Disusun oleh:
Menyetujui
Pembimbing akademik
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada pemilik alam semesta Allah SWT
atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar kasus
praktik keperawatan anak di ruangan perinatologi dengan masalah keperawatan pada By Ny
R dengan diagnose RDS. Laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dan
juga pembaca dalam pemberian asuhan keperawatan dengan RDS. Shalawat beriring salam
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk keselamatan umat di dunia dan di akhirat.
Laporan seminar kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk
mencapai kompetensi praktek profesi Ners.Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa praktek sampai pada penyusunan laporan seminar
ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ns. Pera Putra Bungsu, M.kep,Sp.Kom selaku pembimbing akademik yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan laporan seminar kasus.
2. Ibu Ns. Febrianty,S.Kep.M.Kep. SP.Kep.An selaku pembimbing Klinik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan laporan seminar kasus.
3. Uni uni di ruangan perinatologi RSUD Dr Achmad Mochtar bukittinggi yang telah
menyediakan, waktu, tenaga dan pemikiran untuk memberikan kami pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi.
Akhirnya peneliti mengaharapkan agar laporan ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya dibidang kesehatan.Atas segala bantuan yang telah diberikan peneliti
mendo’akan budi baik Bapak/Ibu dibalas oleh Allah SWT Amin Ya Rabbal Alamin.
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
persalinan, seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah (Depkes RI,
hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termogulasi.Hal ini dikarenakan bayi yang lahir
dengan berat badan < 2500 gram tubuhnya belum mampu beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan diluar rahim.Salah satu komplikasi berat lahir rendah yang
hyalin membrane disease (HMD) / sindrom gawat nafas. Hal ini sesuai dengan hasil
Ramdani dkk., (2014), yang menyatakan bahwa faktor penyulit tersering pada BBLSR
Respiratory Distress Syndrome merupakan suatu kondisi yang terdiri dari satu
gejala atau lebih seperti berikut: takipnea atau laju pernapasan lebih dari 60x/menit,
retraksi dinding dada (subcostal, intercostal, sternal, suprasternal), dan adanya bising
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm mau pun padabayi preterm,
yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena
belum maturnya fungsi organ organ tubuh. Kegawatan sistem pernafasan dapat terjadi
pada bayi yang lahir dengan berat badan kurangdari 2.500 gram dalam bentuk
sindroma gagal nafas dan asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi cukup bulan
2
paru(Marmi & Rahardjo, 2012)
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status
adalah kematian yang terjadi pada periode sejak bayi lahir sampai bayi belum berusia
tepat satu tahun. Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah kematian neonatal
Pada neonatus kurang bulan sehingga menimbulkan dampak yang cukup berat
oksigen (hipoksia) pada tubuh. Bayi akan beradaptasi terhadap kondisi hipoksia dengan
kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia, hal ini akan menyebabkan
(35,9%), lalu prematuritas (42,4%) dan sepsis (12%). Gagal nafas dapat terjadi pada
bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat
bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan kematian.Akibat dari gangguan
pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada bayi. Bayi akan
yang akan menghasilkan asam Laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan
penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena
hipoksia dan iskemia. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada neonatus (Ainsworth,
2011).
khusus seperti pemberian alat bantu pernafasan. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
adalah ruang perawatan intensif untuk bayi usia 0-28 hari yang membutuhkan
3
pengobatan dan perawatan khusus untuk mencegah dan mengobati terjadinya
Kasus RDS pada bayi BBLR di NICU RS Ahmad Muchtar ada dan kejadian
mortalitas bayi baru lahir akibat dari RDS, TTN, pneumonia, infeksi (sepsis), asfiksia
Padahal, pemeriksaan ANC merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi dini
dokter (dokter umum atau dokter kandungan), bidan dan perawat (Kemenkes RI,
2018b).Sehingga peneliti tertarik mengetahui lebih lanjut faktor risiko kejadian RDS
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
4
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada bayi
C. MANFAAT PENULISAN
A. Bagi penulis
yang professional di bidang keperawatan pada bayi berat lahir rendah dan RDS
Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar dan referensi tambahan untuk perbandingan dalam pemberian konsep
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi dalam memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap bayi berat lahir
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFENISIBBLR
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan yang kurang dari
2500 gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013).BBLR merupakan bayi yang lahir dengan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gastasi berat lahir (Hanifah, 2010). Bayi
BBLR merupaka bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
mengubah istilah bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah dan
lansung mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤2500 gram menjadi <2500 gram
(Saputra, 2014).
