Anda di halaman 1dari 24

ke PENYULUHAN

PENDIDIKAN GIZI

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Gizi
Dosen Pengampu : Waryana, SKM, M.Kes

Disusun oleh Kelompok 2:


Dafa Bintang Nugroho (P07131222008)
Karima Khoirunisa Ayuningtyas (P07131222014)
Najma Rifdah Alifah (P07131222026)
Anjani Nelka Rachmawatty (P07131222039)
Hanifah Salsabila (P07131222053)

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2024
A. Topik
"Gizi Seimbang Untuk Kesehatan Ibu Selama Masa Menyusui”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada ibu menyusui mengenai
pentingnya gizi seimbang dalam mendukung kesehatan diri sendiri serta
optimalisasi produksi dan kualitas ASI demi pertumbuhan dan
perkembangan bayi
2. Tujuan Khusus:
a. Peserta dapat memahami dan menjelaskan tentang gizi seimbang
b. Peserta dapat memahami dan menjelaskan tentang kebutuhan gizi selama
menyusui
c. Peserta dapat mengenal dan menyebutkan makanan sehat yang
mendukung produksi ASI
d. Peserta dapat memahami tentang asupan cairan yang cukup bagi ibu
menyusui
e. Peserta dapat memahami dan menjelaskan tentang manajemen berat
badan yang sehat pada ibu menyusui
f. Mendorong gaya hidup sehat ibu menyusui secara holistik

C. Sasaran
Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Masyarakat Umum

D. Lokasi
Posyandu

E. Materi (terlampir)

F. SAP (terlampir)

G. Metode
Metode yang digunakan untuk penyuluhan ini adalah ceramah dan diskusi.

H. Peralatan yang digunakan


1) Leaflet
2) Proyektor
3) Mic
4) ATK
5) Laptop
6) Handphone untuk Dokumentasi
7) Materi

