Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang
berasal dari dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.
Pneumonia aspirasi adalah pneumoni yang disebabkan oleh inhalasi
bakteri, makanan, asam lambung atau bahan lain yang menyebabkan
terjadinya peradangan paru atau edema. Pneumonia aspirasi memiliki
beberapa aspek patofisiologi yang berbeda, yaitu pneumonia bakteri yang
disebabkan oleh flora oral ( biasanya bakteri anaerobik), pneumonitis kimia
yang disebabkan oleh asam lambung atau lipid eksogen, dan reaksi
granulomatosa terhadap benda asing.Pneumonia aspirasi umumnya terjadi
pada pasien dengan kesadaran yang memburuk, penyakit kronis, dan
pemakaian tabung trakea atau gastrik.
2.2 Etiologi
Faktor predisposisi khusus untuk pneumonia aspirasi frekueni dan/atau
besar volume aspirasi.
a. Aspirasi benda asing.
Aspirasi benda besar dapat menyebabkan obstruksi jalan napas yang akan
menyebabkan dyspnea. Aspirasi benda kecil dapat menyebabkan peradangan
lokal.
b. Exogenous lipoid pneumonia
Pneumonitis akibat aspirasi bahan lipid.
c. Aspirasi kronik
Pasien yang berisiko tinggi untuk aspirasi kronis termasuk mereka dengan
gangguan neurologis, demensia, disfungsi laring, atau gangguan
esophagus.
d. Penyebab lain
Aspirasi air, seperti yang terjadi pada pasien near-drowning menyebabkan
disfungsi paru yang serius dan edema paru karena efek osmotik.

Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:

a) Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil ayang berbahaya dari reflex


batuk dan penutupan glottis.
b) Disfagia dari gangguan syaraf
c) Gangguan pada system gastrointestinal, seperti penyakit esophageal,
pembedahan yang melibatkan saluran atas atau esophagus, dan aliran
lambung.
d) Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena
trakeotomi, endotracheal intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas
dan nasogastric feeding (NGT)
e) Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan
yang diperpanjang, volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan
posisi terlentang.
f) Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan dengan
ventilator, penyakit periodontal dan trakeotomi.

2.3 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan waktu
terjadinya yaitu pneumonia onset dini (dalam 3 atau 7 hari pertama
kehidupan, atau dalam 48 jam pertama kehidupan), atau pneumonia onset
lambat (dalam 4 dan 28 hari kehidupan pertama). Tanda-tanda klinis tidak
spesifik dan hadir sebagai gangguan pernapasan berbagai derajat, aspirasi
trakea patut dicurigakan, batuk, apnea, suhu tinggi atau rendah, nafsu makan
yang buruk, distensi abdomen, dan kelesuan. Takipnea adalah tanda klinis
yang dominan, hadir dalam 60-89% kasus.
Pneumonia aspirasi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak-anak.
Gejala utama pneumonia aspirasi adalah batuk berdahak. Dahak penderita
bisa berwarna kehijauan, disertai darah, dan berbau tidak sedap. Selain itu,
dapat juga muncul gejala lain akibat gangguan pada pernapasan dan infeksi
bakteri.
Secara umum, gejala penumonia aspirasi meliputi:
a) Batuk berdahak
b) Nyeri dada
c) Sesak napas
d) Bengek (mengi)
e) Napas berbau tidak sedap
f) Tubuh mudah lemas
g) Keringat berlebih
h) Sulit menelan
i) Demam
j) Kulit membiru (sianosis)

2.4 Klasifikasi
Aspirasi bisa terjadi pada individu yang sehat tanpa gejala perkembangan infeksi
tergantung pada faktor-faktor lain seperti ukuran inolukrum, besarnya efek yang
dihasilkan oleh organisme dan pertahanan bagian yang ditempatinya seperti
penutupan glottis, reflek batuk, dan status imunologis.Pneumonia bisa muncul
mengikuti aspirasi mikroorganisme yang virulen.Dan istilah pneumonia digunakan
untuk kemunculan pneumonia ketika ukuran inolukrum cukup luas dan/atau
gagalnya pertahanan bagian yang ditempatinya.
Aspirasi bisa dibagi menjadi dua kategori. Ini mempunyai penilaian penting,
yang akan menyebabkan bakteri pneumonia dengan organism mulut mendominasi.
Aspirasi isi lambung akan menyebabkan sebuah pneumonitis kimia (contoh:
Mendelson’s syndrome) karena isi lambung biasanya steril, tapi kadar asamnya
menghasilkan perkembangan radang yang cepat pada paru-paru. Terdapat tumpang
tindih antara pneumonia dan pneumonitis, tetapi memungkinkan untuk membuat
perbedaan dan menyesuaikan perawatan yang sesuai.Sindrom-sindrom aspirasi yang
lain termasuk penghambatan saluran karena benda asing dan pneumonia lipoid
eksogen.
Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi:
1. Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera
instanteneus ditandai dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan
dukungan ventilator bertekanan positif.
2. Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan
nasogastrik) dapat menyebabkan laringospasme pada saluran pernafasan
dan edema pulmo yang menghasilkan hipoksemia. Pengobatan termasuk
pernafasan dengan tekanan positif yang tidak teratur dengan 100% oksigen
dan isoproterenol.
3. Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan
makanan secara parsial, hot dog, kacang) bisa menghasilkan penghambatan
mekanis yang sederhana. Terjadinya batuk, desahan dab dispnea dengan
atelektasis yang terlihat pada X-ray di dada. Pengobatan memerlukan
penyedotan trakeobronkial dan menghilangkan zat partikel dengan serat
optic bronkoskopi.
4. Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien mengalami
batuk, demam, batuk berdahak dan hasil radiografi menunjukkan infiltrasi.
Pengobatan membutuhkanantibiotik.

