan
rongga dada simetris, tidak ada penggunaan oto bantu
pernafasan , payudara simetris, edema tidak ada. SPO2
98%.
Palpasi : Taktil fremitas kiri dan kanan sama, ekspansi normal,
simetris
31
Perkusi : perkusi sonor pada RIC II s/d RIC VII kanan, redup
pada RIC II s/d sebelah kiri
Auskultai : terdengar suara pernafasan vesikuler, frekuensi 26
kali/menit,ronkhi tidak ada,weezing tidak ada.
2. SIRKULASI
a. Fisik
Inspeksi : HR: 100x/menit, tidak ada pembesaran vena jugularis,
iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba, midclavicula sinistra, irama
teratur, CRT kurang dari 3 detik
Perkusi : redup padis RIC II- RIC V kiri, sura sonor pada
tempat lain kiri dan kanan
Auskultasi : bunyi jantung I-II Reguler, mur-mur (-)
b. Lab:
Pemeriksaan labor tanggal 22 november 2021
HGB 9.0 g/dl P 13.0-16.0 W 12.0-14.0
RBC 2.73 UL P 4.5-5.5 W 4.0-5.5
HCT 24,7 % P 42.0-52.0 W 37.0-47.0
Trombosit 84.000 150.000-450.000
Cholesterol 105 mg/dL 0-200
Triglyserides 101 mg/dL 0-150
3. NUTRISI
Antropometri
TB : 150
BB : 45
IMT : 20
Bimedik : pemeriksaan labor
Glukosa : 144 mg/dl
HGB : 9.0 g/dl
RBC : 2,73 10²6/ul
32
WBC : 8,60
Clinical signs
- Konjungtiva anemis
- Terpasang NGT
- Tenggorokan sakit
- Hematemesis
Diet : jika cairan NGT sudah jernih, diberikan diet MCDD 4x 500 cc
Inspeksi : tidak ada lesi, lingkar perut 35, bekas operasi tidak
ada, membuncit tidak ada, asites tidak ada
4. ELIMINASI
a. Fisik
BAK : 3-4 kali sehari
Frekuensi : 1800 cc/hari
Warna : warna kuning muda, keruh tidak ada
Keluhan selama BAK : tidak ada keluhan, pasien terpasang cateter dari
tanggal 22 november 2021, urin berjalan lancar.
BAB : pagi dan malam
Frekuensi :2x1, per hari
33
Konsistensi : sedikit berlendir, lembek
Warna : hitam pekat
Keluhan selama BAB: keluhan bab berlendir, bab hitam, tidak ada
penggunaan obat pencahar
b. Lab
Nilai Nilai normal
Warna kuning muda kuning muda- tua
Kejernihan jernih jernih
Glukosa 203 mg/Dl negatif
Kalium 3.03 mEq/dl 3.5-5.5
Natrium 14.7 mEq/dl 135-147
34
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
Kekuatan otot :
555 555
444 444
35
ITEM PENILAIAN SKOR ITEM PENILAIAN SKOR
RIWAYAT JATUH DIAGNOSA
Ya 25 SEKUNDER
Tidak 0 ( ≥ 2 diagnosa medis) 15 15
Ya 0
Tidak
TERPASANG GAYA BERJALAN
Ya 20 20 Terganggu 20
Tidak 0 Lemah 10
Normal 0
Total keseluruhan 35
b) Laboratorium
WBC 8.600 ul 5.000- 10.000
PLT 84. 000 ul 150.000-450.000
7. SENSORI
a. Fisik
Nyeri :
di ulu hati
36
b. Pemeriksaan sensori persepsi
a. Fisik
hari
Intake
Diare 2500 :-
Balance : - 300
9. Fungsi neorologi
a. Fisik
37
Status mental
Memory :
sakit, dengan apa dia di bawa ke rumah sakit dan siapa yang
Kognisi : baik
tempat
10. ENDOKRIN
a. Fisik
1. Pemeriksaan Labor
38
No. Hari/ Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
2 MCV 90,5.0FL 79 - 99
2 MCH 33.0 pg 27 – 31
p PLT 84 150.000-450.000
ASTGOT 19 6-40
ALTGPT 11 6-41
39
2. Therapy Pengobatan
40
yaitu ganggan
pada saluran
pencernaan
misalnya
mual muntah,
gangguan
fungsi ginjal
3. Injeksi 500 mg 3x1 Kalnek
kalnek merupakan
obat yang
mengandung
asam
trasenamat.