I. Evaluasi
Evaluasi kegiatan penyuluhan pada ibu menyusui merupakan langkah
kritis untuk menilai keefektifan kegiatan dan memastikan bahwa pesan-pesan
yang disampaikan telah diterima dan diimplementasikan dengan baik. Aspek-
aspek evaluasi dalam kegiatan penyuluhan pada ibu menyusui yakni:
a) Pengetahuan Ibunda
Mengukur peningkatan pengetahuan ibu menyusui terkait gizi, nutrisi,
manfaat ASI, teknik menyusui yang benar, dan cara mengatasi masalah
yang umum terjadi selama menyusui dengan melakukan kuis tertulis,
wawancara, atau sesi tanya jawab.
b) Pemahaman Praktik Menyusui
Memeriksa apakah ibu menyusui telah mengimplementasikan praktik-
praktik yang diajarkan selama penyuluhan.
c) Partisipasi dan Kehadiran
Memeriksa tingkat partisipasi dan kehadiran peserta dalam kegiatan
penyuluhan dengan mencatat kehadiran.
d) Efektivitas Materi Penyuluhan
Mengukur pemahaman peserta terhadap materi penyuluhan, relevansi
informasi yang disampaikan, dan kejelasan presentasi dengan cara
menanyakan kepada peserta untuk menjelaskan kembali kesimpulan dari
materi serta bisa juga melakukan kuisioner.
J. Lampiran
Lampiran I
MATERI PENYULUHAN
➢ Gizi seimbang ibu menyusui
Gizi seimbang adalah konsep memperoleh nutrisi yang cukup dari
berbagai jenis makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Bagi ibu menyusui,
gizi seimbang sangat penting untuk mempertahankan kesehatan pribadi dan
mendukung produksi ASI. Gizi seimbang memainkan peran penting dalam
mendukung pemulihan tubuh pasca melahirkan. Proses kehamilan dan
persalinan adalah pengalaman fisik yang menguras energi dan sumber daya
tubuh secara signifikan. Oleh karena itu, memastikan asupan nutrisi yang
seimbang sangat krusial untuk membantu tubuh pulih dan mendukung kesehatan
ibu setelah melahirkan.
Berikut adalah beberapa cara gizi seimbang mendukung pemulihan tubuh
pasca melahirkan:
1. Pemulihan Energi
Gizi seimbang menyediakan energi yang diperlukan untuk pemulihan
tubuh setelah kehamilan dan persalinan. Karbohidrat kompleks, seperti biji-
bijian utuh, sayuran, dan buah-buahan, memberikan energi bertahap untuk
mengatasi kelelahan dan kekurangan energi setelah melahirkan.
2. Pemulihan Otot dan Jaringan
Protein adalah elemen penting dalam pembentukan dan pemeliharaan
otot serta jaringan tubuh. Asupan protein yang cukup membantu
mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi atau robekan selama
persalinan.
3. Pemulihan Jumlah Darah
Zat besi dan vitamin B12 dari makanan seimbang mendukung produksi
sel darah merah yang memadai setelah kehilangan darah selama persalinan.
Makanan kaya zat besi, seperti daging, ikan, dan sayuran berdaun hijau,
membantu mencegah anemia pasca melahirkan.
4. Dukungan Sistem Kekebalan Tubuh
Nutrisi yang adekuat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang
penting untuk melawan infeksi pasca persalinan. Vitamin C dan zinc dari
buah-buahan dan sayuran membantu memperkuat sistem kekebalan.
5. Pemulihan Sistem Pencernaan
Serat dari makanan seimbang membantu mengatasi masalah pencernaan
pasca melahirkan, seperti sembelit yang umum terjadi setelah persalinan. -
Sayuran, buah-buahan, dan sumber serat lainnya membantu menjaga
kesehatan saluran pencernaan.
6. Pemulihan Tulang dan Gigi
Kalsium dan vitamin D dari makanan seimbang mendukung pemulihan
dan penguatan tulang dan gigi, yang bisa mengalami perubahan selama
kehamilan. - Produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, dan sayuran
hijau merupakan sumber kalsium yang baik.
7. Pemulihan Sistem Saraf
Nutrisi seperti asam lemak omega-3 dari ikan dan lemak sehat dari
kacang-kacangan dan minyak nabati mendukung fungsi otak dan sistem
saraf. - Ini bisa membantu mengatasi kelelahan mental dan stres pasca
melahirkan.
8. Pemulihan Hormonal
Nutrisi yang seimbang membantu regulasi hormonal, yang dapat
terpengaruh setelah melahirkan. - Vitamin dan mineral seperti vitamin B
kompleks, zinc, dan magnesium mendukung keseimbangan hormonal.
Dengan asupan gizi yang seimbang, ibu dapat memastikan bahwa
tubuhnya memiliki sumber daya yang cukup untuk memulihkan diri,
memberikan nutrisi kepada bayi melalui ASI, dan menjaga kesehatan secara
keseluruhan setelah melahirkan.
Ibu harus mengoptimalkan kesehatannya. Mengoptimalkan kesehatan ibu
adalah kunci utama dalam memberikan nutrisi yang baik pada Air Susu Ibu
(ASI).
Berikut adalah beberapa cara untuk mendukung kesehatan ibu sehingga
ASI yang dihasilkan dapat memberikan nutrisi yang optimal untuk bayi:
1. Konsumsi Makanan Bergizi
Pastikan ibu mendapatkan asupan makanan seimbang yang kaya protein,
karbohidrat kompleks, lemak sehat, serta vitamin dan mineral esensial.
Fokus pada makanan seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, susu, sayuran,
buah-buahan, dan sumber karbohidrat utuh.
2. Asupan Cairan yang Cukup
Minum air secukupnya untuk mencegah dehidrasi, terutama karena
produksi ASI membutuhkan tambahan cairan. Batasi konsumsi minuman
berkafein dan hindari alkohol.
3. Suplemen Gizi
Jika diperlukan, ibu menyusui mungkin perlu mengonsumsi suplemen
gizi seperti asam folat, zat besi, kalsium, dan vitamin D sesuai anjuran
dokter. Konsultasikan dengan tenaga medis sebelum mengonsumsi
suplemen.
4. Istirahat yang Cukup
Pastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup untuk mendukung
produksi ASI dan pemulihan tubuh secara keseluruhan. Buat jadwal tidur
yang teratur dan manfaatkan waktu ketika bayi tidur untuk beristirahat.
5. Aktivitas Fisik yang Teratur
Lakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi fisik ibu. Olahraga
ringan seperti berjalan kaki atau yoga dapat membantu menjaga kesehatan
dan kebugaran tubuh.
6. Pemantauan Kesehatan Mental
Perhatikan kesehatan mental ibu menyusui. Depresi postpartum dan stres
dapat mempengaruhi produksi ASI. Cari dukungan dari keluarga, teman,
atau profesional kesehatan mental jika diperlukan.
7. Hindari Zat-Zat Berbahaya
Hindari merokok dan paparan asap rokok, karena dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan kualitas ASI. Batasi konsumsi alkohol dan hindari obat-
obatan yang tidak dianjurkan selama menyusui.
8. Konsultasi dengan Ahli Gizi atau Tenaga Medis
Konsultasikan dengan ahli gizi atau tenaga medis untuk mendapatkan
saran yang spesifik mengenai kebutuhan nutrisi ibu dan bayi. Tinjauan
secara berkala dapat membantu memastikan kesehatan ibu dan kualitas ASI.
9. Jaga Kebersihan Tubuh
Praktikkan kebersihan pribadi, terutama saat menangani dan menyusui
bayi. Hindari paparan bakteri atau infeksi yang dapat mengganggu
kesehatan dan kebersihan ASI.
10. Penuhi Kebutuhan Emosional Bayi
Bersentuhan kulit dengan kulit, memberikan ASI dengan penuh kasih,
dan memberikan perhatian yang cukup dapat mendukung hubungan ibu dan
bayi serta meningkatkan produksi ASI.