Berdasarkan teori di atas dapat di tarik kesimpulkan bahwa BBLR merupakan bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram - 1500 gram dan umur kehamilannya di atas 37
2. ANATOMIFISIOLOGI
6
a. Sistempernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi lebih besar
berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya
dibentuk oleh kapiler. Pusat pernafasan kurang berkembang dan otot pernafasan bayi
ini lemah. Terdapat kekurangan lipoprotein paruparu,yaitu suatu surfaktan yang dapat
Pada bayi tidak ada preterm yang terkecil relaks batuk. Hal ini dapat
mengarah yang akan timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya
akibat yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal
mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika dimasukkan tabung endotrakeal
atau tabung nasogastrik melalui hidung. Percepatan pernafasan dapat bervariasi pada
Pada bayi baru lahir sewaktu istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat
mencapai 60 sampai 80 per menit, dan akan menurun dendekati kecepatan yang biasa
b. Sistemsirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-term akan
bekerja lemah dan lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah dan sirkulasi perifer
dengan bayi aterm, terjadinya penurunan berat dan juga tingginya menurun.Tekanan
sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre- term 45 sampai 60
6
c. Sistempencernaan
Semakin rendah usia kehamilan, maka semakin lemah reflek menelan dan
menghisap, bayi yang paling kecil cenderung tidak mampu untuk minum secara efektif.
Regurgitasi adalah hal yang mungkin sering terjadi.Hal ini disebabkan karena spingter
pilorus yang secara relatif kuat dan mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang
Lambung dari bayi dengan berat 900 gram akan memperlihatkan adanya sedikit lipatan
d. Sistemurinarius
Pada saat lahir perubahan lingkungan harus disesuaikan oleh fungsi ginjal, dengan
adanya angka filtrasi glumerolus yang menurun maka fungsi ginjal akan kurang efisien, dan
bahan terlarut yang juga rendah. Hal ini akan terjadinya penurunan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urin sehingga menyebabkan urin akan sedikit. Gangguan elektrolit dan
e. Sistempersarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas. Hal ini akan
menyebabkan kurang berkembangnya pusat pengendali fungsi vital, suhu tubuh, pernafasan,
dan pusat reflek. Pada bayi prematur yang ditemukan reflek leher tonik dan reflek moro di,
tetapi reflek tandon bervariasi. Bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan
yang lemah yang disebabkan karena buruknya perkembangan saraf (Price, 2006 ; Syaifudin,
2006).
3. KLASIFIKASI
7
b. Berat bayi lahir sangat rendah dengan berat badan lahir 1000–1499 gram.
c. Berat bayi lahir ekstrem rendah dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow &
Newell,2005).
Berdasarkan masa usianya, BBLR di bagi lagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut :
a. Prematuritasmurni
Bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuaidenganberatbadanuntukusiakehamilan.Kulittipis,kepala
relatif lebih besar dari badannya, lemak subkutan kurang, transparan, tangisnya jarang dan
lemah
Bayi akan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin apabila bayi dengan berat badan
4. ETIOLOGI
BBLR banyak disebabkan oleh kelahiran prematur. Faktor lain dari ibu adalah umur,
paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda,
d. Faktoribu
1) Penyakit
Penyakit yang disebabkan dari faktor ibu seperti malaria, anemia, sipilis,
2) Komplikasi padakehamilan.
8
3) Usia Ibu dan paritas
Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia< 15 Tahun atau > 40 tahun
4) Faktor kebiasaanibu
Faktor kebiasaan ibu juga dapat mempengaruhi kejadian BBLR seperti ibu
5) Abortus spontansebelumnya
e. FaktorJanin
(gemeli).
f. Faktor Lingkungan
5. MANIFESTASIKLINIS
a. PrematuriktasMurni
1) Berat badan yang tidak mencapai 2500 gram, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
panjang badan kurang 45 cm, dan lingkar dada tidak cukup dari 30cm.
5) Pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan terdapat lanugo yang banyak
6) Kurangnya lemaksubkutan
9
10) Banyaknya terlihat pembuluh darah di kulit, dan peristaltikusus
11) Genetalia belum sempurna, belum tertutupnya labia minora oleh labia
mayora(perempuan)
13) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering mengalamiapnue
b. Dismastur
2) Verniks caseaosatipis
f. Kepala lebihbesar
i. Lemahnya otot hipotonik yang merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
10
j. Pernafasan tidak teratur dapat menyebabkanapnea
k. Ekstremitas: paha abduksi, tumit mengkilap, sendi lutut/ kaki fleksi lurus, telapak
kakihalus
l. Kepala tidak mampu tegak, fungsi saraf belum/ tidak efektif dan tangisanlemah
6. PATOFISIOLOGI
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor ibu, faktor
janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil
lebih dari 35 tahun atau kurang dari 16 tahun, keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai
radiasi, dan zat- zat beracun merupakan faktor dari lingkungan. Dari faktor-faktor tersebut
akan mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang yang akan
terjadilah bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir yang belum cukup dari
2500 gram.Jika hal tersebut terjadi, maka bayi diharuskan untuk beradaptasi terhadap
Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam rahim, hidramnion, perdarahan,
hamil ganda, cacat bawaan,. Hal tersebut juga menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500
gram dengan panjang tidak mencapai 45 cm, besarnya kepala, kulit tipis, transparan , lingkar
dada kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang, pernapasan tak teratur
BBLR pada bayi berkemungkinan akan terjadi sindrom distres respirasi , sindrom
11
hipoglikemia, hipokalsemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
Pernafasan Termoregulasi
ibu:malnutrisi, kelainan
:cacatuterus,...
bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,Kebiasaan
KPD
Sosek↓ merokok, kerja terlalu
ibu:hipertensi,
lelah GGK, merokok,:hemangioma,
DM, gizi↓
Deff.surfaktanOtot pernafasan lemah Cadangan lemak subkutan, lemak coklat <<
Pusat pengatura n suhu SSP Aktivi tas otot↓
blm sempurna
12
13
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir dengan usia gestasi
bronkogram udara pada gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin yang disebabkan oleh kekurangan surfaktan. Gambaran white lung hanya
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yangterbuka.
b. Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah sel darah
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisisberlebihan).
4) Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
6) PemeriksaanAGD
14
9. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan:
(a) Penangananbayi
Perawatan akan semaki besar diperlukan jika semakin kecilnya bayi, hal ini akan
menyebabkan lebih besarnya serangan sianosis. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator.
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir rendah. Jika
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka bayi akan berkembang secara
memuaskan. Suhu normal bayi harus dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal dan bayi berat rendah juga harus diasuh dalam suatu suhu
rendah dirawat dalam suatu tempat tidur yang terbuka.Untuk bayi yang berat sekitar
0
2000 gram maka suhu perawatan diatas 25 C, dan dengan berat kurang dari 2000
(c) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Incubator terlebih dahulu
dihangatkan Sebelum bayi dimasukkan, sampai sekitar 29,40 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Untuk pernafasan yang adekuat
pada bayi maka bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini agar bayi dapat bergerak
(d) Pemberianoksigen
Masalah serius bagi bayi preterm yaitu BBLR,Ekspansi paru yang buruk terjadi akibat
tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
15
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menggunakan headbox.
(e) Pencegahaninfeksi
System imunologi yang kurang berkembang dapat ditemui pada bayi lahir dengan berat
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
(f) Pemberianmakanan
dianjurkan memberikan makanan secara dini .pilihan pertama harus diberikan ASI
yang dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Kalori lebih banyak diperlukan oleh bayi berat lahir rendah
2. Medis
(b)PDA harusdiawasi
10. KOMPLIKASI
1. Kesulitan bernafas pada bayi yang disebakan oleh sindrom aspirasi mekonium
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveolikolaps.
4. Asfiksianeonetorum.
17
5. Hiperbilirubinemia. Gangguan pertumbuhan hati akan menyebabkan
a. Pengertian
Sindrom gawat napas atau RDS adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
disebut juga sebagai penyakit membran hialin (hyalin membrane disease, (HMD)) atau
penyakit paru akibat difisiensi surfaktan (surfactant deficient lung disease (SDLD)) (Meta
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (Tim Pokja DPP PPNI SDKI,
2017). Gangguan pertukaran gas merupakan keadaan individu mengalami penurunan gas
baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dengan sistem vascular, dapat
dipicu oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat adanya penyakit pada sistem
susunansarafpusat,atauterjadipenyakitradangpadaparu(Mubarak,2015).
b. Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur dan sangat berkaitan erat dengan usia
kehamilan. Dengan ungkapan lain semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi
kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tuausia kehamilan, semakin rendah
Penyebab SGNN adalah penyakit membran hialin (PMH) yang terjadi akibat
bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli, untuk mencegah kolapsnya paru.
18
Ketidakadekuatan surfaktan menimbulkan kolaps paru, sehingga menyebabkan hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis (Maya, 2012). Sedangkan penyebab dari gangguan pertukaran gas
adalah ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran alveolus kapiler (Tim
c. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi
sebagai organ pertukaran gas yang efektif.Hal ini merupakan faktor utama terjadinya RDS.
menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang.Setiap kali bernafas
menjadi sukar dan memerlukan usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada
setiap hembusan napas (ekspirasi).Hal ini mengakibatkan bayi lebih banyak menghabiskan
sehingga terjadi hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksi vaskularisasi pulmonal
sehingga terjadi asidosis metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang
menurunkan perfusi ke organ vital. Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan aliran darah
2005).Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbon dioksida dari sisa
19
pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik.Penurunan pH menyebabkan
vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan penurunan sirkulasi paru dan perfusi alveolar,
PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan menurun tajam, serta materi yang diperlukan
untuk produksi surfaktan tidak mengalir ke dalam alveoli (Asrining Surasmi, Siti
Handayani,2003).
Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi normal, asfiksia,
hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan hipovolemia, hipotensi
dan stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena
trauma akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh penatalaksanaan pernapasan yang
mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut (Asrining Surasmi, Siti Handayani, 2003).
Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yang
menyebabkan terjadinyatransudasikedalamalveolidanterbentuknyafibrin,selanjutnyafibrin
bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang
disebut membran hialin. Membran hialin ini melapisi alveoli dan menghambat pertukaran
d.Manifestasiklinis
Umumnya terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram atau
masa gestasi 30-36 minggu. Jarang pada bayi cukup bulan, dan sering disertai dengan
riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat janin pada akhir kehamilan. Gangguan
pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah lahir dan gejala karakteristik
Menurut ZR and Sari (2009) tanda dan gejala yang timbul pada RDS yaitu :
dari60x/menit
20
b. Retraksi interkostal, epigastrium atau suprasternal padainspirasi
c. Sianosis
e. Takikardia(170x/menit)
Sedangkan manifestasi klinis dari gangguan pertukaran gas menurut Tim Pokja DPP
1) Kadar PCO2meningkat/menurun
Kadar PCO2 dapat menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri,
kadar ini dimonitor oleh kemoreseptor perifer dan kemoreseptor sentral. Nilai normal
PCO2 yaitu 4,6-6,0 kPa atau35-45mmHg, apabila terjadipeningkatan PCO2 maka akan
menimbulkan kondisi asidosis respiratorik atau keadaan dimana kadar asam di dalam darah
yang lebih tinggi dari normal karena terjadi peradangan pada paru-paru, sebaliknya jika
terjadi penurunan PCO2 maka akan terjadi kondisi alkalosis respiratori dimana keadaan ini
merupakan suatu keadaan saat darah menjadi basa karena pernapasan yang cepat dan dalam
2) PO2menurun
PO2 merupakan tekanan gas O2 dalam darah, faktor yang paling menentukan
banyaknya O2 yang terikat dengan Hb adalah PO2, molekul oksigen berikatan secara ringan
dan reversible bersama Hb semakin tinggi PO2 semakin banyak O2 yang terikat Hb
(Saminan, 2012). Kadar PO2 yang rendah 10 menggambarkan hipoksemia dan klien tidak
21
3) Takikardia
Takikardia adalah kondisi dimana denyut jantung lebih cepat dari Normal dalam
kondisi istirahat, kecepatan jantung lebih besat dari 100 denyut/ menit (Kozier, B., Erb, G.,
4) Kadar pH arterimeningkat/menurun
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan juga
cairan tubuh lainnya dengan satuanya yaitu pH. Nilai pH normal yaitu7,0 apabila pH
dibawah 7,0 adalah asam dan bila di atas 7,0 adalah basa (alkali) (Mubarak et al., 2015).
asidosis, sedangkan bila pH darah meningkat atau >7,45 maka keadan ini disebut dengan
5) Bunyi nafastambahan
Menurut Kusuma & Nurarif (2012) terdapat tiga bunyi nafas normal yaitu vesicular,
trakeal, brokial, vesikuler yaitu bunyi nafas yang terdengar jernih dan tidak terputus-putus
dengan inspirasi lebih keras dibandingkan ekspirasi, trakeal yaitu suara napas yang
terdengar pada sisi leher /region tiroid suara nafas terdengan keras dan kasar dengan fase
ekspirasi lebih panjang dibandingkan inspirasi, brokial yaitu suara nafas yang menyerupai
suara nafas trakeal meski tidak sekeras suara nafas trakeal dengan inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi. Selain ketiga suara nafas normal tersebut terdapat suara napas tambahan
atau suara nafas yang abnormal. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya penyempitan
atau sumbatan pada jalan nafas. Terdapat empat suara nafas tambahan diantaranya
(Djojodibroto, 2016):
a) Stridor
Suara nafas tambahan yang terdengar kontinu (tidak terputus-putus), memiliki nada
22
tinggi yang dapat terjadi baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi, disebabkan
b) RonkhiBasah
Suara nafas tambahan ini merupakan suara nafas tambahan yang bernada renda
sehingga memiliki sifat sonor, terdengar tidak enak (raspy). Hal ini disebabkan oleh udara
Suara nafas ini merupakan suara nafas tambahan yang terdengar kontinyu dan
memiliki nada lebih tinggi dibandingkan dengan suara nafas lainnya, bersifat musical
disebabkan karena terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan kecil (bronkus perifer
danbronkiolus).
