Anda di halaman 1dari 10

 

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI: TERAPI


NON FARMAKOLOGI

Disusun Oleh :

Jessica Agatha (P3.73.20.1.15.020)

Kelas : 3 Reguler A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN AJARAN 2017


 

SATUAN ACARA PENYULUHAN 

Topik : Manajemen Nyeri Nonfarmakologi

SubTopik : Manajemen nyeri non farmakologi pada pasien post op. OREF

Hari / Tanggal : Kamis, 12 Oktober 2017

Waktu : 13.00 WIB (30 menit)

Penyaji : Jessica Agatha

Sasaran : Tn. A dan Keluarga Tn. A

Tempat : Ruang Kamar 416E Lantai 4 Zona B Gedung A Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo

A.  Tujuan
1.  Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan pasien dan
keluarga dapat menerapkan manajemen nyeri: terapi non farmakologi
2.  Tujuan instruksional khusus
a.  Setelah mengikuti penyuluhan pasien dan keluarga dapat menjelaskan
 pengertian nyeri dengan benar.
 b.  Setelah mengikuti penyuluhan pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor
yang mempengaruhi nyeri dengan benar.
c.  Setelah mengikuti penyuluhan pasien dan keluarga dapat mendemonstrasikan
manajemen nyeri: terapi non farmakologi teknik relaksasi napas dalam.

B.  Materi Penyuluhan (Terlampir)


Dalam penyuluhan materi yang disampaikan adalah:
1.  Pengertian nyeri
2.  Faktor yang mempengaruhi nyeri
3.  Manajemen nyeri: terapi non farmakologi
 

C.  Metode Penyuluhan


1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

D.  Alat dan Media


1.  Media : Leaflet

E.  Sasaran Penyuluhan


Pasien yang bernama Tn. A dan keluarganya

F.  Kegiatan Penyuluhan


 N Taha Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
o  p
1 5 Pembukaan :
menit 1.  Menjawab salam Kata-
1.  Memberi salam
(lisan kata/kalima
mengucapkan salam
) 2.  Mendengarkan t
2.  Perkenalan diri
dan
3.  Menjelaskan tujuan
memperhatikan
 penyuluhan dan
3.  Mendengarkan
melakukan kontrak
dan
waktu, bahasa dan
memperhatikan
tempat
4.  Menyepakati
4.  Menyampaikan
kontrak
tentang tujuan pokok
5.  Mendengarkan
 bahasan
dan menyepakati
5.  Menyampaikan pokok
 pembahasan
2 20 Pelaksanaan :
menit 1.  Mengkaji
(lisan  pengetahuan klien 1.  Menjawab dan Leaflet dan
) tentang pengertian memperhatikan demonstras
nyeri 2.  Menyimak dan
 

2.  Menjelaskan tentang memperhatikan i


 pengertian dari nyeri 3.  menjawab dan
3.  Mengkaji memperhatikan
 pengetahuan keluarga 4.  Menjawab dan
tentang faktor yang mendengarkan
mempengaruhi nyeri. 5.  Menjawab dan
4.  Menjelaskan tentang memperhatikan
faktor yang 6.  Menjawab dan
mempengaruhi nyeri memperhatikan
5.  Mengkaji 7.  Menjawab dan
 pengetahuan klien dan memperhatikan
keluarga tentang 8.  Menjawab
manajemen nyeri Menyimak dan
6.  Menjelaskan tentang memperhatikan
manajemen nyeri:
terapi non
farmakologi
7.  Mendemonstrasikan
manajemen nyeri:
terapi non
farmakologi teknik
relaksasi napas dalam
3 5 Leaflet
menit Penutup :
(lisan 1.  Menyimpulkan materi 1.  Memperhatikan
) 2.  Mengevaluasi kien 2.  Menjawab dan

tentang materi yang mendemonstrasika

telah diberikan n

dengan bertanya 3.  Memperhatikan

secara lisan 4.  Menjawab salam

3.  Memberikan reward


4.  Mengakhiri
 pertemuan dengan
 

mengucapkan salam

G.  Evaluasi 
1.  Pertanyaan
a.  Apa pengertian nyeri
 b.  Apa faktor yang mempengaruhi nyeri
c.  Bagaimana manajemen nyeri dengan terapi non farmakologi
2.  Evaluasi Persiapan
a.  Materi sudah siap dan dipelajari satu hari sebelum penyuluhan
 b.  Media sudah siap satu hari sebelum penyuluhan
c.  SAP sudah siap satu hari sebelum penyuluhan
3.  Evaluasi proses
a.  Klien tampak kooperatif
 b.  Tidak ada masalah selama diskusi
c.  Diskusi sesuai dengan materi
d.  Media dapat digunakan secara efektif
4.  Evaluasi hasil
a.  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian nyeri.
 b.  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi nyeri
c.  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan manajemen nyeri: terapi non

farmakologi dan mendemonstrasikannya. 


 

Lampiran Materi

MANAJEMEN NYERI: TERAPI NON FARMAKOLOGI

A.  Pengertian Nyeri


1.   Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang
 bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006).
2006).
2.   Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh
reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2006).  

B.  Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


1.  Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan tentang
nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di
 berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak
dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama mereka kemungkinan lebih
tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri. Kemampuan
klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri dapat mengalami komplikasi dengan
keadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai
 bagian tubuh yang sama.
2.  Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian yang
melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa
memperhatikan jenis kelamin.
3.  Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri dikaitkan dengan
nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi
makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan
yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri.
 

4.  Makna nyeri


Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu
Individu akan mempersepsikan
nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan
ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin
akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami
nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya.
5.  Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan
upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi
untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan
massage. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus
yang lain, maka perawaat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
6.  Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional biasanya
lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang
memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau
menderita penyakit kritis, sering kali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan
dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang
tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
7.  Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebh berat. Nyeri
seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tiddur yang
lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
8.  Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila
seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama nyeri dapat
mengganggu koping terhadap nyeri.
 

9.  Gaya koping


Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti
di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering
terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau
kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.
 Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhan/total.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-
orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individuu dari
kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang berbeda tentang
orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.

C.  Manajemen Nyeri: Terapi Non Farmakologi


1.  Teknik relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
a.  Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas
dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran
gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi
stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri
dan menurunkan kecemasan.
 b.  Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan
diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi
yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan
udara masuk selama inspirasi.
 

c.  Adapun langkah-langkah


langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut :
1)  Ciptakan lingkungan yang tenang
2)  Usahakan tetap rileks dan tenang
3)  Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4)  Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5)  Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6)  Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7)  Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8)  Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9)  Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
2.  Distraksi
Distraksi adalah suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami. Contoh distraksi antara lain:
a.  Menonton televisi
 b.  Membaca buku
c.  Mendengarkan musik
3.  Teknik Imajinasi Terbimbing
Teknik imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik yang menggunakan imajinasi
dan visualisasi untuk membantu mengurangi stress dan mendorong relaksasi, dan
merupakan sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stress dan
meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk
situasi yang sulit dalam kehidupan. merupakan suatu teknik untuk mengkaji
kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan
gambar yang membawa ketenangan dan keheningan (National Safety
Council,2004).
 

4.  Teknik rangsangan atau massase (pijatan)


Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar
rangsangan nyeri tidak dipersepsikan, misalnya:
a.  Menggosok secara halus daerah nyeri
 b.  Kompres dengan air hangat atau air dingin

Anda mungkin juga menyukai