➢ KebutuhanGizi Selama Menyusui


Perubahan kebutuhan gizi ibu menyusui dibandingkan masa sebelumnya
terjadi karena adanya peningkatan aktivitas metabolisme dan kebutuhan nutrisi
untuk mendukung produksi ASI dan pemulihan tubuh pasca persalinan. Berikut
adalah beberapa perubahan dan peningkatan kebutuhan nutrisi yang umum
terjadi pada ibu menyusui dibandingkan masa sebelumnya:
1. Energi
Peningkatan kebutuhan energi terjadi karena produksi ASI membutuhkan
energi tambahan. Kebutuhan energi harian dapat meningkat sekitar 500-600
kalori atau lebih, tergantung pada jumlah dan kualitas ASI yang diproduksi,
serta tingkat aktivitas fisik ibu.
2. Protein
Kebutuhan protein meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi, pemulihan tubuh pasca melahirkan, dan produksi ASI.
Ibu menyusui disarankan untuk mengonsumsi tambahan protein sekitar 1,1
hingga 1,3 gram per kilogram berat badan per hari.
3. Vitamin dan Mineral
Peningkatan kebutuhan vitamin dan mineral terjadi untuk menjaga
keseimbangan nutrisi yang tepat. Khususnya, vitamin D, kalsium, zat besi,
asam folat, dan vitamin B12 menjadi penting dan mungkin memerlukan
suplemen tambahan. - Asupan yang cukup dari sumber makanan yang kaya
nutrisi seperti sayuran, buah-buahan, produk susu rendah lemak, dan sumber
protein hewani dan nabati sangat dianjurkan.
4. Asam Lemak Esensial
Asam lemak omega-3, terutama DHA (asam dokosaheksaenoat), sangat
penting untuk perkembangan otak dan mata bayi. Ibu menyusui perlu
meningkatkan asupan asam lemak omega-3 melalui makanan seperti ikan
berlemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
5. Karbohidrat
Meskipun tidak ada peningkatan yang signifikan pada kebutuhan
karbohidrat, penting untuk memilih sumber karbohidrat kompleks seperti
biji-bijian utuh, sayuran, dan buah-buahan untuk memastikan pasokan
energi yang stabil.
6. Cairan
` Kebutuhan cairan meningkat untuk menjaga hidrasi tubuh dan
mendukung produksi ASI. Ibu menyusui disarankan untuk minum lebih
banyak air, sekitar 3 hingga 4 liter per hari, terutama selama menyusui.

Kurangnya asupan nutrisi pada ibu menyusui dapat memiliki dampak


serius pada kesehatan ibu dan bayi. Nutrisi yang mencukupi sangat penting
untuk produksi ASI yang berkualitas dan pertumbuhan bayi yang optimal. ASI
merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi pada periode awal kehidupan
mereka, dan kualitas serta kuantitas nutrisi dalam ASI sangat mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan bayi.
Berikut adalah beberapa dampak atau konsekuensi dari kekurangan gizi
pada ibu menyusui dan bayi:
1. Dampak pada Ibu Menyusui
a. Menurunnya Produksi ASI
Kekurangan asupan nutrisi, terutama protein, vitamin, dan mineral,
dapat mengakibatkan penurunan produksi ASI. Hal ini dapat
mengurangi kuantitas dan kualitas nutrisi yang diberikan pada bayi
melalui ASI.
b. Pemulihan Tubuh yang Lambat
Kurangnya nutrisi dapat memperlambat proses pemulihan tubuh pasca
persalinan. Ibu menyusui mungkin mengalami kelelahan yang
berlebihan, penurunan daya tahan tubuh, dan kesulitan dalam mengatasi
perubahan fisik pasca melahirkan.
c. Resiko Kekurangan Zat Besi dan Anemia
Kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu
menyusui. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, pusing, dan
penurunan kualitas ASI.
d. Gangguan Kesehatan Mental
Kurangnya asupan nutrisi tertentu, seperti asam lemak omega-3, dapat
berkontribusi pada gangguan kesehatan mental seperti depresi
postpartum. Kesehatan mental yang buruk pada ibu dapat
mempengaruhi kualitas perawatan dan hubungan ibu-bayi.
2. Dampak pada Bayi
a. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Kekurangan nutrisi pada ibu menyusui dapat mengakibatkan kurangnya
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal
bayi. Ini dapat mempengaruhi perkembangan otak, sistem saraf, dan
organ tubuh lainnya.
b. Resiko Kekurangan Zat Besi pada Bayi
Anemia pada ibu menyusui dapat menyebabkan penurunan kadar zat
besi dalam ASI. Bayi yang mendapatkan ASI dengan kadar zat besi
yang rendah dapat mengalami risiko kekurangan zat besi, yang dapat
mengganggu pembentukan sel darah merah dan pertumbuhan mereka.
c. Penurunan Kecerdasan dan Fungsi Kognitif
Kekurangan asam lemak omega-3, terutama DHA, dapat berdampak
negatif pada perkembangan otak bayi. Ini dapat menyebabkan
penurunan kecerdasan dan fungsi kognitif pada anak dalam jangka
panjang.
d. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
Kurangnya nutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh bayi,
membuatnya rentan terhadap infeksi dan penyakit.
e. Masalah Pencernaan dan Kesehatan
Kekurangan nutrisi dalam ASI dapat menyebabkan masalah pencernaan
pada bayi, seperti kolik, diare, atau sembelit. Gangguan pencernaan ini
dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan bayi.