Obat ini
digunakan
untuk
membantu
mengurangi
dan
menghentikan
perdarahan.
Efek sampinh
yaitu
gangguan
pencernaan ,
mual,
muntah, sakit
kepala,
gangguan
makan dan
hipotensi
4. Omeprazole 1g 3x1
Fungsi dari
obat omz
yaitu obat
untuk
mengatasi
masalah perut
dan
kerongkonga
n yang
diakibatkan
oleh asam
lambung
41
Efek samping
u yaitu
rendahnya
kadar kalium
dalam
darah,ganggu
an
pencernaan
seperti diare,
kekurangan
vitamin B12,
pusing hingga
sesak nafas
5. Ceftriaxon 1 gr 2x1 Fungsi obat
ceftriaxone yaitu
obat yang
digunakan untuk
mengatasi
berbagai infeksi
bakteri yang
terjadi pada
tubuh.
Efek samping
yaitu nyeri perut,
mual dan
muntah, pusing
mengantuk, sakit
kepala , sesak,
demam
menggigil da
aritmia
6. Vit K 2 mg 3x1 Nutrisi yang
diperlukan
tubuh dalam
proses
pembekuan
darah
Efek samping
yaitu muda ,
berkeringat,
pusing, sesak
nafas, kulit
dan sclera
ikterik
42
Analisa Data
43
No Analisa Data Etiologi Diagnosa
1 DS : Varises esofagus Resiko Perdarahan
Pasien mengatakan
muntah bercampur darah Perdarahan
Pasien mengatakan BAB esovagus
berwarna hitam gelap
DO: Keluarnya darah
ada terdapat melena
Keluarnya
tampak pucat
hemotemesis
NGT dialirkan bewarna
merah keruh Resiko
Hematemesis perdarahan
HR 100
RR 26 x/ menit
TD 90/60
T 37,5ºC
HGB : 9,0 g/dl
RBC : 2,73
WBC : 8, 60
HCT : 24.7%
44
- Hematemesis
- Tidak bisa menenlan
- Pasien tidak mampu
menelan makanan
- Mukosa mulut
pasien kering
- Pasien tampak
lemah
Diet
- Pasien di puasakan
selama 24 jam, dan
dilakukan kumbah
lambung.
- Diet yang diberikan
pada pasien TSS
yaitu makanan cair
yang berisi nasi +
ayam + sayur + telur
rebus.
3 Ds: hipertensi portal Nyeri akut
Pasien mengatakan sakit
di tenggorokan dan peningkatan
lambung tekanan darah
Pasien mengatakan tidak esophagus dan
bias tidur karna sakit di lambung
lambung
Do: varises esophagus
P: Pecahnya varises
esophagus terjadi
rupture mukosa
perdarahan lalu darah
esophagus
masuk ke saluran cerna
bagian atas (lambung),
perdarahan
darah bercampur dengan
asam lambung akibatnya masuk ke saluran
perforasi pada dinding cerna atas
lambung terjadimya (lambung) dan
myeri di ulu hati. bercampur
Q : nyeri terasa tertusuk dengan asam
tusuk dan menjalar lambung
R : nyeri di abdomen dan
tenggorokan peforasi dinding
S : skala nyeri 4-5 lambung
T : nyeri timbul secara
mendadak hilang timbul nyeri ulu hati
45
nyeri akut
4 Ds : Gangguan Intoleransi aktifitas
Pasien mengatakan metabolisme
badannya terasa lemah vitamin
Pasien mengeluh kurang
mampu untuk Sintesis vit A, B
beraktivitas seperti melaui hati
biasanya menurun
Pasien mengatakan
kebutuhan nya di bantu Penurunan
keluarga produksi sel darah
merah
Do:
Pasien tampak lemah Anemia
Adl dibantu keluarga Kelemahan
pasien tampak berbaring
ditempat tidur. Intoleransi
Pasien tampak susah aktivitas
untuk bangun dari
tempat tidur
Pasien tampak meringis
kesakitan saat bergerak
TTV
TD : 100/60
HR:100
RR:22
T: 36,5
Intervensi Keperawatan