Suara nafas terakhir ini adalah suara nafas yang terdengan diskontinu (terputus-
putus), disebabkan oleh adanya cairan di dalam saluran nafas dan terjadi kolaps pada
e. Penatalaksanaan
Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 o- 37oc)
dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan juga harus adekuat(70-
80%).
terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi
seperti : fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasias retrolental) dan lain-lain. Untuk
23
mencegah terjadinya komplikasi, pemberian O2sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan
analisa gas darah arteri.Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisa gas darah arteri tidak ada,
maka O2 diberikan dengan konsentrasi O2 tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis
Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari.Asidosis metabolik
yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secaraintravena.
Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100
a. Pengkajian
SitiHandayani,2003).PengkajianyangdilakukanpadabayiRDSsebagaiberikut:
i. Identitasklien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, dan alamat klien.
ii. Keluhanutama
Keluhan utama yang sering dirasakan pada bayi RDS adalah takipnea.
iii. Riwayatkesehatan
24
Riwayat kesehatan dapat mempengaruhi terjadinya RDS seperti kelahiran
riwayat neonatus dengan asfiksia akibat hipoksia akut, hipotermia, dan nilai
iv. PemeriksaanFisik
b. Diagnosis
komunitas yang dapat berkaitan dengan kondisi kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI SDKI,
2017). Diagnosis dibagi menjadi dua yaitu diagnosis positif dan diagnosisi negative.
Diagnosis positif yaitu menunjukkan klien dalam keadaan sehat dan dapat mencapai keadaan
yang lebih sehat diagnosis ini dapat disebut dengan diagnosis promosi kesehatan, sedangkan
diagnosis negative yaitu menunjukkan klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami
sakit, diagnosis negative dapat dibagi dua yaitu actual dan potensial (Tim Pokja DPP PPNI
SDKI, 2017). Pada penelitian ini mengambil diagnosis keperawatan gangguan pertukaran
gas. Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
2017).
menggunakan penulisan tiga bagian yaitu masalah (P) berhubungan dengan penyebab (E)
25
dibuktikan dengan tanda gejala (S), jadi perumusan diagnosis dalam penelitian ini menjadi
abnormal, bunyi napas tambahan. Gejala dan tanda mayor dari gangguan pertukaran gas
Gejaladantandaminordarigangguanpertukarangasadalahsebagaiberikut:
b. Objektif yaitu : Sianosis, embranesi, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas
Kondisi klinis yang terkait pada gangguan pertukaran gas yaitu : PPOK, Gagal
jantung kongestif, asma, pneumonia, embranesis paru, penyakit membrane hialin, asfiksia,
c. Intervensi
masalah (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Berikut
intervensiyangdiberikanpadapasiendenganmasalahgangguanpertukarangas.
d. Implementasi
yaitu tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (Kozier,
26
B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Pelaksanaan implementasi yang dilakukan pada
masalah gangguan pertukaran gas yaitu, memonitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya
napas, memonitor pola napas, memonitor saturasi oksigen, memonitor nilai analisa gas
e. Evaluasi
Dalam proses keperawatan evaluasi merupakan tahap kelima yang merupakan tahap
yang tidak kalah penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang didapatkan
dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus dilanjutkan, diakhiri atau
diubah (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Evaluasi keperawatan dengan
masalah gangguan pertukaran gas menurut (Tim Pokja DPP PPNI SlKI, 2018):
Dispnea menurun
PCO2membaik
PO2membaik
Takikardiamembaik
27
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama bayi :-
BB / PB : 2400 gr/48 cm
APGAR score :3
Anak ke :1
B. Pengkajian Neonatus
Reflex
Moro : reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Pada by R reflek
moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan dengan bunyi yang keras dan tiba tiba
bayi bereaksi dengan mengulurkan tangan dan tungkai serta memanjangkan leher
28
Menggengam : reflek menggemgam pada bayi Ny R (+) ditandai dengan merasakan
Menghisap : reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakkan tangan pada mulut
Tonus / aktivitas
Gerakan bayi sangat aktif ditandai dengan bayi sering menggerakkan tangan dan kaki.