➢ Makanan Sehat yang Mendukung Produksi ASI


Makanan yang kaya nutrisi esensial adalah jenis makanan yang
mengandung sejumlah besar zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga
kesehatan optimal. Ini termasuk protein, lemak sehat, karbohidrat kompleks,
vitamin, dan mineral yang mendukung produksi ASI dan kesehatan ibu
menyusui. Konsumsi makanan ini penting karena nutrisi yang memadai sangat
diperlukan untuk memastikan ASI berkualitas dan memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Contoh Makanan Tinggi Protein, Kalsium, Zat Besi, dan Asam Folat :
1. Protein Contoh Makanan Tinggi Protein
Daging tanpa lemak (ayam, daging sapi tanpa lemak). Ikan, terutama ikan
berlemak seperti salmon, Telur, Kacang-kacangan (kacang merah, kacang
hitam, kedelai). Produk susu rendah lemak atau tanpa lemak.
2. Kalsium
Susu dan produk susu rendah lemak (keju, yogurt). Sayuran hijau berdaun
(brokoli, kangkung). Ikan dengan tulang lunak (sardine, ikan teri). Tahu dan
tempe.
3. Zat Besi
Makanan Tinggi Zat Besi seperti Daging merah, Daging unggas, Ikan dan
seafood, Tahu dan tempe, Sereal yang diperkaya zat besi.
Makanan Tinggi Asam Folat seperti Sayuran hijau berdaun (bayam, kale),
Jeruk dan jus jeruk. Kacang-kacangan (kacang lentil, kacang hitam). Biji-
bijian utuh (beras merah, sereal gandum utuh).
Pentingnya Variasi Makanan untuk Asupan Nutrisi yang Seimbang:
Variasi makanan penting untuk memastikan asupan nutrisi yang seimbang
karena setiap jenis makanan mengandung kombinasi yang berbeda dari zat gizi.
Makanan yang beragam memberikan manfaat seperti :
1. Asupan Nutrisi yang Lengkap. Setiap kelompok makanan memberikan jenis
nutrisi tertentu. Variasi makanan memastikan bahwa tubuh menerima
spektrum lengkap zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan.
2. Prevalensi Kekurangan Nutrisi. Mengonsumsi berbagai makanan membantu
mencegah kekurangan nutrisi spesifik yang mungkin terjadi jika hanya
mengandalkan satu jenis makanan.
3. Rasa dan Kenikmatan Makanan. Variasi makanan membantu menjaga rasa
dan kenikmatan dalam makanan sehari-hari, mencegah kejenuhan atau
kebosanan dalam pola makan.
4. Dukungan untuk Produksi ASI. Asupan nutrisi yang bervariasi mendukung
produksi ASI yang berkualitas karena memastikan ketersediaan semua
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk sintesis ASI.
5. Mendukung Kesehatan Ibu. Pola makan yang beragam membantu ibu
menyusui memenuhi kebutuhan gizinya sendiri, mendukung pemulihan
pasca melahirkan, dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dengan
mengkonsumsi berbagai jenis makanan dari setiap kelompok makanan, ibu
menyusui dapat mencapai variasi yang cukup untuk memastikan asupan
nutrisi yang seimbang, mendukung produksi ASI yang berkualitas, dan
memberikan dukungan kesehatan yang optimal untuk diri mereka sendiri
dan bayi.
➢ Manajemen Berat Badan Ibu Menyusui
Setelah melahirkan, banyak ibu merasa tidak nyaman dengan perubahan
bentuk tubuh mereka yang lebih besar dari sebelumnya. Itulah mengapa banyak
dari mereka mencoba untuk menurunkan berat badan selama masa menyusui.
Namun, penting untuk diingat bahwa diet yang tidak tepat selama menyusui
dapat mengurangi produksi ASI.
Selama masa menyusui, disarankan bagi ibu untuk mengkonsumsi
makanan sehat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya dan
bayinya. Oleh karena itu, mengikuti cara diet yang tidak benar dapat
meningkatkan risiko kekurangan nutrisi pada ibu menyusui, yang dapat
mempengaruhi produksi ASI dan berdampak negatif pada pertumbuhan bayi.
Sebagai hasilnya, perlu memperhatikan diet dengan bijak agar tidak memberikan
dampak buruk pada kesehatan ibu dan bayi. Berikut merupakan manajemen
berat badan untuk ibu menyusui:
1. Menghindari Diet yang Terlalu Ketat
Dalam usaha menurunkan berat badan, banyak individu, termasuk ibu
menyusui, seringkali mengurangi porsi makan secara drastis. Penting
untuk diingat bahwa tubuh memerlukan sejumlah zat gizi yang cukup
saat menyusui untuk memproduksi ASI yang cukup bagi bayi.
Untuk menurunkan berat badan saat menyusui, disarankan untuk
melakukannya secara bertahap, dengan target penurunan sekitar 0,5-1 kg
per minggu. Kurangi porsi makan secara perlahan-lahan dan sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Merawat dan menyusui bayi sendiri juga dapat
membantu membakar kalori tambahan untuk mendukung penurunan
berat badan. Seiring dengan pengaturan pola makan yang sehat dan
seimbang, penurunan berat badan akan terjadi secara alami. Penting
untuk menghindari penurunan berat badan yang terlalu cepat dan
memastikan bahwa hal ini dilakukan setelah produksi ASI stabil, yaitu