46
1. Hemoglobin
membaik Observasi
2. Hematokrit 1. Monitor tanda dan
membaik gejala perdarahan
3. Tekanan darah 2. Monitor nilai
membaik hemoglobin/
4. Suhu tubuh hematokrit
membaik sebelum dan
5. Perdarahan setelah kehilangan
menurun darah
3. Monitor koagulasi
Terapeutik
1. Batasi tindakan
invasif
2. Pertahankan bedrest
selama perdarahan
3. Gunakan kasur
pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran
suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala pendarahan
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan atau
antikoagulan
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan makan dan
vit k
4. Anjurkan segera
melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan
2 Resiko defsit nutrisi Kriteria hasil : Manajemen Nutrisi
1. Porsi makan yang
dihabiskan meningkat Observasi
2. Kekuatan otot
47
mengunyah
meningkat 1. Identifikasi status
3. Verbalisasi keinginan nutrisi
untuk meningkatkan 2. Identifikasi alergi dan
nutrisi meningkat intoleransi makanan
4. Perasaan cepat 3. Identifikasi makanan
kenyang menurun yang disukai
5. Nyeri abdomen 4. Identifikasi kebutuhan
menurun kalori dan jenis
6. Berat badan membaik nutrient
7. IMT membaik 5. Identifikasi perlunya
8. Bisisng usus penggunaan selang
membaik nasogastrik
9. Membrane mukosa 6. Monitor asupan
membaik makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
48
Edukasi
Kolaborasi
49
Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
50
Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
51
sisi tempat tidur
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
52
Implemetasi dan Evaluasi
53
(BB=45, TB= 145 ) Diet
5. Memonitor hasil - Pasien di
pemeriksaan puasakan
laboratorium selama 24
jam, dan
HGB : 9,0 g/dl dilakukan
RBC : 2,73 kumbah
WBC : 8, 60 lambung.
HCT :24,7% A: masalah belum
teratasi
6. Melakukan oral P: intervensi di lanjutkan
hygiene setiap pagi
54
tenggorokan
S : skala nyeri 3
T : nyeri timbul
secara mendadak
hilang timbul
A: MK belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
Intoleransi 1. Mengidentifikasi S:
aktivitas gangguan fungsi tubuh Pasien mengatakan
yang mengakibatkan badannya terasa
kelelahan (Adanya lemah
hematemesi dan Pasien mengeluh
melena) kurang mampu
2. Monitor pola dan jam untuk beraktivitas
tidur ( Jam tidur seperti biasanya
malam, pasien hanya Pasien mengatakan
tidur 2 jam sehari) kebutuhan nya di
3. Menganjurkan tirah bantu keluarga
baring O:
4. Menganjurkan Pasien tampak
melakukan aktivitas lemah
secara bertahap Adl dibantu
5. Menyediakan keluarga
lingkungan nyaman Pasien tampak
dan rendah stimulus hanya bisa
6. Melakukan latihan beraktivitas
rentang gerak pasif dan ditemapt tidur
atau aktif Kekuatan otot
7. Memfasilitasi duduk di ekstremitas bawah (444)
sisi tempat tidur jika
tidak dapat berpindah A: MK belum teratasi
atau berjalan P: intervensi dilanjutkat
Rabu, Resiko 1. Monitor tanda dan S:
24-11- Perdarahan gejala perdarahan Pasien mengatakan
2021 (Lemas, nyeri, sesak muntah bercampur
nafas, mual dan darah berkurang b
muntah, feses Pasien mengatakan
berwarna hitam) BAB masih
2. Mempertahankan berwarna hitam
bedrest selama gelap
perdarahan
3. Menganjurkan segera O:
melapor jika terjadi varises esopagus
55
pendarahan pecah
4. Berkolaborasi dalam ada terdapat
pemberian obat melena
pengontrol perdarahan hematemesis
(Vit K ) dan transfusi berkurang
darah 1 kolf/ hari HR 100
RR 24 x/ menit
TD 90/60
T 37,5ºC
terpasang
tranfusi darah 1
kolf
kolaborasi
pemberian obat
Vit K
A: MK Resiko perdarah
teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
56
A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi di lanjutkan
Nyeri akut 1. Daerah nyeri pada S:
bagian tenggorakan Pasien mengatakan
dan abdomen, durasi sakit di mulai
>2 menit, intensitas berkurang
nyeri sedang) tenggorokan dan
2. Skala nyeri 3 lambung
3. Respon nyeri non Pasien mengatakan
verbal (meringis) masih tidak bisa
4. Memberikan terapi tidur karna sakit
manajemen teknik di lambung
nafas dalam O:
5. Mengcontrol P: Pecahnya varises
lingkungan yang esophagus terjadi
memperberat rasa perdarahan lalu
nyeri darah masuk ke
6. Memfasilitasi saluran cerna
istirahat dan tidur bagian atas
(lambung), darah
bercampur
dengan asam
lambung
akibatnya
perforasi pada
dinding lambung
terjadimya nyeri
di ulu hati.
Q : nyeri terasa
tertusuk tusuk dan
menjalar
R : nyeri di
abdomen dan
tenggorokan
S : skala nyeri 3
T : nyeri timbul
secara mendadak
hilang timbul
A: MK Belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
57
Intoleransi 1. Adanya hematemesi S:
Aktivitas dan melenan yang Pasien mengatakan
menyebabkan badannya sedikit
kelemahan lemah
2. Pasien bisa tidur 5 jam Pasien masih
sehari mengeluh kurang
3. Menganjurkan tirah mampu untuk
baring beraktivitas
4. Menganjurkan seperti biasanya
melakukan aktivitas O:
secara bertahap Pasien tampak
5. Menyediakan lemah
lingkungan nyaman Adl dibantu
dan rendah stimulus keluarga
6. Melakukan latihan Pasien bisa tidur 5
rentang gerak pasif dan jam
atau aktif Pasien tirah baring
7. Memfasilitasi duduk di A: MK teratasi sebagian
sisi tempat tidur jika P: intervensi dilanjutkat
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Kamis, Resiko 1. Tidak ada hematemis S:
25-11- Perdarahan 2. Melena masih ada Pasien mengatakan
2021 3. Nilai HB setelah muntah darah tidak
ditransfusi 2 kolof ada lagi
darah naik menjadi Pasien mengatakan
10,5 BAB sudah bewarna
4. Pasien masih tirah kuning ke coklatan
baring
5. Menganjurkan segera O:
melapor jika terjadi Hematemesis tidak
pendarahan ada
6. Berkolaborasi BAB bewarna
dalampemberian obat kuning
pengontrol perdarahan kecoklatan
(Vit K ) HR 98
RR 20 x/ menit
TD 110/60
T 36,9ºC
HGB : 10,5 g/dl
RBC : 3,4
WBC : 7,56
HCT :30,6
58
A: MK teratasi
P: intervensi dihentikan
59
lambung
akibatnya
perforasi pada
dinding lambung
terjadimya myeri
di ulu hati.