Kepala / leher
- Inspeksi :
6. Ubun ubun tidak cekung dan tidak menonjol,sutura tepat, wajah simetris
- Palpasi
Mata
- Inspeksi:
30
7. Bola mata hitam, tidak juling
- Palpasi
Mulut
- Inspeksi
1. Mulut
tidak sianosis,
2. Gigi
Gigi bayi belum ada yang tumbuh, tidak memakai gigi palsi, tidak ada karies
3. Lidah
Leher
- Inspeksi
-Palpasi
THT
- Inspeksi
1. Telinga
31
32
2. Hidung
d. Lubang hidung 2
3. Tenggorokan :
Abdomen
- Inspeksi :
perut datar,
- Aulkultasi
32
- Palpasi:
Thorak
- Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot otot bantu pernafasan tambahan,
Jantung
- Inspeksi :
- Perkusi :
- Auskultasi
Td : 75/47
N : 128 X/I
S : 38,2 o C
RR : 45 X/I
MAP :55
Ekstremitas
33
34
- inspeksi
Atas :
-. Inspeksi
bentuk simetris,
pergerakan aktif,
-. Palpasi
Bawah :
-. Inpeksi
bentuk simetris,
jari lengkap,
pergerakan aktif,
34
Tidak ada kemerahan
-. Palpasi
Genitalia
Memiliki scrutum
Memiliki batang
Kebersihan terjaga
Kulit
- Inspeksi :
tidak ikterik
- Palpasi
35
36
1. Pemeriksaan fisik
Td : 75/47
N : 128 X/I
S : 38,2 o C
RR : 45 X/I
MAP :55
2. Pemeriksaan laboratorium
RBC 3.71
HCT 35.5 %
MCV 95.7 fL
MCH 34.2 pg
36
ANALISA DATA
takipneu
2 Do : Bayi premature Gangguan
Berat bayi rendah / premature pertukaran gas
Adanya cuping hidung
Terlihat retraksi dinding dada Pembentukan surfaktan
Crt >2 detik kurang
Kulit kemerahan
Bayi tampak gelisah
Expansi paru tidak
normal
Pembentukan o2 tubuh
terganggu
Kekurangan oksigen
dalam tubuh
Termogulasi tubuh
tidak bekerja dengan
37
38
optimal
4 Do : Reflek menelan dan Defisit nutrisi
BB saat lahir 2400 gr menghisap belum
BB saat ini 2400 gr sempurna
Bayi tanpak muntah
Bayi tanpak rewel
Intake nutrisi tidak
adekuat
N Standar diagnose keperawatan Indonesia Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) Standar int
O ( SDKI )
1 Gangguan pertukaran gas Diharapkan dalam 3x24 jam gangguan Pemantauan
pertukaran gas membaik dengan criteria hasil Observasi
Bunyi nafas tambahan menurun Mon
Gelisah menurun Mon
Nafas cuping hidung menurun Mon
Pola nafas membaik Mon
Warna kulit membaik Teraupetik
Atur
Doku
38
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam Manajemen j
diharapkan pola nafas tidak efektif dapat teratasi Observasi
dengan criteria hasil: Mon
Penggunaan otot bantu nafas menurun Mon
Pernafasan cuping hidung menurun Teraupetik
Frekuensi nafas membaik Perta
Berik
3 Termregulasi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Regulasi tem
3x24 jam diharapkan termoregulasi tidak efektif Observasi
dapat teratasi dengan criteria hasil : Mon
Takikardi menurun Mon
Suhu tubuh membaik Teraupetik
Menggigil menurun Pasa
Kulit merah menurun Ting
Selim
Perta
Atur
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Menajemen n
3x24 jam diharapkan termoregulasi tidak efektif Observasi
dapat teratasi dengan criteria hasil : Iden
Frekuensi makan membaik Iden
Nafsu makan membaik Iden
Bising usus membaik intol
Tebal lipatan kulit trisep membaik Mon
Membrane mukosa membaik Mon
Teraupetik
Laku
Berik
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Teraupetik
3x24 jam diharapkan termoregulasi tidak efektif Bata
dapat teratasi dengan criteria hasil : Berik
Kebersihan badan meningkat Cuci
Nafsu makan meningkat mela
Demam menurun asep
Kemerahan menurun
Bengkak menurun
39
40
40
Memonitor asupan makanan - Ef
Memonitor BB m
Melakukan oral hygiene - Pa
memberikan makanan yang di
dibutuhkan - T:
A: masala
Membatasi jumlah pengunjung P: interven
Memberikan perawatam kulit
pada area edema
mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
41
42
2 Rabu / 27-10-2021 a. Gangguan pertukaran gas Monitor frekuensi, kedalaman nafas S:-
Monitor pola nafas O:
Monitor adanya sumbatan jalan -tidak terd
nafas -terdapat r
Monitor spo2 A : masala
P : interve
42
Membatasi jumlah pengunjung
Memberikan perawatam kulit
pada area edema
43
44
A : masala
Memberikan oksigen
P : interve
S:-
O:
c. Termoregulasi tidak Suhu
efektif RR 5
HR 1
Kulit
Tera
Monitor tekanan darah RR dan nadi
A : masala
Monitor warna kulit dan suhu P : lanjut i
Meningkatkan asupan cairan S:
O:
Pertahankan suhu incubator - BB
d. Defisit nutrisi - M
- Re
- BC
- D
A: Masala
P: Interven
44
pada area edema
45
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkaajian ini dilakukan pada tanggal 27 November 2021 pada bayi Ny.R