sekitar dua bulan setelah kelahiran bayi.
2. Makan Sedikit Tapi Sering
Untuk menghindari diet yang terlalu ketat, disarankan untuk makan lebih
sering dengan porsi yang lebih kecil. Pendekatan ini memungkinkan ibu
menyusui untuk selalu merasa kenyang, memungkinkan kontrol porsi
makan dengan lebih baik setiap kali makan. Dengan cara ini, kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi tanpa kelebihan asupan kalori. Mengonsumsi
makanan secara teratur dan dalam porsi yang sesuai juga membantu
mencegah kelaparan berlebihan yang dapat mendorong konsumsi
makanan berlebihan. Selain itu, menjaga interval waktu antar makan
yang wajar juga penting, karena jeda makan yang terlalu lama dapat
memengaruhi hormon dan berpotensi berdampak pada produksi ASI.
3. Tetap Menyusui Tanpa Ada Batasan
Sejumlah penelitian telah mengindikasikan bahwa memberikan ASI
secara eksklusif selama 6 bulan dapat berkontribusi pada penurunan
berat badan hingga mencapai tingkat yang sebanding dengan kondisi
sebelum kehamilan. Oleh karena itu, apabila seorang busui memiliki
tujuan untuk mencapai keberhasilan dalam penurunan berat badan
setelah melahirkan, disarankan untuk melakukan pemberian ASI secara
teratur kepada bayi setiap hari, minimal hingga usia bayi mencapai 6
bulan.
4. Cukupi Kebutuhan Cairan
Memperoleh asupan cairan yang cukup sepanjang hari selama masa
menyusui dapat berperan dalam mencegah dehidrasi dan sembelit.
Konsumsi air yang memadai juga dapat mempercepat metabolisme,
meningkatkan proses pembakaran kalori dalam tubuh. Tak hanya itu,
minum juga dapat menghindarkan dari sensasi lapar palsu yang
terkadang muncul meskipun tubuh sudah merasa kenyang. Untuk
memenuhi kebutuhan cairan harian, disarankan untuk segera minum saat
merasa haus.
Bagi ibu yang sedang menyusui, jumlah konsumsi air putih yang
dianjurkan adalah lebih dari delapan gelas per hari. Disarankan untuk
meningkatkan asupan air putih, sambil membatasi atau bahkan
menghindari konsumsi minuman berkafein seperti teh, kopi, dan
minuman bersoda, karena dapat meningkatkan ekskresi cairan tubuh.
5. Tidur yang Cukup
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat korelasi antara durasi tidur malam
dan berat badan ibu baru. Ibu yang tidur selama lima jam atau kurang
cenderung mengalami kelebihan berat badan, sebanding dengan kondisi
saat hamil, jika dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan tidur malam
selama tujuh jam. Kelelahan dapat memicu pelepasan hormon kortisol
dan hormon stres lainnya dalam tubuh. Hormon-hormon ini memiliki
potensi untuk memicu peningkatan berat badan. Selain itu, kelelahan
juga dapat memengaruhi pilihan makanan, cenderung memilih opsi yang
kurang sehat untuk memuaskan keinginan, dan dapat mengurangi
aktivitas fisik. Untuk menjaga keseimbangan, dianjurkan untuk
memperoleh tidur malam yang cukup, idealnya antara 7-8 jam. Jika
menghadapi kesulitan dengan pola tidur yang terganggu oleh kebutuhan
bayi pada malam hari, strategi seperti tidur lebih awal atau istirahat
selama periode tidur bayi dapat membantu mengatasi kelelahan tersebut.
6. Olahraga Teratur
Selain mengontrol asupan makanan, kegiatan olahraga selama periode
menyusui juga memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung
program diet ibu tanpa mengurangi produksi ASI. Tidak hanya berperan
dalam proses penurunan berat badan, olahraga juga memiliki dampak
positif terhadap pengelolaan stres dan kualitas tidur ibu.
Penting untuk dicatat bahwa tidak perlu melibatkan diri dalam olahraga
berat untuk mencapai tujuan penurunan berat badan. Aktivitas fisik
ringan, seperti berjalan santai dengan mendorong kereta bayi, sudah
membantu otot bekerja dengan baik. Disarankan untuk melakukan
olahraga secara teratur, setidaknya selama 150 menit dalam seminggu
atau 30 menit setiap harinya, sesuai dengan pedoman untuk mendukung
kesehatan fisik dan penurunan berat badan yang berkelanjutan.
7. Kontrol Stress
Banyak ibu yang cenderung terlalu fokus pada perubahan berat badan
mereka, mengalami kurangnya rasa percaya diri, dan pada akhirnya
menghadapi tingkat stres yang tinggi. Penting untuk diingat bahwa stres
dapat menjadi pemicu peningkatan konsumsi makanan, berpotensi
mengakibatkan peningkatan berat badan. Selain itu, dampak stres juga
dapat mempengaruhi produksi ASI.
Sesuai dengan kecepatan penurunan berat badan yang berbeda-beda pada
setiap individu, penting untuk menyadari bahwa tidak semua ibu baru
dapat kembali ke bentuk tubuh sebelumnya dengan cepat. Dengan
menyadari hal ini, diharapkan dapat menciptakan ketenangan,
memungkinkan pencapaian berat badan yang sehat sesuai dengan tujuan
pribadi.