2.5 Patofisiologi

Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini
terdapat perananaksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan
material yang teraspirasi. Terdapat 3faktor determinan yang berperan dalam
pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi,volume aspirasi, serta
faktor defensif host.

Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan
antaraberbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada
parenkim disertaibronkiolitis dan gangguan interstisial.Perubahan patologis meliputi
kerusakan epitel,pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan
bronkus.Selanjutnya terjadi infiltrasi selradang peribronkial (peribronkiolitis) dan
terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktusalveolaris maupun dinding
alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin danperdarahan intra
alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.

Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret


orofaringeal,nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian
bawah. Penyakit ini terjadi pada orang dengan level kesadaran yang berubah
karena serangan cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass, keracunan
obat atau overdosis dan cidera kepala. Kebanyakan individumengaspirasi
sedikit secret orofaringeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan
secaranormal.

Faktorn predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah:

1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, reflex


batuk (kejang,stroke, pembiusan, cedera kepala, tumor otak)
2. Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker nasofaring,
scleroderma)
3. Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga peran jumlah
bahan aspirasi,hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme
klirens saluran napas.
Pathway
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang
meningkat (lebih dari10.000/mm3, kadang- kadang mencapai
30.000/mm3), yang mengindikasikan adanyainfeksi atau inflamasi.Tapi
pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung jenisleukosit “shift
to the left”. LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect
dapatmeningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah merah yang
terkumpul dalam alveolidan disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia.
Untuk menentukan diagnosa etiologidiperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukanhipoksemia dan
hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

2. Pemeriksaan radiologi
a) Foto Toraks
Pemeriksaan radiologi pilihan untuk pneumonia aspirasi adalah foto
toraks.3 Gambaran radiologi pneumonia aspirasi bervariasi tergantung
pada beratnya penyakit dan lokasinya.Lobus bawah dan lobus tengah
kanan paling sering terkena, Tetapi lobus bawah kiri juga
sering.Ditemukan area-area ireguler yang tidak berbatas tegas yang
mengalami peningkatan densitas. Pada tahap awal area densitas tinggi
tersebut hanya lokal, akan tetapi pada tahap lanjut akan berkelompok/
menyatu (infiltrat). Pada beberapa kasus pneumonia aspirasi bersifat
akut dan akan bersih dengan cepat ketika penyebab yang menimbulkan
aspirasi telah teratasi. Pada beberapa kasus, pneumonia disebabkan
oleh penyakit kronik dan aspirasi berulang akan mengakibatkan
pneumonitis basis paru kronik yang menampilkan bercak berawan
(perselubungan inhomogen).
b) Computed Tomography Scanning (CT scan) Toraks
Pemeriksaan CT scan lebih unggul dibanding dengan foto
konvensional dalam menentukan sifat, luas, dan komplikasi aspirasi.
Multidetektor CT (MDCT) telah terbukti efektif dalam mengevaluasi
adanya benda asing atau cairan. Pada pasien yang diduga aspirasi
benda asing, dalam hubungannya dengan MDCT, dapat
menggambarkan lokasi yang sesungguhnya. Temuan ini mungkin
dapat membantu penyebab aspirasi seperti fistulla atau tumor
tenggorokan, laring, atau kerongkongan. Gambaran CT scan yang
dapat kita peroleh pada pneumonia aspirasi adalah adanya peningkatan
densitas dari paru-paru yang terkena bahan aspirasi berupa bayangan
opak. Bayangan ini terlihat seperti konsolidasi dan ground-glass
opacities.
c) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Toraks
Beberapa penelitian besar dari MRI yang didedikasikan untuk penyakit
aspirasi pneumonia ini telah dilakukan. Namun, hasil dari studi kasus
dipublikasikan untuk mengkonfirmasi akurasi pencitraan MRI untuk
kondisi-kondisi seperti peradangan akut, granuloma, dan fibrosis. MRI
berkerja baik dalam mendefinisikan sifat aspirasi dan reaksi tubuh
terhadap aspirasi. Beberapa penulis telah menemukan bahwa MRI
lebih unggul daripada CT scan dalam diagnosis lipoid aspirasi.

2.7 Penatalaksanaan
Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan atau
gangguan reflex menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan
teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya.
Lakukan maneuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila
bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi
(krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan
dengan bronkoskopi.Berikan oksigen nasal atau masker bila ada tanda gagal
napas berikan bantuan ventilasi mekanik. Lakukan postural drainage untuk
membantu pengeluaran mukus dari paru-paru.
Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat
diberikan penisilin atau sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600
mg iv/ 8 jam bila penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila
PA didapatkan di rumah sakit diberikan antibiotika spectrum luas terhadap
kuman aerob dan anaerob, misalnya aminoglikosida dikombinasikan dengan
sefalosporin generasi ke 3 atau 4, atau klindamisin.Perlu dipertimbangkan
pola dan resistensi kuman di rumah sakit bersangkutan. Dilakukan evaluasi
hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan gambaran klinis
bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian antibiotik
(AB).
Tidak ada patokan pasti lamanya terapi.Antibiotik perlu diteruskan hingga
kondisi pasien baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2
minggu.Biasanya diperlukan terapi 3-6 minggu.

Anda mungkin juga menyukai