Q : nyeri terasa
tertusuk tusuk dan
menjalar
R : nyeri di
abdomen dan
tenggorokan
S : skala nyeri 3
T : nyeri timbul
secara mendadak
hilang timbul
A: MK teratasi sebagian
P: intervensi di hentikan
Intoleransi 1. Mengidentifikasi S:
Aktifitas gangguan fungsi tubuh Pasien mengatakan
yang mengakibatkan badannya sudah
kelelahan (Adanya terasa lebih enak
hematemesi dan Pasien mengatakan
melenan) sudah mulai
2. Pasien tidur 6 jam bergerak sedikit
sehari demi sedikit,
3. Menganjurkan tirah
baring O:
4. Menganjurkan Pasien sudah
melakukan aktivitas tampak lebuh
secara bertahap segar
5. Menyediakan Pasien sudah
lingkungan nyaman tampak duduk di
dan rendah stimulus sisi tempat tidur
6. Melakukan latihan Adl masih dibantu
rentang gerak pasif dan keluarga
atau aktif A: MK teratasi sebagian
7. Memfasilitasi duduk di P: intervensi dihentikan
sisi tempat tidur jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
60
BAB IV
PEMBAHASAN
bahasan teoritis dengan kenyataan yang ditemukan pada pasien dilapangan terhadap
Ruangan Interne RSUD.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021. Dibagi lima sub
1. Pengkajian Keperawatan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
dan Perry, 2005). Dari hasil pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara
November 2021, pukul 09.00 WIB diruangan HCU Interne didapatkan data,
61
pasien pernah dirawat diruangan inerne 3 bulan yang lalu dengan kassu yang
sama. Klien mempunyai riwayat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu serta
riwayat diabetes mellitus sejal 5 tahun yang lalu.Hal ini ini membuktikan
penanganan yang baik menjadi faktor resiko terjadinya sirosis hepatis karena
parut di hati dan membuatnya menyerap lebih banyak lemak dari biasanya.
Saat masalah menumpuk, hati tidak bias bekerja dengan baik yang
menyebabakan tubuh menemui masalah lain seperti sirosis, kanker hati dan
gagal hati. Pada saat pengkajian di rungan HCU interne pasien sudah
terpasang ngt , terpasang infus aminofusin hepar banding NaCl 0,9% tangan
kegelapan (melena), keluarga mengatakan saat dirumah klien pucat dan letih.
klien Karena takut salah obat, keluraga mengatakan hanya bias menemani
klinik muntah darah. Pecahnya varies esophagus terjadi karena tekanan darah
yang tinggi pada vena portal. Vena portal adalah pembuluh darah vena besar
62
yang berfungsi menerima darah dari organ system pencernaan termkasud dari
terhambat, darah dapat beralih ke vena yang lebih kecil seperti vena
resiko pendarahan tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah pada system portal
IGD pasien di anjurkan untuk dirawat di ruangan HCU Interne tindakan yang
2. Diagnosa Keperawatan
actual, potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian , tinjauan literatur yang
63
a. Berdasarkan Pengkajian Primer
metabolic
sekunder yang ada di teoritis tidak seluruhnya sesuai dengan kenyataan yang
64
didapatkan diagnosa primer, Resiko Perdarahan b.d gangguan
aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
dan tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan
65
b. Defisit Nutrisi Defisit Nutrisi b.d Varises esophagus,penurunan
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi. Intervensi yang diberikan yaitu
sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan, Kolaborasi
4. Implementasi keperawatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
66
a. Adanya kooperatif keluarga terhadap semua implementasi yang
dilakukan.
b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
asuhan keperawatan
c. Adanya bimbingan, bantuan dan kerja sama dengan tim kesehatan atau
staf ruangan
67
dilakukan setiap hari pada implementasi manajemen nutrisi. Setelah
5. Evaluasi
pasien teratasi, namun terdapat satu diagnose yaitu nyeri sebagian teratasi karena
pasien masih ada mengatakan nyeri pada bagian perut dan tenggorokan dengan
skala 3.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
aktifitas
kerjasama
69
3. Dalam melakukan keperawatan pada klien dengan hematemesis
5.2 . Saran
asuhan keperawatan.
3. Bagi Perawat
prosespenyembuhanpasien.
70
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Bernardi, M., Ricci, C. S., & Zaccherini, G. 2014. Role of Human Albumin in the
Kedokteran : Jakarta
Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
Proses-Proses Penyakit,
Nurdjanah, S. 2014. Sirosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi
6, jilid 2.
71
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,
72
73