➢ Contoh Menu Makanan Bergizi bagi Ibu Menyusui


1. Sarapan
● Nasi merah atau nasi putih dengan lauk sayur seperti sayur asem, tumis
bayam, atau capcay.
● Telur rebus atau dadar dengan bumbu rempah-rempah.
● Tempe atau tahu bacem sebagai sumber protein.
● Teh hangat atau kopi susu tanpa gula.
2. Selingan Pagi
● Sebuah pisang atau buah lokal lainnya, seperti salak atau jambu.
● Segelas air kelapa untuk menjaga kecukupan cairan.
3. Makan Siang
● Nasi merah atau putih dengan lauk seperti ayam opor, rendang daging,
atau ikan pepes.
● Sayur lodeh atau sayur asam.
● Tempe goreng atau tahu isi sebagai tambahan protein.
● Sambal atau acar untuk menambah cita rasa.
4. Selingan Sore
● Singkong rebus atau ketela yang dikukus.
● Kolak pisang atau bubur ketan hitam sebagai camilan.
5. Makan Malam
● Nasi merah atau nasi putih dengan lauk seperti ikan bakar, tempe
mendoan, atau sate ayam.
● Sayur bening bayam atau sayur asem.
● Tahu goreng atau telur balado sebagai tambahan protein.
● Sambal kecap atau sambal terasi untuk menambah rasa.
6. Seliangan Malam
● Jagung rebus atau kacang rebus.
● Kerupuk atau emping sebagai camilan ringan.
7. Minuman
● Air kelapa atau air putih sepanjang hari.
● Jus buah segar seperti jeruk, mangga, atau jambu

➢ Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI sangat
dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan serta
perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif akan
memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara
maksimal sehingga bayi akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, dan tidak
mudah terkena alergi (Sulistyoningsih, 2010).