di dapatkan alas an bayi dirawat di ruangan perinatology adalah pasien lahir dengan
RDS + BBLR, bayi lahir secara spontan (pervaginam), sisa ketuban kering G1 P0 A0
Mochtar Bukittinggi, berat badan lahir bayi2400 gr dan pajang badan lahir bayi 48
jam, reflelmoro mengenggam menghisap ada tapi lemah tonus otot bayi bergerak
aktif, lemah, kulit masih tipis, tidak ada cacat bayi menangis dengan keras bunyi
B. Diagnosa
Tahap ini merupakan langkah yang dilakukan kelompok kepada By. Ny. R
respon actual dan potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat
4. Defisit nutrisi
5. Resiko infeksi
46
1. Pola Napas Tidak Efektif
Dalam jurnal (Maria Yosefa MUI, 2019) Pasien dengan diagnosa keperawatan
pola nafas tidak efektif terdapat keluhan seperti ada retraksi dinding dada, takipneu,
dispnea, nafas pendek, suara nafas tambahan. Sehingga menyulitkan bagi pasien
Dalam jurnal (Ishak Sul, 2017) pasien dengan diagnosa pola napas tidak efektif
dengan keluhan bernapas dengan otot pernafasan, dispnea, napas pendek, rata-rata
memenuhi kebutuhannya. Pada kasus kelompok, bayi terpasang CPAP fio2 21% peep
persalinan, seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah (Depkes RI,
2008). Komplikasi yang menyerang bayi berat lahir rendah banyak macamnya,
hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi. Hal ini dikarenakan bayi yang
lahir dengan berat badan < 2500 gr tubuhnya belum mampu beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan di luar rahim. Salah satu komplikasi berat lahir rendah yang
hyaline membrane disease (HMD) /sindrom gawat nafas. Hal ini sesuai dengan hasil
(Ramdani dkk., 2014), yang menyatakan bahwa faktor penyulit tersering pada
sindrom yang sering ditemukan pada neonatus. RDS disebut juga sebagai penyakit
membran hialin (hyalin membrane disease, (HMD)) atau penyakit paru akibat
47
48
paling umum yang mengenai bayi preterm (kurang bulan), serta penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada bayi preterm (Lissauer, 2008). RDS menimbulkan
respirasi. dalam penelitian ini menjadi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
tambahan.
Dalam jurnal (Habibah, 2014), Pada BBLR dapat terjadi termoregulasi yang tidak
yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan
tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif,
produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat atau brown fat yang belum
cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara
yang netral, mempertahankan suhu bayi dengan cara dimasukkan ke dalam inkubator
4. Defisit Nutrisi
48
Dalam jurnal (Anggraini, 2016), bayi dengan BBLR adalah bayi yang mempunyai
berat badan kurang dari 2500 gram. Tatalaksana untuk bayi harus dilakukan sedini
mampuan dalam mengarbsopsi nutrisi ditandai dengan kram abnormal, sakit perut,
keengganan untuk makan, berat badan 10% atau lebih dibawah rentang normal,
5. Resiko Infeksi
Dalam jurnal (Chairunisa, 2018), pasien yang mengalami resiko infeksi lebih
dominan pada efek prosedur invasive, dengan tanda yang didapat seperti pasien
terpasang IVFD ditangan sebalah kiri atau kanan, balutan tampak bersih namun sudah
Dalam junal (Maria Yosefa MUI, 2019) Pasien dengan diagnosa resiko infeksi
karena pemasangan alat yaitu tandanya. Kulit terjadi kemerahan, suhu naik dan
terdapat tanda infeksi lainnya. Sehingga terlihat tempat pemasangan alat bagi tubuh
Pada kasus kelompok, terdapat efek dari prosedur infansif, paparan pantogen
organisme lingkungan sehingga suhu tubuh bayi menjadi 38,2°. Bayi juga terpasang
OGT, infus pimp, dan CPAP. Sehingga lingkungan serta alat-alat bayi harus benar-
benar diperhatikan.
49
50
lingkungan.Pengaturan suhu pada neonatus masih belum baik selama beberapa saat.
Karena hipotalamus bayi masih belum matur, dan bayi masih rentan terhadap
hipotermia, terutama jika terpajan dingin atau aliran udara dingin, saat basah,
sulitbergerakbebas, atau saat kekurangan nutrisi. Bayi memasuki suasana yang jauh
lebih dingi dari pada saat kelahiran, dengan suhu kamr bersalin 21 C yang sangat
berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37, 7 C. Pada saat lahir, faktor yang
berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh
bayi baru lahir, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot.
Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat amnion menguap dari
a. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat
b. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang ilahirkan atau ditempatkan
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami panas. Kehilangan panas
juga dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau
penyejukruangan.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya
50
tidak berangin.Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka.Kipas angin
dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi.Troli resusitasi harus
c. Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.
tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang
sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Bayi baru lahir yang dalam
keadaan baswah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu
d. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi yang ditempatkan
tubuh bayi. Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun
terhadap kondisi ekstra uterin pada minggu pertama bayi baru lahir akan
mengalami penurunan berat badan bayi sebesar 10% dari berat lahir, oleh
karena itu perlu mendapatkan penanganan yang khusus terutama pada kondisi
BBLR.
dengan berat badan lebih besar permukaan tubuh, lemak dibawah kulit jumlah
jaringan yang lebih sedikit, ketidak matangan pusat pengatur suhu di otak, tidak
51
52
adanya control dari pembuluh kapiler kulit. Pada saat tubuh bayi kehilangan panas
atau tidak mampu mempertahankan panas dalam tubuh dengan kondisi suhu tubuh
36,50C atau disebut hipotermi, hal ini menyebabkan bayi kehilangan energy,
pernafasan terganggu, bayi menjadi sakit bahkan sampai meninggal (Maryunani &
Nurhayati2009).
Dalam diagnose ini peneliti mendapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dan fakta. Karena pada bayi BBLR biasanya perkembangannya belum sempurna
seperti kulit yang lebih tipis dan kematangan organ tubuh yang belum sempurna,
sehingga mudah terjadi hipotermi, pada hipotermi sendiri juga harus segara ditangani
C. IntervensiKeperawatan
Rencana keperawatan sacara sederhana dapat diartikan sebagai suatu dokumentasi
tulisan tangan dalam menyelesaikan maslah, tujuan, dan intervensi keperawatan Sumber
NANDA NIC-NOC, 2015-2017. Intervensi yang diberikan pada klien adalah SDKI yaitu
termoregulsi baru lahir pada bayi tidak efektif suhu tubuh bayi pada saat baru lahir 36,2
kulit teraba dingin.Diberikan terapi bayi di bungkus dengan plastic dan dimasukan
kedalam incubator lalu suhu di cek setiap 1kali/ jam. Pada jam ketiga setelah pemasangan
plastik pada bayi suhu bayi mulai meningkat dan normal, pada 15 jam setelah lahir suhu
tubuh bayi meningkat menjadi 38,2 lalu diberikan terapi mendapat terapi tambahan infuse
D10 0,18 170 cc/24 jam, injeksi Viccilin 2x150 mg melalui IV, injeksi Gentamicin 1x15
(Nursalam, 2008).
Intervensi yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang ada pada SDKI yaitu
52
Termoregulsi tidak efektif baru lahir berat badan bayi mengalami pertambahan, suhu
dalam batas norma dan stabil, tidak terjadi hipotermi, terjadi hipertermi, bayi tidak
gelisah, tidak terjadi perubahan warna kulit, glukosa darah dalam batas normal
Dalam tahap ini peneliti mendaapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dan fakta.Hal ini terjadi karena intervensi direncanakan berdasarkan dengan kebutuhan
tubuh dan masalah pasien, sehingga intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang
dialami pasien.
D. ImplementasiKeperawatan
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu
pengumpulan data, serta melaksanakan adusa dokter dan ketentuan RS, Melakukan
kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi pada klien 2 infuse D10% 0,18 170
cc/24 jam, injeksi Viccilin 2x150 mg melalui IV, injeksi Gentamicin 1x15 mg melalui Iv,
Nymico 3x0,5 cc/oral, Sueralfat 3x 0,5 cc/oral. Sedangkan pada klien 2 D 10 0,18 170
cc/24 jam, injeksi Viccilin 2x150 mg melalui IV, Nymico 3x0,5 cc/oral, Sueralfat
3x0,5cc/oral.
Menurut peneliti implementasi yang dilakukan pada studi kasus pada kedua klien
53
54
hasil studi kasus, sehingga tidak ada kesenjangan antara hasil laporan studi kasus dengan
teori. Adapun implementasi yang dapat dilakukan oleh peneliti kasus ini, hanya dapat
dilakukan selama 3 hari rawat.Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi kesehatan
E. EvaluasiKeperawatan
Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 yang dilakukan selama 3 hari, pada hari pertama
klien 1 suhu tubuh sudah dalam nilai normal tapi naik turun. Pada hari kedua suhu tubuh
sudah mulai stabil.Pada hari ketiga suhu tubuh klien 1 dalam angka normal dan stabil.
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
54
penyakit lain yang meyertai sehingga perlu adanya tindakan yang lebih lanjut.
Dengan demikian untuk mengatasi keluhan utama yang menyangkut hipotermi terpenuhi
55
56
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Respiratory distress syndrome adalah keadaan abnormal pada saluran pernapasan bayi
pernapasan > dari 60X/menit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah
epigastium, suprasternal intercostal pada saat inspirasi. Respiratory Distress Syndrome juga
dan tepat. Kita juga bisa mengatasi agar sang ibu tidak melahirkan secara prematur, yaitu:
ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kesehatannya, tidak melakukan aktivitas yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Penerbit Medika Salemba. Jakarta
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit
Medika. Salemba