Selain pengertian diatas, ada juga yang menyebutkan bahwa, ASI adalah
susu yang diproduksi oleh manusia untuk dikonsumsi bayi dan merupakan
sumber gizi utama bagi bayi yang belum dapat mencerna makanan padat
(Wikipedia,2018)

➢ Teknik Menyusu yang Benar oleh Kemenkes


Sering ibu mengalami masalah dalam hal menyusui dikarenakan
pengetahuannya yang kurang mengenai tehnik menyusui, seperti cara
meletakkan payudara ketika menyusui, isapan bayi yang kurang tepat
yang mengakibatkan nyeri puting.
Teknik perlekatan yang benar saat menyusui adalah dengan
rumus AMUBIDA, yaitu:
1. A : Aerola
Aerola adalah bagian berwarna gelap di sekitar puting. Perlu
diperhatikan bagi ibu saat menyusui adalah memasukkan
sebagian besar Aerola bagian bawah ke mulut bayi.
2. Mu: Mulut terbuka lebar
Ketika ibu memasukkan puting dan aerola kedalam mulut bayi,
pastikan mulut harus terbuka lebar, bukan mengatupkan mulut ke
arah dalam atau merapatkan ke arah dalam.
3. Bi: Bibir harus 'dower'
Saat menghisap puting, bibir bayi harus terbuka dower ke bawah,
sehingga Aerola sebagian besar bagian bawahnya masuk ke
dalam mulut bayi.
4. Da: Dagu menempel ke payudara
Pentingnya memposisikan Dagu menempel ke payudara ibu agar
hidung bayi tidak tertutup.

➢ Tanda bayi telah berada dalam posisi menyusu yang baik:


● Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
● Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.
● Areola tidak terlihat dengan jelas.
● Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta
menelan ASInya.
● Bayi terlihat tenang dan senang.
● Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu.

➢ Daya Tahan ASI Perah (ASIP)


ASI Perah (ASIP) adalah ASI yang diperas kemudian disimpan dan
diberikan kepada bayi sesuai kebutuhannya. Ini adalah salah satu cara terbaik
untuk ibu menyusui yang memiliki kesibukan di luar rumah. Dipercaya bahwa
menyimpan ASI perah dalam lemari pendingin melindunginya dari kontaminasi
bakteri dan mikroba yang dapat merusak kealamian ASI. Ini adalah beberapa
cara yang harus Anda ketahui untuk menyimpan ASI perah:

● Pertama, siapkan wadah untuk menampung ASI yang mudah untuk


disterilkan, bisa berupa botol yang tertutup, gelas tahan panas , atau
Breastmilk Storage Bag (Kantong ASI) dengan BPA Free (bebas
Bisphenol A)
● Metode penyimpanan ASI yang disarankan adalah ASI yang sudah
ditampung dalam botol penyimpanan haruslah disimpan dalam suhu
yang tepat (suhu optimum).
● Untuk penyimpanan pada suhu kamar, ASI yang sudah dipompa dan
ditempatkan dalam wadah akan bertahan selama kurang lebih 8 jam.
● ASI perah tahan hingga 24 jam saat disimpan dalam boks pendingin
yang ditambahkan dengan kantung es (ice pack)
● ASI perah tahan sampai 5 hari, ketika ditaruh pada kulkas bagian lemari
pendingin dengan suhu minimal 4°C
● ASI perah tahan hingga 6 bulan pada freezer dengan suhu 18°C dibawah
titik beku 0°C (-18°C). Suhu yang dingin dapat meningkatkan fungsi
antimikroba pada ASI serta menghambat aktivitas pertumbuhan mikroba
yang merusak ASI.
● Jangan menyimpan ASI pada rak yang menempel pada pintu kulkas
untuk menghindari fluktuasi atau perubahan suhu karena temperatur
yang berubah-ubah.
● Selain itu untuk memudahkan, sebaiknya menggunakan label tanggal
peras ASI. Perhatikan pula, saat menyimpan ASI botol jangan diisi
penuh, tetapi usahakan seperempat bagian kosong, karena ASI perah
cenderung mengembang dalam keadaan beku.
● Perlu diingat, proses pembekuan ASI perah kemungkinan
menghilangkan beberapa zat yang penting untuk menghalau infeksi pada
bayi. Semakin lama penyimpanan ASI perah, baik didinginkan atau
dibekukan akan menghilangkan kandungan vitamin C pada ASI.
Meskipun demikian, ASI perah yang didinginkan atau dibekukan itu
nilai gizinya masih jauh lebih baik dibandingkan susu formula.

Selain mengetahui cara menyimpan ASI perah dengan benar, Anda juga
harus tahu cara menyediakan dan memberikannya. Berikut ini adalah cara
menyediakan dan memberi ASI perah yang telah didinginkan atau dibekukan:

● Untuk mencairkan ASI perah yang dibekukan, dapat menggunakan


penghangat ASI elektrik yang bisa digunakan di rumah atau di mobil.
Jika tidak tersedia, maka bisa menempatkan botol penyimpanan ASI
perah ke dalam panci atau mangkuk berisi air hangat. Diamkan beberapa
saat. Ingat, jangan menaruh panci atau mangkuk diatas kompor yang
menyala.
● ASI perah yang dibekukan, sebaiknya tidak langsung dikeluarkan dalam
suhu ruangan. Beberapa penelitian mengungkapkan perubahan suhu
yang cepat dapat mempengaruhi kandungan antibodi yang terdapat
dalam ASI yang bermanfaat bagi bayi.
● ASI perah dari freezer dapat diletakkan terlebih dahulu di ruang
pendingin pada kulkas, kemudian hangatkan sebagaimana cara diatas.
Penting untuk diketahui, jangan membekukan ulang ASI perah yang
telah dicairkan.
● Jika ASI perah dibutuhkan segera, maka ASI dapat ditempatkan di
bawah air mengalir dengan suhu yang biasa. Lalu rendam dengan air
hangat. Untuk memeriksa apakah suhu ASI sudah sesuai untuk bayi,
teteskan ke pergelangan tangan. Jika suhu sudah sesuai, bisa langsung
diberikan pada bayi.
● Hindari menghangatkan ASI dengan menggunakan microwave.
Perubahan suhu yang terlalu cepat pada ASI perah dapat menghilangkan
kandungan antibodi yang dibutuhkan bayi.
● Buang ASI perah yang tersisa. Sisa dari ASI perah jangan diberikan
kembali pada bayi di waktu yang berbeda, dan jangan disimpan kembali
dalam lemari pendingin. Jika bayi sering menyisakan ASI perahnya
maka tempatkan dan hangatkan ASI perah seperlunya saja.
Lampiran II
SAP PENYULUHAN
1. Pokok Basahan : “Gizi Seimbang Untuk Kesehatan Ibu Selama
Masa Menyusui”
2. Sub pokok bahasan :
● Gizi seimbang ibu menyusui
● Kebutuhan gizi selama menyusui
● Makanan sehat yang mendukung produksi ASI
● Manajemen Berat Badan Ibu Menyusui
● Contoh Menu Makanan Bergizi bagi Ibu Menyusui
● Daya Tahan ASI Perah (ASIP)
3. Hari/ Tanggal :-
4. Tujuan
● Tujuan Pembelajaran Umum
● Tujuan Pembelajaran Khusus
5. Kegiatan Pembelajaran
● Materi Pembelajaran (TERLAMPIR)
● Metode Pembelajaran :
a. Pemaparan materi penyuluhan
b. Diskusi dan Tanya Jawab
● Langkah Kegiatan :
a. Pembukaan : memperkenalkan diri dan menyampaikan
tujuan penyuluhan
b. Membagikan leaflet agar sasaran lebih paham akan
penjelasan materi
c. Pemaparan materi
d. Diskusi dan tanya jawab
e. Foto Bersama
f. Evaluasi dan penutup
● Media/ Alat bantu :
a. Leaflet
b. PPT
c. Proyektor
d. Laptop
6. Evaluasi
Evaluasi kegiatan penyuluhan pada ibu menyusui merupakan
langkah kritis untuk menilai keefektifan kegiatan dan memastikan bahwa
pesan-pesan yang disampaikan telah diterima dan ). diimplementasikan
dengan baik. Aspek-aspek evaluasi dalam kegiatan penyuluhan pada ibu
menyusui yakni:
1) Pengetahuan Ibunda
Mengukur peningkatan pengetahuan ibu menyusui terkait
gizi, nutrisi, manfaat ASI, teknik menyusui yang benar, dan
cara mengatasi masalah yang umum terjadi selama menyusui
dengan melakukan kuis tertulis, wawancara, atau sesi tanya
jawab.
2) Pemahaman Praktik Menyusui
Memeriksa apakah ibu menyusui telah
mengimplementasikan praktik-praktik yang diajarkan selama
penyuluhan.
3) Partisipasi dan Kehadiran
Memeriksa tingkat partisipasi dan kehadiran peserta dalam
kegiatan penyuluhan dengan mencatat kehadiran.
4) Efektivitas Materi Penyuluhan
Mengukur pemahaman peserta terhadap materi penyuluhan,
relevansi informasi yang disampaikan, dan kejelasan
presentasi dengan cara menanyakan kepada peserta untuk
menjelaskan kembali kesimpulan dari materi serta bisa juga
melakukan kuisioner.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai